Hasil Pengolahan Data
Kewirausahaan Usaha Mikro dan Kecil Di Pajak USU
Sebanyak 81% pemilik usaha mikro dan kecil yang menjadi responden peneliti- an ini memang berkeinginan menjadi peng- usaha. Artinya jiwa kewirausaaan dan ke- mampuan berwirausaha yang diproksikan dengan melihat cara memulai usaha me- mang tinggi. Sebanyak 9% menjadi peng- usaha karena tidak menemukan pekerjaan lain. Sisanya adalah karena usaha sampi-
ngan yang semakin berkembang, artinya mereka sudah menjadi pegawai di tempat lain dan membuka usaha lagi di Pajak USU, karena usaha sambilan yang berkembang, serta karena telah dipecat dari pekerjaan sebelumnya.
Temuan ini tidak sejalan dengan He dan Kent (2007: 43) di Texas Barat. Motif utama pemilik usaha di sana memulai bisnis adalah mendapatkan keuntungan (61.9%), diikuti dengan memang berke- inginan menjadi pengusaha (43.9%), untuk mengembangkan karir, (20.3%), dipengaru hi keluarga dan teman (7.7%), kar na tidak memiliki pekerjaan (6.1%), serta alasan lain seperti keuntungan pajak, fleksibilitas, dan agar dapat berkontribusi kepada komunitas.
Enterpreneurability dalam penelitian ini berpengaruh tidak signifikan terhadap pre- ferensi pembiayaan usaha mikro dan kecil. Temuan ini tidak sejalan dengan pernyata- an Gebru (2009: 328) bahwa pemilik usaha mikro dan kecil yang memulai bisnisnya dengan inisiatif akan mampu memperoleh jumlah pendanaan dari sumber modal non- tradisional. Artinya wirausahawan yang memulai bisnis dengan keinginan sendiri akan memilih pendanaan eksternal. Namun sejalan dengan Fachrudin (2013: 102) bahwa enterpreneurability yang tinggi maupun yang rendah tidak berhubungan dengan prefe- rensi pembiayaan.
Kemungkinan, jiwa kewirausahaan yang tinggi saja tidak serta merta mem- pengaruhi struktur modal. Ia akan terpadu dengan kemampuan mengembangkan usa-
ha. Penelitian selanjutnya dapat meneliti pengaruh enterpreneurability terhadap struk- tur modal dengan ukuran usaha sebagai variabel intervening.
Pengalaman Usaha Mikro dan Kecil Di Pajak USU
Pengalaman pemilik usaha mikro dan kecil dalam penelitian ini berkisar antara 1 tahun sampai lebih dari 20 tahun. Namun kebanyakan adalah antara 2 sampai 5 tahun.
Pengalaman pemilik usaha mikro dan kecil ditemukan berpengaruh negatif dan
332 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 3, September 2013 : 318 - 336
tidak signifikan pada alpha 5% terhadap yang mengatakan bahwa usia yang tua dan preferensi pembiayaan usaha mikro dan
matang lebih mempunyai dana internal kecil. Hal ini tidak sejalan dengan Ang et al.
yang lebih banyak sehingga tidak perlu (2010:5) yang menemukan bahwa pengala-
mencari ke luar. Pengaruh negatif dan signi- man pemilik usaha berpengaruh positif dan
fikan ditemukan oleh Krasauskaite (2011: signifikan terhadap struktur modal usaha
56), yaitu usia usaha ditemukan berpe- kecil, semakin berpengalaman pemilik usa-
ngaruh negatif dan signifikan terhadap
ha, semakin besar komposisi hutang dalam penggunaan hutang jangka panjang pada struktur modalnya. Hasil ini juga tidak
usaha kecil. Usia yang lebih tua ditemukan sesuai dengan Gracia dan Mira (2008: 123)
kurang memerlukan pendanaan dari hu- yang mengatakan bahwa umur perusahaan
tang jangka panjang.
