penelitian ini terdiri dari 4 pertanyaan yang menanyakan keterlibatan siswa sebagai korban
bullying.
b. Skala kecemasan, digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan pada anak
korban
bullying
. Skala ini disusun dengan mengadaptasi dan memodifikasi Spence Children’s Anxiety Scale SCAS. Skala kecemasan ini terdiri dari 38
aitem yang mencerminkan simptom kecemasan dari enam area kecemasan yaitu
general anxiety, social anxiety, panicagoraphobia, obsessive compulsive
dan
fear of physical injury
dengan pilihan jawaban terdiri dari tidak pernah, kadang- kadang, sering dan selalu.
c. Tes
Colour Progressive Matriks
CPM, digunakan untuk mengetahui golongan intelektual anak.
d. Lembar tugas
Pengumpulan data lain diperoleh dari lembar tugas yang diberikan kepada subjek selama proses intervensi berlangsung dan akan dianalisis secara kualitatif
untuk memperkaya data kualitatif.
F. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dibagi menjadi dua bagian, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan penelitian. Berikut ini uraian mengenai kedua tahapan penelitian:
F.1. Tahap Persiapan Penelitian
Langkah-langkah yang dilakuan dalam tahap persiapan ini adalah: a.
Penyusunan skala kecemasan
Universitas Sumatera Utara
Skala kecemasan bertujuan untuk mengungkap tingkat kecemasan subjek yang diperlihatkan dari simptom-simptom kecemasan dari enam area kecemasan yaitu:
1.
separation anxiety
, Kecemasan yang berlebihan terhadap perpisahan dari orang- orang yang memiliki kedekatan emosional.
2.
social anxiety
, Ketakutan yang menetap dan bertahan dari situasi sosial yang dapat menimbulkan perasaan malu.
3.
panicagoraphobia
,
Panic
yaitu periode dari ketakutan yang intens atau ketidaknyamanan yang disertai dengan simptom somatik dan kognitif,
Agoraphobia
yaitu kecemasan berada di tempat atau situasi yang sulit untuk melarikan diri. 4.
obsessive compulsive,
Kecemasan dimana pikiran dipenuhi oleh gagasan yang menetap dan tidak terkontrol, menyebabkan seseorang melakukan tindakan tertentu
berulang-ulang sehingga menimbulkan stres dan menggangu fungsi kehidupan sehari-hari.
5.
fear of physical injury
, ketakutan yang menetap dan bertahan terhadap sesuatu yang dapat dilihat dengan jelas, objek yang terbatas atau situasi tertentu.
6.
general anxiety
, kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan tentang sejumlah situasi atau aktivitas, dimana individu sulit untuk mengontrol kekhawatiran tersebut.
Skala dibuat dengan mengadaptasi dan memodifikasi Spence Children’s Anxiety
Scale
SCAS. Distribusi aitem untuk skala kecemasan diuraikan dalam tabel 3.2. berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.2.
Blue print
skala kecemasan
No Tipe kecemasan
Nomer aitem Jumlah
1.
Separation anxiety
5, 8, 11, 14, 15, 38 6
2.
Social phobia
6, 7, 9, 10, 26, 31 6
3.
Obsessive compulsive
13, 17, 24, 35, 36, 37 6
4.
Panicagoraphobia
12, 19, 25, 27, 28, 30, 32, 33, 34
9 5.
Fear of physical injury
2, 16, 21, 23, 29 5
6.
General anxiety
1, 3, 4, 18, 20, 22 6
Jumlah 38
Berdasarkan tabel 3.2 di atas, jumlah aitem dalam skala kecemasan adalah 38 aitem. Pilihan jawaban terdiri dari tidak pernah, kadang-kadang, sering dan selalu.
