22
untuk menjaga terpeliharanya pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang lahir di Lembaga Pemasyarakatan telah mencapai 2 tahun harus diserahkan
kepada bapaknya atau sanak keluarga atau pihak lain atas persetujuan ibunya. Namun, kenyataannya di lembaga pemasyarakatan, seperti di lembaga
pemasyarakatan Cilacap belum sampai mencapai usia 2 tahun sudah di ambil oleh pihak keluarga.
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka yang telah dipaparkan sebelumnya, secara spesifik permasalahan dari penelitian ini adalah hak-hak
reproduksi yang ada di lembaga pemasyarakatan wanita. 1.
Dari 12 Hak-hak Reproduksi, hak-hak apa saja yang terpenuhi dan bagaimana pemenuhan hak-hak tersebut pada narapidana yang ada di
Lembaga Pemasyarakatan. 2.
Bagaimana strategi adaptasi narapidana manakala hak-haknya tidak dipenuhi oleh pihak Lembaga Pemasyarakatan.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hak-hak
reproduksi perempuan di lembaga pemasyarakatan wanita terpenuhi.
Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang hak-hak reproduksi serta apa-apa saja resiko atau dampak yang
akan ditimbulkan jika hak-hak tidak terpenuhi, dan diharapkan juga agar hasil dari penelitian ini menjadi acuan bagi petugas lembaga
Universitas Sumatera Utara
23
pemasyarakatan atau pihak terkait dalam memberikan hak-hak yang terkait dengan reproduksi perempuan di lembaga pemasyarakatan.
1.5 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan. Alasan pemilihan lokasi ini karena diawali besarnya
rasa keingin tahuan penulis mengenai bagaimana pemenuhan hak-hak reproduksi para narapidana perempuan yang berada di lapas, dan berhubung
jarak antara lapas dengan rumah penulis tidak terlalu jauh, maka dari itu penulis memilih lokasi ini.
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Tipe Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.Dengan tahapan penelitian pra-lapangan, pekerjaan lapangan, analisis
data, dan diakhiri dengan tahap penulisan laporan penelitian.Metode ini digunakan agar mampu menghasilkan data-data deskriptif mengenai hak-hak
reproduksi di lembaga pemasyarakatan wanita.Dengan demikian, eksplorasi data secara mendalam tentang hak-hak reproduksi bisa terjaring dengan baik.Prosedur
penelitian kualitatif lebih bersifar sirkuler, artinya dalam hal-hal tertentu, langkah atau tahapan penelitian dapat diulang satu atau beberapa kali sampai diperoleh
data yang lengkap untuk membangun teori dasar.Dalam konteks ini, peneliti dimungkinkan untuk beberapa kali turun ke lapangan. Berutu, dkk. 2001
Universitas Sumatera Utara
24
1.6.2 Teknik Pengumpulan Data
• Observasi
Awal ketika berada di lapangan, yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah melakukan observasi pengamatan kepada narapidana yang ada di
Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan. Penulis mengawali dengan pengamatan saja, yakni dengan turun langsung ke lapas, dan
melihat bagaimana situasi dan kondisi di lapas tersebut.Dalam penelitian ini penulis tidak dapat melakukan observasi partisipasi participant observation
yakni, terlibat langsung ke dalam keseharian informan, misalnya ikut tinggal langsung bersama narapidana karena peraturan yang tidak mengijinkan.Seorang
peneliti tidak diperbolehkan tinggal bersama para narapidana untuk keperluan penelitian, bahkan pada saat penulis melakukan wawancara terhadap informan,
penulis diawasi oleh petugas. • Wawancara
Selain melakukan observasi pengamatan, penulis juga melakukan wawancara mendalam mengenai masalah yang diteliti oleh penulis. Wawancara
mendalam in-depth interview adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab dan bertatap muka antara pewawancara
dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial
yang relatif lama. Wawancara ini dilakukan untuk mengungkapkan masalah yang
Universitas Sumatera Utara
25
sedang diteliti, wawancara ini dilakukan beberapa kali sesuai dengan keperluan si peneliti yang berkaitan dengan kejelasan dan kemantapan masalah yang diteliti.
