Hak Narapidana Perempuan di Lembaga Pemasyarakatan

51

BAB III PEMENUHAN HAK-HAK NARAPIDANA

3.1 Hak Narapidana Perempuan di Lembaga Pemasyarakatan

Pada hakikatnya narapidana adalah juga sumber daya manusia dan harus diperlakukan dengan baik dan manusiawi oleh sebab itu sistem pemasyarakatan menitik beratkan pada usaha perawatan, pendidikan dan bimbingan bagi warga binaan yang bertujuan untuk memulihkan kesatuan hubungan hak asasi antara narapidana dengan masyarakat.Narapidana saat ini diperlakukan secara manusiawi seperti yang tersirat dalam pasal 5 dimana dalam pasal tersebut disebutkan bahwa dalam pembinaan narapidana diberlakukan asas persamaan perlakuan dan pelayanan artinya baik narapidana wanita dan narapidana laki-laki mendapat persamaan perlakuan.Ni Wayan Armasanthi, 2011. Narapidana dalam sistem pemasyarakatan mempunyai hak seperti dituangkan dalam pasal 14 ayat 1 Undang-undang No. 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan adalah sebagai berikut : a. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya masing- masing. Yang beragama Islam melakukan pengajian, membaca Al-Quran, dan sholat berjamaah.Bagi umat yang beragama Kristen, juga mengikuti kebaktian dan berdoa bersama.Begitu juga bagi yang beragama Budha, ada sembahyang yang dilakukan sesuai dengan jadwal yang Universitas Sumatera Utara 52 ditentukan. Seperti hasil wawancara penulis dengan informan Ibu Simanjuntak 51 tahun, yakni : “Kami tiap hari ada Pendalaman Alkitab dek, tapi dari lain-lain gereja yang datang kesini”. b. Mendapatkan perawatan, baik perawatan jasmani maupun rohani. Narapidana disediakan sarana untuk olahraga, seperti bola voli, bola kaki, bola kasti, tenis meja dan senam pagi. Untuk mengurangi kejenuhan penghuni lapas, Kalapas kadang kala mengadakan pertandingan antar blok, atau mengundang masyarakat luar untuk bertanding melawan penghuni lapas untuk kegiatan rohani, penghuni lapas diberikan penyuluhan dan bimbingan agama. Seperti hasil wawancara penulis dengan informan Sri 19 tahun : “Semenjak ganti Kalapas kami dek, kami sering didatangkan orang yang diluar dari kami untuk main voli, tenis meja, sama senam ngelawan kami. Rasanya iss senang kali, pikir awak, ihh ada juga ya orang luar yang mau gabung main sama kami. Itulah semenjak Ibu Kalapas yang baru ini, banyak kali lah perubahan”. c. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran. Pemberantasan buta huruf, dan pemberian keterampilan sebagai bekal yang dapat dikembangkan narapidana yang akan menjadi bekal para narapidana nantinya setelah mereka bebas. Keterampilan yang dilakukan seperti menyulam, menjahit, salon, merangkai bunga, memasak kue, dan membuat hiasan manik-manik. Hasil wawancara penulis dengan informan Gita 29 tahun Universitas Sumatera Utara 53 “Banyak yang diajarkan sama kami disini dek, tapi tergantung kami mau belajar apa. Ada yang nyulam, ada yang menjahit, ada yang masak kue, kek kakaklah.Kakak suka menyulam, ya nyulamlah kakak kerjakan”. d. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak. Pemberian obat bagi yang sakit dengan datang ke Poliklinik dan membawa kartu berobat yang ada pada masing-masing narapidana. Apabila ada narapidana yang sakit dan perlu rawat inap, petugas akan membawa ke Rumah Sakit yang terdekat dan diawasi oleh petugas. Sedangkan biaya yang dikeluarkan oleh rumah sakit ditanggung oleh yang bersangkutan.Pemberian makanan yang layak kepada narapidana ini mengacu kepada Surat Edaran Sekretariat Jenderal Departemen Kehakiman Nomor M.02.UM. 01. 