Tabel 4.10. Skor kecemasan berdasarkan tipe kecemasan
Tipe kecemasan Kondisi
pengukuran Subjek
A B
C D
Separation anxiety Pretest
6 12
11 9
posttest
3 18
10 6
Social Phobia Pretest
8 13
7 11
posttest
9 18
9 7
Obsessivecompulsive Pretest
11 14
15 7
posttest
15 13
10 9
Panicagoraphobia Pretest
6 27
12 13
posttest
9 20
15 14
Fear of physical injury Pretest
8 14
16 7
posttest
8 13
5 5
General anxiety Pretest
4 14
10 11
posttest
11 15
12 11
a. Subjek A
Subjek A merupakan siswa di salah satu sekolah dasar. Saat ini ia duduk di kelas 6 dan berusia 12 tahun. A adalah seorang anak yang pendiam, sedikit tertutup dan
kurang ekspresif. A juga termasuk anak yang lamban terutama dalam menyelesaikan tugas sekolah jika dibandingkan dengan teman-teman sekelasnya yang lain. Ketika A
memiliki masalah, A lebih memilih untuk menghindar dari pada menyelesaikannya, seperti ketika ia diganggu oleh teman, A tidak berani melawan terutama jika teman yang
mengganggu lebih kuat dibandingkan dirinya. Perlakuan
bullying
yang A alami sudah terjadi cukup lama sebelum A duduk di kelas 6. Hal tersebut membuat ia merasa takut
dan cemas, sehingga A tidak pernah memberitau guru ataupun orangtua. A takut dipukul lagi oleh teman yang mem
bully
nya, jika ia memberitahu guru atau orangtua.
Saat di rumah subjek A terkadang juga mengalami perlakuan kasar. Hal ini mempengaruhi keberanian A untuk membela diri ketika berhadapan dengan orang yang
lebih kuat darinya. Ketika A ditegur oleh gurupun, hal tersebut membuat A merasa takut, bahkan subjek A tidak berani untuk pulang ke rumah. Saat A merasa cemas dan
Universitas Sumatera Utara
takut untuk pergi ke sekolah, A berpura-pura sakit agar tidak pergi ke sekolah. subjek A merupakan salah satu korban
bullying
di sekolahnya. A mengalami
bullying
hampir setiap hari dan mengalami
bully
baik secara fisik, verbal maupun relasi. Dari gambar 4.1 di atas, terlihat bahwa pada saat
pretest
skor kecemasan A adalah 51 kategori sedang. Pada saat
posttest
terlihat adanya peningkatan skor kecemasan yaitu menjadi 55, namun masih berada pada kategori sedang. Terlihat juga
bahwa pada saat
pretest
dan
posttest
A memperoleh skor di bawah rata-rata skor kecemasan kelompok, hal ini menunjukkan bahwa dalam kelompok terapi menulis
ekspresif, subjek A memiliki kecemasan di bawah rata-rata. Selain itu juga diperoleh gambaran perbedaan skor kecemasan subjek A berdasarkan tipe kecemasan antara
sebelum dan sesudah diberikan menulis ekspresif, seperti pada gambar 4.2. berikut ini:
Gambar 4.2. Perbandingan skor kecemasan subjek A berdasarkan tipe kecemasan pada kondisi
pretest
dan
posttest
Dari gambar 4.2 di atas terlihat bahwa adanya peningkatan skor pada tipe kecemasasan
social phobia, obsessive compulsive
,
panicagoraphobia
dan
general anxiety
pada kondisi
pretest
dan
posttest
. Peningkatan skor yang paling tinggi terjadi
Universitas Sumatera Utara
pada tipe
general anxiety
sebesar 7 poin, yaitu skor pada saat
pretest
sebesar 4 poin dan saat
posttest
meningkat menjadi 11 poin. Sedangkan pada tipe kecemasan
fear of physical injury
tidak terjadi perubahan skor baik pada kondisi
pretest
maupun
posttest
. Selain itu juga terlihat adanya penurunan skor pada tipe kecemasan
separation anxiety
sebesar 3 poin dari kondisi
pretest
dan
posttest
