KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

Kabupaten Karanganyar Keadaan Alam

a. Letak Geografi

Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di antara 110º 40”-110º 70” BT dan 7º 28”-7º 46” LS dengan luas wilayah 77.378,64 Ha. Batas-batas administratif Kabupaten Karanganyar adalah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara

: Kabupaten Sragen

b. Sebelah Selatan : Kabupaten Wonogiri dan Sukoharjo

c. Sebelah Barat : Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali

d. Sebelah Timur : Kabupaten Magetan (Propinsi Jawa Timur)

b. Jenis Tanah

Kabupaten Karanganyar terdiri dari beberapa jenis tanah. Berdasarkan data Dinas Pertanian Kabupaten Karanganyar Tahun 2008, jenis tanah menurut kecamatan di Kabupaten Karanganyar sebagai berikut :

a. Tanah grumosol terdapat di wilayah Kecamatan Jaten, Gondangrejo, dan Kebakkramat.

b. Tanah aluvial terdapat di wilayah Kecamatan Jaten dan Kebakkramat.

c. Tanah litosol terdapat di wilayah Kecamatan Jatipuro, Jatiyoso, Jumapolo, Jumantono, Matesih, Tawangmangu, Ngargoyoso, Mojogedang, Kerjo, dan Jenawi.

d. Tanah andosol terdapat di wilayah Kecamatan Jatiyoso, Tawangmangu, Ngargoyoso, dan Jenawi.

e. Tanah mediteran terdapat di wilayah Kecamatan Matesih, Karangpandan,

Tasikmadu, Gondangrejo, Kebakkramat, Mojogedang, dan Jenawi.

Karanganyar,

Tanaman bawang putih dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang subur, gembur, dan banyak mengandung bahan organik. Jenis tanah yang biasanya digunakan untuk menanam bawang putih adalah andosol, litosol, dan regosol. Tanah-tanah tersebut bertekstur lempung berpasir atau lempung berdebu. Oleh karena itu, kecamatan di Kabupaten Karanganyar yang jenis tanahnya dapat dimanfaatkan untuk menanam bawang putih antara lain Ngargoyoso, Jatipuro, Jatiyoso, Jenawi, dan Tawangmangu.

c. Topografi

Kabupaten Karanganyar mempunyai ketinggian rata-rata 511 m di atas permukaan laut. Topografi daerah Kabupaten Karanganyar bervariasi dari dataran rendah hingga dataran tinggi dengan penggolongan sebagai berikut :

a. 90-250 m : Kecamatan Kebakkramat, Gondangrejo, Tasikmadu, Colomadu, dan Jaten.

b. 260-690 m : Kecamatan Karanganyar, Jumantono, Karangpandan, Matesih, Jumapolo, Mojogedang, dan Kerjo.

c. 700-1.200 m : Kecamatan Tawangmangu, Jatiyoso, Ngargoyoso, Jatipuro, dan Jenawi. Berdasarkan data keadaan topografi di Kabupaten Karanganyar, wilayah di Kabupaten Karanganyar yang berpotensi untuk ditanami bawang putih adalah Kecamatan Tawangmangu, Jatiyoso, Ngargoyoso, Jatipuro, dan Jenawi. Hal ini dikarenakan tanaman bawang putih dapat tumbuh baik pada daerah dengan ketinggian 700-1.100 mdpl.

d. Keadaan Iklim

Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Karanganyar, keadaan iklim di Kabupaten Karanganyar secara umum termasuk beriklim tropis dengan temperatur udara

C. Berdasarkan data dari 6 stasiun pengukur yang ada di Kabupaten Karanganyar yaitu di Kecamatan Tasikmadu, Kecamatan Mojogedang, Kecamatan Jumantono, Kecamatan Colomadu, Kecamatan

0 20 0 -31

Karangpandan, dan Kecamatan Tawangmangu, banyaknya hari hujan selama tahun 2008 adalah 95 hari dengan rata-rata curah hujan 2.453 mm/tahun serta rata-rata curah hujan perbulan 154,58 mm. Berikut ini jumlah hari hujan dan curah hujan di Kabupaten Karanganyar pada tahun 2008.

Tabel 6. Banyaknya Hari Hujan (HR) dan Curah Hujan (MM) di Kabupaten Karanganyar Tahun 2008

Bulan

Hari Hujan

Curah Hujan

(mm) Januari

15 299 Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar, 2009

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui jumlah hari hujan dan curah hujan di Kabupaten Karanganyar paling tinggi terjadi pada Bulan Maret sebanyak 19 hari hujan dan curah hujan sebesar 507 mm. Sedangkan jumlah hari hujan dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli, Agustus, dan September karena pada bulan-bulan itu terjadi musim kemarau tanpa disertai adanya turun hujan.