merupakan faktor yang penting dalam pem- biayaan usaha kecil dan menengah, serta
Ukuran Usaha-Usaha Mikro dan Kecil Di
dengan Lean dan Tucker (2001: 44) yang
Pajak USU
mengatakan bahwa hambatan lain bagi Sebanyak 50% responden penelitian ini usaha kecil untuk mendapatkan pendanaan
mempunyai total aset antara Rp 1 sampai dari luar adalah pengalaman. Penelitian ini
dengan Rp 50.000.000, 29% dengan total aset mendukung Coleman dan Cohn (2000: 10)
antara Rp 50.000.001 sampai dengan Rp yang menemukan bahwa pengalaman tidak
100.000.000, 7% dengan total aset antara Rp berpengaruh signifikan terhadap tingkat
100.000.001 sampai dengan Rp 150.000.000, hutang. Temuan ini tidak sejalan juga
5% dengan total aset antara Rp 150.000.001 dengan Ang et al. (2010: 5) serta He dan
sampai dengan Rp 200.000.000, 3% dengan Kent (2007: 29). He dan Kent (2007: 29) me-
total aset antara Rp 200.000.001 sampai ngatakan keputusan pemberian pinjaman
dengan Rp 250.000.000, 2% dengan total aset oleh lembaga keuangan untuk pengusaha
antara Rp 250.000.001 sampai dengan Rp kecil yang baru memulai bisnis, artinya
300.000.000, dan 4% mempunyai total aset yang pengalamannya masih kurang, di-
yang lebih besar dari Rp 300.000.000 namun dasarkan pada kelayakannya untuk men-
tidak sampai satu milyar. dapatkan pinjaman daripada kelayakan
Merujuk pada Undang-Undang Re- bisnisnya sendiri. Bahkan ketika bisnisnya
publik Indonesia No. 20 tahun 2008 tentang sudah berjalan selama beberapa periode,
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, berarti pemberi pinjaman masih
responden penelitian yang berskala usaha kurangnya informasi publik untuk usaha
merasakan
mikro berjumlah 96% dan hanya 4% yang kecil sehingga usaha kecil susah men-
berskala kecil karena menurut undang- dapatkan pinjaman dari eksternal.
undang tersebut, usaha mikro adalah usaha Signaling Hypothesis tidak dapat dijelas-
yang memiliki kekayaan bersih paling kan dari hasil penelitian ini. Pengalaman
banyak Rp 50.000.000 (lima puluh juta dalam penelitian ini tidak memberikan si-
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan nyal bagi lembaga keuangan eksternal bah-
tempat usaha, sedangkan usaha kecil wa suatu usaha sudah matang dan pemilik-
memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp nya sudah mampu menganalisis resiko
50.000.000 (lima puluh juta rupiah) sampai bisnis dan sumber dananya. Koefisien yang
dengan paling banyak Rp 500.000.000 (lima dihasilkan penelitian ini adalah negatif dan
ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan tidak signifikan. Hal ini berarti sinyal ter-
bangunan tempat usaha. sebut tidak sampai ke lembaga keuangan
Ukuran usaha berpengaruh positif dan karena pemilik usaha dengan pengalaman
signifikan terhadap preferensi pembiayaan yang lama ini justru tidak pergi mencari
usaha kecil dan menengah pada alpha 5%. pendanaan eksternal. Penjelasan yang lebih
Semakin besar ukuran usaha semakin besar tepat adalah dengan Pecking Order Theory
peluang usaha untuk mendapatkan pem-
Determinan Preferensi Struktur Modal Usaha Mikro dan Kecil..... – Fachrudin
biayaan dari eksternal. Hal ini sesuai de- ngan Gracia dan Mira (2008: 120) yang mengatakan bahwa ukuran perusahaan me- rupakan faktor yang penting dalam pem- biayaan usaha kecil dan menengah. Hasil penelitian ini juga mendukung Gebru (2009: 324), bahwa perusahaan besar mudah men- dapatkan pendanaan dari bank, sedangkan usaha kecil dan menengah mungkin akan kesulitan mendapatkan dana dari institusi keuangan formal. Dalam penelitian ini ter- lihat bahwa usaha mikro dan kecil yang lebih besar ukuran usahanya lebih mudah mendapatkan dana dari institusi keuangan formal. Hasil yang diperoleh juga sejalan dengan Krasauskaite (2011: 44).
Temuan penelitian ini mendukung pendapat He dan Kent (2007: 29-36), bahwa usaha kecil yang lebih besar cenderung menggunakan hutang dagang sedangkan yang lebih kecil dengan business credit cards.
Penelitian ini tidak sejalan dengan Mendell et al. (2006: 540-547) yang me- nemukan bahwa ukuran perusahaan ber- hubungan negatif dengan hutang. Usaha yang lebih besar lebih mampu mendanai usahanya sehingga keperluan hutangnya kecil, sedangkan penelitian ini menunjuk- kan hal sebaliknya. Semakin besar ukuran perusahaan, keperluan untuk mendanai usaha menjadi lebih banyak dan usaha ini mulai mencari dana dari luar.