Dalam wawancara ini digunakan metode wawancara mendalam yang dilakukan secara akrab dan penuh kekeluargaan.Sesuai dengan pendapat
Spradley, 1997 yang mengatakan bahwa, metode wawancara mendalam in- depth interview jenis ini tentunya berpijak pada prinsip bahwa peneliti
melakukan learning from people belajar pada masyarakat, bukan study of people mengkaji masyarakat.
Pada penelitian ini, penulis mempunyai lima informan, dan kelima informan yang diwawancarai memiliki umur yang berbeda-beda. Wawancara
dilakukan di dalam Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan. Wawancara dilakukan di Mushola, gereja dan di kantor pegawai yang
berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan. Dalam melakukan wawancara, penulis tidak membatasi umur yang
menjadi informan.Dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara dengan pegawai lapas serta narapidana yang ada di lapas tersebut.
1.6.3 Rangkaian Pengalaman Penelitian
Penulis tiba di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan awal bulan November 2013. Awal bulan November 2013 penulis
masih akan meminta ijin untuk melakukan penelitian di lapas itu. Penulis ke lapas ditemani oleh Ibu dan Mak Tua penulis.Mak Tua penulis mempunyai teman yang
bekerja di dalam lapas itu. Pada waktu itu Mak Tua penulis akan merencanakan
Universitas Sumatera Utara
26
membuat acara Natal di lapas pada bulan Desember, sekalian akan memperkenalkan penulis dengan salah satu teman Mak Tua yang bekerja di lapas
itu. Sesampainya di lapas, bertemu dengan teman Mak Tua, lalu Mak Tua pun memberitahukan bahwa penulis akan melakukan penelitian di lapas itu. Pegawai
itu pun menyuruh penulis meminta surat keterangan akan melakukan penelitian yang dibuatkan oleh pihak kampus dan ditujukan ke kantor Kementerian Hukum
dan Hak Azasi Manusia yang ada di Jl. Putri Hijau, setelah pihak Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia mengeluarkan surat balasan diijinkan meneliti di
lapas, lalu surat balasan itu dibawa ke lapas, maka pihak lapas akan memberikan ijin untuk melakukan penelitian di lapas.
Penulis pun melakukan seperti apa yang diminta oleh pegawai itu. Lalu surat ijin untuk melakukan peneliitian di lapas keluar, dan keesokan hari penulis
mengantarkan surat balasan itu ke lapas. Panas terik matahari siang itu mempengaruhi suasana hati para pegawai. Sesampainya penulis di lapangan,
penulis menunjukkan surat balasan itu. Lalu penulis dimarahi oleh pegawai yang bekerja dibagian umum itu karena penulis datang tidak di pagi hari.
“Kok gak pagi datangnya dek? Kalau jam segini kamu datang udah kesiangan, kalau mau ngurus apa-apa itu datangnya pagi.
Kalau jam segini pegawai-pegawai pun udah pada istirahat dan banyak yang keluar mau makan siang”. Ibu Asma
12
Penulis sempat disuruh untuk datang kembali esok hari namun penulis membujuk pegawai itu agar pegawai itu mau menerima surat balasan itu tanpa
menunggu esok hari. Penulis berhasil membujuk pegawai itu dan pegawai itu pun
12
Pegawai Lembaga Pemasyarakatan, Kabid bidang Pembinaan Narapidana
Universitas Sumatera Utara
27
luluh dan menerima surat balasan. Pegawai itu bertanya kepada penulis sampai kapan penulis akan meneliti di lapas itu. “Tidak bisa saya pastikan Bu, saat
informasi yang saya butuhkan sudah dapat, saat itulah saya berhenti meneliti Bu kata penulis dengan nada membujuk”. Pegawai pun menyuruh salah satu napi
untuk menemani penulis ke ruangan Kabid bagian Pembinaan Narapidana untuk meminta ijin karena akan melakukan penelitian di lapas dan akan meminta
informasi kepada narapidana terkait dengan yang diteliti oleh penulis. Sesampainya di ruangan Kabid bidang pembinaan, napi tersebut menunjukkan
surat ijin penelitian penulis. Penulis pun tidak lupa untuk memperkenalkan diri, dan meminta diberikan bantuan selama penulis melakukan penelitian. Permintaan
ijin sudah diberikan lalu penulis pun permisi untuk pulang dan akan mulai meneliti secepatnya.