Bawang putih menghendaki curah hujan yang cukup antara 100-

0 200 mm/bulan dengan temperatur antara 18 0 -20

C dan kelembaban udara 60%-80%. Di daerah yang suhu udaranya di atas 25 0

C, bawang putih akan sulit membentuk umbi. Sebaliknya, di daerah yang suhu

udaranya kurang dari 15 0

C, umbi bawang putih yang terbentuk akan kecil-kecil. Oleh karena itu, keadaan iklim di Kabupaten Karanganyar sangat mendukung untuk pembudidayaan hortikultura, khususnya tanaman bawang putih.

Keadaan Penduduk Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Pertambahan dan penurunan jumlah penduduk di suatu daerah dipengaruhi oleh beberapa hal seperti migrasi, mortalitas (kematian), dan natalitas (kelahiran). Berikut ini adalah tabel mengenai jumlah dan kepadatan penduduk di Kabupaten Karanganyar Tahun 2003-2008. Tabel 7. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Karanganyar

Tahun 2003-2008 Tahun

Luas Wilayah

Jumlah

Kepadatan Penduduk

2 ( km 2 ) Penduduk (jiwa) (jiwa/km ) 2003

1.119 Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar, 2009

Tabel 7 menunjukkan bahwa pertambahan penduduk di Kabupaten Karanganyar mengalami peningkatan dari tahun 2003-2008. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Karanganyar, jumlah penduduk Kabupaten Karanganyar pada tahun 2008 adalah 865.580 jiwa yang terdiri dari 429.852 penduduk laki-laki dan 435.728

penduduk perempuan. Dengan luas wilayah sebesar 773,78 km 2 , maka kepadatan penduduk geografis Kabupaten Karanganyar sebesar 1.119

2 jiwa per km 2 . Artinya, setiap 1 km luas wilayah ditempati oleh 1.119 jiwa. Hal ini berarti jumlah tenaga kerja yang tersedia terus meningkat

sehingga peluang penyediaan tenaga kerja yang terlibat dalam usahatani bawang putih akan bertambah seiring dengan pertumbuhan penduduk. Selain itu, permintaan bawang putih akan semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk.

Komposisi Penduduk Kabupaten Karanganyar Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Komposisi penduduk menurut kelompok umur merupakan suatu bentuk penggolongan penduduk berdasarkan umur sehingga dapat Komposisi penduduk menurut kelompok umur merupakan suatu bentuk penggolongan penduduk berdasarkan umur sehingga dapat

Tabel 8. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Karanganyar Tahun 2008

Jumlah Umur (tahun)

Golongan

Jenis Kelamin

(jiwa) 0-14

65 ke atas

865.580 Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar, 2009 Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang

paling banyak berada pada usia produktif (15-64 tahun) yaitu sebesar 569.838 jiwa. Hal ini memungkinkan penyediaan tenaga kerja yang cukup dalam usahatani bawang putih. Walaupun pada kenyataannya, usia 65 tahun keatas juga masih mampu terlibat dalam usahatani bawang putih. Penduduk yang termasuk usia produktif masih dimungkinkan adanya keinginan untuk meningkatan ketrampilan dan menambah pengetahuan dalam mengelola usahataninya serta menyerap teknologi baru untuk memajukan usahatani bawang putih.

Berdasarkan Tabel 8 tentang komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin ini dapat diketahui Angka Beban Tanggungan (ABT) dan Sex Ratio (SR). Angka Beban Tanggungan diperoleh dari hasil perbandingan antara jumlah penduduk usia non produktif dengan jumlah penduduk usia produktif. Sedangkan Sex Ratio merupakan hasil perbandingan antara jumlah penduduk pria dengan jumlah penduduk wanita.

Berdasarkan perhitungan (Lampiran 5), Angka Beban Tanggungan (ABT) di Kabupaten Karanganyar adalah sebesar 51,89 persen, yang berarti setiap 100 orang penduduk umur produktif di Kabupaten Karanganyar harus menanggung 52 orang penduduk umur non produktif. Dengan semakin tingginya nilai ABT di Kabupaten Karanganyar dapat mencerminkan penyediaan tenaga kerja dalam usahatani bawang putih semakin berkurang. Hal ini akan berpengaruh terhadap produksi dan penawaran bawang putih yang juga semakin menurun.

Berdasarkan perhitungan (Lampiran 5) tersebut juga diketahui bahwa nilai Sex Ratio (SR) di Kabupaten Karanganyar adalah 98,65 persen. Hal ini berarti setiap 100 orang penduduk perempuan di Kabupaten Karanganyar terdapat 98 orang penduduk laki-laki sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki. Dengan semakin banyaknya jumlah penduduk perempuan dibandingkan laki-laki maka akan meningkatkan jumlah tenaga kerja dalam usahatani bawang putih. Hal ini dikarenakan tenaga perempuan banyak digunakan ketika proses penanaman, penyiangan, panen, serta pegeringan bawang putih pasca panen.

Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi dalam sumber daya manusia. Komposisi penduduk menurut pendidikan dapat digunakan untuk mengetahui kualitas sumber daya manusia dan kemampuan penduduk untuk menyerap dan menerapkan teknologi yang ada maupun teknologi baru di daerah tersebut. Tingkat pendidikan berpengaruh pada sikap dan tindakan dalam sebuah proses produksi pertanian dan terkait dengan pengambilan keputusan. Berikut ini merupakan tabel keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2008.

Tabel 9. Keadaan Penduduk Usia Lima Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2008

Presentase (%) Tamat Akademi/ PT

Pendidikan Yang Ditamatkan

Jumlah

3,72 Tamat SLTA/MA

14,75 Tamat SLTP/MTS

17,92 Tamat SD/MI

37,52 Tidak Tamat SD

7,72 Belum Tamat SD

10,20 Tidak Sekolah

100,00 Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar, 2009 Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan yang

paling tinggi di Kabupaten Karanganyar pada tahun 2008 yaitu tamat Sekolah Dasar sebanyak 298.694 atau 37,52 persen. Hal itu menunjukkan bahwa dilihat dari tingkat pendidikannya, sebagian besar penduduk Kabupaten Karanganyar memiliki kualitas sumber daya manusia yang masih rendah sehingga petani kurang dapat menerima perubahan teknologi dalam mengelola usahataninya. Akan tetapi, hal itu tidak begitu berpengaruh terhadap kualitas di bidang pertanian karena dalam bidang pertanian yang dibutuhkan adalah pengalaman dan keterampilan dalam berusahatani.

Sebaliknya, penduduk yang tamat Akademi maupun Perguruan Tinggi sangat kecil persentasenya. Keadaan demikian dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kondisi ekonomi yang kurang untuk biaya sekolah dan sebagian penduduk lebih suka anaknya langsung bekerja setelah lulus SD. Penyebab yang lain adalah kurang memadainya sarana prasarana pendidikan yang terdapat di Kabupaten Karanganyar khususnya pada tingkat akademi atau perguruan tinggi yang berkualitas, sehingga bila ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, penduduk di daerah setempat harus pindah ke daerah lain yang mempunyai sarana dan prasarana pendidikan yang lebih lengkap dan berkualitas.

Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Komposisi penduduk menurut mata pencaharian dapat digunakan untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi penduduk di daerah tersebut. Mata pencaharian penduduk suatu wilayah dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya sumber daya yang tersedia, keadaan sosial ekonomi, keterampilan atau kemampuan yang dimiliki, tingkat pendidikan serta modal yang tersedia. Berikut adalah tabel tentang keadaan penduduk menurut mata pencaharian di Kabupaten Karanganyar. Tabel 10. Mata Pencaharian Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas di

Kabupaten Karanganyar Tahun 2008 Mata Pencaharian

Persentase (%) Petani sendiri

Jumlah

18,57 Buruh tani

1,30 Buruh industri

14,50 Buruh bangunan

0,90 PNS/TNI/Polri

100,00 Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar, 2009 Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa penduduk di

Kabupaten Karanganyar paling banyak bermata pencaharian lain-lain yang meliputi karyawan swasta, jasa, dan sebagainya yaitu sebesar 35,30 persen. Penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani menempati urutan kedua yaitu sebesar 222.794 orang (30,83 persen) yang terdiri dari petani sendiri dan buruh tani. Walaupun demikian, Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu dari 9 kabupaten di Jawa Tengah yang menghasilkan bawang putih. Meskipun produksinya menempati urutan keempat setelah Wonosobo, Magelang, dan Temanggung, tetapi Kabupaten Karanganyar memiliki produktivitas bawang putih tertinggi (Tabel 4). Hal ini menunjukkan bahwa sektor Kabupaten Karanganyar paling banyak bermata pencaharian lain-lain yang meliputi karyawan swasta, jasa, dan sebagainya yaitu sebesar 35,30 persen. Penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani menempati urutan kedua yaitu sebesar 222.794 orang (30,83 persen) yang terdiri dari petani sendiri dan buruh tani. Walaupun demikian, Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu dari 9 kabupaten di Jawa Tengah yang menghasilkan bawang putih. Meskipun produksinya menempati urutan keempat setelah Wonosobo, Magelang, dan Temanggung, tetapi Kabupaten Karanganyar memiliki produktivitas bawang putih tertinggi (Tabel 4). Hal ini menunjukkan bahwa sektor

Keadaan Umum Pertanian Penggunaan Lahan

Lahan merupakan faktor alam yang sangat mendukung kegiatan produksi di bidang pertanian. Lahan yang ada di Kabupaten Karanganyar terdiri dari lahan sawah dan lahan kering. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 11. Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Kabupaten Karanganyar Tahun 2009

