Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2016
III-1
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH
DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah
Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan statistik Perekonomian Daerah, yang merupakan gambaran umum situasi
perekonomian tahun 2014 berikut karakteristik serta prospek perekonomian Jawa Barat Tahun 2015-2016. Bab ini juga membahas mengenai tantangan
perekonomian Jawa Barat serta gambaran dinamika faktor eksternal dan internal yang diperkirakan mempengaruhi kinerja perekonomian daerah.
3.1.1. Kondisi Ekonomi Makro Provinsi Jawa Barat
Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada Tahun 2014 mencapai 5,07, kondisi ini cenderung lambat dibanding Tahun 2013 yang tumbuh sebesar 6,06.
Perlambatan pertumbuhan PDRB tersebut disebabkan oleh melemahnya konsumsi rumah tangga, meskipun investasi dan konsumsi pemerintah meningkat. Namun
demikian, secara akumulasi, Jawa Barat memiliki intensitas aktivitas perekonomian yang cukup tinggi, karena dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia dan
masih menjadi tujuan utama investasi PMA dan PMDN, kemampuan ekonomi Jawa Barat tumbuh di atas nasional. Pencapaian kinerja perekonomian Jawa Barat
sendiri, tidak lepas dari upaya menjaga stabilitas perekonomian daerah. Fakta inilah yang membentuk daya saing Jabar berada pada urutan ke-4 di Indonesia
Gambar 3.1.
GAMBAR 3.1.
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, 2015
Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2016
III-2
Pertumbuhan terjadi pada seluruh lapangan usaha. Informasi dan Komunikasi merupakan lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi
sebesar 17,47 persen, diikuti oleh Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 15,78 persen dan Jasa Pendidikan sebesar 14,43 persen. Sedangkan struktur
perekonomian Jawa Barat menurut lapangan usaha tahun 2014 didominasi oleh tiga lapangan usaha utama, yaitu Industri Pengolahan 43,57; Perdagangan
Besar-Eceran dan reparasi Mobil-Sepeda Motor 15,24 persen dan Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 8,72 persen Gambar 3.2.
GAMBAR 3.2. PERTUMBUHAN DAN DISTRIBUSI BEBERAPA LAPANGAN USAHA 2014
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, 2015
GAMBAR 3.3. SUMBER PERTUMBUHAN PDB MENURUT LAPANGAN USAHA
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, 2015
Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2016
III-3
Berdasarkan Gambar 3.3. di atas,
penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tahun 2014, Industri Pengolahan memiliki sumber pertumbuhan
tertinggi sebesar 2,23 persen, diikuti Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Mobil-Sepeda Motor sebesar 0,54 persen; Informasi dan Komunikasi sebesar 0,49
persen dan Konstruksi sebesar 0,44 persen.
Menurut data pada Tabel 3.1, pada triwulan IV-2014 Ekonomi Jawa Barat tumbuh 5,46 persen bila dibandingkan triwulan IV-2013 y-on-y seperti pada
Gambar 3.4. Pertumbuhan terjadi pada hampir seluruh lapangan usaha kecuali Pengadaan Listrik dan Gas tumbuh minus 1,80 persen; Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan tumbuh minus 0,59 serta Pertambangan dan Penggalian tumbuh minus 0,13 persen. Informasi dan Komunikasi merupakan lapangan usaha yang memiliki
pertumbuhan tertinggi sebesar 18,47 persen, diikuti Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 16,96 persen dan Jasa Pendidikan sebesar 16,02 persen.
GAMBAR 3.4.
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, 2015
Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2016
III-4 TABEL 3.1.
LAJU PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2014 MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN DASAR 2010
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, 2015
Pertumbuhan ekonomi tahun 2014 dari sisi pengeluaran sebesar 5,07 persen terjadi pada seluruh komponen. Pembentukan Modal Tetap Bruto PMTB
merupakan komponen yang mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 10,16 persen, yang diikuti oleh Pengeluaran Konsumsi Pemerintah sebesar 9,04 persen,
dan Perubahan Inventori sebesar 4,76 persen Gambar 3.5.