Pada tanggal 14 Desember 2013, penulis melakukan pra-lapangan karena pada saat itu penulis masih dalam proses penulisan proposal. Penulis masuk ke
pintu pertama, sampai di pintu pertama, penulis memperkenalkan diri dan memberitahukan maksud dan tujuannya ada di lapas itu kepada petugas yang
sedang berjaga di pintu pengamanan lapas. Penulis pun diberi masuk untuk ke pintu selanjutnya, dan tidak lupa, penulis harus menitipkan semua barang-barang
yang dibawa dan hanya bisa membawa buku dan pulpen untuk keperluan penelitian. Penulis juga disuruh memakai badge
13
13
Sebuah tanda atau lencana
yang digantung di leher yang bertuliskan tamu. Pada saat akan masuk ke pintu selanjutnya penulis harus diikuti
oleh salah satu napi yang sudah dipercaya oleh petugas untuk mengawasi penulis.
Universitas Sumatera Utara
28
Saat akan masuk ke pintu selanjutnya penulis harus permisi ke setiap ruangan pegawai yang akan dilewati oleh penulis yang dipandu oleh napi itu serta
memberitahukan maksud dan tujuan penulis berada di lapas itu. Saat akan masuk ke bagian para narapidana, penulis harus melewati 4 ruangan pegawai dan
melewati 2 gerbang besar menuju hunian para narapidana. Masuk ke ruangan bidang pembinaan narapidana yang mana ruangan
tersebut berada tepat diantara kamar para narapidana.Penulis permisi kepada Ibu Asma Kabid di bidang pembinaan napi, sebelum meneliti, penulis berbincang-
bincang dengan Ibu Asma. Ibu Asma bertanya penulis mengambil jurusan apa di USU. Penulis pun memberitahukan bahwa penulis jurusan Antropologi Sosial.
“Antropologi?Baru kaulah yang meneliti disini yang jurusannya Antropologi.Karna biasanya yang meneliti disini jurusan Hukum”.
Penulis tersenyum, dan menjelaskan bahwa fokus Antropologi mengkaji tentang manusia, kebiasaan, budaya, dan semua yang menyangkut manusia.
Narapidana kan juga manusia yang perlu dikaji kata penulis. Tidak lama berbincang, penulis pun diantar ke mushola bersama para napi. Berkenalan dan
bertanya seperlunya, setelah selesai penulis pun pamit. Wawancara hanya sebentar karena penulis masih melakukan pra-lapangan.
Beberapa hari setelah pra-lapangan penulis seminar proposal.Seminggu setelah seminar proposal, penulis melakukan penelitian.Penulis melakukan
penelitian ditemani oleh adik perempuan.Permisi dan meninggalkan barang- barang di loker, lalu penulis masuk diawasi oleh napi yang ditugaskan oleh
pegawai lapas.Sesampainya di ruangan Kabid bidang pembinaan narapidana,
Universitas Sumatera Utara
29
penulis kembali memberitahukan maksud penulis ada di lapas itu. Lalu Ibu Asma yang menentukan narapidana yang mana yang akan diwawancarai oleh penulis. Di
lapas penulis berjumpa dengan Gita 29 tahun dan Suarti 50 tahun yang menjadi informan awal penulis.
Wawancara dilakukan di Mushola.Di Mushola ada sekitar 5 orang, 3 orang tampak sedang sholat dan yang 2 orang sedang membaca Al-Quran.Ada tawa dan
ada juga haru saat berbincang-bincang bersama Kak Gita dan Bu Suarti. Bukan hanya dengan Kak Gita dan Bu Suarti, setelah napi yang 5 tadi sudah selesai
sholat dan membaca Al-Quran, penulis juga melakukan perbincangan bersama mereka. Para narapidana terbuka dan menerima baik kedatangan dan maksud
penulis berada disitu. Setelah wawancara menurut penulis sudah cukup, penulis pun permisi pulang dan mengucapkan banyak terimakasih. Penulis pun pamit ke
kamar yang berada tepat di samping Mushola dan menyalami napi satu persatu. Pamit kembali ke ruangan-ruangan pegawai, lalu penulis pun pulang.