Penilaian untuk setiap aitem adalah skor 0 untuk tidak pernah, skor 1 untuk kadang- kadang, skor 2 untuk sering dan skor 3 untuk selalu. Skor skala ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi skor jawaban maka semakin tinggi pula tingkat kecemasan. Sebaliknya, semakin rendah skor jawaban berarti semakin rendah tingkat kecemasan.
b. Uji coba skala kecemasan
Tujuan dilakukannya uji coba alat ukur adalah untuk mengetahui sejauh mana alat ukur dapat mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin diukur dan seberapa jauh
alat ukur menunjukkan kecermatan atau ketelitian pengukuran atau menunjukkan keadaan sebenarnya Azwar, 2007. Uji coba skala kecemasan dilakukan dengan
menyebarkan skala kecemasan kepada 52 orang anak dengan rentang usia 9-12 tahun yang mengalami
bullying
. Dari data yang terkumpul, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Daya beda aitem
Uji daya beda aitem dalam penelitian ini diperlukan karena melalui daya beda aitem dapat diketahui seberapa cermat suatu alat ukur melakukan fungsinya. Daya
beda aitem adalah sejauhmana aitem mampu membedakan antara individu atau
Universitas Sumatera Utara
kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur. Pengujian daya beda aitem menghendaki dilakukannya komputasi korelasi antara distribusi
skor aitem dengan suatu kriteria yang relevan yaitu distribusi skor itu sendiri. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitem total r
ix
Azwar. 2007. Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem total menggunakan batasan
r
ix
≥ 0.30. Apabila aitem yang memiliki indeks daya beda sama dengan atau lebih besar daripada 0.30 jumlahnya melebihi jumlah aitem yang direncanakan untuk
dijadikan skala, maka dapat memilih aitem-aitem yang memiliki indeks daya diskriminasi aitem tertinggi. Sebaliknya apabila aitem-aitem yang lolos ternyata
masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, maka dapat mempertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria 0.30 menjadi 0.25 atau 0.2 Azwar. 2007.
Pada penelitian ini, koefisien korelasi aitem total r
ix
yang digunakan sebagai batas kriteria adalan r
ix
≥ 0.30, maka diperoleh hasil sebanyak 29 aitem memiliki r
ix
≥ 0.3 dan 9 aitem memiliki r
ix
0.3. Berikut ini adalah distribusi aitem setelah dilakukan uji daya beda aitem:
Tabel 3.3. Distribusi aitem setelah uji daya beda aitem
No Tipe Kecemasan
Nomer aitem r
ix
≥ 0.3 r
ix
0.3
1.
Separation anxiety
5, 8, 11, 14, 15, 38 2.
Social anxiety
6, 7, 10, 26, 31 9
3.
Obsessive compulsive
13. 24. 36. 37 17, 35
4.
Panicagoraphobia
19, 25, 28, 30, 32, 34
12, 27, 33 5.
Fear of physical injury
2, 16, 21, 23 29
6.
General anxiety
1, 4, 20, 22 3, 18
Jumlah 29
9
Universitas Sumatera Utara
2. Validitas dan reliabilitas
Validitas merupakan ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam menjalankan fungsi pengukuran. Suatu alat ukur dikatakan valid jika alat ukur tersebut dapat
memberikan hasil pengukuran yang sesuai dengan maksud dan tujuan diadakannya pengukuran Azwar, 2010. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
validitas
content
. Validitas
content
dilakukan melalui
professional judgement dari
dosen pembimbing dalam proses penyusunan dan telaah aitem sehingga aitem yang dikembangkan memang mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Suryabrata,
2000.
Reliabilitas mengacu kepada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Koefisien reliabilitas berada dalam
rentang dari 0 sampai 1. Semakin tinggi koefisien reliabilitas yaitu mendekati angka 1 berarti semakin tinggi reliabilitasnya, sebaliknya semakin rendah koefisien yaitu
mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya Azwar, 2010. Pada penelitian ini reliabilitas yang digunakan adalah reliabilitas skor komposit. Nilai
reliabilitas skor skala kecemasan diperoleh dengan menggunakan rumus:
Keterangan: W
j
= bobot relatif komponen j W
k
= bobot relatif komponen k S
j
= deviasi standar komponen j S
k
= deviasi standar komponen k r
jj’
= koefisien reliabilitas tiap komponen
Universitas Sumatera Utara
r
jk
= koefisien reliabilitas antar dua komponen yan berbeda Maka, nilai koefisien reliabilitas skala kecemasan pada penelitian ini adalah r
ix
= 0.89.