Temuan penelitiian ini tidak sejalan dengan Njeru et al. (2012: 58) yang mengata- kan bahwa ukuran usaha tidak mem- pengaruhi akses pengusaha untuk men- dapatkan sumber pendanaan baik dari hutang maupun ekuitas. Di Thika District, Njeru et al. (2012: 58) menemukan bahwa usaha berukuran kecil dan menengah dapat mengoptimalkan rasio keuangannya dan mereka dapat memperoleh tingkat hutang dan ekuitas yang lebih tinggi.
Temuan penelitian ini juga terkait de- ngan asimetri informasi sebagaimana yang dikemukakan Viviani (2008: 180). Dalam usaha mikro dan kecil terjadi masalah asimetri informasi antara pemilik usaha dan lembaga keuangan. Pemilik usaha merasa
lembaga keuangan terlalu banyak meng- ambil keuntungan dan menetapkan terlalu banyak persyaratan, sementara lembaga keuangan berfikiran usaha mikro dan kecil kurang berkualifikasi dan sulit mengem- balikan dana. Asimetri informasi ini ke- mudian menyebabkan beberapa pemilik usaha menggunakan pendanaan dari rente- nir yang tidak banyak mengajukan per- syaratan. Padahal sebenarnya persyaratan tersebut adalah untuk keamanan pihak lembaga keuangan.
Signaling Hypotesis dapat dijelaskan pada kasus ini. Ukuran yang mikro dan kecil mungkin juga memberikan sinyal bah- wa mereka tidak mampu memberikan pe- ngembalian. Usaha mikro dan kecil mung- kin dianggap memiliki resiko masa depan yang lebih besar, kualitas usaha yang tidak jelas, manajemen yang profesional dan tidak bekerja dalam kapasitas penuh, serta me- miliki peluang melakukan moral hazard seperti menggunakan dana yang diberikan untuk kepentingan lain dan bukan untuk kemajuan usaha. Beberapa kasus pemberian dana dari lembaga keuangan pada usaha kecil di tempat lain menunjukkan bahwa dana tersebut digunakan untuk tujuan lain, bahkan konsumtif. Beberapa usaha meng- anggap itu adalah gratis dan tidak perlu dikembalikan. Kasus-kasus tersebut me- nimbulkan sinyal negatif bagi usaha kecil. Padahal banyak juga mikro dan kecil yang taat membayar hutangnya. Inilah alasan mengapa temuan ini menemukan pengaruh yang positif dan signifikan.
Asymmetric Information yang terlihat di sini adalah ketika lembaga keuangan me- rasakan bahwa dana yang diberikan akan digunakan untuk konsumtif. Bahkan ada informasi bahwa bila perbankan, terutama syariah, memberikan bantuan modal, maka usaha mikro dan kecil menganggapnya sebagai dana hibah gratis. Informasi yang tidak simetris ini lah yang menyebabkan lembaga keuangan berhati-hati dalam mem- berikan pinjaman modal.
Nilai Exp (B) sebesar 1.808 menunjuk- kan bahwa setiap terjadi peningkatan uku-
334 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 3, September 2013 : 318 - 336
ran perusahaan sebanyak 1 satuan, akan Agency theory juga dapat dijelaskan di meningkatkan peluang penggunaan dana
sini. Pemilik usaha mengatakan tidak meng- eksternal sebagai sumber pembiayaan se-
inginkan adanya pihak lain yang menikmati banyak 1.808 kali. Jadi peluang penggunaan
keuntungan jika mencari dana eksternal. dana eksternal akan meningkat jika skala
Pemilik usaha yang mendapatkan dana dari usaha makin besar. Hal ini terkait modal
mitra baru juga hanya dua persen, me- kerja yang semakin besar, misalnya pada
nunjukkan bahwa hanya sedikit yang rela toko yang menjual komputer, tablet, dan
usahanya dicampuri. Hal ini juga dapat handphone.
