DETERMINAN PREFERENSI STRUKTUR MODAL USAHA MIKRO DAN KECIL Khaira Amalia Fachrudin

DETERMINAN PREFERENSI STRUKTUR MODAL USAHA MIKRO DAN KECIL

Khaira Amalia Fachrudin

[email protected]

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

Capital structure is the mix of sources of funds used by a firm. Capital structure of Micro and Small Enterprises can be determined by several factors such as owners characteristics and firm’s characteristics. This study aims to investigate the determinants of financing preferences MSEs owners at USU Market in Padang Bulan Medan. The determinants consist of owners characteristics and firm’s characteristics. The owner characteristics consists of education, entrepreneurability, and experience. Meanwhile, the firm’s characteristic used is firm size. Structured questionnaires were used to collect data from 100 micro and small enterprises. Logistic regression model was used to test several literature-driven hypotheses. The results at the 5% alpha level show that firm size has a significant influences on the capital structure preferences of SMEs. Other variables have no significant effects. The implication is that the larger the size, the greater opportunities of small and medium enterprises to use external capital. It is difficult for smaller enterprises to access external capital due to the minimum collateral. They also have lack of time for the loan adimistration process. The official financial institution needs to pay full attention to help the the smaller enterprises to get the capital needed for their business expansion.

Keywords: Capital Structure, Education, Entrepreneurability, Experience, and Firm Size

ABSTRAK

Struktur modal adalah bauran sumber dana yang digunakan perusahaan. Struktur modal usaha mikro dan kecil (UMK) dapat ditentukan oleh sejumlah faktor seperti karakteristik pemilik serta karakteristik perusahaan. Tujuan studi ini adalah untuk menyelidiki determinan preferensi struktur modal usaha dari UMK di Pajak USU Padang Bulan Medan. Determinan tersebut terdiri atas karakteristik pemilik dan karakteristik usaha. Karakteristik pemilik terdiri atas pendidikan, kewirausahaan, dan pengalaman, sedangkan karakteristik usaha yang digunakan adalah ukuran usaha. Pertanyaan terstruktur digunakan untuk mengumpulkan data 100 usaha kecil dan menengah. Model regresi logistik digunakan untuk menguji hipotesis yang diturunkan dari literatur. Hasil uji pada alpha 5% menunjukkan bahwa ukuran usaha berpengaruh signifikan terhadap preferensi struktur modal usaha mikro dan kecil. Variabel lain ditemukan tidak berpengaruh signifikan. Implikasi hasil penelitian ini adalah semakin besar ukuran usahanya, semakin besar peluang usaha tersebut untuk menggunakan struktur modal dari eksternal. Usaha yang lebih kecil mengalami kesulitan untuk mengakses dana eksternal karena kurangnya jaminan. Mereka juga kurang memiliki waktu untuk mengurus administrasi pinjaman. Lembaga keuangan formal perlu memperhatikan hal ini dan membantu usaha kecil untuk mendapatkan modal yang diperlukan untuk mengembangkan bisnis mereka.

Kata Kunci: Struktur Modal, Pendidikan, Kewirausahaan, Pengalaman, dan Ukuran Usaha

PENDAHULUAN

hutang bank dan menerbitkan obligasi. Struktur modal adalah bauran antara

Modal sendiri dapat diperoleh laba ditahan hutang dan modal sendiri. Dalam perusaha-

dan ekuitas pemegang saham. an besar, hutang dapat diperoleh dari

Determinan Preferensi Struktur Modal Usaha Mikro dan Kecil..... – Fachrudin

Perusahaan besar lebih mudah men- penting sejak dua puluh lima tahun yang dapatkan dana dari bank atau investor baru

lalu. Teori ini mempunyai asumsi bahwa daripada usaha mikro dan kecil. Usaha

karakteristik pemilik tidak menjadi alasan mikro dan kecil sering kesulitan mendapat-

dalam keputusan struktur modal perusaha- kan dana dari institusi keuangan formal

an, namun sejak 1958 diketahui bahwa seperti bank karena jaminan yang dimiliki

karakteristik demografi pemilik dapat mem- kurang memadai serta reputasi yang belum

bantu pengambilan keputusan struktur menonjol (Gebru, 2009: 323). Njeru et al.

modal.

(2012: 54) juga menambahkan mengatakan He dan Kent, 2007: 29) mengatakan bahwa di Negara-negara berkembang se-

bahwa usaha kecil memiliki keunikan kare- perti Sub-Saharan Africa dan Kenya, wira-

na usaha kecil susah memperoleh akses ke usahawan memiliki akses yang terbatas

modal padahal modal itu penting untuk untuk mendapatkan kredit secara formal.

keberhasilannya. Keunikan usaha kecil ini- Pemilihan sumber dana menjadi masalah

lah yang menyebabkan banyak periset yang bagi perusahaan entrepreneurial. Laba di-

mempelajari karakteristik khusus dari usa- tahan merupakan pendanaan bagi usaha

ha kecil yang mungkin berkontribusi dalam yang sudah matang dan stabil. Perusahaan

pengambilan keputusan mereka. entrepreneurial memerlukan waktu yang sa-

Preferensi struktur modal perusahaan ngat besar dalam sumber modal. Essien et

besar terkait pada karakteristik usaha seper- al. (2012: 2) juga mengungkapkan hal yang

ti ukuran perusahaan, struktur kepemilikan, sama di Nigeria, usaha mikro dan kecil

dan struktur hutang. Pada usaha mikro dan mempunyai keterbatasan akses untuk me-

kecil, selain karakteristik perusahaan, nyimpan uang, mendapatkan fasilitas kre-

karakteristik pemilik juga dapat mem- dit, dan dukungan keuangan lainnya yang

pengaruhi preferensi pembiayaan ini. disediakan institusi keuangan formal kare-

Coleman dan Cohn (2000: 82) menggali na tidak mempunyai jaminan yang me-

relevansi teori yang berkenaan antara struk- madai. Dilain pihak, meminjamkan kepada

tur modal dan leverage dalam usaha kecil di usaha kecil merupakan resiko bagi institusi

Amerika. Hipotesisnya adalah bahwa keuangan formal.

penggunaan hutang dalam usaha kecil di- Mencari investor baru dapat me-

tentukan oleh karakteristik pemilik per- ngurangi kepemilikan dan keleluasaan pe-

usahaan dan karakteristik perusahaan. Hal milik lama untuk bertindak. Hal tersebut

ini konsisten dengan pemikiran bahwa, juga dihindari oleh pemilik usaha kecil

untuk usaha kecil, urusan keuangan per- (Gracia dan Mira, 2008: 122).