Penelitian sebelumnya belum selesai, penulis masih merasa banyak yang harus dipertanyakan lagi.Penulis kembali melakukan penelitian dan penelitian
selanjutnya penulis datang bersama 3 orang teman kampus.Datang kesiangan karena kecelakaan kecil di jalan.Penulis dan teman-temannya permisi masuk ke
setiap ruangan hingga sampai ke ruangan Ibu Kabid bidang pembinaan narapidana.Sesampainya di ruangan itu, penulis tidak dikenal lagi oleh Ibu Kabid
karena senggang waktu penulis meneliti kembali sudah terlalu lama. Penulis pun meyakinkan Ibu Kabid bahwa penulis memang sudah pernah datang ke lapas dan
melakukan penelitian. Narapidana yang ada di dalam ruangan itu membantu
Universitas Sumatera Utara
30
meyakinkan Ibu itu, karena memang narapidana itu pernah melihat penulis berada di lapas itu dan sudah jumpa dengan Ibu itu pada penelitian sebelumnya.Ibu itu
pun percaya kepada napi yang meyakinkan ibu itu. Lalu penulis dan teman-teman penulis dimarahi dan disuruh untuk datang kembali esok hari, Ibu Kabid bidang
pembinaan juga menyuruh pulang karena sedikitnya pegawai yang hadir pada waktu itu sehingga tidak ada yang akan mengawasi penulis dan teman-teman jika
akan melakukan penelitian. Penulis dan teman-teman pun membujuk Ibu itu. “Udah besok ajalah kalian datang, udah kesiangan kalian kalau
mau neliti sekarang.Aku mau kusuk, pegawai cuma sedikit yang datang, gadak yang ngawasi kalian nanti. Lagianpun napi-napi
lagi sibuk sekarang, yang Kristennya lagi ibadah, yang Muslimnya lagi sholat, bentar lagi pun udah mau apel, terus jam makan
siang”. Ibu Asma
Tidak mau pulang sia-sia, penulis dan teman-teman penulis pun meminta ijin agar diberikan ijin untuk ikut ibadah bersama para narapidana. Ibu itu pun
memberi ijin dan menyuruh penulis dan teman-teman meminta ijin kepada Ibu Purba di bagian pengurusan ibadah agar diberikan ijin untuk masuk ibadah
dengan para napi. Menemui Ibu Purba, memberitahukan niat penulis dan teman- teman penulis yang meminta ijin untuk masuk ibadah dengan para napi, lalu Ibu
Purba pun memberi ijin serta mengantarkan penulis dan teman-teman ke ruangan ibadah para napi.
Bernyanyi, berdoa, dan mendengarkan khotbah bersama para narapidana di lapas, rasanya sangat berbeda dengan yang biasa dirasakan oleh penulis dan
teman-teman.Saat berdoa terdengar suara tangisan dari para napi, dan tak luput penulis dan teman-teman ikut merasakan kesedihan yang para napi rasakan.Lagu
Universitas Sumatera Utara
31
terakhir sebelum ibadah ditutup “Indah Rencanamu Tuhan”.Meskipun penulis dan teman-teman tidak tahu lirik lagu itu, tetapi penulis dan teman-teman ikut
terlarut dalam setiap lirik lagu yang dinyanyikan napi-napi yang ada di tempat ibadah itu. Selesai ibadah, bersalaman satu dengan yang lain dan saling
memberikan semangat satu dengan yang lainnya, agar mereka sama-sama kuat untuk menanggung masa hukuman yang dijalani oleh masing-masing napi.
Tempat ibadah pun mulai sepi, karena para napi sedang apel
14
Sambil tersenyum penulis dan teman-teman pun menolak karena penulis dan teman-teman tidak tega bila nasi Ibu itu akan dibagi dengan penulis dan
teman-teman, yang nasi mereka hanyalah dijatah. Makan sambil berbincang- bincang. Perbincangan panjang lebar, bertanya dimana alamat Ibu Simanjuntak
dan ternyata Ibu Simanjuntak seperti mengenal salah satu teman penulis, dan dan setelah
apel dilanjutkan dengan makan siang.Sembari menunggu para napi apel dan mengambil jatah makan siang. Penulis dan teman-teman penulis pun
membersihkan ruangan tempat ibadah. Dan tak lama para napi kembali datang dengan membawa nasi ditangan.Mereka pun menawari penulis dan teman-teman
untuk makan dan berbagi nasi dengan mereka.Kedekatan antara narapidana dengan penulis dan teman-teman mulai terjalin.Tertawa bersama, cerita-cerita
bersama, dan tidak lupa penulis bertanya mengenai hal yang terkait dengan penelitian penulis.
