Perumusan Masalah Tinjauan Kepustakaan

Bagaimanapun juga dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat serta kompleks melahirkan berbagai bentuk kerjasama bisnis. Kerjasama bisnis yang terjadi sangat beraneka ragam tergantung pada bidang bisnis apa yang sedang dijalankan. Keanekaragaman kerjasama bisnis ini tidak terlepas dari bidang perbankan yang tentu saja melahirkan masalah serta tantangan baru karena hukum harus siap untuk dapat mengantisipasi setiap perkembangan yang muncul. Berkaitan dengan uraian tersebut di atas, dirasakan perlu untuk mengadakan penelitian tentang sertifikat deposito. Hasil penelitian akan dituliskan dalam karya ilmiah berbentuk skripsi dengan judul ”ASPEK HUKUM TENTANG SERTIFIKAT DEPOSITO SEBAGAI SURAT BERHARGA”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, ada beberapa pokok masalah yang akan dirumuskan dalam penulisan skripsi ini, yaitu : 1. Bagaimanakah pertanggungjawaban pihak-pihak yang Terkait dalam Penggunaan Sertifikat Deposito Sebagai Surat Berharga? 2. Bagaimanakah bentuk-bentuk wanprestasi dalam perjanjian yang mempergunakan sertifikat deposito sebagai jaminan? 3. Bagaimanakah kedudukan sertifikat deposito dapat dikatakan sebagai salah satu surat berharga? Universitas Sumatera Utara

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan Tujuan Penulisan

Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini, antara lain, yaitu : 1. Untuk mengetahui pertanggungjawaban bank terhadap sertifikat deposito sebagai surat berharga. 2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk wanprestasi dalam perjanjian yang mempergunakan sertifikat deposito sebagai jaminan. 3. Untuk mengetahui kedudukan sertifikat deposito sehingga dikatakan sebagai salah satu bentuk dari surat berharga. Manfaat Penulisan ini adalah : 1. Secara Teoretis Pembahasan masalah dari penulisan skripsi ini akan memberikan pemahaman dan pendalaman dalam menghadapi pengetahuan tentang sertifikat deposito sebagai salah satu bentuk dari surat berharga, selanjutnya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam kajian mengenai sertifikat deposito dan surat berharga lainnya, serta untuk menambah wawasan bagi para mahasiswa Fakultas Hukum. Hasil tulisan ini juga diharapkan dapat menjadi pedoman dan sebagai Universitas Sumatera Utara bahan perbandingan serta bahan tambahan bagi peneliti yang mengkaji masalah sejenis.

2. Secara Praktis

Diharapkan agar tulisan ini dapat menjadi masukan bagi para pembaca, baik dikalangan akademial maupun peneliti yang mengkaji masalah yang sejenis ke dalam suatu pemahaman yang komprehensif tentang aspek hukum terhadap sertifikat deposito sebagai salah satu bentuk dari surat berharga, dan bagaimana kedudukan sertifikat deposito dikatakan sebagai salah satu bentuk dari surat berharga yang diharapkan dapat menambah wawasan tentang sertifikat deposito dan surat berharga lainnya.