GAMBAR 3.5. PERTUMBUHAN DAN DISTRIBUSI BEBERAPA KOMPONEN 2014
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, 2015
Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2016
III-5
Struktur Ekonomi Jawa Barat tahun 2014 menurut pengeluaran didominasi oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 62,92 persen, diikuti
Pembentukan Modal Tetap Bruto 26,08 persen dan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 6,09 persen Gambar 3.6.
GAMBAR 3.6. SUMBER PERTUMBUHAN PDB MENURUT PENGELUARAN
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, 2015
Penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat, yang dapat dilihat dari Laju Pertumbuhan PDRB
yang tercermin dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi, terdiri atas komponen PMTB
sebesar 2,58 persen, diikuti Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga memiliki sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 2,07 persen
Tabel 3.2
.
TABEL 3.2 LAJU PERTUMBUHAN PDRB MENURUT PENGELUARAN TAHUN DASAR 2010
TAHUN 2014
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, 2015
Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2016
III-6
Tingkat inflasi Jawa Barat y on y selama dua belas bulan terakhir tercatat sebesar 7,41 persen, lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 9,15
persen. Laju inflasi ditunjukkan dengan Indeks Harga Konsumen IHK Gabungan Jawa Barat yang meliputi 7 tujuh kota yaitu Kota Bandung, Kota Cirebon, Kota
Tasikmalaya, Kota Bekasi, Kota Bogor, Kota Sukabumi dan Kota Depok Gambar 3.7.
GAMBAR 3.7.
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, 2014
Pada aspek inflasi, adanya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak BBM dan Tarif Dasar Listrik TDL memicu kenaikan beberapa harga komoditas pada
bulan Desember 2014, sehingga memberikan andil terhadap kenaikan IHK Gabungan di Jawa Barat. Berdasarkan berita resmi BPS Bulan Februari 2015,
tercatat pada Bulan Desember 2014, Jawa Barat mengalami inflasi sebesar 2,14 persen atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen IHK dari 115,34 pada
November 2014 menjadi 117,81 pada Desember 2014. Dengan demikian laju inflasi tahun kalender 2014 year to date sebesar 7,41 persen dan laju inflasi
tahun ke tahun year on year Desember 2014 terhadap Desember 2013 sebesar 7,41 persen.
Dari tujuh kelompok pengeluaran, semuanya mengalami inflasi antara lain Kelompok Bahan Makanan sebesar 2,83 persen, Kelompok Makanan Jadi,
Minuman, Rokok Tembakau sebesar 0,52 persen, Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas Bahan Bakar sebesar 0,99 persen, Kelompok Sandang sebesar 0,34
persen, Kelompok Kesehatan sebesar 1,20 persen, Kelompok Pendidikan, Rekreasi Olahraga sebesar 0,24 persen, dan Kelompok Transpor, Komunikasi
Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2016
III-7
Jasa Keuangan sebesar 6,22 persen. Dari tujuh kota pantauan IHK di Jawa Barat November 2014, seluruhnya
mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Tasikmalaya sebesar 2,44 persen, diikuti Kota Sukabumi sebesar 2,43 persen, Kota Bandung sebesar 2,34 persen,
Kota Depok sebesar 2,13 persen, Kota Bekasi sebesar 1,99 persen, Kota Bogor sebesar 1,86 persen, dan Kota Cirebon sebesar 1,78 persen.
Kelompok Transpor, Komunikasi Jasa Keuangan menjadi penyumbang inflasi tertinggi, dengan inflasi sebesar 6,22 persen. Sub kelompok yang
mengalami inflasi tertinggi pada kelompok ini adalah sub kelompok transport. Adapun komoditi yang menjadi penyumbang inflasi tertinggi adalah angkutan
dalam kota, bensin, solar dan angkutan antar kota.