“Makan kalian dek, sini bagi-bagi kita.Inilah namanya nasi cumpreng dek, liatlah inilah nasi napi, ikannya ikan asin, ayok kita
bagi-bagi dek, sini. Ibu Simanjuntak, 51 tahun
14
Kegiatan baris-berbaris yang bertujuan untuk memberi arahan dan pemeriksaan
Universitas Sumatera Utara
32
sudah tidak asing lagi buat Ibu itu, lalu penulis pun memanggil teman penulis, Nuri. Ibu Simanjuntak ternyata kenal dengan Nuri, karena Nuri adalah teman
sekolah Nuri waktu di SMA.Nuri dan Ibu Simanjuntak pun berbincang-bincang dengan akrab. Waktu pun tak terasa sudah hampir sore, penulis dan teman-teman
pun permisi untuk pulang dan memberi semangat kepada mereka agar tetap kuat dalam menjalani masa hukumannya.
Penulis kembali datang melakukan penelitian. Penulis datang bersama dengan adik perempuan, dan rencana penelitian kali ini tidak bertanya dengan
para napi melainkan dengan pegawai di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan. Sama seperti penelitian sebelumnya, penulis harus
permisi dan memberitahukan maksud dan tujuannya.Lalu penulis diantarkan ke ruangan bagian umum, dan dibagian umum penulis bertemu dengan Ibu Marlia,
pegawai yang ramah dan cantik.Ibu Marlia menjawab semua pertanyaan yang ditanyakan oleh penulis dan menyuruh penulis untuk tidak sungkan apabila masih
ada yang perlu dipertanyakan. Wawancara dengan Ibu Marlia selesai, penulis pun permisi pulang.
Penelitian sudah sering dilakukan penulis.Penulis bolak-balik datang karena penulis tidak diijinkan hidup dan tinggal bersama napi.Maka dari itu
penulis hanya boleh datang berulang kali ke lapas untuk melakukan penelitian sampai informasi yang diperlukan oleh penulis sudah didapatkan.Penelitian yang
dilakukan di lapas ternyata seram-seram seru.Penulis sudah dikenal dan sudah akrab dengan sebagian napi dan sebagian pegawai.Banyak pengalaman baru yang
diperoleh saat melakukan penelitian bersama napi.Dan pada saat penelitian
Universitas Sumatera Utara
33
terakhir yang dilaksanakan pada tanggal 27 Maret 2014, penulis kembali ditemani oleh ketiga teman kampus.Pada penelitian ini penulis kembali masuk dan permisi
untuk masuk ke dalam lapas. “Kalian tetap harus pakek badge dek, karna kalian kan tamu.
Kami takut kalian tertukar pula nanti sama napi yang disini”. Kata salah satu petugas sambil tertawa
Memakai badge, lalu masuk dan hingga akhirnya sampai ke ruangan Ibu Asma, suasana di ruangan Ibu Asma sangat ramai, pegawai dan sebagian napi
tampak memenuhi ruangan itu.lalu penulis pun meminta kepada Ibu Asma agar Ibu Asma memberikan penulis 2 orang napi yang akan di wawancara oleh penulis.
