Pengaruh Dana Pihak Ketiga Dan Likuiditas (LDR) Terhadap Profitabilitas (ROA) Pada PT. Bank Danamon Indonesia Tbk

(1)

The Influence of Third Party Funds and Liquidity (LDR) To

Profitability (ROA) At PT Bank Danamon Indonesia Tbk

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Sidang Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Disusun Oleh:

IRSAN HERLANDI PUTRA 21107168

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

v

ABSTRAK

PENGARUH DANA PIHAK KETIGA DAN LIKUIDITAS (LDR) TERHADAP PROFITABILITAS (ROA) PADA

PT BANK DANAMON INDONESIA Tbk

Penelitian ini dilakukan di PT Bank Danamon Indonesia Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dana pihak ketiga dan likuiditas yang diukur dengan loan to deposit ratio (LDR) secara simultan dan parsial terhadap profitabilitas yang diukur dengan return on asset (ROA). Dana pihak ketiga merupakan dana yang bersumber dari masyarakat baik individu maupun badan usaha dan baik itu dalam mata uang rupiah maupun dalam mata uang asing, sedangkan likuiditas adalah kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendek kepada nasabah penyimpan maupun pihak lain, dan profitabilitas adalah kemampuan bank dalam menghasilkan laba.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan konsolidasian tahun 2000-2010 yaitu sebanyak 11 sampel. Pengujian statistik yang digunakan adalah pengujian uji asumsi klasik, analisis regresi linier berganda, koefisien korelasi parsial, koefisien determinasi serta pengujian hipotesis. Perolehan hasil analisis tersebut diolah dengan menggunakan program aplikasi IBM SPSS Statistics 19.

Dari hasil korelasi menunjukan bahwa dana pihak ketiga, likuiditas (LDR) dan profitabilitas (ROA) memiliki hubungan yang sangat kuat dengan arah positif. Sedangkan dari hasil analisis regresi linier berganda menunjukan bahwa dana pihak ketiga dan likuiditas (LDR) berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA) baik secara simultan maupun parsial yang ditunjukan dengan nilai tingkat signifikasi lebih dari 5%.


(3)

iv

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF THIRD PARTY FUNDS AND LIQUIDITY (LDR) TO PROFITABILITY (ROA) AT PT BANK DANAMON INDONESIA Tbk

This research was conducted at PT Bank Danamon Indonesia Tbk listed on the Indonesia Stock Exchange. The purpose of this study is to determine how much influence a third party funds and liquidity as measured by the loan to deposit ratio (LDR) to simultaneously and partially to the profitability measured by return on assets (ROA). Third party funds are funds from the community both individual and business entity and whether it is denominated in rupiah or foreign currency, while liquidity is the ability of banks to meet short-term obligations to saving customers or other parties, and profitability is the ability of banks in generate profits.

The method used in this research is descriptive method with quantitative approach verifikatif. The sample used in this research are annual consolidated financial statements year 2000-2010 as many as 11 samples. Statistical test used was testing the assumptions of classical test, multiple linear regression analysis, partial correlation coefficient, determination coefficient and hypothesis testing. Obtaining the results of the analysis processed by using the application program of IBM SPSS Statistics 19.

From the results of correlations showed that third party funds, liquidity (LDR) and profitability (ROA) has a very strong relationship with the positive direction. While the results of multiple linear regression analysis showed that third party funds and liquidity (LDR) have a significant effect on profitability (ROA) either simultaneously or partially indicated by the level of significance greater than 5%.


(4)

vi

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Dana Pihak Ketiga dan Likuiditas (LDR) Terhadap Profitabilitas (ROA) Pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk. Adapun tujuan dari skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat sidang guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi di Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bimbingan, dorongan, nasehat, serta doa dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis, sehingga skripsi ini dapat selesai tepat pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., S.E., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.


(5)

vii

5. Wati Aris Astuti, SE., M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu kepada penulis dan dengan sabar serta tekun dalam membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini.

6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen, Staff dan Karyawan Universitas Komputer Indonesia khususnya di program studi akuntansi.

7. Seluruh staff dan karyawan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta.

8. Kedua orang tuaku, E. Suherlan, SE., Ak. dan Dra. Ika Hartika Vatriani serta adikku, Rizan Fahriza Putra yang telah memberikan doa, semangat dan kekuatan yang teramat besar.