Gambaran kondisi sosial ekonomi lainnya, dapat dilihat berdasarkan indikator ketenagakerjaan dan kemiskinan. Peningkatan jumlah angkatan kerja dan
jumlah penduduk bekerja yang meningkat.Selama kurun waktu 2013-2014 terjadi penurunan jumlah penganggur. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK pada
tahun 2014 mengalami peningkatan, sedangkan Tingkat Pengangguran Terbuka TPT Jawa Barat mengalami penurunan dibanding tahun 2013.
Jumlah penduduk miskin penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan di Jawa Barat pada September tahun 2014 sebesar 4,23 juta orang
9,18 persen Tabel 3.3.
TABEL 3.3. INDIKATOR KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN DI JAWA BARAT TAHUN 2013-2014
Indikator Tahun 2013
Tahun 2014
Ketenagakerjaan : 1. Angkatan Kerja juta org :
Bekerja juta org Penganggur juta org
2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja persen
3. Tingkat Pengangguran Terbuka persen Data Agustus
2013 20,28
18,41 1,87
63,01 9,22
Data Agustus 2014
21,00 19,23
1,77 62,77
8,45 Kemiskinan :
1. Jumlah Penduduk juta org 2. Persentase Penduduk Miskin persen
Data Sept 2013 4,32
9,61 Data Sept 2014
4,23 9,18
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, 2014
Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2016
III-8
3.1.2. Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2015 dan Tahun 2016
Tantangan dan prospek perekonomian Jawa Barat, tentunya akan banyak
dipengaruhi oleh tantangan dan prospek pada tataran global, nasional, maupun lingkungan regional Jawa Barat sendiri.
3.1.2.1. Tantangan Global dan Nasional
Berdasarkan analisis dari World Bank, perkiraan kinerja perekonomian global pada tahun 2015 dan 2016 cenderung lebih baik dibandingkan dengan
tahun 2014, sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 3.8.
GAMBAR 3.8 ECONOMIC OUTLOOK GLOBAL DAN NASIONAL
Sumber : Worldbank 2015
Melihat dari perkiraan Worldbank, laju pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan akan tumbuh 2.99 di tahun 2015 dan 3.31 di tahun 2016. Kondisi
ini didukung oleh adanya peningkatan laju pertumbuhan ekonomi di beberapa Negara dan kawasan termasuk Jepang yang dalam beberapa tahun terakhir
menunjukan adanya penurunan yang cukup signifikan. Pertumbuhan ini diharapkan akan berdampak kepada kondisi perekonomian nasional yang
diperkirakan akan tumbuh ke angka 5.2 di tahun 2015 yang sebelumnya turun drastis dari 5.8 di tahun 2013 menuju angka 5.02 di tahun 2014. Dengan
Indonesia memasuki masa penyesuaian ditengah pergantian presiden dan
World US
Eropa Jepang
Developin g
Countries China
Indonesia 2012
2,4 2,3
-0,7 1,5
4,8 7,7
6,3 2013
2,5 2,2
-0,4 1,5
4,9 7,7
5,8 2014
2,6 2,4
0,8 0,2
4,4 7,4
5,1 2015
3,0 3,2
1,1 1,2
4,8 7,1
5,2 2016
3,3 3,0
1,6 1,6
5,3 7,0
5,5 2012
2013 2014
2015 2016
Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2016
III-9
penentuan harga BBM yang didasarkan kepada mekanisme pasar, pertumbuhan tersebut tentunya merupakan kabar baik bagi kondisi perekonomian nasional
walaupun kemungkinan akan dicapai dengan upaya yang cukup berat. Upaya- upaya tersebut harus didukung oleh peningkatan kualitas perekonomian dari
daerah-daerahnya termasuk Provinsi Jawa Barat.