Persentase (%) Lahan Sawah

Penggunaan Lahan

Luas Lahan (Ha)

29,05 Lahan Kering

100,00 Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar, 2009 Berdasarkan Tabel 11, diketahui bahwa luas lahan kering di

Kabupaten Karanganyar mempunyai luas 54.902,73 Ha (70,95 persen) lebih besar daripada luas lahan sawah 22.474,91 Ha (29,05 persen). Terkait dengan hal tersebut, lahan untuk tanaman bawang putih dapat berupa lahan sawah bekas tanaman padi ataupun pada lahan kering dengan perlakuan pembudidayaan dan pemeliharaan yang baik.

Tabel 12. Luas Lahan Sawah Menurut Jenis Penggunaannya di Kabupaten Karanganyar Tahun 2008

Persentase (%) Irigasi Teknis

Irigasi

Luas (Ha)

57,53 Irigasi Non Teknis

33,76 Tidak Berpengairan

100,00 Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar, 2009

Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa lahan sawah di Kabupaten Karanganyar paling besar menggunakan irigasi teknis yaitu sebesar 12.929,62 Ha (57,53 persen). Irigasi sangat penting untuk mencegah tanaman agar tidak layu karena pengairan yang terlambat dapat mengakibatkan daun layu. Pada fase awal pertumbuhan, tanaman Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa lahan sawah di Kabupaten Karanganyar paling besar menggunakan irigasi teknis yaitu sebesar 12.929,62 Ha (57,53 persen). Irigasi sangat penting untuk mencegah tanaman agar tidak layu karena pengairan yang terlambat dapat mengakibatkan daun layu. Pada fase awal pertumbuhan, tanaman

Karanganyar Tahun 2008 Lahan Kering Menurut Penggunaannya

Luas Lahan (Ha) Pekarangan/bangunan

21.171,97 Tegalan/kebun

17.863,40 Padang gembala

219,67 Tambak/kolam

25,53 Hutan negara

9.729,50 Perkebunan

3.251,51 Lain-lain

2.641,14 Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar, 2009

Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa penggunaan lahan kering terbesar di Kabupaten Karanganyar adalah untuk pekarangan atau bangunan yaitu sebesar 21.171,97 Ha. Sedangkan penggunaan untuk tegalan atau kebun yang dapat digunakan untuk usahatani bawang putih hanya sebesar 17.863,40 Ha. Hal ini dikarenakan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi sehingga lahan pertanian mengalami alih fungsi menjadi tempat pemukiman atau hunian sehingga luas panen bawang putih di Kabupaten Karanganyar mengalami fluktuasi tiap tahun (Tabel 1).

Produk Pertanian

Jenis tanaman yang dibudidayakan di suatu daerah berbeda dengan daerah lainnya. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor alam seperti keadaan tanah, iklim, dan ketinggian tempat. Berikut adalah tabel luas panen dan produksi sayuran di Kabupaten Karanganyar Tahun 2008.

Tabel 14. Luas Panen dan Produksi Sayuran di Kabupaten Karanganyar Tahun 2008

No Jenis Tanaman

Luas Panen (Ha)

Produksi (Ku)

1 Bawang merah

2 Bawang putih

3.988 Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar, 2009

11 Kacang panjang

Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa produksi sayuran paling besar di Kabupaten Karanganyar adalah wortel sebesar 110.920 Ku sedangkan produksi paling sedikit adalah tomat sebesar 124 Ku. Meskipun tanaman bawang putih tidak mempunyai luas panen dan produksi terbesar, tetapi tanaman bawang putih menghasilkan produksi yang cukup tinggi yaitu sebesar 16.265 Ku dengan luas panen 94 Ha. Hal ini terkait dengan pengetahuan petani yang semakin tinggi akan budidaya tanaman bawang putih yang baik dan kondisi iklim di Kabupaten Karanganyar yang sesuai dengan usahatani bawang putih.

Tabel 15. Luas Panen dan Produksi Bawang Putih di Kabupaten Karanganyar Tahun 2004-2008

Rata-rata No

Luas Panen

Tahun

Produksi (Ku)

(Ha)

Produksi (Ku)

173,03 Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar, 2009 Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui bahwa luas panen dan

produksi bawang putih dari tahun 2004-2008 mengalami fluktuasi. Produksi tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 16.265 Ku dan produksi terendah terjadi pada tahun 2004 yaitu 4.681 Ku. Meskipun produksi bawang putih dari tahun 2004-2008 mengalami fluktuasi. Produksi tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 16.265 Ku dan produksi terendah terjadi pada tahun 2004 yaitu 4.681 Ku. Meskipun

Keadaan Perekonomian

Keadaan sarana dan prasarana perekonomian bagi suatu daerah dapat mempengaruhi keadaan perekonomian di daerah tersebut. Dengan adanya sarana perekonomian dalam jumlah yang cukup dan memadai, maka dapat mendukung serta menunjang pemenuhan kebutuhan konsumsi penduduk maupun untuk kepentingan produksi. Supaya kegiatan perekonomian (dalam hal ini kegiatan pemasaran) dapat berjalan dengan lancar, maka diperlukan adanya sarana dan prasarana perhubungan yang memadai.

