II-24
Sementara untuk pertumbuhan ekonomi, sektor informasi dan komunikasi merupakan sektor dengan pertumbuhan tertinggi di tahun 2014 yakni mencapai
17,47seperti pada Tabel 2.16.
TABEL 2.16. STRUKTUR PDRB DAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2013-2014
BERDASARKAN HARGA KONSTAN
Indikator Satuan
KondisiCapaian Tahun 2013
Tahun 2014 a. Kontribusi
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan persen
8,45 8,08
2. Pertambangan dan Penggalian
persen 2,46
2,38 3.
Industri Pengolahan persen
43,72 43,74
4. Pengadaan Listrik dan Gas
persen 0,55
0,55 5.
Pengadaan Air persen
0,08 0,08
6. Konstruksi
persen 8,04
8,07 7.
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
persen 16,27
16,00 8.
Transportasi dan Pergudangan persen
4,39 4,49
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum persen
2,38 2,40
10. Informasi dan Komunikasi persen
2,81 3,14
11. Jasa Keuangan persen
2,42 2,40
12. Real Estate persen
1,15 1,14
13. Jasa Perusahaan persen
0,39 0,40
14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
persen 2,07
1,98 15. Jasa Pendidikan
persen 2,35
2,56 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
persen 0,62
0,68 17. Jasa Lainnya
persen 1,86
1,93 PDRB
persen 100,00
100,00
b. Pertumbuhan
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
persen 4,41
0,47 2.
Pertambangan dan Penggalian persen
-1,25 1,57
3. Industri Pengolahan
persen 7,19
5,11 4.
Pengadaan Listrik dan Gas persen
8,37 4,30
5. Pengadaan Air
persen 6,50
5,98 6.
Konstruksi persen
8,15 5,45
7. Perdagangan Besar dan Eceran, dan
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor persen
5,21 3,31
8. Transportasi dan Pergudangan
persen 7,24
7,50 9.
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
persen 4,90
6,00 10. Informasi dan Komunikasi
persen 4,91
17,47 11. Jasa Keuangan
persen 4,75
4,12 12. Real Estate
9,10 4,46
13. Jasa Perusahaan persen
12,88 6,92
14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
persen 5,41
0,72 15. Jasa Pendidikan
persen 7,79
14,43 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
persen -1,88
15,78 17. Jasa Lainnya
persen 8,93
8,80 PDRB
persen 5,07
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat. Februari 2015 ;Keterangan : Merupakan konversi dari 9 sektor menjadi 17 klasisifikasi dengan menggunakan perhitungan dasar Tahun 2010 sedangkan untuk PDRB tahun 2014 sudah
langsung menggunakan tahun dasar 2010
Bidang perdagangan mencakup aktivitas transaksi barang dan jasa baik secara domestik maupun ekspor impor, peran sub sektor perdagangan
II-25
ditunjukan oleh neraca perdagangan Jawa Barat positif atau surplus berdasarkan harga konstan namun deficit menurut harga berlaku Tabel 2.17.
TABEL 2.17 NILAI EKSPOR DAN IMPOR TAHUN 2013-2014
NO INDIKATOR
SATUAN TAHUN
2013 2014
Triwulan I Tahun 2015
1 Ekspor :
- Ekspor adhb triliun rupiah
418,96 515,21
140,38 - Ekspor adhk
triliun rupiah 388,82
446,53 108,8
2 Impor :
- Impor adhb triliun rupiah
417,89 520,11
142,92 - Impor adhk
triliun rupiah 383,63
443,97 104,87
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat Februari 2015
Kemajuan sektor perdagangan dalam pembangunan ekonomi Jawa Barat seperti di gambarkan di atas disebabkan diantaranya oleh: a
Meningkatnya akses pasar untuk beberapa jenis produk industri Jawa Barat dan meningkatnya pangsa pasar ekspor Jawa Barat pada negara tujuan
ekspor. Meningkatnya volume dan keanekaragaman produk perdagangan ekspor dari Jawa Barat.