3.1.2.2. Tantangan Regional Jawa Barat
Berdasarkan perkiraan LPE pada tingkat global dan nasional tersebut, Provinsi Jawa Barat diproyeksikan akan memiliki pertumbuhan yang cukup mirip
dengan pertumbuhan nasional mengingat data historis menunjukan beberapa pergerakan yang sama. Penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 1 pada tahun
terakhir merupakan sebuah signal bahwa upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat memiliki tantangan yang cukup berat. Adanya Masyarakat
Ekonomi ASEAN dan tuntutan dari masyarakat tentunya menuntut adanya suatu pembenahan terutama dalam pengembangan produksi sektoral dan perbaikan
infrastruktur yang dapat meningkatkan efisiensi dan skala produksi yang tentunya akan berdampak pada kondisi sosial daerah. Dengan adanya pertumbuhan
ekonomi nasional 5,2 di tahun 2015, Jawa Barat diperkirakan akan mencapai kondisi yang hampir sama dengan catatan adanya perbaikan dalam penyerapan
investasi yang ada.
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan nilai ICOR 2014 sebesar 5.26 yang artinya untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi sebesar 1 maka
diperlukan pertumbuhan nilai investasi sebesar 5.26 dari nilai PDRB di tahun 2014. Angka ICOR ini menunjukan akan yang cukup tinggi sehingga dapat
dikatakan terjadi inefisiensi dalam penggunaan modal. Dengan asumsi kondisi ini masih terjadi untuk tahun 2015 dan 2016 yakni ICOR sebesar 5,26, jika
kemampuan investasi tahun 2015 dan 2016 sama dengan tahun 2014 sebesar 305 trilyun harga konstan tahun dasar 2010 maka laju pertumbuhan ekonomi tahun
2015 melambat menjadi 4,83 dan 4,61 tahun 2016. Tentunya kondisi demikian bukan yang diharapkan. Sebaliknya, realisasi investasi ditargetkan meningkat
setiap tahunnya dan diharapkan terjadi efisiensi penggunaan modal yang tercermin dalam besaran ICOR yang lebih rendah. Dengan asumsi ICOR sebesar 5 untuk
tahun 2015 dan 2016 dan realisasi investasi sebesar 306 358 trilyun rupiah maka LPE Jabar dapat diperkirakan sebesar sebagaimana tercantum dalam Tabel 3.4.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2016
III-10 TABEL 3.4
PERKIRAAN INDIKATOR PEMBANGUNAN REGIONAL TAHUN 2015-2016 No.
Indikator Proyeksi Tahun
2015 Proyeksi Tahun
2016
1. a. Jumlah Penduduk jiwa
46.800.123 47.577.005
b. Laju Pertumbuhan Penduduk persen 1,67
1,60 1,90 2.
Laju Pertumbuhan Ekonomi persen 5,0-5,4
5,20-5,6 3.
Inflasi persen 4,7 -5,5
4,0 4,5 4.
Nilai PDRB perkapita adhk 2000 Rp. trilyun
1205,41 - 1210 1270,51 - 1275,34
5. Persentase Penduduk Miskin terhadap
Jumlah Penduduk 9,3 - 9,55
8,20 5,90
6. Laju Pertumbuhan Investasi
harga konstan persen
-1,5 6,77 5,2 13,7
7. Tingkat Pengangguran Terbuka persen
8,0 -8,4 7,60 8,00
8. Nilai InvestasiPMTB adhk Rp. Trilyun
301 - 327 330 - 357
Sumber : Hasil analisi Tim Ekonomi Makro, 2015
Pemerintah Provinsi Jawa Barat berkeinginan untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan kualitas kebijakan agar Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2015
dan 2016 tetap di atas nasional. Kebijakan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Mempertahankan pertumbuhan sector pertanian dan industri pengolahan. 2. Memantapkan pertumbuhan sektor Perdagangan, Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum, sektor jasa-jasa dan sector bangunan 3. Integrasi janji gubernur dengan implementasi tematik sektoral dan kewilayahan
4. Penguatan kelembagaan investasi dan keuangan daerah
Angka proyeksi LPE tersebut lebih rendah dari target RPJMD mengingat kondisi makro secara nasional terus melambat. Sementara untuk inflasi Jawa Barat tahun
2015 diperkirakan 4,7-5,5 dikarenakan salah satunya karena efek fluktuasi harga BBM. Hasil perhitungan Tim Ekonomi Makro Bappeda Provinsi Jawa Barat
berbeda dengan Bank Indonesia Bandung, setiap kenaikan harga BBM 1 akan meningkatkan inflasi Jawa Barat sebesar 0,054, sehingga prediksi inflasi tahun
2015 di kisaran 4,7-5,5. Untuk tahun 2016 diperkirakan inflasi Jabar sesuai angka alamiahnya yakni antara 4 - 4,5.