usahaan tidak dapat dipisahkan dengan Pendanaan usaha mikro dan kecil

pemiliknya. Ang et al. (2010: 16) menunjuk- berbeda dari perusahaan besar. Pada per-

kan bahwa karakteristik pemilik mampu usahaan besar, modal internal berasal dari

dapat menjelaskan pemilihan struktur mo- laba ditahan dan penyusutan, sedangkan

dal perusahaan. Pendidikan (education), modal eksternal bersumber dari kreditur

kewirausahaan (entrepreneurability), dan dan pemilik perusahaan. Pada usaha kecil,

pengalaman (experience) pemilik usaha kecil sumber internal dapat berasal dari tabu-

menengah serta ukuran usaha (firm size) ngan, laba ditahan, pemberian dari keluarga

dapat berperan dalam menentukan sumber dan teman; sedangkan sumber eksternal

pendanaan.

seperti pinjaman dari keluarga dan teman, Coleman dan Cohn (2000: 98) menemu- rentenir, lembaga keuangan seperti ventura,

kan bahwa pendidikan pemilik usaha kecil koperasi, bank, serta mencari mitra baru.

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Teori struktur modal tradisional (Ang

pinjaman yang diperoleh dari pihak ekster- et al., 2010: 2) merupakan bagian dari teori

nal. Pemilik bisnis yang menyelesaikan keuangan fundamental original yang

pendidikan tinggi lebih mudah memperoleh

320 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 3, September 2013 : 318 - 336

pinjaman dari pada pemilik yang tidak dan Eriksson et al. 2009: 176-191). Penelitian berpendidikan tinggi.

ini akan berfokus pada struktur modal Kewirausahaan

usaha mikro dan kecil saja. Apakah cen- Gebru (2009: 328) melalui perilaku masuk-

yang

diproksikan

derung menggunakan struktur modal dari nya usaha mikro dan kecil ke pasar ditemu-

eksternal atau internal. Penelitian dilakukan kan berhubungan dengan preferensi pen-

pada usaha perdagangan di Pajak USU danaan. Pemilik usaha kecil yang memulai

Padang Bulan Medan.

bisnisnya dengan sukarela relatif lebih Pajak adalah bahasa Medan yang ber- mempunyai preferensi mencari pembiayaan

arti pasar tempat berjual beli. Usaha per- dari sumber eksternal. Namun Fachrudin

dagangan di Pajak USU ini sangat kom- (2013: 102) yang meneliti preferensi pem-

pleks, mulai dari penjualan aksesories, biayaan usaha mikro dan kecil bidang

makanan, minuman, pakaian, sepatu, alat kuliner di Medan Johor tidak menemukan

tulis, parfum, kacamata, souvenir, hand- kecenderungan pemilihan jenis pembiayaan

phone, komputer, laptop, printer, dan tablet. tertentu di antara pemilik usaha dengan

Para pemilik usaha penjualan keperluan kewirausahaan tinggi maupun rendah.

mahasiswa tersebut juga memiliki sumber Pengalaman pemilik usaha dapat men-

modal yang beraneka, mulai dari dana jadi determinan prefensi pembiayaan usaha.

sendiri, keluarga, rentenir, sampai perban- Gregory et al. (2005) menemukan bahwa

kan. Walaupun memakai nama USU, pajak- perusahaan yang lebih dewasa cenderung

pajak ini dikelola oleh swasta, bukan bisa mendapatkan akses yang lebih baik

universitas. Kesuksesan Pajak USU telah untuk ekuitas publik dan pembiayaan hu-

mendorong dibukanya dua pajak sejenis di tang jangka panjang (Gebru, 2009: 325).

sekitar USU dan juga di daerah Teladan Perusahaan yang dewasa dalam hal ini

yang dekat dengan beberapa universitas sama dengan pengalaman usaha. Secara

lain.

lebih spesifik, Coleman dan Cohn (2000: 81- Uraian di atas menunjukkan bahwa

99) meneliti pengaruh karakteristik pemilik terdapat kemungkinan bahwa pendidikan, usaha kecil terhadap kerelaan dan ke-

kewirausahaan, dan pengalaman pemilik mampuan menggunakan hutang. Mereka

usaha mikro dan kecil serta ukuran usaha menggunakan pengalaman pemilik usaha

mikro dan kecil berpengaruh terhadap sebagai determinan, namun ditemukan bah-

preferensi struktur modal usaha mikro dan wa pengalaman tidak berpengaruh signi-

kecil. Hal ini dapat digunakan untuk mem- fikan terhadap tingkat hutang.

buktikan teori struktur modal, Agency Ukuran usaha dapat diukur dari jum-

Theory, Signalling Theory, dan Information lah karyawan (Gebru, 2009: 324). Di lain

Asimmetry pada usaha mikro dan kecil. pihak, Gracia dan Mira (2008: 134) yang

Pendidikan, kewirausahaan, dan pengala- mengukur ukuran usaha dengan logaritma

man adalah karakteristik pemilik, sedang- natural dari total aset mengatakan bahwa

kan ukuran usaha merupakan karakteristik perusahaan besar lebih memiliki leverage

usaha.

yang tinggi. Sementara itu Zabri (2012: 132- Dengan demikian dapat dirumuskan 146) di Malaysia menemukan bahwa uku-

permasalahan penelitian ini, yaitu: faktor- ran usaha dan umur perusahaan kecil dan

faktor apa sajakah yang berpengaruh ter- menengah tidak berpengaruh signifikan ter-

hadap preferensi struktur modal? Permasa- hadap struktur modal yang diukur dengan

lahan ini kemudian diturunkan menjadi debt to equity ratio.

pertanyaan penelitian sebagai berikut: Apa- Penelitian terdahulu telah menggali

kah pendidikan, kewirausahaan, dan pe- tentang pendanaan usaha mikro dan kecil

ngalaman pemilik usaha mikro dan kecil (Gebru, 2009: 322-334) serta usaha kecil dan

serta ukuran usaha mikro dan kecil menengah (Gracia dan Mira, 2008: 117-136;

Determinan Preferensi Struktur Modal Usaha Mikro dan Kecil..... – Fachrudin

berpengaruh terhadap preferensi struktur dapat meningkatkan cost of financial distress modal.

yang justru menurunkan nilai perusahaan. Tujuannya adalah untuk mengetahui

Dengan demikian harus dipikirkan struktur dan menganalisis pengaruh pendidikan,

optimal yang menyeimbangkan hutang dan kewirausahaan, dan pengalaman pemilik

modal sendiri. Alasan lain untuk memper- usaha mikro dan kecil serta ukuran usaha

tegas perlunya strutur modal optimal ada- mikro dan kecil terhadap preferensi struk-

lah bahwa penggunaan hutang juga akan tur modal.