Berdasarkan data dari Dinas PU dan LLAJ Kabupaten Karanganyar, panjang jalan di Kabupaten Karanganyar meliputi jalan negara sepanjang 16,90 km, jalan propinsi sepanjang 95,03 km, dan jalan kabupaten sepanjang 815,20 km. Jalan permukaan untuk jalan kabupaten terdiri dari permukaan aspal sepanjang 678,30 km dan kerikil sepanjang 437. Sedangkan menurut kondisinya, jalan yang kondisinya baik sepanjang 378,30 km dan sedang 437,60 km. Sarana perhubungan di Kabupaten Karanganyar sudah semakin lancar yaitu dilihat dari jenis permukaan jalan yang berupa aspal dan kondisi jalan yang sebagian besar sudah baik. Dalam usahatani bawang putih, sarana perhubungan berupa jalan dan keadaannya mempunyai peranan penting. Seperti diketahui bahwa sentra produksi bawang putih di Kabupaten Karanganyar berada di dataran tinggi, maka dibutuhkan jalan yang baik dan lancar untuk mengangkut hasil panen bawang putih sehingga dalam melakukan pemasaran tidak terhambat.

Berikut ini adalah tabel sarana perhubungan yang terdapat di Kabupaten Karanganyar tahun 2008.

Tabel 16. Sarana Perhubungan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2008

Jenis Sarana Perhubungan

Jumlah

(Unit)

1. Sepeda Motor

166.253

2. Mobil

a. Pribadi

20.415

95

b. Taxi

c. Colt

e. Truk/Pick up

6.924

10

f. Alat berat

Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar, 2009 Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui bahwa sarana perhubungan yang ada di Kabupaten Karanganyar cukup beragam dengan jumlah terbesar yaitu sepeda motor sebanyak 166.253 unit. Hal ini terkait dengan bawang putih yang dihasilkan di dataran tinggi sementara konsumennya jauh dari daerah produksi sehingga sarana perhubungan khususnya kendaraan umum mempunyai peranan penting. Adanya fasilitas sarana perhubungan di Kabupaten Karanganyar yang cukup beragam dan memadai diharapkan dapat mendukung pemasaran bawang putih dari petani ke konsumen berjalan dengan efisien.

Koperasi dan pasar merupakan sarana perekonomian yang sangat penting bagi penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pasar dan koperasi juga merupakan tempat untuk memasarkan produk-produk hasil pertanian. Berikut adalah tabel yang menunjukkan jumlah koperasi dan pasar di Kabupaten Karanganyar. Tabel 17. Fasilitas Perdagangan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2008

Sarana Perekonomian Jumlah Koperasi

17

1. KUD

2. Koperasi Simpan Pinjam 910 Total

927 Pasar

52 Toko/kios/warung

9.807 Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar, 2009

Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui bahwa di Kabupaten Karanganyar cukup banyak terdapat koperasi serta pasar. Akan tetapi, fasilitas perdagangan yang paling banyak berupa toko, kios atau warung yaitu sebanyak 9.807 buah. Sarana produksi usahatani bawang putih dapat diperoleh di pasar dan koperasi yang ada di Kabupaten Karanganyar. Selain itu, pasar dan koperasi serta toko, kios atau warung merupakan tempat untuk memasarkan produk-produk hasil pertanian, salah satunya bawang putih. Hal itu dapat menekan biaya transportasi penjualan bawang putih, sehingga petani memperoleh pendapatan yang lebih besar dibanding bila petani harus menjual bawang putih di luar wilayah Kabupaten Karanganyar. Bank dapat digunakan petani untuk mendapatkan modal usahatani bawang putih yang dapat diperoleh dengan cara hutang dan pengembaliannya dengan cara kredit.

Keberadaan pasar sangat penting bagi berlangsungnya kegiatan jual beli dan sebagai sarana bagi produsen untuk menjual hasil panen atau produksinya serta bermanfaat bagi konsumen untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam pemasaran komoditas bawang putih, diperlukan sebuah pasar yang dapat menampung hasil panen bawang putih dari petani untuk disalurkan kepada konsumen.