08 Tahun 1989 untuk makanan yang diberikan kepada narapidana setiap harinya sebesar 2250 kalori, dengan menu yang bervariasi sesuai dengan jadwal yang ditetapkan dan dimasak oleh yang bertugas di dapur. Khusus pada bulan puasa diberikan makanan tambahan seperti bubur kacang hijau, kolak, atau roti 16 16 Hasil wawancara dengan Ibu Marlia salah satu pegawai di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan . Seperti hasil wawancara penulis dengan informan, yakni : “Kakak dulu waktu melahirkan, pakek uang kakak sendiri biaya persalinannya.Biaya nginap di rumah sakit, biaya obat.Semua pokoknya pake uang kakak”. Universitas Sumatera Utara 54 e. Menyampaikan keluhan. Apabila ada narapidana yang mempunyai keluhan masalah, petugas siap mendengar semua keluhannya. Lalu petugas akan menyampaikan keluhan narapidana itu kepada Kalapas dan Kalapas wajib menerima dan menanggapi keluhan dimaksud, serta memberikan petunjuk dan jalan keluarnya. Seperti hasil wawancara penulis dengan informan Bu Manik 39 tahun, yakni : “Alani burju ni Kalapas nami on ma, nga dua tahun anggi mon alai minta tolong au tu Ibu i kan asa dipaloas jo manang na piga hari nai anggi mon rap dohot au dison karna baiknya Ibu Kalapas kami ini, udah 2 tahun umur adikmu ini kan seharusnya udah keluar dari lapas ini gak boleh lagi samaku disini tapi minta tolong aku sama Ibu itu biar dikasih aku ntah beberapa hari lagi adikmu ini sama denganku disini”. f. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang. Di Lembaga Pemasyarakatan para napi bebas meminjam buku yang ada, seperti majalah, novel, dan lainnya. Di setiap blok juga tersedia satu televisi, dan narapidana diperbolehkan untuk menonton televisi bila mereka tidak ada lagi kegiatan. g. Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan. Narapidana berhak mendapat upah atas pekerjaan yang dilakukannya, di lembaga pemasyarakatan narapidana melakukan kegiatan seperti salon, menyulam, menjahit, merangkai bunga, membuat hiasan manik- manik, membuat kue dan lainnya. Apabila hasil kerja tangan mereka Universitas Sumatera Utara 55 laku terjual mereka akan mendapat upah, dan upah yang mereka dapat akan dicatat dan disimpan oleh petugas di bagian seksi kegiatan dan apabila suatu saat narapidana memerlukannya, mereka dapat memintanya. Seperti hasil wawancara penulis dengan informan Sri 19 tahun, yakni : “Kakak kerja salon disini, banyak juga yang salon disini.Kalau pangkas 7 ribu, creambath 20 ribu, harga standar lah semua. Hasilnya untuk anak kakak lah kakak kasih, kalau mamak kakak datang menjenguk, kakak titip sama mamak kakak uangnya, karna mamak kakak yang urus anak kakak”. h. Menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, atau orang tertentu lainnya. Narapidana bebas mendapatkan kunjungan dari keluarga, teman, ataupun pengacara dan orang tertentu lainnya sesuai dengan waktu kunjungan yang berlaku. i. Mendapatkan pengurangan masa pidana remisi. Pengurangan masa pidana atau remisi hanya diberikan kepada narapidana yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana yang telah diatur dalam keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 174 Tahun 1999, yang antara lain bahwa narapidana harus berkelakuan baik selama menjalani masa pidana dan sudah diputuskan melalui sidang Tim Pengamat Masyarakat TPP. Narapidana mendapatkan remisi setiap tahunnya sebanyak 2 kali yaitu, remisi khusus dan remisi umum.Remisi umum diberikan setiap tanggal 17 Agustus dan remisi Universitas Sumatera Utara 56 khusus setiap hari raya.Selain itu ada remisi tambahan yaitu pengurangan masa pidana yang diberikan kepada narapidana yang telah berbuat jasa kepada Negara. Hasil wawancara penulis dengan informan Cika 18 tahun, yakni : “Tahun depan udah bisa keluar aku, karna aku udah 2 kali dapat remisi. Masa hukumanku 4 tahun, aku disini udah 1 tahun 8 bulan, potong remisi sekalinya 3 bulan.Aku udah dua kali remisi, jadi 6 bulan lah potongan masa hukumanku, belum lagi hari raya nanti”. j. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga. Narapidana yang sudah memenuhi syarat dan yang sudah dirapatkan melalui sidang berhak mendapatkan asimilasi dan cuti mengunjungi keluarga. k. Mendapat pembebasan bersyarat. Narapidana yang telah mencapai 23 masa pidananya, setelah dikurangi masa tahanan dan remisi dihitung sejak tanggal keputusan pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap dengan ketentuan 23 tersebut tidak kurang dari 9 bulan iberi kesempatan untuk mendapat pembebasan bersyarat dengan memenuhi persyaratan antara lain, sudah dirapatkan dalam sidang TPP, ada Litmas dan bapas dan surat jaminan dari keluarga, lurah, ataupun camat 17 17 Hasil wawancara dengan salah satu pegawai di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan . Universitas Sumatera Utara 57 l. Mendapat cuti menjelang bebas. Hampir sama dengan pembebasan bersyarat dimana narapidana harus menjalani 23 dari masa pidananya, setelah dikurangi masa tahanan dan remisi dihitung sejak keputusan pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap dan jangka waktu cuti sama dengan remisi terakhir, paling lama 6 bulan. m. Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Hak-hak lain yang dimaksud adalah hak politik, hak memilih dan hak keperdataan lainnya. Seperti hak memilih pada saat pemilihan umum Pemilu Tahun 2009 yang lalu, mereka diberikan kebebasan tanpa ada paksaan.Sedangkan hak keperdataan lainnya, contohnya diberikan ijin keluar dari lapas terhadap narapidana untuk keperluan khusus, seperti keperluan menghadiri perkawinan anaknya, menjenguk keluarga yang sakit keras di rumah sakit, dan menghadiri pemakaman keluarga dekat yang meninggal. Seperti wawancara yang dilakukan penulis dengan informan Sri 19 tahun, yakni : “Misalnya kek yang hari itu, meninggal bapakku.Aku dikasih cuti tapi cuma sehari aja”. Hak-hak tersebut tidak diperoleh secara otomatis tetapi dengan syarat atau kriteria tertentu, seperti halnya untuk mendapatkan remisi, asimilasi, harus memenuhi syarat yang sudah dapat ditentukan. Universitas Sumatera Utara 58 Dari penelitian yang dilakukan, para narapidana mengungkapkan bahwa hak-hak yang mereka peroleh tergantung dari Kepala Lembaga Pemasyarakatan yang melakukan pembinaan. Hal ini dibuktikan dari wawancara penulis dengan informan bernama Sri 19 tahun yang mengatakan : “Waktu Kalapas yang sebelumnya, aduh nangis terus aku pas gitu ditempatkan disini. Kek mana awak gak nangis, waktu kalapas yang sebelumnya, makanannya ntah macam apa, nasinya gak termakan, hitam gitu warnanya. Beda sama Kalapas yang sekarang, baik kali dek, nasi yang sekarang bersih, enaklah awak makannya. Terus Kalapas yang sekarang selalu bilang sama pegawai yang disini, jangan kejam-kejam kali kalian sama orang itu maksudnya kami napi, mereka juga manusia sama kayak kita. Ahh bersyukur kali lah kami Kalapasnya ganti, baik kali Ibu itu”. Bu Icha 33 tahun, juga mengatakan bahwa : “Memang iya dek, Kalapas kami yang sekarang baik kali, bijaksana lagi. Ibu itu tegas tapi baik, dekatlah sama kami. Pokoknya is the best lah dek, kudoakan yang terbaik selalu yang didapat ibu itu”. Agar hak dari narapidana sebagaimana tercantum dalam pasal 14 ayat 1 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan terselenggara dengan baik; maka perlu terjalin kerjasama yang baik antara pembina dan yang dibina.

3.2 Pemenuhan Hak-hak Reproduksi di Lembaga Pemasyarakatan Wanita