9. Sani Rizki Anggraeni, A.Md. yang selalu memberikan doa, motivasi dan dukungan yang teramat besar.

10. Keluarga besar kelas Ak-4 angkatan 2007, Darius Ginting, Vijay Akbar, Mohammad Rizqie Ramdhani, Silver Caesar, Martinus Asido, Novrikardo, Mario Lambok, Firma Sudarso, Tri Setyo, Dedi, Anneke Silvana, Sylvia Maya, Erni Nuraeni, Rika Tri Kumala, Risma Rosalina, Tri Endar, Shela Yohana, Dona Endang, Ferawati Oktaviani, Lady Ekayanti, Juliana Ika, Astri Arumdhani, Eksa Buanita, Nur Fitriyanti, Yunita Indria, Yunita Saragih, Maya Leilani, dan Santi Mulyani, terima kasih atas kekeluargaan, persahabatan, dan dukungan selama empat tahun ini.


(6)

viii

yang membutuhkan, atas segala kekurangan dan kelebihan penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Terima kasih.

Wassalamua’laikum Wr. Wb.

Penulis

Irsan Herlandi Putra NIM: 21107168


(7)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pembangunan nasional bertujuan membangun manusia Indonesia seutuhnya. Hal ini dimaksudkan untuk mencapai masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan UUD 1945 guna mencapai tujuan, pelaksanaan pembangunan harus senantiasa memperhatikan keserasian, keselarasan dan keseimbangan. Berbagai unsur pembangunan termasuk bidang ekonomi dan keuangan, diantaranya yaitu meningkatkan aktivitas perdagangan dan investasi antarnegara yang membawa implikasi meningkatnya mobilitas modal. Secara tidak langsung kita harus memperhatikan seluruh faktor ekonomi yang berperan sangat dominan dan penting untuk dipacu secara optimal agar memberikan maniprestasi sebenarnya bagi kehidupan masyarakat. Dalam hal ini, salah satunya adalah dalam sektor perbankan (Dede Risa, 2010).

Perkembangan perekonomian yang semakin kompleks tentunya membutuhkan ketersediaan dan peran serta lembaga keuangan. Kebijakan moneter dan perbankan merupakan bagian dari kebijakan ekonomi yang diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan. Peranan perbankan dalam suatu negara sangat penting. Tidak ada satu negara pun yang hidup tanpa memanfaatkan peranan sektor perbankan.


(8)

Sektor perbankan mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam mobilisasi dana sebagai salah satu unsur modal bagi kegiatan usaha atau unit ekonomi dalam operasionalnya, bank harus memiliki kiat-kiat yang aktif dan inovatif agar dapat mempertahankan kontinuitas usaha yang berorientasi pada usaha peningkatan taraf hidup rakyat banyak.

Menurut Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan menjelaskan definisi Bank sebagai suatu badan usaha yang tugas utamanya yaitu sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana (idle fund/surflus unit) kepada pihak yang membutuhkan dana atau kekurangan dana (deficit unit) pada waktu yang ditentukan.

Pada umumnya suatu bank didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba yang optimal. Laba merupakan faktor penunjang kelangsungan hidup bank, dimana setiap aktivitas bank yang berupa transaksi dalam rangka menghasilkan laba dicatat, diklasifikasikan, dan disajikan dalam laporan keuangan, yang digunakan untuk mengukur hasil operasi bank pada suatu periode tertentu. Ukuran keberhasilan suatu bank dapat dilihat dari besar kecilnya laba. Sebab dengan besarnya laba yang diperoleh bank, itu merupakan suatu ukuran keberhasilan bahwa bank telah bekerja dengan efisien.

Keuntungan atau laba merupakan hal yang penting untuk dapat mempertahankan kegiatan operasional suatu bank. Besarnya laba yang dihasilkan oleh suatu bank dapat tercermin dari tingkat profitabilitas. Profitabilitas merupakan kemampuan bank untuk menghasilkan atau memperoleh laba secara


(9)

efektif dan efisien (Febriyanti dan Wahidin, 2009). Profitabilitas dapat diukur dengan menggunakan analisis rasio rentabilitas, diantaranya yaitu, return on equity (ROE), rasio beban oparasional (BOPO), net profit margin (NPM) dan return on assets (ROA).