memperbesar resiko perusahaan dan ting- Berdasarkan uraian di atas, dapat di-

kat pengembalian yang diharapkan. Resiko ajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

yang semakin tinggi tersebut dapat me- Pendidikan, kewirausahaan, dan pengala-

nurunkan harga saham.

man pemilik usaha mikro dan kecil serta Pecking Order Hypothesis (POH) men- ukuran usaha mikro dan kecil berpengaruh

jelaskan bahwa perusahaan lebih suka signifikan terhadap preferensi struktur

menggunakan laba ditahan yang tersedia modal.

dalam bentuk aset lancar sebagai sumber dana investasi. Preferensi selanjutnya ada-

TINJAUAN TEORETIS

lah menggunakan hutang yang paling ren-

Struktur Modal

dah resikonya sampai yang lebih tinggi Struktur modal adalah bauran antara

resikonya, terakhir menggunakan sumber hutang dan modal sendiri untuk pendanaan

pembiayaan ekuitas dari luar. Perusahaan perusahaan (Brigham dan Daves, 2007:

berusaha menghindarkan untuk menerbit- 522). Hutang dapat berasal dari hutang

kan saham biasa atau sekuritas lain yang bank dan menerbitkan obligasi. Hutang

lebih beresiko untuk menghindari dilema dikenal juga dengan nama modal asing

jika mereka memperoleh nilai kini aliran kas sedangkan modal sendiri dapat diperoleh

bersih yang positif atau dilema jika me- dari saham biasa, saham preferen, maupun

ngeluarkan saham dengan harga yang laba ditahan, dengan demikian ekuitas bisa

sangat murah. Selain biaya pengeluaran berasal dari internally generated equity dan

saham baru, pecking order juga disebabkan new equity.

karena asymmetric information (Brigham dan Struktur modal dapat pula ditinjau dari

Daves, 2007: 546). Informasi yang tidak sisi internal maupun eksternal. Modal inter-

simetris yang dimaksud terjadi antara pihak nal berasal dari laba ditahan dan penyusu-

dalam dan luar perusahaan (Viviani, 2008: tan, sedangkan modal eksternal bersumber

dari kreditur dan pemilik perusahaan. Pecking Order Theory is a dynamic story . Manajer perlu membuat perimbangan

Penggunaan struktur modal setiap per- struktur modal dengan menggabungkan

usahaan bergantung pada sejarahnya. sumber-sumber dana yang akan me-

Misalnya, sebuah perusahaan dengan laba minimumkan biaya modal ini agar tercipta

tinggi dalam industri dengan pertumbuhan struktur modal yang optimal, yaitu trade off

yang relatif lambat (few investment opportu- antara resiko dan return. Hal ini akan me-

nities ) pada akhirnya akan mempunyai debt maksimalkan nilai perusahaan, khususnya

to equity ratio yang rendah. Tidak ada dalam perusahaan besar.

insentif untuk berhutang atau mengeluar- Teori yang dapat menjelaskan struktur

kan ekuitas. Sebaliknya, perusahaan yang modal adalah Trade-off Theory dan Pecking

tidak berlaba dalam industri yang sama Order Theory. Trade-off Theory mengatakan

akan berakhir dengan rasio hutang yang bahwa keuntungan pajak akibat pengguna-

tinggi Copeland et al., 2004: 563). an hutang akan meminimalkan biaya modal

Krasauskaite (2011: 9) menjelaskan dan akan meningkatkan nilai perusahaan.

lebih lanjut tentang Pecking Order Theory. Namun penggunaan yang berlebihan akan

Dikatakan bahwa Pecking Order Theory

322 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 3, September 2013 : 318 - 336

adalah teori tingkatan preferensi, yang menggambarkan bagaimana suatu usaha memilih dan mendapatkan pendanaan baru untuk aktifitas dan pertumbuhannya di masa yang akan datang. Asumsi yang mendasari model Pecking Order adalah Asymmetric Information antara manajer per- usahaan dan investor eksternal. Asymmetric Information berarti bahwa manajemen, yang diasumsikan bertindak untuk kepentingan pemegang saham yang ada, telah me- ngetahui nilai aset yang dimiliki dan pe- luang pertumbuhan perusahaan, sedangkan investor eksternal hanya bisa memperkira- kan nilai-nilai tersebut. Oleh karena itu, tindakan manajemen sehubungan dengan pendanaan diterima sebagai sinyal tentang nilai perusahaan sesungguhnya. Keputusan untuk menerbitkan saham memancarkan sinyal negatif oleh investor prospektif karena mereka menduga bahwa manajemen ingin menjual saham karena perusahaan tersebut overvalued. Pemegang saham baru hanya mau melakukan investasi jika saham dijual pada harga yang diturunkan. Hal ini akan meningkatkan biaya tambahan bagi perusahaan untuk memikat perhatian para investor.

Asymmetric Information

Informasi yang dimiliki manajer ber- beda dengan informasi yang diperoleh investor baru. Investor baru mungkin saja berfikiran bahwa penerbitan saham baru dilakukan jika prospek perusahaan kurang baik. Jika prospeknya baik, tentu manajer akan memilih untuk meminjam dari bank karena pengembalian yang diberikan akan bersifat tetap, sedangkan jika memperoleh dana dari pemegang saham baru tentu pemegang saham baru menuntut lebih banyak saat prospek perusahaan baik.

Masalah Asymmetric Information me- nyebabkan terjadinya finance gap untuk per- usahaan kecil sehingga sulit untuk masuk ke pasar atau mendapatkan pembiayaan bank (Lean dan Tucker, 2001: 44). Lean dan Tucker juga mengatakan bahwa hambatan lain bagi usaha kecil untuk mendapatkan

pendanaan dari luar adalah pengalaman. Mereka mengutip Binks dan Ennew (1996) yang menjelaskan masalah pembiayaan perusahaan kecil dalam kerangka Principal- Agent. Perusahaan kecil dalam hal ini merupakan agent dari penyedia dana. Per- usahaan kecil akan menghasilkan pe- ngembalian (return) dari investasi penyedia dana. Dalam keadaan pasar yang sempurna dimana informasi tersedia secara penuh bagi kedua belah pihak, finance gap tidak akan terjadi. Pasar keuangan yang di- karakteristikkan dengan pasar yang tidak sempurna menyebabkan adanya Asymmetric Information. Informasi diperoleh dengan mahal. Penyedia dana, misalnya bank, menganggap bahwa usaha kecil penuh dengan resiko ketidakpastian masa depan. Pihak bank merasa bahwa informasi ten- tang kualitas proyek tidak jelas, serta manajemen yang tidak sempurna dalam menjalankan fungsi manajemen. Hal ini menimbulkan Adverse Selection. Manajemen usaha kecil juga dirasakan gagal bekerja dalam kapabilitas penuh sehingga me- nimbulkan moral hazard. Karena alasan ter- sebut maka akan sangat mahal bagi pihak bank untuk dapat melakukan monitoring secara efektif. Hasilnya adalah usaha kecil sering kesulitan mendapatkan pembiayaan dari penyedia dana.