Pembangunan di bidang pertanian difokuskan pada peningkatan ketahanan pangan, melalui peningkatan ketersediaan pangan, peningkatan
cadangan pangan pemerintah daerah dan cadangan pangan masyarakat, pengendalian distribusi dan harga pangan, peningkatan keanekaragaman
konsumsi serta penanganan keamanan pangan. Produksi pertanian, khususnya produksi padi Jawa Barat mempunyai peranan penting dalam ketahanan
pangan nasional, karena memberikan kontribusi terbesar terhadap produksi beras Nasional. Pada Tahun 2014 kontribusi produksi padi Gabah Kering
Giling Jawa Barat terhadap nasional adalah 16,95.
Prestasi Provinsi Jawa Barat sebagai kontributor terbesar dalam penyediaan padi nasional salah satunya ditunjang oleh peningkatan produksi
padi secara konsisten selama lima tahun terakhir, sebagai akibat dari pengembangan sumberdaya petani, teknologi, penyuluhan dan perbaikan
infrastruktur pertanian, serta berbagai peraturan daerah yang mendukung peningkatan produksi pertanian khususnya padi.
II-26
2.1.4.2. Kinerja Pengembangan Wilayah 2.1.4.2.1. Penataan Ruang
Kinerja penataan ruang dilaksanakan melalui: a penyediaan pranata dan perwujudan rencana tata ruang; b harmonisasi penataan
ruang antara pusat, provinsi dengan kabupaten dan kota; c peningkatan upaya pemantauan, pengawasan, dan penertiban pemanfaatan ruang di
seluruh Wilayah Jawa Barat. Dalam rangka mewujudkan tata ruang yang efisien, berkelanjutan dan berdaya saing sesuai dengan tujuan penataaan
ruang wilayah yang diamanatkan dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW
Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029 maka dilaksanakan operasionalisasi penyelenggaraan BKPRD Provinsi Jawa Barat yang bermitra dengan West
Java Province-Metropolitan Development Management WJPMDM sebelum dibentuknya Badan Metropolitan dan Pusat Pertumbuhan Jawa Barat B-
MP2JB, Badan Pengembangan Wilayah BPW Jabar Selatan dan Forum Jabar Utara. Sebagai pendetilan RTRW Provinsi Jawa Barat, Pemerintah
Provinsi Jawa Barat pada Tahun 2012-2013 sudah melaksanakan kegiatan penyusunan materi teknis Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi
KSP. Sampai dengan Tahun 2014 telah diselesaikan 17 tujuh belas dari 24 dua puluh KSP dengan 2 dua diantaranya sudah berupa Naskah
Akademik.
Disamping itu, mengingat pentingnya pengelolaan pembangunan dan pengembangan metropolitan dan pusat pertumbuhan di Provinsi Jawa Barat,
Pemerintah Provinsi Jawa Barat memandang perlu pembangunan metropolitan secara terencana dan terintegrasi bersama-sama dengan
Pemerintah kabupatenkota, dengan menetapkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Pembangunan dan Pengembangan 3
tiga Metropolitan dan 3 tiga Pusat Pertumbuhan di Jawa Barat.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk harmonisasi penataan ruang antara pusat, provinsi dan kabupatenkota serta dalam rangka pembinaan
tata ruang oleh Provinsi Jawa Barat kepada kabupatenkota adalah fasilitasi pelaksanaan proses rekomendasi dan evaluasi Gubernur terhadap
rancangan peraturan daerah RTRW kabupatenkota. Saat ini sebanyak 26
II-27
dua puluh enam kabupatenkota di Jawa Barat sudah menetapkan Peraturan Daerah tentang RTRW, sedangkan Kabupaten Pangandaran
sebagai Daerah Otonom Baru, dalam tahap menyusun RTRW. Pemerintah Provinsi Jawa Barat mendapat pendelegasian dari Pemerintah Pusat untuk
memberikan persetujuan subtansi untuk Rencana Rinci Tata Ruang RRTR kabupatenkota, dan hingga saat ini baru 2 dua Kota yaitu Kota Bekasi dan
Bandung yang sedang dalam proses pembahasan BKPRD Provinsi Jawa Barat
. Dalam meningkatkan pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan
ruang, Pemerintah Provinsi Jawa Barat juga melakukan fasilitasi pemberian Rekomendasi Gubernur untuk pemanfaatan ruang di Kawasan Bandung
Utara KBU sebagai Kawasan Strategis Provinsi.