Pasar Tawangmangu merupakan pasar produsen dan pasar sentra sayuran di Kabupaten Karanganyar. Para petani yang ada di Kabupaten Karanganyar pada umumnya menjual bawang putih mereka ke Pasar Tawangmangu untuk disalurkan ke wilayah-wilayah yang lain, seperti Surakarta, Sragen, Sukoharjo, Semarang, dan Yogyakarta. Pasar Tawangmangu termasuk dalam kategori pasar kelas I dan aktivitas pasar

tersebut harian. Luas Pasar Tawangmangu yaitu 11.700 m 2 , yang terdiri dari 815 pedagang yang sudah memiliki SIDT (Surat Izin Dasaran Tetap)

dan 220 pedagang yang belum memiliki SIDT. Jumlah los yang ada di Pasar Tawangmangu terdiri dari 1.080 petak dan 237 kios. Jenis dagangan yang ada di pasar ini antara lain sayuran, buah, kelontong, toko emas, gerabah, dan perbankan. Pedagang sayur-sayuran terletak di lantai I dan III.

Keadaan tempat berdagang sayuran di Pasar Tawangmangu sudah sangat baik. Fasilitas lain yang tersedia di Pasar Tawangmangu adalah kantor pasar, MCK, pos keamanan, pos polisi, tempat parkir, perbankan, sarana kesehatan serta mushola.

Kota Surakarta Keadaan Alam Letak Geografi

Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Propinsi Jawa Tengah yang menunjang kota-kota lainnya seperti Semarang dan Yogyakarta. Kota Surakarta terletak antara 110º 45’ 15” dan 110º 45’ 35” BT dan antara 7º 36’ dan 7º 56’ LS. Secara administratif, Kota Surakarta memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali

b. Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo

c. Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar

d. Sebelah Barat : Kabupaten Sukoharjo.

Topografi

Berdasarkan topografinya, wilayah Kota Surakarta merupakan dataran rendah dan berada di antara pertemuan Sungai Pepe, Sungai Jenes, dan Sungai Bengawan Solo. Kota Surakarta mempunyai ketinggian tempat antara ± 92 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan tanah 0-40m. Kecamatan Serengan dan Kecamatan Pasar Kliwon mempunyai ketinggian tempat sama yaitu 80-100m sedangkan untuk Kecamatan Laweyan 80-110m. Kecamatan Jebres dan Banjarsari memiliki ketinggian tempat sama yaitu 80-130m. Berdasarkan keadaan topografi tersebut, proses pemasaran atau distribusi bawang putih dari daerah sentra produksi ke Kota Surakarta sebagai daerah acuan atau konsumen dapat berjalan dengan baik dan lancar. Hal ini ditunjukkan dengan ketinggian Kota Surakarta yang relatif datar.

Keadaan Penduduk

a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kota Surakarta, jumlah penduduk Kota Surakarta pada tahun 2008 adalah 522.935 jiwa yang terdiri dari 247.245 penduduk laki-laki dan 275.690 penduduk

perempuan. Dengan luas wilayah 44,06 km 2 , maka kepadatan penduduk geografis Kota Surakarta sebesar 12.849 jiwa/km 2 . Hal ini berarti bahwa setiap 1 km 2 luas wilayah ditempati oleh 12.849 jiwa. Pada tahun 2008,

tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Serengan yang mencapai angka 19.899 jiwa/km. Kepadatan penduduk yang tinggi di Kota Surakarta menyebabkan jumlah permintaan dan pasokan bawang putih yang diperlukan di Kota Surakarta semakin meningkat.

b. Komposisi Penduduk Kota Surakarta Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Komposisi penduduk menurut kelompok umur merupakan suatu bentuk penggolongan penduduk berdasarkan umur sehingga dapat diketahui jumlah penduduk yang produktif maupun penduduk yang tidak produktif. Menurut data BPS Kota Surakarta, golongan umur produktif adalah golongan umur 15-64 tahun. Sedangkan golongan umur tidak produktif adalah golongan umur antara 0-14 tahun dan golongan umur lebih dari atau sama dengan 65 tahun. Berdasarkan pengelompokan umur tersebut, dibedakan juga berdasarkan jenis kelaminnya.Komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di Kota Surakarta dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 18. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Surakarta Tahun 2008

Jumlah Umur(tahun) Laki-laki Perempuan

Golongan

Jenis Kelamin

(jiwa) 0-14

65 ke atas

522.934 Sumber : BPS Surakarta, 2009

Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang paling banyak berada pada usia produktif yaitu sebesar 378.574 jiwa. Pada kelompok umur ini, umumnya terdiri dari para ibu rumah tangga yang melakukan aktivitas memasak setiap harinya. Walaupun tidak semua orang senang dengan bawang putih tetapi bawang putih hampir setiap hari dibutuhkan dan digunakan sebagai bahan penyedap dan bumbu masakan sehingga permintaannya akan terus meningkat.