He dan Kent, 2007: 29) telah pula me- nuliskan bahwa untuk usaha kecil yang baru memulai usaha, pemberi pinjaman umumnya mendasarkan keputusannya pa-

da kelayakan pengusaha untuk mendapat- kan pinjaman daripada kelayakan bisnisnya sendiri. Jadi yang dilihat adalah kekayaan pribadinya pemilik usaha, bukan bisnisnya. Bahkan ketika bisnisnya sudah berjalan selama beberapa periode, bisnisnya tetap masih sulit dipahami dibandingkan dengan usaha yang lebih besar karena ketidak- tersediaan informasi public. Akibatnya, pem- beri pinjaman cenderung membebankan tingkat bunga yang lebih tinggi guna mengkompensasi tambahan resiko yang dihadapi atau menolak memberi pinjaman.

Determinan Preferensi Struktur Modal Usaha Mikro dan Kecil..... – Fachrudin

Hal senada diungkapkan oleh Krasaus- Semakin profitabel sebuah perusahaan, kaite (2011: 10) yang mengatakan bahwa

maka semakin sedikit ia melakukan pinja- dalam pandangan Adverse Selection, akan

man, bukan karena target rasio hutangnya terdapat peningkatan biaya dalam rangka

rendah, tetapi karena perusahaan yang memperoleh tambahan dana. Biaya Adverse

memiliki profitabilitas tinggi telah memiliki Selection menyebabkan penerbitan saham

ketersediaan pendanaan internal. Pendana- baru menjadi sesuatu yang mahal, mana-

an eksternal hanya diperlukan oleh per- jemen mungkin mencoba untuk tidak

usahaan yang memiliki profitabilitas rendah mengeluarkan saham baru. Jika perusahaan

sehingga ia mengakumulasikan hutang memerlukan pendanaan dari luar dan jika

(Krasauskaite, 2011: 10). penggunaan hutang tidak memungkinkan,

Pandangan Batabyal et al. (2010: 59) manajemen akan berfikiran bahwa mereka

agak berbeda mengenai Adverse Selection. akan mengeluarkan saham yang undervalued

Mereka mengatakan bahwa usaha kecil hanya jika saat nilai kini bersih dari proyek

yang prospek bisnisnya cerah dan ber- barunya melebihi biaya yang disebabkan

kualitas tinggi akan pergi dari pasar kredit. penilaian yang terlalu rendah. Dana internal

Mereka lebih baik mendanai usahanya sen- selalu didahulukan daripada pendanaan

diri. Berdasarkan perbedaan kualitas pros- eksternal untuk menghindari masalah

pek usaha ini maka Micro Finance Institution Asymmetric Information .

akan membedakan term pembayaran antara Lebih jauh, dalam Pecking Order, peng-

keduanya jika mereka meminjam dana. gunaan hutang lebih disukai daripada

Hal yang senada dengan Lean dan ekuitas. Pemegang hutang lebih dihadap-

Tucker (2001: 55) dan Krasauskaite (2011: kan pada resiko yang lebih sedikit daripada

10) juga dikemukakan oleh Njeru et al. pemegang saham karena hutang memiliki

(2012: 53). Njeru et al. mengatakan bahwa klaim yang lebih didahulukan atas aset dan

perusahaan yang lebih kecil memerlukan pendapatan perusahaan. Volatilitas masa

lebih banyak biaya untuk memecahkan depan hutang lebih kecil daripada volati-

masalah Informational Asymmetries dengan litas masa depan ekuitas, yang dalam hal ini

pemberi pinjaman, yang menghambat per- berarti bahwa biaya Asymmetric Information

olehan dana dari luar. Hal tersebut dapat hutang lebih kecil daripada ekuitas. Karena

meningkatkan preferensi perusahaan kecil itu, jika sumber dana internal tidak tersedia

ke lembaga keuangan informal dibanding- atau tidak cukup dan pendanaan eksternal

kan dengan lembaga formal. diperlukan, maka perusahaan lebih me- nyukai hutang sebagai pilihan pertama,

Agency Theory

yang merupakan sekuritas teraman, dan Agency Theory (Jenson dan Meckling, kemudian sekuritas hybrid seperti convertible

1976: 306) menjelaskan hubungan principal- bond atau saham preferen. Ekuitas adalah

agent antara pemegang ekuitas (equity pilihan terakhir dari pendanaan eksternal,

holders ) dan pemegang hutang (debt holders) yaitu ketika kapasitas hutang sudah ter-

(Gebru, 2009: 323). Dalam kerangka principal pakai (Krasauskaite, 2011: 10).

agent , usaha kecil adalah agent dan penyedia Dalam Pecking Order Theory tidak di-

sumber pendanaan adalah principal. Princi- kenal struktur modal optimal. Perubahan

pal mempunyai biaya agensi (agency costs) rasio hutang perusahaan hanya merefleksi-

yang lebih tinggi karena kemungkinan kan kebutuhan dana eksternal, bukan se-

kecenderungan usaha kecil akan meng- buah tujuan untuk mencapai struktur mo-

investasikan dana pinjamannya secara dal optimal. Pecking Order Theory menjelas-

kurang optimal untuk kesejahteraan mereka kan hubungan negative antara profitabilitas

yang akhirnya akan meningkatkan risiko dan leverage.

bagi principal.

324 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 3, September 2013 : 318 - 336

Usaha Mikro dan Kecil

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, usaha mikro adalah usaha produktif milik orang per- orangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria (a) memiliki ke- kayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau (b) memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000 (tiga ratus juta ru- piah), sedangkan usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagi- an baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria (a) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha (b) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

Pendidikan (Education)

Pendidikan adalah proksi dari human capital . Pendidikan merefleksikan ke- mampuan pengusaha menghadapi peluang untuk mengembangkan kemampuan. Ke- putusan pendanaan adalah berdasarkan keterpercayaannya dan ekspektasinya akan arus kas proyek (He dan Kent, 2007: 29).