D. Tinjauan Kepustakaan

Pengertian secara rinci tentang surat berharga ini tidak ditemukan dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang KUHD, namun terdapat beberapa pendapat para sarjana yang berkaitan dengan surat berharga tersebut. Di bawah ini terdapat sejumlah pengertian surat berharga yang lazim dikemukakan oleh para pakar hukum : 1. Wirjono Projodikoro : Istilah surat-surat berharga itu terpakai untuk surat-surat yang bersifat seperti uang tunai, yang dapat dipakai untuk melakukan pembayaran. Ini berarti pula bahwa surat-surat itu dapat diperdagangkan, agar sewaktu-waktu dapat ditukarkan dengan uang tunai negotiable instruments. 11 2. Abdulkadir Muhammad : Surat berharga adalah surat yang oleh penerbitnya sengaja diterbitkan sebagai pelaksanaan pemenuhan suatu prestasi, yang berupa pembayaran sejumlah uang. Tetapi pembayaran itu tidak dilakukan dengan menggunakan mata uang, melainkan dengan menggunakan alat bayar lain. 11 Prodjodikoro, Wirjono. Hukum dan Wesel, Cek, dan Aksep di Indonesia. Bandung: Penerbit Sumur Bandung, 1961, hal 13. Universitas Sumatera Utara Alat bayar lain itu berupa surat yang didalamnya mengandung suatu perintah kepada pihak ketiga, atau pernyataan sanggup untuk membayar sejumlah uang kepada pemegang surat tersebut. 12 3. Purwosutjipto : Surat berharga adalah surat bukti tuntutan utang, pembawa hak dan mudah diperjualbelikan. 13 a Unsur pertama, surat berharga sebagai surat bukti tuntutan utang. Maksudnya ialah, surat akta yang ditandatangani oleh debitur yang sengaja dibuat untuk dipergunakan sebagai alat bukti. Debitur yang menandatangi akta tersebut terikat pada semua apa yang tercantum dalam akta itu. Ada 3 tiga unsur yang terkandung di dalam pengertian surat berharga di atas : b Unsur kedua, surat berharga sebagai pembawa hak. Yang dimaksud hak disini adalah hak untuk menuntut sesuatu kepada debitur. Pembawa hak berarti bahwa hak tersebut melekat pada surat berharga itu. Kalau surat berharga itu hilang atau musnah, maka hak menuntut juga turut hilang. c Unsur ketiga, surat berharga mudah diperjualbelikan. Agar surat berharga itu mudah diperjualbelikan, maka ia harus diberi bentuk “kepada pengganti aan order” atau bentuk “kepada pembawa aan toonder. Dengan bentuk “kepada pengganti” akan mudah diserahkan atau dipindahtangankan kepada orang lain yakni dengan cara endosemen endossement. Sedangkan bentuk “kepada pembawa” cukup diserahkan atau dipindahtangankan secara fisik dari tangan ke tangan. 4. Emmy Pangaribuan Simanjuntak : Suatu surat yang disebut surat berharga haruslah di dalam surat itu tercantum nilai yang sama dengan nilai dari perikatan dasarnya. Perikatan dasar inilah yang menjadi causa dari diterbitkannya surat berharga tersebut. Dengan perkataan lain, bahwa sepucuk surat itu disebut surat berharga, karena di dalamnya tercantum nilai yang sama dengan nilai perikatan dasarnya. 14 5. Heru Supraptomo : Menyebutkan bahwa suatu surat berharga dapat digolongkan sebagai surat berharga apabila surat itu merupakan alat untuk diperdagangkan dan merupakan alat bukti terhadap hutang yang telah ada. 15 12 Abdulkadir Muhammad, Hukum Dagang Tentang Surat-Surat Berharga, PT. Aditya Bakti, Bandung, 1993. 13 “Perdagangan Surat Berharga Komersil Mulai Marak”, Suara Pembaharuan, 9 Januari 1996, Jakarta. 14 Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Hukum Dagang Surat-Surat Berharga, Seksi Hukum Dagang FH UGM, Yogyakarta, 1982, hal 23. 15 Perlu Kehatian-hatian Dalam Membeli Surat Berharga, Kompas, 8 Mei 1996, Jakarta. Universitas Sumatera Utara 6. Rasjim Wiraatmadja : Menyebutkan bahwa surat berharga adalah surat yang bersifat dan mempunyai nilai seperti uang tunai dan dapat dipertukarkan dengan uang tunai. 16 Pengertian lain dari surat berharga adalah surat tanda bukti pembayaran utang yang dapat dilakukan dengan cara memperlihatkan selembar surat yang berisi keterangan berupa perintah atau janji si penerbit kepada siapa saja yang berhak terhadap surat tersebut. Fungsi utamanya adalah dapat diperdagangkan atau dialihkan. Surat berharga atau surat yang berharga juga dapat diartikan sebagai akta-akta atau alat-alat bukti yang menurut kehendak dari penerbitnya atau ketentuan undang-undang yang diperuntukkan semata-mata sebagai upaya bukti diri legitimasi, akta-akta tersebut diperlukan untuk menagih. 