Ibu Asma menyuruh penulis dan teman-teman untuk menunggu di Mushola sampai napi yang akan diwawancarai datang. Tampak 2 orang yang kelihatan
masih seumuran dengan penulis dan datang menghampiri penulis dan teman- teman.Lalu penulis dan teman-teman pun berkenalan dengan napi itu.Sri 19
tahun dan Cika 18 tahun, narapidana yang dihukum karena kasus Narkoba. Sri dan Cika juga tinggal satu ruangan. Wawancara pun terus berlanjut, sampai pada
akhirnya aroma kue yang baru siap dimasak menggoda. Penulis pun menghampiri napi yang tampak sedang membawa loyang kue beserta kue-kue yang baru masak
dan membeli kue itu. Satu kue harganya Rp. 4000, penulis pun tidak lupa menawarkan kepada Sri dan Cika. Makan kue bersama, ternyata kue buatan napi
itu enak.Penulis teringat dengan hasil wawancaranya dengan Ibu Marlia, yang mengatakan kalau kue buatan para napi yang ada di lapas itu tidak kalah enaknya
dengan kue buatan Hot Buns
15
15
Salah satu toko kue yang ada di Medan
. Kue habis, dan wawancara pun tak terasa sudah
Universitas Sumatera Utara
34
cukup. Penulis pun permisi pulang dan mengucapkan banyak terimakasih kepada Sri dan Cika. Tidak lupa penulis dan teman-teman juga permisi pulang kepada
pegawai-pegawai serta dengan narapidana yang ada di lapas itu. Lalu penulis dan teman-teman pun pamit ke ruangan Ibu Risma dan
dengan pegawai-pegawai lain yang berada diruangan itu. Lalu penulis pun melanjutkan ke bagian umum untuk meminta surat balasan dari lapas itu bahwa si
penulis memang benar melakukan penelitian disitu. Sesampainya di bagian umum, penulis meminta surat balasan dengan Ibu Risma. Tampak dimeja Ibu
Risma, beliau sedang sibuk membungkus buah parcel.Saat penulis meminta surat balasan itu, penulis disuruh untuk datang lain waktu karena surat balasan
belum selesai. Lalu penulis dan teman-teman pun permisi pulang kepada pegawai- pegawai yang ada di ruangan itu.Melepaskan badge, ambil hp dari loker, lalu
keluar. Setelah lama tidak ke lapas karena penelitian sudah selesai, penulis datang
kembali ke lapas untuk meminta surat balasan yang menerangkan bahwa penulis memang benar telah melakukan penelitian di lapas tersebut. Siang hari tepat
pada saat lebaran, suasana di lapas begitu ramai dan antri untuk mengunjungi pihak keluarga yang ada di lapas. Pintu dibuka dan menyilahkan penulis untuk
masuk bersama-sama dengan pihak keluarga yang akan berkunjung ke lapas. Lalu petugas bertanya maksud kedatangan penulis, dan penulis memberitahukan
maksud kedatangannya, petugas memberitahukan bahwa pegawai yang mengurus di bagian surat tidak hadir pada hari itu, dan menyuruh penulis untuk datang lagi
Universitas Sumatera Utara
35
esok harinya. Menggumam di dalam hati karena kesal telah datang sia-sia padahal sudah melalui macet, dan panas teriknya matahari.
Keesokan harinya, penulis pun datang pada pagi hari ke lapas. Keadaan di lapas tidak seramai ketika penulis datang semalam. Suasana masih sepi, penulis
langsung dipersilahkan masuk dan disuruh menunggu. Petugas naik ke atas untuk melihat ke bagian umum, dan tidak berapa lama petugas pun turun dan
memberitahukan bahwa pegawai yang mengurus surat balasan tersebut juga tidak hadir, dan menyuruh penulis untuk datang kembali keesokan harinya. Penulis
membujuk petugas tersebut agar diberi ijin untuk menunggu sampai pegawai tersebut datang.Lalu petugas tersebut mempersilahkan penulis untuk naik ke atas
dan menunggu di atas di bagian umum. Pegawai yang ada di kantor bagian umum tempat para pegawai bertugas
masih terlihat sepi, ada yang baru datang, ada yang lagi sarapan pagi, ada yang membaca Koran da nada juga yang tampak sibuk menyelesaikan sesuatu. Tak
lama kemudian tampak seorang pegawai yang bertugas di bagian umum tersebut. Bu Heni namanya, Ibu tersebut sempat lupa dengan penulis lalu penulis
mengingatkan kembali dan memberitahukan maksud dan tujuannya. Lalu Bu Heni menyuruh penulis untuk menunggu karena surat balasan yang diminta oleh
penulis belum selesai dikerjakan olehnya. Sejam, dua jam berlalu, penulis pun disuruh untuk masuk ke dalam ruangan Kalapas. Sempat terkejut, karena selama
melakukan penelitian di lapas, penulis tidak pernah mengenal dan berjumpa dengan Kalapasnya, karena kesibukan Kalapas yang menghadiri rapat kesana
kemari. Setibanya di ruangan Kalapas, jantung penulis berdetak begitu kencang,
Universitas Sumatera Utara
36
karena tidak siap untuk bertemu dengan Kalapas. Dipersilahkan masuk, dan duduk oleh Kalapas, lalu berjabat tangan saling memperkenalkan diri.Kalapas
yang bernama Ibu Marselina Budiningsih, berbadan tinggi, rambut pendek, dan cantik.Ibu Marselina memulai percakapan kepada penulis sambil sesekali
bercanda dengan penulis.Jantung penulis yang berdetak begitu kencang perlahan kembali dengan normal karena keramahan yang diberi oleh Ibu
Marselina.Ternyata para napi tidak salah bahwa memang benar kalau Ibu Marselina memang baik dan ramah.Ibu Marselina membaca judul yang diteliti
oleh penulis di lapas tersebut. Lalu Ibu Marselina bertanya kembali kepada penulis mengenai apa saja yang sudah penulis dapatkan setelah meneliti di lapas
tersebut. Setelah tanya jawab berlangsung, Ibu Marselina kembali menjelaskan sedikit tentang pemenuhan hak-hak reproduksi di lapas.