Pendidikan pemilik usaha juga me- nunjukkan kemampuan pengambilan ke- putusan dan pemahaman tentang resiko dari pilihan yang diambilnya (Ang et al., 2010: 7). Ang et al. (2010: 16) menemukan bahwa pendidikan pemilik usaha ber- pengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modalnya. Namun sophistication atau kecanggihan pemilik ditemukan Ang et

al. (2010: 12) berpengaruh positif dan signi- fikan terhadap struktur modal usaha.

Pemilik usaha mikro dan kecil umum- nya kurang cukup memiliki pengetahuan mengenai kecanggihan bidang keuangan (financial sophistication). Meskipun mereka paham mengenai produk dan jasa, tapi kurang paham mengenai keuangan. Masa- lah Asymmetry Information merupakan masalah terkait komunikasi dan kredibilitas terutama untuk usaha yang baru berdiri. Karena itu pemilik usaha mikro dan kecil menghindari kekhawatiran sehubungan de- ngan preferensi sumber dana untuk meng- hindari masalah yang mungkin timbul, dengan demikian preferensi sumber dana dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan (Gebru 2009: 330). Gebru (2009: 332) me- nemukan bahwa preferensi pendanaan di- pengaruhi oleh tingkat pendidikan. Hal ini juga telah dibuktikan oleh Coleman dan Cohn (2000: 98), bahwa pendidikan pemilik usaha kecil berpengaruh positif dan signi- fikan terhadap pendanaan dari eksternal. Namun He dan Kent (2007: 36) menemukan bahwa pendidikan berpengaruh positif dan tidak signifikan pada pemilihan sumber pendanaan. Lebih lanjut mereka menemu- kan bahwa usaha yang lebih besar dengan pemilik berpendidikan tinggi cenderung melakukan review atas kinerja keuangannya dan lebih mampu melakukan perencanaan keuangan.

Kewirausahaan (Entrepreneurability)

Pemilik usaha adalah orang yang me- ngendalikan nasibnya sendiri dan menolak belas kasihan orang lain. Mereka meng- ambil inisiatif dalam memulai proyek dan mendapatkan ide-ide (Ward, 2013: 1). Peri- laku masuknya pemilik usaha mikro dan kecil ke pasar merupakan salah satu faktor penentu preferensi struktur modal. Pemilik usaha mikro dan kecil yang memulai bisnis- nya dengan inisiatif mempunyai karakter wirausahawan yang lebih baik (Gebru, 2009: 324). Terdapat beberapa kondisi masuknya wirausahawan. Wirausahawan yang men- jadi wiraswasta dengan kerelaan sendiri

Determinan Preferensi Struktur Modal Usaha Mikro dan Kecil..... – Fachrudin

(voluntary) mempunyai jiwa wiraswasta

Pengalaman (Experience)

yang lebih baik dari pada yang diajak Pengalaman pemilik usaha telah di- mitranya menjadi pengusaha. Karena itu

gunakan Coleman dan Cohn (2000: 81-99) tingkatan kesukarelaan (degree of voluntary)

berkaitan dengan penggunaaan hutang. untuk menjadi wiraswasta dapat menjadi

Ditemukan bahwa tidak terdapat pengaruh proksi untuk (degree of entrepreneurability).

yang signifikan. Namun Lean dan Tucker Preferensi mencari pembiayaan dari sumber

(2001: 44) mengatakan bahwa pengalaman eksternal relatif lebih dimiliki oleh pemilik

adalah salah satu penghambat usaha me- usaha kecil yang memulai bisnisnya dengan

nengah dan kecil dalam mencari sumber sukarela.

pendanaan. Dalam konteks usaha mikro Untuk

dan kecil pengalaman berusaha dapat di- Gebru (2009: 328) memberikan pertanyaan

mengukur

kewirausahaan,

ibaratkan dengan umur usaha karena tentang cara pemilik usaha memulai bisnis-

karakteristik pemilik ini melekat pada usa- nya, pilihan jawabannya adalah (1) could not

ha yang dijalankannya. Perusahaan yang find employment, ( 2) laid off from private sector,

lebih dewasa cenderung mendapatkan (3) retrenched from the army, (4) retrenched

akses yang baik untuk ekuitas publik dan from public sector , (5) small business returns

hutang jangka panjang (Gebru, 2009: 325). better , (6) supplement existing income, dan (7)

Umur usaha juga merupakan faktor pe- others . Ditemukan bahwa pemilik usaha

nentu dalam preferensi pendanaan usaha yang memiliki jiwa kewirausahaan yang

kecil dan menengah (Gracia dan Mira, 2008: tinggi lebih memilih bootstrap financing dari

pada pembiayaan external seperti dari Ang et al. (2010: 5) menemukan bahwa hutang dan ekuitas.

pengalaman pemilik usaha berpengaruh Bootstrap financing adalah bisnis yang

positif dan signifikan terhadap leverage. dibangun dengan menggunakan sedikit

Leverage dalam penelitian tersebut diukur atau tanpa pendanaan dari luar. Hal ini le-

dengan membandingkan total kewajiban bih menguntungkan karena perusahaan

dengan total aset. Semakin berpengalaman tidak perlu mengeluarkan biaya bunga, bagi

pemilik, semakin besar kemampuannya hasil atau membayar dividen. Dalam usaha

untuk menganalisis resiko dan peluang mikro dan kecil, hal ini berbentuk bantuan

keuntungan yang dihadapinya. Pengalaman tenaga dari pihak keluarga serta meng-

diukur dari berapa tahun ia mengelola dan gunakan perabotan pribadi untuk men-

memiliki bisnis tersebut. Ang et al. (2010: 6) jalankan bisnis.

menyebutkan pula bahwa umur usaha Sebelum Gebru, He dan Kent (2007: 29)

dapat digunakan sebagai proksi dari infor- telah pula menyelidikan dan membuat uru-

mation asymmetry.

tan mengenai motif utama pemilik usaha Krasauskaite (2011: 48) mendefinisikan memulai bisnisnya di Texas Barat. Urutan

pula mengenai usia usaha. Usia usaha tersebut adalah mendapatkan keuntungan

didefinisikan sebagai jumlah tahun antara keuangan, diikuti dengan keinginan men-

tanggal pendirian usaha sampai tanggal jadi pengusaha, untuk mengembangkan

penelitian dilakukan. Usia usaha dalam hal karir, dipengaruhi keluarga dan teman,

ini adalah proksi dari creditworthiness, yaitu serta karena tidak memiliki pekerjaan,

kelayakan untuk mendapatkan pinjaman, sedangkan urutan sumber dana mereka

karena usaha yang lebih tua diperkirakan adalah yang utama dari tabungan, pinjaman

telah mempunyai hubungan yang baik dari bank komersial, keluarga dan teman,

dengan pemberi pinjaman. Semakin lama program bantuan pemerintah, ventura, dan

pengalaman usaha tersebut dalam mem- business angels.

bayar hutangnya, semakin kecil biaya yang dikeluarkan pemberi pinjaman untuk mengobservasi kelayakan pinjaman.