Pertumbuhan ekonomi yang dicapai masih belum bisa menyelesaikan permasalahan ketenagakerjaan terutama dalam hal pengangguran walaupun
secara teoritis, Okun s Law menyebutkan bahwa terdapat hubungan negatif antara
Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2016
III-11
PDRB dan pengangguran. Artinya setiap peningkatan PDRB seharusnya disertai dengan adanya penurunan angka pengangguran. Selama kurun waktu enam tahun
yakni periode tahun 2009-2014, tidak terdapat pola yang serupa atau mendekati antara besaran LPE dengan kesempatan kerja baru atau tambahan jumlah orang
bekerja. Pada tahun 2009 ketika ekonomi tumbuh sebesar 4,19 tambahan kesempatan kerja mencapai 420.000 orang, namun pada tahun 2010 dimana LPE
mencapai 6,09 tambahan kesempatan kerja hanya 4.000 orang. Selanjutnya ketika pencapaian LPE di tahun 2013 sebesar 6,06 relatif sama dengan tahun
2010, penambahan jumlah orang bekerja sebesar 9.000 orang. Yang paling menarik untuk tahun 2014 dimana ekonomi melambat hanya tumbuh sebesar
5,07 ternyata mampu menambah kesempatan kerja baru sebanyak 820.000 orang. Jika diambil rata-rata dari periode 2009-2014, setiap ekonomi Jabar tumbuh
sebesar 1 dapat menambah kesempatan kerja baru sebanyak 83.165 orang. Dengan asumsi tambahan jumlah penduduk yang masuk sebagai angkatan kerja
baru sebesar 1,82 yakni sesuai fenomena yang terjadi pada periode 2008-2012, maka tingkat pengangguran masih berada di kisaran angka 8 baik untuk tahun
2015 maupun 2016 sekalipun diproyeksikan optimis maksimal 8 untuk tahun 2016.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah menyiapkan kebijakan khusus terkait penurunan pengangguran, yakni melalui Common Goals 5 Meningkatkan Ekonomi
Pertanian dengan kegiatan tematikpeningkatan budaya masyarakat bekerja, Perluasan Lapangan Kerja dan Kesempatan Berusaha UMKM.
Adapun analisis SWOT untuk tantangan perekonomian Jawa Barat Tahun 2015-2016 Tabel 3.5.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2016
III-12 TABEL 3.5
ANALISIS SWOT EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2015-2016 Strenghts
Weakness Opportunities
Threats
Kepemilikian endowment factors
untuk budidaya
pertanian dan
lokasi strategis
dekat ibu kota Negara
Pasar domestik
Jabar yang besar SDM usia kerja
yang kreatif Bandung
dan sekitarnya menjadi
tujuan utama
wisata Stabilitas
makroekonomi regional yang
terjaga Tingginya
pertumbuhan Dana Pihak Ketiga di
industri perbankan Jabar tujuan
investasi di Indonesia
Adanya tematik sektoral dan
kewilayahan Adanya common
goal dan janji gubernur yang
memperkuat arah pembangunan
ekonomi Adanya arah
pengelolaan tiga metropolitan dan
pengembangan dua pusat
pertumbuhan Sektor
industri pengolahan
sebagai sektor
dominan mengalami
kemunduran Sektor
pertanian bukan
sektor potensial lagi
Pertumbuhan ekonomi
lebih karena sector non
tradable Pertumbuhan
ekonomi disertai
meningkatnya ketimpangan
pendapatan dan
wilayah Pertumbuhan
ekonomi belum
berdampak pada penurunan
pengangguran dan kemiskinan secara
signifikan Pola