17 Selanjutnya pengertian dari sertifikat deposito yaitu surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang merupakan surat pengakuan hutang dari bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank LKBB yang dapat diperjual-belikan dalam pasar uang. 18 1. Giro Berdasarkan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan pasal 6 huruf a menyebutkan bahwa Bank Umum menjalankan usaha yaitu menghimpun dana dari masyarakat dengan mengeluarkan atau menerbitkan produk simpanan yang berupa: 2. Deposito Berjangka 16 Siapa saja peminat Surat Berharga, Kompas, 27 Mei 1996, Jakarta. 17 Ibid, hal 14. 18 Pasal 1 huruf c, SK Direksi BI No.2148KEPDIR. Universitas Sumatera Utara 3. Sertifikat Deposito 4. Tabungan 5. Danatau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu Maka berdasarkan Pasal 6 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, Sertifikat Deposito merupakan salah satu produk simpanan yang dikeluarkan oleh Bank Umum dan juga merupakan obyek penelitian yang akan diteliti oleh penulis. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Pasal 1 angka 8 menyebutkan : ”Sertifikat Deposito adalah simpanan dalam bentuk Deposito yang sertifikat bukti penyimpanannya dapat dipindahtangankan.” H.M.N Purwosujtipto menyatakan bahwa Sertifikat Deposito merupakan surat berharga pada seluruh bentuknya, yaitu: “Sertifikat Deposito adalah surat tanda bukti penerimaan uang kepada-pembawa yang dikeluarkan oleh Bank atas sejumlah uang yang telah diserahkan pada Bank untuk suatu jangka waktu tertentu dengan mendapat bunga sebagai imbalannya dan dapat diperjualbelikan.” 19 1. Sertifikat Deposito dapat diperjualbelikan dengan mudah; Purwosutjipto menambahkan bahwa Sertifikat Deposito memiliki jangka waktu tertentu serta memiliki keuntungan : 2. Dapat dijadikan untuk kredit Bank; 19 H.M.N Purwosutjipto,Op. Cit, hal. 196. Universitas Sumatera Utara 3. Kerahasiaan terjamin, karena diterbitkan pada-pembawa; 4. Terhadap asal-usul uang pembelian Sertifikat Deposito tidak diadakan pemungutan fiskal; 5. Pemegang Sertifikat Deposito berhak atas bunga yang dijanjikan dalam Sertifikat Deposito atau oleh Bank penerbit Sertifikat Deposito; 6. Sertifikat Deposito bebas dari pajak kekayaan, pajak pendapatan, pajak B.D.R bunga, deviden, royalti, pajak perseroan. 20 Abdulkadir Muhammad menyatakan bahwa Sertifikat Deposito disebut juga sertifikat bank karena diterbitkan oleh Bank. “Sertifikat Deposito adalah surat bukti penerimaan atas sejumlah uang yang diserahkan kepada Bank untuk suatu jangka waktu tertentu dan mendapat bunga sebagai imbalannya. Sertifikat Deposito diterbitkan atas tunjuk, dapat diperjualbelikan dengan mudah”. 21 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan pasal 1 angka 8 memberikan definisi tentang Sertifikat Deposito sebagai berikut: “Sertifikat Deposito adalah simpanan dalam bentuk deposito yang sertifikat bukti simpanannya dapat dipindahtangankan”. Abdulkadir Muhammad juga menambahkan bahwa menyimpan uang dengan Sertifikat Deposito lebih menarik bagi masyarakat menengah ke atas yang tidak segera bermaksud mencairkannya, karena Bank akan berlomba-lomba untuk memberikan tingkat suku bunga yang tinggi. 22 20 Ibid, hal. 196-198 21 Abdulkadir Muhammad 2, Op. Cit, hal. 272. 22 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, http:www.google.com Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Pasal 1 angka 8 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa substansi dalam Sertifikat Deposito dapat dikategorikan sebagai salah satu bentuk simpanan yang juga diatur dalam pasal 1 ayat 6 yang menyebutkan: “Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada Bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, Sertifikat Deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu”.

E. Keaslian Penulisan