2.1.4.2.2. Infrastruktur Transportasi
Upaya peningkatan infrastruktur transportasi melalui peningkatan kinerja pengelolaan jalan provinsi. Dari total panjang jalan provinsi
sepanjang 2.191,29 Km, berada dalam kondisi mantap sampai dengan Tahun 2014 mencapai 97,68. Dengan capaian tersebut, maka peningkatan
kemantapan jalan sudah melebihi target RPJMD 2013-2018 untuk Tahun 2014 sebesar 97,10
97,40. Untuk mempertahankan kondisi jalan, pada tahun 2014 dilaksanakan program pemeliharaan jalan pada semua jaringan
jalan provinsi sepanjang 2.191,29 km dan pemeliharaan jembatan sepanjang 14.138,46 m, sedangkan untuk rehabilitasi jalan telah dilaksanakan
sepanjang 75,135 km, rehabilitasi jembatan sepanjang 25 m, perbaikan badan jalan sepanjang 76,874 km, perbaikan drainase jalan sepanjang
60,975 km.
Program pembangunanPeningkatan jalan telah ditingkatkan jalan sepanjang 76,19 km. Pada tahun 2015 akan dilaksanakan program
pemeliharaan jalan pada semua jaringan jalan provinsi sepanjang 2.191,29 km dan pemeliharaan jembatan sepanjang 14.138,20m sedangkan untuk
rehabilitasi jalan telah dilaksanakan sepanjang 102,69 km, rehabilitasi jembatan sepanjang 312,10 m, perbaikan badan jalan sepanjang 11,229 km,
perbaikan drainase jalan sepanjang 21,041 km. Sementara melalui program
II-28
pembangunanPeningkatan jalan telah ditingkatkan jalan sepanjang 28,24 km dan dibangun jalan sepanjang 3,91 km Tabel 2.18.
TABEL 2.18 KINERJA KEMANTAPAN JALAN TAHUN 2014
No Kondisi
2014 panjang km
1 Baik
1.108,091 50,57
2 Sedang
1.032,469 47,12
Mantap 2.140,56
97,68 3
Rusak Ringan 50,730
2,32 4
Rusak Berat -
Tidak Mantap 50,730
2,32
Total 2.191,29
100
Sumber : Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Barat
Tingkat kemantapan jalan kondisi baik dan sedang di Provinsi Jawa Barat meningkat dari 97,56 pada Tahun 2013 menjadi 97,68 pada Tahun
2014, meningkat sebesar 0,12. Berkaitan dengan sektor perhubungan, untuk pembangunan di bidang perhubungan, keberhasillannya dapat dilihat
dari capaian indikator yaitu Tingkat Ketersediaan Fasilitas Perlengkapan Jalan Provinsi, yang meningkat dari 15,83 pada Tahun 2013, menjadi
17,02 pada Tahun 2014.
Keberhasilan lainnya yang dicapai pada tahun 2014 adalah sebagai berikut: aPenyediaan lahan untuk pembangunan Jembatan Timbang pada
jalur Cianjur-Sukabumi di Desa Titisan Kabupaten Sukabumi seluas 7.800 m
2
dan Jalur Sukabumi-Bandung di Desa Sindang Jaya Kabupaten Cianjur seluas 159.620 m
2
; b Lanjutan pembebasan lahan untuk pembangunan Bandar Udara Internasional di Kertajati Kabupaten Majalengka Provinsi Jawa
Barat pada Tahun 2014 dengan membebaskan lahan di Desa Sukakerta dan Sukamulya 14,13 Ha dan pembebasan tanah kas Desa Kertajati dan Desa
Kertasari seluas 82 ha sehingga total lahan yang dibebaskan sampai Tahun 2014 adalah 873,63 Ha. c Pembangunan sisi udara Tahap II dilakukan oleh
Kementerian Perhubungan yang dibiayai dari APBN sebesar Rp. 80 Milyar sebagai lanjutan kegiatan Tahun 2013 berupa konstruksi Runway dengan
panjang 2.565 m dan lebar 60 m; d Pembebasan tanah untuk pembangunan shortcut Jalur Kereta Api Cibungur Purwakarta dan
Tanjungrasa Subang, yang dilaksanakan di Desa Wanakerta seluas 5.489
II-29
m
2
, sedangkan pembangunannya dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian yang didanai dari APBN dan telah dimulai sejak Tahun 2013;
e Peningkatan fasilitas pelabuhan Angkutan Sungai dan Danau di Jawa Barat; f Lanjutan pembebasan lahan Bandara Nusawiru pada Tahun 2013
sebagai persiapan pengembangan Bandara Nusawiru di Kabupaten Pangandaran. Pada Tahun 2014 telah dibebaskan lahan seluas 33.664 m
2
untuk pengembangan Bandara Nusawiru sesuai Rencana Induk Bandar Udara Nusawiru yang telah ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Perhubungan No. KP 407 Tahun 2014; g Penetapan Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 67 Tahun 2014 tentang Rencana Induk Perkeretaapian
Provinsi Jawa Barat, yang memuat rencana pengembangan jaringan prasarana perkeretapian, baik yang memuat jaringan jalur kereta api yang
akan dibangun di Jawa Barat.