c. Penyusunan modul terapi menulis ekspresif
Pedoman pelaksanaan intervensi disusun oleh peneliti berdasarkan tahapan proses terapi menulis ekspresif. Adapun topik yang akan dibahas dan tahapan proses
pelaksanaan selama intervensi yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 3.4 dan tabel 3.5 di bawah ini:
Tabel 3.4. Topik terapi menulis ekspresif
Topik Tujuan kegiatan
Tujuan Terapeutik
Pengalaman di
bully
a. Mengungkap bentuk
bullying
yang dialami.
b. Mengeksplor dan megekspresikan pikiran
dan perasaan saat mengalami
bullying
. c.
Mengetahui perasaan dan pikiran yang menyebabkan munculnya kecemasan
karena mengalami
bullying
. Sarana Katarsis
dan ekspresi emosi
bullying
fisik a.
Mengungkap bentuk
bullying
fisik yang dialami.
b. Mengeksplor dan megekspresikan pikiran
dan perasaan saat mengalami
bullying
fisik. c.
Mengetahui perasaan dan pikiran yang menyebabkan munculnya kecemasan
karena mengalami
bully
fisik. Sarana Katarsis
dan ekspresi emosi
bullying
verbal a.
Mengungkap bentuk
bullying
verbal yang dialami.
b. Mengeksplor dan megekspresikan pikiran
dan perasaan saat mengalami
bullying
verbal. c.
Mengetahui perasaan dan pikiran yang menyebabkan munculnya kecemasan
karena mengalami
bully
verbal Sarana Katarsis
dan ekspresi emosi
bullying
relasi a.
Mengungkap bentuk
bullying
relasi yang dialami.
b. Mengeksplor dan megekspresikan pikiran
Sarana Katarsis dan ekspresi
emosi
Universitas Sumatera Utara
dan perasaan saat mengalami
bullying
relasi. c.
Mengetahui perasaan dan pikiran yang menyebabkan munculnya kecemasan
karena mengalami
bully
relasi.
Tabel 3.5.
Blue print
modul terapi menulis ekspresif
Pertemuan Sesi Kegiatan
Tujuan Waktu
I 1
Perkenalan bermain game
Membangun rapport. Menyampaikan tujuan
pelaksanaan terapi. 15 menit
2 Menulis tentang
pengalaman pertama di kelas
baru Mengekspresikan
perasaan dan pikiran melalui tulisan.
20 menit
II 1
Menonton video tentang
bullying
Memunculkan kembali informasi
tentang pengalaman
bullying
15 menit
2 Menulis bentuk
bullying
yang dialami
Memfokuskan perhatian terhadap
bentuk-bentuk
bullying
yang dialami 70 menit
Menulis pengalaman
bullying
yang dialami
Mengeksplor pikiran dan perasaan saat
mengalami
bullying
Berdiskusi tentang pengalaman
bullying
dan perasaan setelah
menuliskannya Mengetaui pikiran dan
perasaan yang menyebabkan
munculnya kecemasan ketika di
bully
dan perubahan yang
dirasakan setelah menuliskannya.
3 Mengakhiri
pertemuan Mengakhiri
pertemuan I 5 menit
III 1
Bermain
puzzle
Memunculkan informasi tentang
pengalaman
bullying
fisik yang dialami 20 menit
2 Menulis bentuk
bullying
fisik yang dialami
Memfokuskan perhatian terhadap
bentuk-bentuk
bullying
fisik yang 70 menit
Universitas Sumatera Utara
dialami Menuliskan
pengalaman
bullying
fisik yang dialami
Mengeksplor pikiran dan perasaan saat
mengalami
bully
fisik Berdiskusi tentang
pengalaman
bullying
fisik dan perasaan setelah
menuliskannya Mengetaui pikiran dan
perasaan yang menyebabkan
munculnya kecemasan ketika di
bully
fisik dan perubahan yang
dirasakan setelah menuliskannya.