menjelaskan masalah Signalling Theory dan Penelitian ini menggunakan variabel
Information Asimmetry. Usaha kecil mem- berupa ukuran perusahaan dan pengalaman
berikan sinyal ketidakmampuan membayar pemilik usaha. Korelasi yang dilakukan di
pinjaman. Mencari mitra baru dapat mem- antara kedua variabel ini ditemukan erat
berikan sinyal prospek yang buruk. Hal ini sehingga dapat dikatakan bahwa semakin
menyebabkan usaha mikro dan kecil sulit lama pengalaman pemiliknya, semakin
mendapatkan akses modal dari luar. Infor- besar dan mature usahanya. Usaha yang
masi yang tidak simetris juga menyebabkan makin besar membutuhkan modal yang
sulitnya mengakses dana tersebut. Keadaan makin besar, dan karena itu membutuhkan
seperti ini menyebabkan rentenir dapat dana eksternal, namun pengalaman tidak
mengambil celah. Dengan persyaratan yang berhubungan sisgnifikan dengan preferensi
mudah dan tanpa prosedur berbelit, pemilik struktur modal. Dengan demikian dapat
usaha mikro dan kecil dapat memperoleh dikatakan bahwa bukan pengalaman yang
modal. Dalam hal mereka mampu mem- memudahkan akses ke sumber eksternal,
bayar, mereka akan membayar walaupun namun ukuran usaha yang besar yang
menyadari bahwa tingkat bunganya lebih membuat kebutuhan dana semakin besar
tinggi daripada meminjam pada lembaga sehingga perlu akses ke sumber dana ekster
keuangan formal, dan bahkan nilai jaminan nal.
yang diberikan juga dapat lebih tinggi dari- pada nominal yang dipinjam.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Saran
Ukuran usaha sebagai salah satu Lembaga keuangan formal perlu lebih karakteristik usaha berpengaruh positif dan
memperhatikan usaha kecil. Akses usaha signifikan terhadap preferensi struktur
mereka ke lembaga keuangan formal ter- modal usaha mikro dan kecil. Usaha yang
halang oleh waktu. Pemilik usaha mikro lebih besar lebih cenderung menggunakan
dan kecil kebanyakan juga bertindak se- dana dari luar. Pendidikan, entrepreneur-
bagai pekerja sehingga tidak memiliki wak- rability, dan pengalaman sebagai bagian dari
tu pergi ke lembaga keuangan formal. Ce- karakteristik pemilik tidak mempunyai
lah inilah yang digunakan rentenir karena pengaruh yang signifikan dalam penelitian
mereka menggunakan sistem jemput bola. ini.
Persyaratan administrasi juga dirasakan Pembiayaan dari luar dilakukan oleh
oleh sebahagian usaha mikro dan kecil, se- usaha yang lebih besar. Hal ini terjadi saat
perti penyediaan berkas-berkas yang harus mereka memerlukan modal yang lebih
dilengkapi.
besar. Pada usaha yang lebih kecil, pen- Lembaga keuangan formal perlu men- danaan internal telah mencukupi karena
contoh cara kerja rentenir yang cepat dan memang modalnya kecil. Hal ini dapat
sistem jeput bola yang disukai para pelaku menjelaskan Pecking Order Hypothesis se-
usaha. Lembaga keuangan formal memang bagai bagian dari teori struktur modal.
bersifat hati-hati agar tidak terjadi kredit macet, namun untuk membantu usaha kecil
Determinan Preferensi Struktur Modal Usaha Mikro dan Kecil..... – Fachrudin
kehati-hatian ini perlu disikapi dengan lebih Bulan, L., dan Z. Yan. 2010. Firm Maturity bijak.
and the Pecking Order Theory. Lembaga pendidikan perlu lebih ba-
International Journal of Bisnis and nyak memperkenalkan sumber modal dan
Economics 9(3): 179-200. cara mengaksesnya kepada para pelajar di
Coleman, S. dan R. Cohn. 2000. Small setiap jenjang agar para pelajar mengetahui
Firm’s Use of Financial Leverage: kebaikan dan keburukan lembaga keuangan
Evidence from the 1993 National formal serta non formal.
Survey of Small Business Finances. Sistem arisan yang diterapkan di Pajak
Journal of Business and Entrepreneurship USU mempunyai sisi positif. Sebaiknya
12(3): 81-99.
sistem ini lebih diorganisir dengan baik Copeland, Thomas E., J. Fred Weston., dan sehingga uang arisan tersebut dapat di-
Kuldeep Shastri. 2004. Financial Theory investasikan sebelum hari penarikan dan
and Corporate Policy . International Ed. penarikan diprioritaskan pada pemilik usa-
Prentice-Hall. USA.
ha yang sedang dalam keadaan sangat me- Eriksson, P., S. Katila and M. Niskanen. merlukan modal. Peneliti selanjutnya dapat
2009. Gender and sources of finance in mengembangkan penelitian ini dengan me-
Finnish SMEs: a Contextual View. nambahkan variabel lain dan melakukan
International Journal of Gender and penelitian di tempat lain. Peneliti selanjut-
Enterpreneurship : 1(3): 176-191. nya dapat pula meneliti dengan variabel
Essien, E. B., O. K. Ugwu, Daasi, dan L. K. intervening, misalnya kewirausahaan ber-
Gibson. 2012. Traditional Financial pengaruh terhadap preferensi struktur
Institution and Rural Enterprises in modal dengan kemampuan mengembang-
Nigeria: the Case of Ogoni Land. kan usaha sebagai variabel intervening.