Berdasarkan perhitungan Angka Beban Tanggungan (ABT) pada Lampiran 6, diketahui bahwa nilai ABT Kota Surakarta sebesar 38,13%, artinya setiap 100 orang usia produktif menanggung 38 orang usia non produktif. Angka Beban Tanggungan tersebut berpengaruh pada daya beli suatu rumah tangga. Apabila semakin tinggi nilai ABT di Kota Surakarta maka daya beli masyarakat akan menurun karena semakin banyak tanggungannya. Keadaan demikian akan mengurangi tingkat permintaan bawang putih.

Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan nilai Sex Ratio (SR) diketahui bahwa besarnya nilai Sex Ratio di Kota Surakarta adalah 89,68%, artinya dalam 100 orang penduduk perempuan terdapat 90 orang penduduk laki-laki sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki. Hal ini menyebabkan kebutuhan atau permintaan bawang putih akan semakin meningkat karena perempuan biasanya gemar memasak dan bawang putih menjadi salah satu bumbu masakan yang selalu digunakan.

c. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu aspek yang sangat berperan penting dan dapat mempengaruhi pembangunan suatu wilayah secara keseluruhan. Berikut ini merupakan tabel keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan di Kota Karanganyar Tahun 2008.

Tabel 19. Keadaan Penduduk Usia Lima Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kota Surakarta Tahun 2008

Presentase (%) Tamat Akademi/ PT

Pendidikan Yang Ditamatkan

Jumlah

7,93 Tamat SLTA/MA

15,83 Tamat SLTP/MTS

22,56 Tamat SD/MI

21,84 Tidak Tamat SD

9,80 Belum Tamat SD

14,87 Tidak Sekolah

100,00 Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar, 2009 Berdasarkan Tabel 19 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan yang

paling tinggi di Kota Surakarta pada tahun 2008 yaitu tamat SLTP/MTS sebanyak 101.351 (22,56 persen). Sedangkan tingkat pendidikan yang paling rendah yaitu pada tingkat tidak sekolah yaitu sebesar 32.192 (7,17 persen). Sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan penduduk Kota Surakarta cukup baik karena sebagian besar penduduk telah mengenyam pendidikan dan telah mengikuti program wajib belajar 9 tahun. Hal ini akan berdampak pada pola pikir penduduk yang cenderung lebih mudah menerima perubahan kearah yang lebih baik. Hal ini terkait dengan mudahnya berbagai komoditas pertanian masuk ke Kota Surakarta dan penyampaian informasi yang terkait dengan Kota Surakarta sebagai daerah konsumen yang diperlukan daerah sentra produksi.

d. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk suatu wilayah dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah sumber daya yang tersedia, keadaan sosial ekonomi, keterampilan atau kemampuan yang dimiliki, tingkat pendidikan serta modal yang ada. Berikut ini adalah tabel tentang keadaan penduduk menurut mata pencaharian di Kota Surakarta.

Tabel 20. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kota Surakarta Tahun 2008

Persentase (%) Petani Sendiri

Mata Pencaharian

Jumlah

0,11 Buruh Tani

2,06 Buruh Industri

17,44 Buruh Bangunan

3,93 PNS/TNI/POLRI

100,00 Sumber : BPS Kota Surakarta, 2009

Tabel 20 menunjukkan bahwa jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Kota Surakarta sebagian besar adalah bermata pencaharian lain-lain sebanyak 162.290 jiwa (40,42 persen) yaitu sebagai karyawan swasta dan sektor jasa. Sedangkan jumlah penduduk menurut mata pencaharian yang paling kecil adalah petani sendiri dan buruh tani sebesar 0,11 persen. Mata pencaharian sebagai pedagang menempati urutan keempat sebesar 32.374 jiwa dimana diantara jumlah tersebut adalah pedagang bawang putih. Adanya pedagang bawang putih di Kota Surakarta maka semakin memperlancar pemasaran komoditas bawang putih. Hal ini dikarenakan pasokan bawang putih dari daerah sentra produksi yang masuk ke Kota Surakarta harus segera di distribusikan kepada konsumen yang membutuhkan sehingga peran pedagang sangat penting.

Keadaan Umum Pertanian

Produk pertanian yang dihasilkan berupa tanaman padi dan palawija. Berdasarkan data BPS Surakarta Dalam Angka Tahun 2008, produksi padi sawah sebesar 11.811 Ku, padi gogo sebesar 1.054 Ku, ubi kayu sebesar 2.916 Ku, jagung sebesar 527 Ku, dan kacang tanah sebesar 180 Ku.

Berdasarkan data BPS Surakarta Dalam Angka Tahun 2009 di Kota Surakarta tidak terdapat produksi sayur-sayuran termasuk komoditas bawang putih. Hal ini dikarenakan faktor alam yang tidak mendukung dalam budidaya bawang putih antara lain suhu udara yang cukup panas dan jenis tanahnya yang liat berpasir sehingga Kota Surakarta menjadi daerah konsumen yang memerlukan pasokan bawang putih dari daerah lain.