Return on assets (ROA) tersebut digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Dalam penentuan kesehatan suatu bank, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian besarnya return on assets (ROA) dan tidak memasukkan unsur return on equity (ROE). Hal ini dikarenakan Bank Indonesia sebagai pembina dan pegawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat (Lukman Dendawijaya, 2009:119)

Bank bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat dan bertindak selaku perantara bagi keuangan masyarakat. Selain itu bank harus selalu berada di tengah masyarakat agar arus uang dari masyarakat yang kelebihan dana dapat ditampung dan disalurkan kembali kepada masyarakat. Kepercayaan masyarakat akan keberadaan bank dan keyakinan masyarakat bahwa bank akan menyelesaikan permasalahan keuangan dengan sebaik-baiknya merupakan suatu keadaan yang diharapkan oleh semua bank. Untuk itu, bank selalu berusaha memberikan pelayanan (service) yang memuaskan masyarakat. Karena dengan tertanamnya rasa kepercayaan yang dimiliki masyarakat terhadap suatu bank,


(10)

maka nasabah bank akan terus bertambah, dan akhirnya akan bertambah pula sumber dana pihak ketiga yang dimiliki oleh bank (Lukman Dendawijaya, 2009:49).

Dana pihak ketiga atau dana yang dihimpun dari masyarakat ternyata merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank (bisa mencapai 80%-90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank). Dana dari masyarakat tersebut terdiri atas beberapa jenis, yaitu giro, tabungan, dan deposito. Giro adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, dan surat perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan. Sedangkan deposito atau simpanan berjangka adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian. Dan tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu (Lukman Dendawijaya, 2009:51).

Dengan meningkatnya jumlah dana pihak ketiga sebagai sumber dana utama pada bank, bank menempatkan dana tersebut dalam bentuk aktiva produktif misalnya kredit. Penempatan dalam bentuk kredit akan memberikan kontribusi pendapatan bunga bagi bank yang akan berdampak terhadap profitabilitas (laba) bank. Kontribusi pendapatan bunga kredit di Indonesia masih mendominasi pendapatan bank dibanding dari fee base income. Hal ini dapat diartikan bahwa aktivitas perkreditan sangat besar di lembaga perbankan (Taswan, 2008:215). Kredit yang diberikan oleh bank dapat didefinisikan sebagai penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau


(11)

kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu.

Dari berbagai sumber dana yang berhasil dihimpun bank, sudah selayaknya bank mempersiapkan strategi penempatan dana berdasarkan rencana alokasi dengan memperhatikan kebijaksanaan yang telah digariskan. Alokasi ini mempunyai beberapa tujuan yaitu untuk mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan menjaga agar posisi likuiditas tetap aman serta mencapai tingkat profitabilitas yang optimal (Muchdarsyah Sinungan, 2005:92).

Salah satu indikator untuk menentukan tingkat kesehatan bank adalah likuiditas. Likuiditas merupakan kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih. Dengan kata lain dapat membayar kembali pencairan dana deposannya pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan (Kasmir, 2010:268). Tingkat likuiditas pada bank dapat diukur dengan menggunakan analisis rasio likuiditas diantaranya yaitu quick ratio, banking ratio, loan to assets ratio, cash ratio, dan loan to deposit ratio (LDR).

Loan to deposit ratio (LDR) tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini


(12)

disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar (Lukman Dendawijaya, 2009:116).

Berdasarkan surat edaran Bank Indonesia No.26/5/BPPP pada tanggal 29 Mei 1993, dijelaskan bahwa loan to deposit ratio (LDR) sebagai pedoman analisa untuk mengukur tingkat keseimbangan penjelasan pinjaman yang diberikan terhadap dana yang dihimpun, dan memegang peran penting yang tidak dapat terabaikan karena pada posisi pencapaian nilai hasil atau analisa ini akan dapat menggambarkan keadaan suatu bank dalam memperoleh keuntungan atau kerugian dari peranan bank dalam masyarakat (Lukman Dendawijaya, 2009:59).

PT Bank Danamon Indonesia Tbk merupakan salah satu institusi finansial yang terbesar di Indonesia. Per Desember 2009 Danamon merupakan bank keenam terbesar di Indonesia dalam hal jumlah aset, keempat terbesar dalam jumlah kapitalisasi pasar serta memiliki jaringan cabang kedua terbesar, yaitu hampir 1.900 kantor cabang dan pusat pelayanan (www.danamon.co.id, 2011).

