Sumber Daya Manusia GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA

43 Tabel 2 Jenis Pelanggaran Kasus per tanggal 27 Maret 2014 Narkotika : 351 Orang - Pengedar : 301 Orang - Pengedar Pemakai : 22 Orang - Pemakai : 28 Orang PIDUM 133 Orang PIDSUS - Tipikor : 7 Orang - Trafficking : 8 Orang Sumber : Seksi Pembinaan dan Pendidikan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan, Maret 2014. Berdasarkan tabel tersebut maka dapat dilihat bahwa narapidana yang dibina di Lembaga Pemasyarakatan Wanita ini banyak yang terlibat kasus narkotika.Hal ini merupakan suatu fenomena nyata bahwa kebanyakan penghuni lembaga pemasyarakatan di kota-kota besar mayoritas terlibat kasus narkotika.

2.2 Sumber Daya Manusia

Pada saat ini jumlah pegawai Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan adalah 72 orang yang terdiri dari : Tabel 3 Jumlah Pegawai Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Tanjung Gusta Medan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pendidikan Jumlah SMA 27 Orang Satmud D3 4 Orang Universitas Sumatera Utara 44 Strata 1 S1 33 Orang Strata 2 S2 8 Orang Sumber : Seksi Pembinaan dan Pendidikan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan, Maret 2014. Melihat dari jumlah pegawai yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Wanita tersebut jelas tidak seimbang dengan jumlah narapidana 499 orang. Dan tidak semua petugas yang bertugas sebagai pembina, karena dari jumlah pegawai yang 72 orang tersebut dibagi lagi ke dalam beberapa sub bagian, seperti petugas jaga, administrasi dan petugas lainnya. Sudah semestinya lembaga pemasyarakatan ini memperoleh tambahan pegawai, karena sumber daya manusia sebagai pegawai dan pembina di lembaga pemasyarakatan tersebut masih kurang. “Menurut Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kalapas, dalam melakukan pembinaan juga sangat dipengaruhi oleh sumber daya manusianya baik yang dibina maupun pembinanya. Bagaimanapun bentuk pembinaan dan cara pembinaan dilakukan, kalau narapidana tidak mau atau atau tidak ada minat, juga tidak terlaksana, begitu juga sebaliknya kalau pembinanya tidak memiliki keahlian atau keterampilan alam membina, pembinaan itu tidak akan terlaksana sesuai dengan tujuan yang diharapkan”. Kelebihan kapasitas penghuni di lapas dan kurangnya pegawai untuk membina narapidana sangat sulit mengingat orang-orang yang akan dibina adalah orang-orang yang melanggar hukum. Namun dalam mengatasi hal tersebut, pembina dan yang akan dibina membangun kerjasama yang baik. Pembina melakukan pendekatan persuasif kepada para narapidana seperti pemberian hak- hak para napi, memaksimalkan sarana dan prasarana yang ada maka terwujud keinginan yang diinginkan oleh para pembina terhadap yang dibinanya terlaksana dengan baik. Universitas Sumatera Utara 45

2.3 Pembinaan