Keadaan Perekonomian

Pasar merupakan sarana perekonomian yang sangat penting bagi penduduk untuk memenuhi kebutuhannya, Kota Surakarta memiliki berbagai macam pasar. Berikut adalah tabel yang menunjukkan jumlah dan jenis pasar di Kota Surakarta. Tabel 21. Banyaknya Pasar dan Jenis Pasar di Kota Surakarta Tahun 2008

Jenis Pasar Jumlah Departement Store

11 Pasar Swalayan

19 Pusat Perbelanjaan

4 Pasar Tradisional

a. Umum

b. Hewan

c. Buah

d. Sepeda -

e. Ikan -

3 Sumber : BPS Kota Surakarta, 2009

f. Lain-lain

Berdasarkan Tabel 21 dapat diketahui bahwa jumlah pasar yang paling banyak terdapat di Kota Surakarta adalah pasar umum yaitu 32 pasar. Banyaknya pasar umum di Kota Surakarta membuat produsen bawang putih lebih mudah memasarkan bawang putih di dalam kota. Hal ini berpengaruh pada ketersediaan bawang putih di Kota Surakarta dimana Kota Surakarta sebagai daerah konsumen yang tidak menghasilkan bawang putih sendiri sehingga membutuhkan pasokan bawang putih dari daerah lain.

Keberadaan pasar sangat penting bagi berlangsungnya kegiatan jual beli dan penting sebagai sarana bagi produsen untuk menjual hasil produksinya dan bagi konsumen untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari- Keberadaan pasar sangat penting bagi berlangsungnya kegiatan jual beli dan penting sebagai sarana bagi produsen untuk menjual hasil produksinya dan bagi konsumen untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-

Luas Pasar Legi yaitu 16.640 m 2 , dengan jumlah los sebanyak 1542 petak dan kios 236 petak. Pasar Legi terdiri dari 763 pedagang oprokan dalam dan

luar, 1238 pedagang los, dan 181 pedagang kios. Pedagang yang terdapat di Pasar Legi terdiri dari pedagang sayuran, buah, sembako, daging, dan lain- lain. Pedagang sayuran terletak di lantai I dan II. Fasilitas di Pasar Legi antara lain kantor pasar, tempat parkir, pos keamanan, sarana kesehatan, masjid, perbankan, dan MCK.

Berdasarkan kondisi umum Kabupaten Karanganyar dan Kota Surakarta di atas dapat diketahui bahwa Kabupaten Karanganyar sebagai daerah produsen atau penghasil bawang putih dan Kota Surakarta sebagai daerah konsumen yang tidak menghasilkan bawang putih sendiri sehingga diperlukan adanya suatu pemasaran bawang putih. Pemasaran bawang putih dari daerah produsen ke daerah konsumen memerlukan adanya suatu pasar (Pasar Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dan Pasar Legi Kota Surakarta) sebagai lembaga pemasaran untuk menampung dan menyalurkan bawang putih sehingga pemasaran dapat terjadi secara efisien. Pemasaran yang efisien dapat diketahui dengan keterpaduan kedua pasar dari efisiensi pembentukan harga di pasar acuan (Pasar Legi) yang mempengaruhi pembentukan harga di pasar lokal (Pasar Tawangmangu).

Dokumen yang terkait

PERUBAHAN MORFOLOGI DAN SITOLOGI LIMA VARIETAS KEDELAI (GLYCINE MAX (L.) MERRILL) DENGAN PERLAKUAN PEMBERIAN PUPUK POSPHAT

0 1 38

PENGARUH MINYAK JINTAN HITAM DALAM MENCEGAH PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

0 0 73

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi dengan judul : “ ANALISIS PENGARUH INFORMASI PENGUMUMAN RIGHT ISSUE TERHADAP PERUBAHAN VOLATILITAS HARGA SAHAM DAN VOLUME PERDAGANGAN ” (Studi pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2000 – 2007 )

0 0 54

ANALISIS KAPASITAS BALOK DAN KOLOM PADA STRUKTUR PORTAL B AJA MENGGUNAKA N BALOK KOMPOSIT

0 0 21

ANALISIS PELAKSANAAN KURIKULUM KTSP PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN DI SMK MURNI 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 20082009

0 1 62

KAJIAN PENGARUH KONSUMSI AIR BERSIH PDAM TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA

0 0 72

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT pada murid SD Negeri 1 Kota Subulussalam Tahun 2011

2 0 61

PENGARUH PEMBERIAN JUS BUAH DELIMA (Punica granatum) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

0 0 51

ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO

0 0 75

HUBUNGAN OBSTRUCTIVE SLEEP APNEA (OSA) DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI POLI SARAF RSUD DR.MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

0 0 67