International Journal Research and Review 4(21): 1-16.
DAFTAR PUSTAKA
Fachrudin dan K. Amalia. 2013. Preferensi Altares, P. S, A. R. I. Copo, Y. A. Gabuyo, A.
Pembiayaan Usaha Mikro dan Kecil: T. Laddaran, D. P. Leila, Meija, I. A.
Perspektif Gender dan Entrepreneur- Pollicarpio, H. D. Tizon, S. D. Ana
ability. Jurnal Ekonomi Modernisasi 9(2): Maria, Yao, dan E. A. G. Sy. 2008.
95-112.
Elementary Statistics with Computer Frank, M dan V. Goyal. 2003. Testing the Application. Rex Book Store.
Pecking Order Theory of Capital Ang, J., R. Cole, dan D. Lawson. 2010. The
Structure. Journal of Financial Economics Role of Owner in Capital Structure
Decisions: An Analysis of Single- Gebru, G. H. 2009. Financing Preferences Owner Corporations. The Journal of
of Micro and Small Enterprise Owners Entrepreneurial Finance 14(3): 1-36.
in Tigray: Does POH Hold? Journal of Batabyal, A. A., dan H. Beladi. 2010. A
Small Business and Enterprise Develop- Model of Microfinance with Adverse
ment 16(2): 322-334. Selection, Loan Default, and Self-
Ghozali, I. 2005. Aplikasi Analisis Multi- Financing. Agricultural Finance Review
variat dengan Program SPSS. Edisi ke-3. 70(1): 55-65.
Badan penerbit Universitas Dipo- Binks, M dan T. Ennew. 1996. Financing
negoro. Semarang.
Small Firms. Small Business and Gracia, J. Lopez dan F. S. Mira. 2008. Entrepreneurship. 2 nd
Testing Trade-Off and Pecking Order USA.
ed. Macmillan.
Theories Financing SMEs. Small Bus Brigham, E. F., dan P. R. Daves. 2007.
Econ
31: 117-136.
Intermediate Financial Management . 9 th Hair, Joseph F., William C. Black, Barry J.
ed. Thomson South Western. USA. Babin, dan Rolph C. Anderson. 2010.
336 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 3, September 2013 : 318 - 336
Multivariate Data Analysis. 7 th ed. Nagelderke, N. 1991. A Note on a General Prentice Hall. USA.
Definition of the Coefficient of He, W., dan B. H. Kent. 2007. Small Business
Determination. Biometrika 78: 691-692. Financing: Survey Evidence in West
Njeru, A. W., G. S. Namusonge, dan J. M. Texas. Journal of Entrepreneurial Finance
Kihoro. 2012. Size as a Determinant of 12(1): 27-54.
Choice of Source of Entrepreneurial Jensen, M. C dan W. Meckling, 1976.
Finance for Small and Medium Sized Theory of Firm: Managerial Behaviour,
Enterprises in Thika District. Inter- Agency Costs and Ownership Struc-
national Journal of Business and Social ture. Journal of Financial Economies 3:
Science 3(16): 53-58.
305 – 360. Slovin. 1960. MathSciNet. http://ijrcm-2- Krasauskaite, A. 2011. Capital Structure of
IJRCM-2_vol-3_2013-issue10.pdf. SMEs: Does Firm Size Matter? Empiri-
Diakses 28 Mei 2014. cal Investigation of Baltic Countries.
Viviani, J. L. 2008. Capital Structure Deter- Thesis. Department of Aconomics and
minants: An Empirical Study of French Business Aarhus University. Baltic.
Companies in Wine Industry. Inter- Lean, J., dan J. Tucker. 2001. Information
national Journal of Wine Business Research Asymmetry, small Firm Finance and
20(2): 171-194.
the Role of Government. Journal of Ward, S. 2012. Thinking of Starting a Small Finance and Management in Public
Business?
1: 43-47. http://sbinfocanada.about.com/cs/startup/a/ Mendell, B. C., T. Sydor, dan N. Mishra.
Services
startownbiz_3htm. Diakses 1 Agustus 2006. Capital Structure in the United
2013.
States Forest Products Industry: The Zabri, S. M. 2012. The Determinants of Influence of Debt and Taxes. Forest
Capital Structure among SMES in Science 52(5): 540–548.
Malaysia.
Proceedings International Conference of Technology Management, Business and Entrepreneurship : 132-146.