326 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 3, September 2013 : 318 - 336

Trade-off Theory memprediksi bahwa menemukan bahwa usaha kecil yang lebih usia usaha mempunyai pengaruh positif

besar cenderung menggunakan hutang terhadap tingkat hutang, tetapi argumen

dagang sedangkan yang lebih kecil dengan Pecking Order adalah sebaliknya, semakin

business credit cards. Selanjutnya mereka me- tua usia usaha, semakin lama usaha tersebut

nemukan pula bahwa usaha yang lebih dapat mengumpulkan dana dan kebutuhan

besar dengan pemilik berpendidikan tinggi meminjam lebih kecil bagi mereka sehingga

cenderung melakukan review atas kinerja usia sepatutnya berhubungan negatif de-

keuangannya dan lebih mampu melakukan ngan tingkat hutang. Krasauskaite (2011: 56)

perencanaan keuangan.

menuliskan temuannya, bahwa usia usaha Bulan dan Yan (2010: 179-120) meneliti ditemukan berpengaruh negatif dan signi-

kematangan perusahaan dan Pecking Order fikan terhadap penggunaan hutang jangka

Theory. Mereka mengumpulkan beberapa panjang pada usaha kecil. Usia yang lebih

penelitian terdahulu terkait bukti-bukti tua ditemukan kurang memerlukan pen-

empiris tentang teori Pecking Order, antara danaan dari hutang jangka panjang.

lain pengajuan tes langsung mengenai Pecking Order. Hasilnya adalah bahwa teori

Ukuran Perusahaan (Firm Size)

ini didukung dalam pengujian sampel per- Firm size berarti ukuran usaha. Ukuran

usahaan besar. Frank dan Goyal (2003) usaha adalah karakteristik perusahaan yang

berpendapat bahwa Pecking Order ditolak dapat mempengaruhi keputusan pendana-

untuk perusahaan kecil karena perusahaan an usaha kecil dan merupakan unsur dari

kecil diperkirakan paling menderita dari business cycle . Hal ini dikatakan oleh He

masalah informasi asimetris dan karena itu dan Kent (2007: 29), bahwa perubahan

sepatutnya mengikuti Pecking Order, tetapi struktur modal optimal yang diakibatkan

Frank dan Goyal (2003) menemukan bahwa siklus bisnis adalah fungsi dari ukuran

perusahaan besar lebih tepat menjelaskan usaha, usia, dan ketersediaan informasi.

Pecking Order Theory daripada perusahaan Selanjutnya, Gebru (2009: 324) menuliskan

kecil. Bulan dan Yan (2010:198) menemukan bahwa firm size yang diukur dari jumlah

bahwa Pecking Order Theory dapat menjelas- karyawan berpengaruh signifikan terhadap

kan keputusan pembiayaan dengan lebih keputusan apakah akan digunakan dana

baik seiring dengan meningkatnya ukuran dari dalam, dari ekuitas publik, atau dari

perusahaan.

hutang jangka panjang. Di lain pihak, Ang et al. (2010: 16) mengukur ukuran Gracia dan Mira (2008: 134) yang mengukur

usaha dengan logaritma dari jumlah pen- ukuran usaha dengan logaritma natural dari

jualan serta juga menggunakan jumlah total aset mengatakan bahwa perusahaan

karyawan. Ditemukan bahwa logaritma besar lebih memiliki leverage yang tinggi.

jumlah penjualan dan jumlah karyawan Kaitan ukuran perusahaan dengan

tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal dapat pula dijelaskan oleh

struktur modal usaha. Krasauskaite (2011: teori Assimetry Information. Perusahaan-

44) mengemukakan hubungan size dengan perusahaan kecil mungkin akan lebih susah

pendanaan eksternal dari hutang. Ia me- untuk menyelesaikan dengan pemberi pin-

nemukan bahwa untuk perusahaan mikro, jaman dan pemodal. Menerbitkan saham

kecil, dan menengah di Baltic Countries baru dapat menyampaikan sinyal negatif

setelah masa krisis 2009, perusahaan yang bagi investor (Krasauskaite, 2011: 9). Pen-

lebih besar, yang memiliki aset berwujud danaan dari ekuitas dengan penerbitan sa-

yang besar mempunyai peluang besar ham baru merupakan menimbulkan masa-

untuk mendapatkan pendanaan hutang. lah Asymmetric Information bagi perusahaan.

Krasauskaite (2011: 46) menambahkan He dan Kent (2007: 29) mengukur uku-

bahwa usaha yang lebih besar cenderung ran usaha berdasarkan jumlah aset. Mereka

lebih terdiversifikasi dan karenanya me-

Determinan Preferensi Struktur Modal Usaha Mikro dan Kecil..... – Fachrudin

miliki kemungkinan gagal yang relatif lebih ukuran perusahaan berhubungan negatif kecil. Ukuran usaha juga diasumsikan ber-

dengan hutang yang diukur dengan rasio hubungan negatif terhadap information

hutang-hutang jangka panjang terhadap opacity. Asymmetric Information, Trade-off

total aset dan rasio total hutang terhadap Theory dan Pecking Order Theory mem-

total aset. Ditemukan pula bahwa investor prediksi adanya hubungan positif antara

lebih menyukai bahwa perusahaan tidak ukuran usaha dan leverage. Krasauskaite

menggunakan leverage. Investor lebih me- (2011: 56) juga mengukur ukuran usaha

nyukai agar manajemen menggunakan dengan logaritma natural dari penjualan,

dana internal.

ditemukan bahwa semakin besar ukuran Njeru et al. (2012: 58) tidak sejalan usaha tersebut, semakin tinggi probabilitas

dengan temuan Gracia dan Mira (2008: 134). untuk menggunakan pendanaan dari hu-

Mereka menemukan bahwa ukuran usaha tang jangka panjang. Usaha yang besar

tidak mempengaruhi akses pengusaha un- lebih memiliki aset untuk dijaminkan se-

tuk mendapatkan sumber pendanaan baik hingga menjadi faktor penentu kesuksesan

dari hutang maupun ekuitas. Berdasarkan dalam memperoleh hutang jangka panjang

hasil yang diperoleh dapat dikatakan bah- Mendell et al. (2006: 540-547) dalam

wa tanpa memandang ukuran usaha, usaha penelitiannya mengenai struktur modal

kecil dan menengah dapat mengoptimalkan perusahaan yang termasuk dalam industri

rasio keuangannya dan mereka dapat mem- produk-produk kehutanan mengatakan

peroleh tingkat hutang dan ekuitas yang bahwa semakin besar perusahaan semakin

lebih tinggi.