investasi masih tetap pada
sector dan daerah tertentu saja
Keterbatasan jumlah
wirausahawan lokal sebagai penggerak
ekonomi regional Stagnasi
pertumbuhan KUMK
Menurunnya investasi PMDN
Tingginya kredit
konsumsi Struktur
industri yang tidak terkait
dengan keunggulan komparatif Jabar
Peluang pasar
dalam negeri dan luar negeri produk
Jabar terus
bertambah Stabilitas ekonomi
global dan nasional Minat
investor asing terutama asal
Jepang yang
sangat tinggi Berlakunya MEA
masyarakat Ekonomi ASEAN
Peluang kerjasama usaha
lintas provinsi
Kebijakan makroekonomi
nasional yang
berpihak pada
pencapaian LPE
yang berkualitas Regulasi
pusat yang mendukung
investasi tax
holiday Kebijakan sektoral
KL terkait yang mendukung
pembangunan ekonomi regional
Efek tetes
pertumbuhan ekonomi
DKI Jakarta
Daya saing
ekonomi daerah
tetangga yang
meningkat Serbuan
produk impor
Persaingan produk serupa
yang semakin tinggi
Iklim usaha yang terus membaik di
daerah-daerah lain luar Jabar
Aplikasi ilmu
pengetahuan dan teknologi di wilayah
lain yang lebih cepat
Terobosan kebijakan
pembangunan ekonomi wilayah
lain
STRATEGI:
1.
OPTIMALISASI KEUGGULAN KOMPARATIF JABAR
2.
PENINGKATAN DAYA SAING EKONOMI JABAR
Sumber : Rencana Besar Pembangunan Ekonomi Regional Provinsi Jawa Barat, 2014.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2016
III-13
Khusus untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut, Jawa Barat mempunyai potensi sumberdaya alam dan sumber daya manusia yang dapat
dianggap sebagai prospek dalam menghafapi tantangan tersebut.
TABEL 3.6. PROSPEK PEREKONOMIAN JAWA BARAT
No Bidang fenomena
Uraian INTERNAL
1 Pertanianpangan
Jawa Barat memiliki lahan pertanian yang cukup luas, dengan jumlah petani yang cukup banyak,
serta komoditas yang cukup beragam ditunjang keberadaan Waduk Jatigede.
2 Industri
Jawa Barat memiliki industri yang banyak baik skala besar, menengah, kecil dan mikro.
3 Energi
Jawa Barat memiliki sumber daya alam sumber energy alternative yang cukup banyak, baik dari
bahan tambang maupun komoditas pertanian. 4
Teknologi Jawa Barat memiliki Perguruan tinggi ternama
dan lembaga litbang departemen maupun non departemen yang cukup banyak.
EKSTERNAL
1 Kelangkaan pangan di
tingkat global
dan nasional
Merupakan peluang bagi pertanian Jawa Barat dalam pemasaran produk pertanian dan
olahannya. 2
Pergeseran kekuatan
ekonomi ke Asia Jawa Barat sebagai kawasan industry
terbesar di Indonesia mempunyai peluang dalam peningkatan sector industry.
Pada tanggal 14 Januari 2010 Atase Perekonomian China mewakili Pusat
Perdagangan Luar Negeri China melakukan pertemuan bisnis dengan Kamar Dagang dan
Industri Jabar. China merencanakan akan membuka pabrik tekstil di Jawa Barat sebagai
bentuk investasi China di bidang manufaktur di Indonesia.
3 Kesiapan Jawa Barat
menghadapi Asean
Economic Community
AEC pada tahun 2015 Jawa Barat memiliki penduduk dan tenaga
kerja yang banyak, harus dipersiapkan peningkatan daya saingnya skill, dll, supaya
berkontribusi dominan terhadap lapangan kerja AEC.