3 Mengakhiri
pertemuan Megakhiri pertemuan
II 5 menit
IV 1
Mereview kegiatan yang dilakukan
sebelumnya dan bermain meyusun
gambar Memunculkan
informasi tentang pengalaman
bully
verbal yang dialami 15 menit
2 Menulis bentuk
bullying
verbal yang dialami
Memfokuskan perhatian terhadap
bentuk-bentuk
bullying
verbal yang dialami
70 menit
Menulis pengalaman
bullying
verbal yang dialami
Mengeksplor pikiran dan perasaan saat
mengalami
bully
fisik Berdiskusi tentang
pengalaman
bullying
verbal dan perasaan setelah
menuliskannya Mengetaui pikiran dan
perasaan yang menyebabkan
munculnya kecemasan ketika di
bully
verbal dan perubahan yang
dirasakan setelah menuliskannya.
3 Mengakhiri
pertemuan Megakhiri pertemuan
II 5 menit
V 1
Mereview kegiatan yang dilakukan
sebelumnya Memunculkan
informasi tentang pengalaman
bully
relasi yang dialami 15 menit
2 Menulis bentuk
bullying
relasi yang dialami
Memfokuskan perhatian terhadap
bentuk-bentuk 70 menit
Universitas Sumatera Utara
bullying
relasi yang dialami
Menulis pengalaman
bullying
relasi yang dialami
Mengeksplor pikiran dan perasaan saat
mengalami
bully
relasi Berdiskusi tentang
pengalaman
bullying
relasi dan perasaan setelah
menuliskannya Mengetaui pikiran dan
perasaan yang menyebabkan
munculnya kecemasan ketika di
bully
relasi dan perubahan yang
dirasakan setelah menuliskannya.
3 Mengakhiri
pertemuan Megakhiri pertemuan
II 5 menit
VI 1
Evaluasi
Mengetahui kondisi subjek setelah
intervensi berakhir 30 menit
d. Uji coba modul terapi menulis ekspresif
Uji coba modul dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai waktu yang dibutuhkan untuk setiap sesinya serta mengetahui apakah subjek penelitian memahami
materi dan instruksi yang disampaikan. Uji coba hanya bersifat kualitatif artinya tidak dengan kondisi sebenarnya. Berdasarkan evaluasi ada beberap hal yang diperbaiki untuk
menyempurnakan modul, yaitu: 1.
Penambahan sesi menulis untuk menstimulus subjek sebelum memulai menuliskan perasaan dan pikiran. Dari hasil try out, subjek kesulitan untuk memulai menulis,
sehingga peneliti menambahkan sesi menulis dengan topik yang berbeda dari pertemuan selanjutnya, yaitu dengan topik kenaikan kelas pada pertemuan pertama.
Universitas Sumatera Utara
F.2. Tahap Pelaksanaan
Prosedur pelaksaan pada penelitian ini, dibagi menjadi 2 tahapan. Diamana tahap awal adalah tahapan
screening
dan pemilihan subjek. Setelah ditetapkan siswa yang akan menjadi subjek penelitian, maka tahapan dilanjutkan ke proses pelaksanaan
intervensi. Berikut uraian dari kedua tahapan tersebut. a.