besar kapasitas hutang karena mempunyai akses yang lebih baik untuk mendapatkan

Model Penelitian

modal dan mempu mendapatkan tingkat Berdasarkan uraian teori dan penelitian bunga yang lebih rendah. Ukuran usaha

terdahulu di atas, maka dibuat model yang digunakan salah satunya adalah total

penelitian dalam gambar 1 berikut ini: penjualan. Mereka menemukan bahwa

Education Entrepreneurability

Capital Structure Preference Experience

Firm Size

Gambar 1 Model Penelitian

Sumber: Gebru (2009), Coleman dan Cohn (2000), Gracia dan Mira (2008), serta Ang et al., (2010) METODE PENELITIAN

Jumlah sampel ditentukan dengan Populasi penelitian ini adalah usaha

Slovin’s Formula (Altares et al., 2008: 10) mikro dan kecil di Pajak USU Padang Bulan

sebagai berikut:

Medan. Populasi sasaran adalah usaha

n= N

mikro dan kecil yang menggunakan kios

1+ Ne 2

permanen di area lama, yaitu sebanyak 130

n = jumlah sampel

usaha. Area baru setelah perluasan pajak N = jumlah populasi tidak dimasukkan sebagai populasi sasaran

e = toleransi kesalahan sebab ketika penelitian ini dirancang, area tersebut belum diresmikan.

328 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 3, September 2013 : 318 - 336

Pada populasi sasaran 130 dan e = 5% (ekuitas dalam konteks ini adalah diperoleh jumlah sampel sebanyak 98,11

mencari mitra baru untuk berkongsi); dan dibulatkan menjadi 100 sampel. Peng-

=0 untuk preferensi struktur modal ambilan sampel dilakukan secara random.

yang lebih dari 50% berasal keuntu- Data yang digunakan adalah data pri-

ngan tahun lalu yang disimpan serta mer yang bersifat cross section. Penelitian

tabungan dan pemberian dari keluarga yang bersifat kausalitas, yaitu penelitian

atau warisan (Modifikasi dari Gebru, yang ingin mencari penjelasan dalam ben-

tuk hubungan sebab akibat (cause-effect) Variabel independen (Covariates), terdiri antar beberapa variabel yang dikembang-

atas:

X 1 adalah Pendidikan (education) tesis kausalitas. Analisis data akan meng-

kan. Hipotesis yang disajikan adalah hipo-

X 2 adalah Kewirausahaan hasilkan kesimpulan umum.

(entrepreneurability)

Data diperoleh dengan wawancara X+ adalah Pengalaman (experience) mendalam dan juga terstruktur dengan

X 4 adalah Ukuran Perusahaan (firm size) memberikan kuesioner yang diadaptasi dari Gebru (2009: 328) namun disesuaikan de-

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

ngan keadaan pada saat wawancara awal.

Analisis

Analisis data dilakukan dengan regresi Hasil uji menunjukkan Nilai Hosmer logistik sebagaimana Gebru (2009: 327).

dan Lemeshow goodness of fit test statistics Tingkat kepercayaan yang digunakan ada-

sebesar 0,694. Angka signifikansi yang lebih lah 95%, yang berarti bahwa alpha adalah

besar dari 0,05 ini menunjukkan bahwa 5%.

model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya dan dapat dipakai untuk

Model logistik:

analisis selanjutnya (Ghozali, 2005: 219).

Ln [P i1 / (1-P i1 )] = b 0 + b 1 lnX 1 + b 2 lnX 2 +

Nagelkarke R Square 0,139 menunjukkan

b 3 lnX 3 +b 4 lnX 4 bahwa variabilitas variabel dependen yang Keterangan:

dapat dijelaskan variabilitas variabel inde- P i1

= probabilitas atau peluang penden adalah 13,9% (Ghozali, 2005: 219). preferensi pembiayaan usa-

Nagelkerke R Square mempunyai kisaran

ha mikro dan kecil. angka 0 sampai 1 (Hair, et al., 2010: 320).

b 0 = konstanta atau intercept Angka -2LL sebesar 126.207 menunjukkan

b 1 dan b 4 = koefisien dari variabel inde- model fit karena penurunan tersebut lebih penden X 1 sampai X 4 besar dari penurunan df pada alpha 5%

sesuai tabel critical values of chi squares (x 2 ),

Variabel Penelitian dan Definisi Operasi-

yaitu 113.145. Interpretasi -2LL ini merujuk

onal

Hair et al. (2010: 320). Ketepatan klasifikasi Variabel independen adalah preferensi

menunjukkan angka 65%, sedangkan pada pembiayaan usaha mikro dan kecil. Varia-

model yang sempurna ketepatan peramalan bel independen merupakan variabel kate-

ini akan mencapai angka 100% (Ghozali, gorikal dan berskala nominal. Nilainya

adalah: Variabel yang positif dan signifikan Y = 1 untuk preferensi struktur modal yang

mempengaruhi preferensi pembiayaan lebih dari 50% berasal dari eksternal

hanyalah ukuran usaha dengan tingkat seperti pinjaman dari keluarga dan

signifikansi 0.006 dan Exp (B) sebesar 1.799. teman, rentenir, lembaga keuangan

Tabel 1 menunjukkan hasil pengolahan data seperti ventura dan bank serta ekuitas

Determinan Preferensi Struktur Modal Usaha Mikro dan Kecil..... – Fachrudin

Tabel 1 Hasil Pengolahan Data

Variabel Independen

B P value

0.833 Firm Size

Essien et al. (2012: 1), usaha mikro dan kecil Pembahasan dimulai dengan struktur

memiliki institusi keuangan traditional atau modal usaha mikro dan kecil di Pajak USU.

informal, yaitu sebuah bentuk kerjasama Selanjutnya dilanjutkan dalam sub judul

yang terdiri atas orang-orang yang setuju pendidikan usaha mikro dan kecil di Pajak

untuk mengkontribusikan sejumlah uang USU, kewirausahaan usaha mikro dan kecil

tertentu dan setuju serta saling percaya di Pajak USU, pengalaman usaha mikro dan

untuk berbagi ke sesama anggotanya secara kecil di Pajak USU, dan ukuran usaha-usaha

periodik.

mikro dan kecil di Pajak USU. Pemilik usaha di Pajak USU yang tidak didukung keluarga mencari pinjaman dari

Struktur Modal Usaha Mikro dan Kecil Di

rentenir.