Program Jabar mengembara pada tahun 2013 harus mampu mempersiapkan tenaga
Jawa Barat dalam kancah AEC. 4
MP3EI Dukungan untuk MP3EI untuk jangka pendek
berupa kebijakan Jawa Barat dalam penciptaan iklim usaha yang lebih baik,
diharapkan akan meningkatkan kinerja industri Jawa Barat.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2016
III-14
Tahun 2016 merupakan tahapan ke-3 pada rangkaian pembangunan jangka menengah tahun 2013-2018, sekaligus merupakan tahun kedua pelaksanaan
RPJMN 2014-2019. Ada beberapa rekomendasi implementasi RPJMN dalam konteks kepentingan pembangunan ekonomi regional Jawa Barat, sebagai berikut:
1. Produk pangan harus jadi perhatian dan komitmen karena jumlah penduduk
besar. Implikasinya, alokasikan anggaran yang memadai. 2. Berdasarkan hasil kajian Tabel Input Output Jabar, sektor pertanian memiliki
nilai backward linkage yang besar namun relative kecil untuk angka forward linkage. Artinya potensi pertanian Jabar perlu didorong untuk industrialisasi
agroindustri.
3. Penekanan pembangunan sektor pertanian seyogianya tidak hanya di aspek produksi, namun juga sisi pasar. Harus dibangun institusi pasar sebagai option
market yang akan meningkatkan pendapatan petani dan menjamin redistribusi pendapatan antara pedagang dengan petani yang lebih adil.
4. Review Program yang ada di RPJMD saat ini agar lebih fokus untuk peningkatan produktivitas dan perwujudan option market output sektor
pertanian Jabar.
5. Guna peningkatan daya saing industri Jabar, berikan insentif bagi industri yang menggunakan komponen lokal relative tinggi diatas 60.
6. Untuk sukses implementasi UU tentang Desa, siapkan kebijakan untuk mengembangkan instrumen mendorong pembangunan perdesaan.
Diantaranya, dorong agar BUMDES dikelola secara professional, misalnya oleh sarjana desa dan para pendamping dari LSM.
7. Dana alokasi desa sesuai janji gubernur arahkan untuk mendukung program pembangunan lainnya dalam konteks misalnya peningkatan ketahanan pangan,
atau yang lainnya sesuai prioritas utama target pembangunan desa yang bersangkutan.
8. Untuk implementatif sebuah kebijakan, harus fokus pada data mikro lingkup data lebih detil.
9. Produktivitas perekonomian regional dibangun atas kekuatan kinerja ekonomi di level mikro, arahkan kegiatan untuk peningkatan produktivitas sub sektor
yang lebih mikro.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2016
III-15
10.Dalam membangun kedaulatan pangan, ciptakan instrumen pasar yang dapat memperbaiki harga jual komoditas yang dihasilkan petani. Pilihannya, Bulog
harus bisa beli komoditas tersebut atau melalui BUMD.
11.Dalam membangun kedaulatan energi, optimalkan eksploitasi panas bumi yang ada di wilayah Jawa Barat.
12.Dalam pengelolaan pembangunan, selain pengaturan pembagian peran, perlu dipertegas siapa yang bertanggung jawab dalam menentukan action and cut.
13.Dalam memanfaatkan meluasnya pasar MEA, perlu dibangun komunikasi yang efektif antara Pemerintah Daerah dengan Bea Cukai, selain dilakukan promosi
produk Jawa Barat secara gencar. Hal penting lain adalah menyebarluaskan informasi tentang fasiltias sesuai kesepakatan dagang yang dapat dinikmati
oleh para eksportir.
14.Dalam rangka meningkatkan investasi, promosi peluang investasi harus terus ditingkatkan. Perkuat dengan kebijakan yang lebih pro bisnis.
15.Pembangunan ekonomi membutuhkan dukungan infrastruktur yang memadai dan pembenahan karakter SDM nya untuk lebih produktif.
Selanjutnya, dalam rangka menjamin keberlanjutan pembangunan Jawa Barat, khususnya dalam periode RPJMD 2013-2018, maka telah ditetapkan
beberapa kebijakan operasional pembangunan, yaitu:
Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2016
III-16
3.2 Arah Kebijakan Keuangan Daerah