Screening
dan pemilihan subjek penelitian Penelitian ini dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan
screening
terhadap siswa kelas 4,5 dan 6 dengan rentang usia 9-12 tahun di salah satu Sekolah Dasar SD
di kota Pekanbaru. Proses
screening
dilakukan pada tanggal 21 November 2016 sampai 30 November 2016. Dari 75 orang siswa yang mengisi kuisoner
bullying
, diperoleh sebanyak 23 orang siswa terindiksi sebagai korban
bullying
. Selanjutnya kepada 23 orang siswa terebut akan mengisi skala kecemasan untuk mengetahui tingkat kecemasan
siswa. Skor kecemasan yang diperoleh setiap siswa akan dikelompokkan ke dalam 3
kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan:
1. Penyusunan norma kategorisasi skala kecemasan
Penyusunan norma dimasksudkan untuk mempermudah peneliti dalam menginterpretasi skor kecemasan yang diperoleh subjek sehingga peneliti dapat
mengkategorisasikan tingkat kecemasan pada subjek penelitian. Dari skor kecemasan siswa di peroleh gambaran skor kecemasan siswa korban
bullying
sebagai beriku:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.6. Gambaran skor kecemasan anak korban
bullying
berdasarkan skor empirik
Variabel N
Minimum Maximum Mean
Std. Deviasi
Kecemasan 23
14 94
39,04 18,24
Vaid N listwise 23
Dari tabel 3.6 di atas diperoleh mean 39.04 dengan nilai terendah 14 dan tertinggi 94. Selanjutnya juga diperoleh gambaran skor kecemasan anak korban
bullying
berdasarkan skor hipotetik, sebagai berikut: Tabel 3.7. Gambaran skor kecemasan anak korban
bullying
berdasarkan skor hipotetik
Varaibel N
Minimum Maximum Mean
Std. Deviasi
Kecemasan 23
114 57
19 Selanjutnya akan dilakukan pengelompokan skor kecemasan menjadi 3 kategari,
yaitu: Tabel 3.8. Norma kategori kecemasan
Rentang Nilai Kategori
X -1SD + M rendah
- 1SD + M ≤ X 1SD + M
sedang X ≥ 1SD + M
tinggi Tabel 3.9. Kategori skor kecemasan
Variabel Kategori
Frekuensi Persentase
Kecemasan Rendah
13 56.52
Sedang 9
39.13 Tinggi
1 4,35
Total 23
100 Dari tabel 3.9 di atas, diketahui bahwa sebanya 1 orang siswa kecemasan tinggi,
9 orang siswa memiliki kecemasan yang sedang dan 13 siswa lainnya memiliki kecemasan yang rendah.
2. Menentukan subjek penelitian
Dari 23 orang siswa yang terindikasi sebagai subjek penelitian, selanjutnya berdasarkan skor kecemasan yang diperoleh setiap siswa akan dikelompokkan ke dalam
Universitas Sumatera Utara
tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Maka diperoleh gambaran jumlah siswa pada setiap kategori yaitu 13 orang memiliki skor kecemasan berada pada kategori
rendah, 9 orang memiliki skor kecemasan berada pada kategori sedang dan 1 orang memiliki kecemasan berada pada kategori tinggi. Kepada 10 orang siswa yang memiliki
kecemasan sedang dan tinggi, dilakukan tes IQ menggunakan tes CPM. Diperoleh hasil bahwa kesepuluh siswa tersebut memiliki IQ yang tergolong normal diatas grade III,
berdasarkan norma CPM. Setelah meminta persetujuan siswa, maka kesepeluh siswa tersebut menjadi subjek dalam penelitian ini. Namun saat proses terapi berlangsung, 2
orang siswa tidak hadir, sehingga hanya 8 siswa yang mengikuti semua rangkaian intervensi.
Secara ringkas proses
screening
dalam pemilihan subjek penelitian dapat dilihat dari skema di bawah ini:
diberikan kuisoner b
ullying
diberikan skala stres
dilakukan tes IQ
2 subjek tidak mengikuti intervensi
Gambar 3.1. Skema
screening
dan pemilihan subjek penelitian Bukan korban
52 orang
Korban
23 orang
Kecemasan tinggi
1 orang
Kecemasan sedang
9 orang
≥ grade III
10 orang
Subjek penelitian
8 orang Kecemasan
rendah 15 orang
Jumlah siswa
75 orang
Universitas Sumatera Utara
b. Proses pelaksanaan intervensi
Intervensi dilakukan kepada 8 orang siswa yang terindikasi sebagai korban
bullying
memiliki tingkat kecemasan tinggi di salah satu Sekolah Dasar SD di kota Pekanbaru. 8 orang subjek tersebut dibagi ke dalam kelompok eksperimen sebanyak 4
orang dan kelompok kontrol sebanyak 4 orang. Pelakasanaan intervensi di lakukan di sekolah pada pukul 14.00 - 15.30 WIB dan berlangsung selama 6 kali pertemuan dari
tanggal 4 Desember 2016 sampai tanggal 9 Desember 2016.. Penjelasan pada setiap pertemuan akan dibahas pada bab IV.
G. Analisa Data