Pajak USU

Preferensi selanjutnya adalah ber- Dari hasil wawancara diperoleh hasil

hutang ke bank. Perbandingan pemilik bahwa sebenarnya pemilik usaha mem-

usaha yang memilih bank dibandingkan punyai preferensi untuk menggunakan

yang memilih rentenir dalam penelitian ini modal dari laba ditahan dan tabungan. Bila

adalah 16 banding 3.

tidak mencukupi, barulah mereka mencoba Rentenir kurang disukai karena bunga menghubungi keluarga. Untuk usaha de-

pinjaman yang tinggi serta jaminan yang ngan skala lebih kecil atau sama dengan

diberikan kurang terjamin akan dikembali- Rp.150.000.000 ditemukan bahwa keluarga

kan lagi, namun itu tetap dipilih karena mau memberi bantuan. Namun untuk skala

prosesnya yang cepat dan mudah serta yang lebih besar, keluarga tidak ditemukan

pembayarannya yang menggunakan sistem memberi bantuan, yang ditemukan adalah

jemput bola sehingga pemilik usaha yang bahwa keluarga memberikan pinjaman

berperan juga sebagai penjaga kios ini dapat yang jangka waktu pengembaliannya tidak

menghemat waktunya. Berhutang ke bank ketat serta tidak dibebankan dengan biaya

atau lembaga keuangan memerlukan waktu bunga. Pemilik usaha berpendapat bahwa

untuk pengurusan administrasi walaupun lebih baik menggunakan dana sendiri dan

bank telah menawarkan bunga murah, keluarga agar keuntungannya dinikmati

tetapi masalah waktu menyebabkan se- sendiri dan tidak dibagi ke pihak lain.

bagian dari mereka memilih rentenir. Pemilik usaha mikro dan kecil di Pajak

Kekurangan modal diatasi juga dengan USU juga melakukan arisan. Dengan iuran

Bootsrap Financing. Wujudnya adalah de- sekitar seratus ribu sampai limaratus ribu

ngan meminta bantuan anak, ibu, pasangan, per hari yang disisihkan dari pendapatan

dan saudara sebagai ganti membayar harian, mereka menggunakan hasilnya

tenaga kerja, serta membawa peralatan untuk pendanaan usaha. Sistem ini adalah

seperti meja dan kursi dari rumah untuk sistem saling membantu di antara mereka.

keperluan toko. Mencari mitra baru adalah Namun tidak berbentuk institusi. Di

preferensi terakhir.

Nigeria, sebagaimana disebutkan oleh

330 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 3, September 2013 : 318 - 336

Temuan ini sejalan degan Pecking Order bahwa temuan ini tidak dapat menjelaskan Theory bahwa preferensi sumber dana yang

Trade-off Theory.

pertama sekali diinginkan adalah dari sum- Mencari mitra baru termasuk pilihan ber internal, kemudian apabila tidak men-

terakhir yang dipertimbangkan dalam pe- cukupi

nelitian ini. Hanya terdapat 2 responen saudaranya untuk diberi. Preferensi se-

yang mendapatkan sumber modal dari lanjutnya adalah meminjam dengan rente-

mitra baru. Temuan ini sejalan dengan nir, bank, dan pilihan terakhir adalah me-

agency theory yang menyatakan bahwa ngajak mitra baru untuk bergabung. Me-

mengeluarkan saham baru akan menyebab- ngajak mitra baru adalah pilihan terakhir

kan masalah agency antara pemegang bagi pemilik usaha mikro dan kecil ini

saham lama dan baru.

karena mereka menganggap akan dapat Temuan ini juga dapat menjelaskan menimbulkan konflik di kemudian hari.

signaling theory, yaitu sinyal yang disampai- Asymmetric information juga dapat di-

kan oleh perusahaan yang mengeluarkan lihat dari temuan ini. Ketika dilakukan

saham baru adalah bahwa perusahaan ter- wawancara dengan pemilik usaha bagai-

sebut mungkin tidak memiliki prospek mana tanggapan calon investor yang per-

yang baik karena jika prospeknya baik nah diajak untuk menanamkan modal. Ter-

maka kemungkinan perusahaan akan lebih nyata calon investor tersebut hanya ber-

baik menggunakan hutang saja. sedia untuk memberikan hutang dan tidak mau diajak menjadi mitra baru dengan

Pendidikan Usaha Mikro dan Kecil Di

alasan memberikan hutang akan mendapat-

Pajak USU

kan pengembalian tetap, sedangkan men- Mayoritas responden penelitian ini ber- jadi mitra baru dianggapnya kurang pro-

pendidikan sekolah menengah atas, yaitu spektif. Hal ini sesuai dengan yang di-

sebanyak 53%, selanjutnya diploma 3 se- sampaikan Krasauskaite (2011: 10) bahwa

banyak 20%, strata 1 sebanyak 12%, sekolah dana internal selalu didahulukan daripada

menengah pertama sebanyak 7%, sekolah pendanaan eksternal untuk menghindari

dasar dan strata 2 masing-masing 3%, dan masalah Asymmetric Information.

sisanya adalah yang tidak tamat sekolah Dalam pandangan Adverse Selection, hal

dasar sebanyak 2%.

ini dikatakan sebagai peningkatan biaya Pendidikan ditemukan tidak ber- dalam rangka memperoleh tambahan dana.

pengaruh signifikan terhadap preferensi Biaya Adverse Selection menyebabkan pe-

pembiayaan usaha mikro dan kecil. Pen- nerbitan saham baru menjadi sesuatu yang

didikan dalam hal ini tidak mengenalkan mahal, manajemen mungkin mencoba un-

atau mengarahkan seseorang untuk meng- tuk tidak mengeluarkan saham baru. Ke-

gunakan pembiayaan dari lembaga keua- khawatiran berbagi keuntungan dan tuntu-

ngan. Hal ini dapat dipahami karena pen- tan mitra baru yang dirasakan pemilik

didikan responden adalah pendidikan usaha mikro dan kecil di Pajak USU dapat

umum, bukan pendidikan dan pelatihan dikatakan sebagai biaya Adverse Selection.

keuangan. Pendidikan formal dalam hal ini Trade-off Theory mengatakan bahwa

tidak membentuk pola pikir dan toleransi struktur modal dapat dicapai melalui peng-

resiko. Apabila dikaitkan dengan sumber hematan pajak ketika perusahaan ber-

pembiayaan dari rentenir, dalam penelitian hutang. Pemilik usaha mikro dan kecil

ini didapati 1 orang pemilik usaha yang dalam hal ini tidak dikenakan pajak seperti

tidak tamat SD, 1 orang tamat SMP, dan halnya perusahaan besar yang dikenakan

satu orang tamat D3. Pada responden pajak penghasilan sebagaimana usaha