Pembangunan angkutan massal di Jawa Barat sedang diupayakan melalui pembangunan dan reaktivasi jalur kereta api di Jawa Barat, antara
lain dengan melakukan persiapan reaktivasi jalur kereta api Rancaekek- Tanjungsari melalui penyusunan Studi Sosial Penertiban Lahan Reaktivasi
Kereta Api Rancaekek-Tanjungsari dan penyusunan DED Reaktivasi Jalur Kereta Api Rancaekek-Tanjungsari Tahap I. Pembangunan atau peningkatan
prasarana untuk reaktivasi jalur kereta api Rancaekek-Tanjungsari akan dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian
Perhubungan.
2.1.4.2.3. Sumberdaya Air dan Irigasi
Upaya mendukung ketahanan pangan dilakukan upaya peningkatan intensitas tanam padi melalui peningkatan pengelolaan jaringan irigasi di
Jawa Barat. Dari total luas Daerah Irigasi DI 974.012 Ha terdapat 86.561 Ha atau sebanyak 91 DI yang merupakan DI kewenangan Provinsi.
Peningkatan kinerja pengelolaan sumber daya irigasi ditunjukan dengan terpeliharanya kondisi dan fungsi DI yang tersebar di WS Ciliwung-Cisadane,
Cisadea-Cibareno, Citarum, Cimanuk-Cisanggarung, Citanduy dan Ciwulan- Cilaki. Jaringan irigasi pada DI kewenangan provinsi dengan kondisi baik
meningkat dari 65,98 pada akhir Tahun 2013 menjadi 67,34 pada Tahun
II-30
2014. Hal ini berdampak positif pada meningkatnya intensitas tanam padi menjadi 227 pada Tahun 2013 dibandingkan dengan Tahun 2012 yang
mencapai 214. Kinerja ini melampaui target yang ditetapkan dalam RPJMD 2008-2013 untuk Tahun 2012 yang sebesar 194-198. Selain jaringan
irigasi, juga dipelihara kondisi dan fungsi 106 situwaduk yang tersebar di WS Ciliwung-Cisadane, Cisadea-Cibareno, Citarum, Cimanuk-Cisanggarung,
Citanduy dan Ciwulan-Cilaki.
2.1.4.2.4. Iklim Berinvestasi
Penanaman modal merupakan sumber pertumbuhan ekonomi sebuah wilayah. Oleh karena itu upaya akumulasi modal merupakan konsern
setiap pemerintahan. Penyelenggaraan bidang penanaman modal diarahkan untuk mencapai misi 2 dua yakni Meningkatkan Pembangunan
Perekonomian Regional Berbasis Potensi Lokal. Untuk mendorong peningkatan penanaman modal di Jawa Barat, dilaksanakan melalui 2 dua
program yaitu Program Peningkatan Iklim Investasi dan Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi. Hasil dari pelaksanaan
program tersebut seperti terlihat pada Tabel di bawah ini.
TABEL 2.19. REKAPITULASI PROGRAM DAN KEGIATAN
PENANAMAN MODAL TAHUN 2013-2014 No
NAMA JUMLAH KEGIATAN
BERDASARKAN TAHUN JUMLAH
SELURUH PROGRAM
2013 2014
KEGIATAN 1. Peningkatan Iklim Investasi
3 3
3 2. Peningkatan Promosi dan
Kerjasama Investasi 4
4 4
JUMLAH 7
7 7
Sumber. LKPJ Gubemur Jawa Barat Tahun 2014
2.2. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD dan Realisasi