“Pemenuhan hak-hak reproduksi tidak semuanya bisa dipenuhi di lapas ini, karena kita tahu kan
kalau napi yang ada disini dihukum karena mereka melakukan kesalahan dan tidak bisa sebebas
dengan orang yang diluar sana. Mungkin kamu sudah mendapatkan hasilnya pada saat kamu
melakukan penelitian disini”. Ibu Marselina 49 tahun
Setelah berbincang-bincang dengan Ibu Marselina, Ibu Marselina meminta jika pada akhirnya skripsi telah selesai dibuat oleh penulis, Ibu Marselina
meminta 1 skripsi untuk dijadikan pertinggal di lapas. Lalu menyuruh penulis untuk menandatangani surat perjanjian yang berisi janji bahwasanya nanti jika
penulis telah selesai menulis skripsi, penulis akan memberikan skripsi sesuai dengan yang tertulis di surat perjanjian tersebut. Lalu Ibu Marselina pamit kepada
penulis karena Ibu Marselina akan segera pergi untuk menghadiri rapat di luar.
Universitas Sumatera Utara
37
Tak lupa penulis juga pamit untuk pergi, sambil berjabat tangan lalu mengucapkan terima kasih.
Dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan informan, bahwa 12 hak-hak reproduksi yang disetujui oleh pemerintah Indonesia, tidak sepenuhnya
diterima oleh para narapidana yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II Tanjung Gusta Medan. Namun para narapidana mengerti bahwa hak-hak
reproduksi mereka tidak semuanya dipenuhi oleh pihak petugas karena status yang mereka sandang sebagai narapidana. Mereka tahu bahwa tidak mungkin hak
yang mereka terima akan sama dengan hak yang diterima oleh yang bukan narapidana.
Universitas Sumatera Utara
38
BAB II GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA
KELAS II TANJUNG GUSTA MEDAN 2.1 Gambaran Umum
Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan merupakan tempat untuk menampung narapidana dan tahanan wanita untuk
dididik dan dibina berdasarkan nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila dan Kebijaksanaan Pemasyarakatan yaitu Pohon Beringin Pengayoman, dan berbagai
kebijakan pemasyarakatan yang dikeluarkan Dirjen Pemasyarakatan Depkumham dulu Dirjen Pemasyarakatan Depkeh, dan terakhir adalah Undang-undang
Nomor 12 Tahun 1995. Pada mulanya Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan bergabung dengan Lembaga Pemasyarakatan Kelas I A
Tanjung Gusta Medan. Dengan berpegang pada hukum dan untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan apabila narapidana dan tahanan wanita bersatu dengan
narapidana atau tahanan pria, maka pemerintah membangun lembaga pemasyarakatan khusus wanita agar pembinaan yang dilakukan terhadap
narapidana wanita dapat lebih khusus dan terarah. Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan
didirikan pada tahun 1983 sampai 1985, berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor M.03-PR.07.03 tanggal 26 Februari 1986.
Lokasi Lembaga Pemasyarakatan ini berada di Kota Madya Medan Wilayah Kerja Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia RI Daerah Tk I,
Universitas Sumatera Utara