14
Namun demikian dalam prakteknya apabila kepastian hukum di kaitkan dengan keadilan, maka akan kerap kali tidak sejalan satu sama lain. Adapun hal ini di
karenakan di suatu sisi tidak jarang kepastian hukum mengabaikan prinsip- prinsip keadilan dan sebaliknya tidak jarang pula keadilan mengabaikan prinsip-prinsip
kepastian hukum. Kemudian apabila dalam prakteknya terjadi pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan, maka keadilan lah yang harus diutamakan. Alasannya
adalah bahwa keadilan pada umumnya lahir dari hati nurani pemberi keadilan sedangkan kepastian hukum lahir dari sesuatu yang konkrit.
19
Di Indonesia pandangan modern tentang peranan hukum sebagai sarana pembangunan digambarkan oleh Mochtar Kusumaatmadja dengan mengatakan
bahwa hukum itu mempunyai dua fungsi yakni sebagai sarana ketertiban masyarakat menjamin adanya ketertiban dan kepastian dan sarana perubahan masyarakat.
20
Dalam keterkaitannya dengan kasus ini diharapkan Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 1507 KPDT2010 dapat memberikan suatu keadilan dan
kepastian hukum bagi kedua belah pihak yang sedang berperkara.
2. Kerangka Konsepsi
Konsep diartikan
sebagai kata
yang menyatakan
abstrak yang
digeneralisasikan dari
hal-hal yang
khusus, yang
disebut dengan
defenisi
19
Loc.cit.
20
Ahmad Ubbe, Putusan Hakim sebagai “Rekayasa Sosial” dalam Pembinaan Hukum Nasional, tulisan pada Majalah Hukum Nasional No.1 Tahun 2002 yang diselenggarakan BPHN
Depkeh dan HAM, Jakarta, hal.72.
Universitas Sumatera Utara
15
operasional.
21
Kegunaan dari adanya konsepsi agar supaya ada pegangan dalam melakukan penelitian atau penguraian, sehingga dengan demikian memudahkan bagi
orang lain untuk memahami batasan-batasan atau pengertian-pengertian yang dikemukakan.
22
Soerjono Soekanto berpendapat bahwa kerangka konsepsi pada hakekatnya merupakan suatu pengarah atau pedoman yang lebih konkrit dari kerangka teoritis
yang seringkali bersifat abstrak, sehingga diperlukan defenisi - defenisi operasional yang menjadi pegangan konkrit dalam proses penelitian.
23
Agar terdapat persamaan persepsi dalam memahami penulisan di dalam penelitian ini, maka dipandang perlu untuk menjelaskan beberapa konseptual
sebagaimana terdapat di bawah ini:
a. Prestasi
atau yang dalam bahasa Inggris disebut juga dengan istilah “performance” dalam hukum kontrak dimaksudkan sebagai suatu pelaksanaan
hal-hal yang tertulis dalam suatu kontrak oleh pihak yang telah mengikatkan diri untuk itu, pelaksanaan mana sesuai dengan “term” dan “condition” sebagaimana
disebutkan dalam kontrak yang bersangkutan.
24
Adapun yang merupakan model- model dari prestasi adalah seperti yang disebutkan dalam Pasal 1234
KUHPerdata, yaitu berupa : 1 Memberikan sesuatu;
21
Sumadi Suryabarata, Metodologi Penelitian, Jakarta : Raja Grafindo, 1998, hal.3.
22
H. Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat Bandung:Citra Aditya Bakti, 1999, hal.5.
23
Sumadi Suryabarata, Op.cit, hal. 28.
24
Munir Fuady, Hukum Kontrak ,dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, Bandung :Citra Aditya Bakti, 1999, hal. 87.
Universitas Sumatera Utara
16
2 Berbuat sesuatu; 3 Tidak berbuat sesuatu;
b. Wanprestasi adalah apabila seorang debitur tidak melakukan prestasi sama sekali
atau melakukan prestasi yang keliru atau terlambat melakukan prestasi, maka dalam hal-hal yang demikian inilah yang disebut seorang debitur melakukan wanprestasi.
25
c. Perjanjian,
menurut Pasal 1313 KUHPerdata adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau
lebih.
26
d. Sewa Menyewa
adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikat dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lain kenikmatan dari sesuatu
barang, selama suatu waktu tertentu dengan pembayaran sesuatu harga yang oleh pihak terakhir disanggupi pembayarannya. Demikian uraian yang diberikan
oleh pasal 1548 KUH Perdata mengenai perjanjian sewa menyewa.
27
e. Sewa Menyewa Rumah
adalah keadaan dimana rumah dihuni oleh bukan pemilik berdasarkan perjanjian sewa menyewa.
28
f. Pemilik
adalah setiap orang atau badan yang mempunyai hak atas rumah.
29
g. Penyewa
adalah setiap orang atau badan yang membayar harga sewa pemilik berdasarkan perjanjian yang telah disepakati.
30
25
Qirom S. Meliala, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian Beserta Perkembangannya, Yogyakarta : Liberty, 1985, hal. 29.
26
Purwahid Patrik, Dasar-Dasar Hukum Perikatan Bandung : Mandar Maju, 1994, hal. 94.
27
R. Subekti, Hukum Perjanjian Jakarta: Intermasa, 2002, hal. 90.
28
Peraturan Pemerintah Republik Indonnesia Nomor 44 Tahun 1994 tentang Penghunian Rumah Oleh Bukan Pemilik , Pasal 1 butir 3.
29
Ibid, Pasal 1 butir 5.
Universitas Sumatera Utara
17
h .
Ganti Rugi adalah penggantian biaya, rugi dan bunga karena tidak dipenuhinya
suatu perjanjian, barulah mulai diwajibkan apabila debitur setelah dinyatakan lalai memenuhi perjanjiannya tetap melalaikannya, atau sesuatu yang harus
diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampaukannya Pasal 1243 KUHPerdata. Dengan demikian
pada dasarnya, ganti-kerugian itu adalah ganti-kerugian yang timbul karena debitur melakukan wanprestasi.
G. Metode Penelitian.
Metode penelitian merupakan suatu sistem dan suatu proses yang mutlak harus dilakukan dalam suatu
kegiatan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Penelitian adalah usaha atau pekerjaan untuk mencari kembali yang dilakukan dengan suatu metode tertentu dengan cara hati-hati, sistematis serta sempurna
terhadap permasalahan, sehingga dapat digunakan untuk menyelesaikan atau menjawab problemnya.
31
Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk
mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya. Kecuali itu,maka diadakan juga pemeriksaan mendalam terhadap fakta hukum
tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-
30
Ibid, Pasal 1 butir 6.
31
Joko P. Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 1997, hal. 2.
Universitas Sumatera Utara
18
permasalahan yang timbul didalam gejala yang bersangkutan.
32
Sebagai suatu penelitian ilmiah, maka rangkaian kegiatan penelitian dinilai dari pengumpulan data
sampai pada analisis data dilakukan dengan memperhatikan kaidah-kaidah ilmiah sebagai berikut :
1. Sifat dan Jenis Penelitian.