Subjek B Hasil Analisa Data

meskipun terkadang subjek A masih merasa takut, namun setelah mengikuti intervensi, ketakutannya sedikit berkurang.

b. Subjek B

Subjek B adalah salah satu siswi di sekolah dasar di Pekanbaru. Saat ini B duduk di kelas 5 dan berusia 10 tahun. B memiliki tubuh yang cukup besar dibandingkan dengan teman sekelasnya yang lain. Kemampuan akademik B tergolong rata-rata jika dibandingkan dengan teman sekelasnya yang lain. Hanya saja sikapnya yang tidak fokus dan cenderung mengerjakan hal lain saat belajar, membuatnya lamban dalam mengerjakan tugas. B memiliki sikap kekanak-kanakan, ketika menyampaikan sesuatu, B terkesesan berlebihan dengan tujuan untuk mendapatkan perhatian dari lawan bicaranya. Sikap B yang demikian, membuatnya cukup memiliki banyak masalah dengan teman-teman, ia cukup sering diganggu oleh temannya. B merupakan salah satu korban bullying di sekolahnya. Bullying yang dialami oleh B sudah berlangsung cukup lama yaitu sebelum B duduk di kelas 5. Sebelumnya B pernah berpura-pura sakit agar tidak pergi ke sekolah, hal ini subjek B lakukan beberapa kali, karena perlakuan bullying yang dialami. Meskipun sekarang subjek B sudah mulai berani untuk membalas, namun hal tersebut tidak membuat teman-teman berhenti mem bully nya. Subjek B agak sering mengalami bullying yaitu sekitar 2 atau 3 kali dalam seminggu dan mengalami bullying baik secara fisik, verbal maupun relasi. Dari gambar 4.1. di atas, terlihat bahwa pada kondisi pretest skor kecemasan subjek B adalah 94 kategori tinggi dan pada kondisi posttest terjadi peningkatan skor sebesar 3 poin, yaitu menjadi 97 kategori tinggi. Selain itu terlihat juga bahwa pada Universitas Sumatera Utara kedua kondisi yaitu kondisi pretest dan posttest subjek B memperoleh skor di atas rata- rata skor kelompok terapi menulis ekspresif mean pretest = 66 dan mean posttest = 66,5. Hal ini berarti bahwa tidak terjadi penurunan kecemasan pada subjek B baik dilihat berdasarkan skor kecemasan yang diperoleh maupun berdasarkan kategori kecemasan pada saat pretest dan posttest . Begitu pula saat dibandingkan dengan rata- rata skor kecemasan kelompok. Berdasarkan skor yang diperoleh subjek B pada skala kecemasan, juga diperoleh gambaran perbedaan skor kecemasan subjek B berdasarkan tipe kecemasan anatra kondisi pretest dan posttest , seperti pada gambar 4.3 berikut ini: Gambar 4.3. Perbandingan skor kecemasan subjek B berdasarkan tipe kecemasan pada kondisi pretest dan posttest Dari gambar 4.3 di atas, penurun skor kecemasan pada tipe kecemasan obsessive compulsive dan fear of physical injury yaitu masing-masing sebesar 1 poin pretest = 14, posttest = 13. Namun pada empat tipe kecemasan lainnya terlihat peningkatan skor Universitas Sumatera Utara kecemasan, yaitu yaitu pada separation anxiety, social anxiety, dan general anxiety . Sedangkan pada tipe obsessive compulsive, panicagoraphobia dan fear of physical injury terjadi penurunan skor antara kondisi pretest dan posttest. Pada tipe obsessive compulsive skor kecemasan subjek menurun sebesar 1 poin pretest = 14, posttest = 13, tipe kecemasan panicagoraphobia skor kecemasan subjek B menurun sebesar 7 poin pretest = 27, posttest = 20. Hal ini menunjukkan bahwa setelah dilakukan intervensi menulis ekspresif, terjadi penurunan simptom kecemasan pada tipe kecemasan obsessive compulsive dan fear of physical injury . Berdasarkan lembar kerja pada saat proses intervensi berlangsung, diketahui bentuk-bentuk bullying yang dialami oleh subjek B, diantaranya dipukul, dicubit, diejek, dimintai uang dan ditarik jilbab . Dari cerita yang dituliskan B pada “buku rahasia”, diketahui bahwa B mampu mengungkapkan perasaannya saat di bully yaitu B merasa benci dengan teman yang mem bully nya tersebut. B juga sulit untuk memaafkan mereka. Hingga pertemuan terakhir, B masih mengatakan bahwa ia tidak bisa memaafkan teman yang sudah bersikap keterlaluan kepadanya dan masih menyimpan perasaan benci dan marah. saat mengungkapkan hal tersebut, terdengar adanya tekanan pada intonasi suara B. Selain itu, dari hasil cerita yang ditulis oleh B juga diketahui bahwa tidak terlihat usaha B untuk menghentikan teman yang mem bully nya tersebut atau menuliskan pikirannya tentang apa yang ingin dan akan ia lakukan agar tidak di bully lagi. B menuliskan ia tidak memberitahu orangtua tentang kejadian bullying yang dialaminya karena takut teman yang mem bully nya akan dimarahi. B juga menuliskan bahwa ia merasa kasihan kepada teman yang mem bully nya tersebut, jika orangtuanya benar- benar memarahi temannya tersebut. Universitas Sumatera Utara Pada tahap juxtaposition dan application to the self , B mengungkapkan pikiran positif untuk mengurangi kecemasannya, melalui pertanyaan yang peneliti berikan. B mengatakan saat dia akan berangkat ke sekolah, ia berkata kepada dirinya untuk tidak perlu takut terhadap teman yang mem bully nya, tidak perlu mendengarkan dan memperdulikan apa yang mereka katakan atau ia akan langsung bertanya kepada teman yang mem bully, mengapa mereka mengganggu dirinya. Selain itu, subjek B mampu menemukan cara untuk mengalihkan pikiran dan perasaannya dengan melakukan kegiatan yang ia senangi, salah satunya dengan menggambar. Dari hasil observasi selama proses intervensi berlangsung, terlihat bahwa subjek merasa tidak senang dengan sikap subjek C yang selalu mengkritik apa yang diungkapkan oleh subjek B, seperti saat B memberikan jawaban yang sama dengan C, maka C mengatakan B meniru jawaban dirinya. Sikap subjek B yang tidak fokus selama intervensi, terkadang menjadi bahan lelucon bagi subjek C. Subjek B juga terlihat beberapa kali keluar ruangan selama prooses intervensi, tanpa meminta izin peneliti. Saat B mengungkapkan pikiran positif, jika berhadapan dengan teman yang mem bully , sebelum pelaksanaan dilakukan terlihat subjek B sedang diganggu oleh beberapa orang temannya, dan subjek B terlihat mencoba untuk melawan. Selama proses intervensi berlangsung, B mengatakan bahwa ia masih mengalami bullying . Dari lembar evaluasi yang diberikan, B mengatakan bahwa ia merasa senang menuliskan tentang perasaannya tentang perlakuan bullying yang dialaminya, meskipun demikian hal tersebut tidak mengurangi perasaan marah dan benci terhadap teman yang mem bully nya. Subjek B menyebutkan bahwa ia masih benci dan marah dengan teman yang mem bully nya. Universitas Sumatera Utara

c. Subjek C