. Berdasarkan lembar kerja pada saat intervensi, diketahui bahwa kejadian
bullying
yang dialami subjek A diantaranya, dipukul, dilempar, diancam, dicubit, diejek dan difitnah. Dari hasil cerita yang ditulis oleh A pada “buku rahasia”, A
mengungkapkan perasaan dan pikirannya saat mengalami
bullying
. Dari cerita yang ditulis A, A merasa takut, sedih dan marah karena kejadian
bullying
yang dialaminya. Selain itu diketahui juga bahwa A pernah mencoba untuk melawan dengan bertanya
mengapa ia didorong, bukannya mendapat jawaban, tetapi A malah dipukul dan diejek oleh temannya tersebut. Selain secara verbal, A juga pernah mencoba untuk melawan
secara fisik yaitu berkelahi dengan teman yang mem
bully
nya, namun A kembali mendapat tekanan berupa ancaman dari temannya tersebut. Kejadian tersebut membuat
A merasa takut, A juga tidak berani untuk memberitahu guru ataupun orangtuanya. Tidak adanya support dari orangtua menambah rasa takut A untuk memberitahu
kejadian
bullying
yang dialaminya. Subjek A menuliskan bahwa jika orangtua mengetahui ia terlibat masalah, ia akan dimarahi.
Pada tahap
juxtapisition
dan
application to the self
, A berahasil menyampaikan kecemasan yang dirasakannya, yaitu mengapa ia selalu diganggu, ketakutannya jika
bertemu dengan teman yang mem
bully
nya dan ketakutannya jika kejadian
bullying
yang disampaikannya diketahui oleh orang lain. Saat A mencoba menemukan pikiran positif
Universitas Sumatera Utara
saat ia merasa cemas karena
bullying
, awalnya ia belum mampu menemukan pikiran positif tersebut, namun pada pertemuan selanjutnya A sudah mampu melakukannya.
Sebelum berangkat ke sekolah, ia akan mengatakan kepada dirinya jika nanti ia berjumpa dengan teman yang mem
bully
nya tersebut, ia tidak akan memperdulikannya meskipun ia dipanggil oleh temannya tersebut. Akan tetapi A masih terlihat belum
mampu menggungkapkan pikiran dan perasaannya jika berhadapan dengan temannya tersebut. A mengatakan, jika ia bertemu dengan teman yang mem
bully
nya tersebut, ia hanya diam dan tidak mengatakan apa-apa. A juga mengatakan, jika ia merasa cemas
dengan kejadian
bullying
yang dialaminya, ia akan mencoba untuk bersikap tenang, dan tidak memikirkan hal-hal negatif atau yang aneh-aneh.
Dari hasil observasi selama intervensi berlangsung, diketahui bahwa A adala satu-satunya subjek laki-laki, subjek A lebih banyak diam saat intervensi berlangsung.
Ia hanya berbicara ketika peneliti bertanya kepadanya. Subjek A juga terlihat berusaha untuk menghindarai pembicaraan tentang
bullying
yang dialami, ia mencoba menghindar dengan bertanya tentang hal lain yang tidak ada hubungannya dengan
kejadian
bullying
yang dialami. Subjek A selalu pindah tempat duduk ketika mulai menulis, dibandingkan dengan subjek yang lain, cerita yang dituliskan oleh subjek lebih
singkat dan terlihat tidak banyak perasaan dan pikirannya yang terkesplor saat menulis. Pada tahap evaluasi, diketahui bahwa subjek A masih mengalami
bullying
, ketika ia di
bully
A hanya diam dan tidak melawan. A juga diketahui tidak mempraktekkan pikiran posistif yang telah diungkapannya selama intervensi
berlangsung. Selain itu, A mengatakan bahwa perasaan kesalnya sedikit berkurang,
Universitas Sumatera Utara
meskipun terkadang subjek A masih merasa takut, namun setelah mengikuti intervensi, ketakutannya sedikit berkurang.
b. Subjek B