Dengan penghimpunan dana pihak ketiga yang baik dan posisi likuiditas yang baik serta tingkat profitabilitas yang optimal, PT Bank Danamon Indonesia Tbk dapat memberikan kepercayaan dan pelayanan bagi masyarakat serta tercapainya visi, misi dan nilai yang diinginkan oleh PT Bank Danamon Indonesia Tbk. Sejalan dengan perkembangannya, laba pada PT Danamon Indonesia Tbk cenderung mengalami fluktuasi dalam setiap perkembangannya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:


(13)

Tabel 1.1

Dana Pihak Ketiga dan Return on Assets (ROA) PT Bank Danamon Indonesia Tbk pada Tahun 2000-2010

Tahun Dana Pihak Ketiga Profitabilitas (ROA) 2000 Rp 30.501.025.000.000 0,49% 2001 Rp 39.799.052.000.000 1,43% 2002 Rp 34.898.240.000.000 2,11% 2003 Rp 39.799.609.000.000 2,98% 2004 Rp 40.282.715.000.000 5,74% 2005 Rp 44.350.482.000.000 4,42% 2006 Rp 54.194.256.000.000 2,56% 2007 Rp 57.803.865.000.000 3,71% 2008 Rp 73.969.078.000.000 2,50% 2009 Rp 67.216.228.000.000 2,40% 2010 Rp 79.642.803.000.000 3,39%

Sumber: Laporan Keuangan Konsolidasian PT Bank Danamon Indonesia Tbk

Berdasarkan tabel 1.1 menunjukan bahwa dana pihak ketiga dan likuiditas (LDR) perkembangannya cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Demikian juga dengan profitabilitas (ROA) seperti yang terlihat pada tabel tersebut menunjukan perkembangan yang cenderung meningkat. Hal tersebut menunjukan hubungan yang searah antara dana pihak ketiga dan likuiditas (LDR) dengan profitabilitas (ROA).

Kenyataan yang terjadi pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk, dana yang berhasil dihimpun bank atau dana pihak ketiga, likuiditas (LDR) dan profitabilitas (ROA) berbeda dengan yang ada dalam teori, di dalam teori yang diungkapkan oleh Taswan (2008:215) dikemukakan bahwa jika dana yang dihimpun bank mengalami kenaikan maka profitabilitas akan ikut naik, tapi tidak demikian halnnya dengan yang terjadi pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk, pada


(14)

beberapa tahun terakhir dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun selalu mengalami kenaikan tetapi tidak untuk profitabilitas (ROA). Selain itu perbedaan antara teori dan kenyataan juga berbeda dalam hal rasio likuiditas (LDR), di dalam teori yang diungkapkam oleh Lukman Dendawijaya (2009:116) dikemukakan bahwa semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, dan akan dapat menurunkan profitabilitasnya.

Berdasarkan tabel diatas pada tahun 2005, 2006 dan 2008 dana yang di himpun bank mengalami kenaikan sedangkan profitabilitas (ROA) mengalami penurunan dikarenakan alokasi dana yang terhimpun bank belum sepenuhnya dapat dioptimalkan untuk menghasilkan profit/laba bagi bank. Sedangkan pada tahun 2009 profitabilitas (ROA) pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2008. Penurunan tersebut seiring dengan penurunan dana pihak ketiga di tahun 2009 yang menurun sebesar Rp 6.752.850.000 dari Rp 73.969.078.000 di tahun 2008 menjadi Rp 67.216.228.000 di tahun 2009. Namun, penurunan profitabilitas (ROA) tersebut berbanding terbalik dengan rasio likuiditas (LDR) yang menurun di tahun 2009 sebesar 4,68% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang berarti menandakan bahwa meningkatnya kemampuan likuiditas bank karena semakin rendah rasio tersebut memberikan indikasi semakin tingginya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Sedangkan menurut Veithzal Rivai (2007:719) mengemukakan bahwa jika bank mampu menjaga likuiditas maka kepercayaan masyarakat tetap terjaga sehingga nasabah tetap mempercayakan transaksi


(15)

keuangan melalui bank dan bank dapat memperoleh tingkat profitabilitas yang optimal.

Penurunan profitabilitas (ROA) pada tahun 2009 tersebut berdasarkan catatan atas laporan keuangan konsolidasian PT Bank Danamon Indonesia Tbk disebabkan karena adanya ketidakseimbangan antara dana yang telah dihimpun dan kredit yang disalurkan oleh bank yang mengakibatkan terjadinya pengendapan dana, meningkatnya kredit bermasalah akibat lambatnya kegiatan ekonomi, jatuhnya harga komoditas, meningkatnya volatilitas mata uang dan likuiditas yang diperketat sebagai dampak dari krisis global sehingga berdampak kurang menguntungkan terhadap kualitas kredit nasabah disemua segmen. Dengan demikian dapat diketahui bahwa dana pihak ketiga dan likuiditas (LDR) mempunyai pengaruh terhadap laba yang akan dihasilkan sehingga profitabilitas (ROA) bank pun akan terpengaruh.

Adapun dalam penelitian terdahulu ditemukan fenomena bahwa perkembangan bank syariah setelah dibuatnya UU No 10 di tahun 1998 sebagai pengganti UU No 7 di tahun 1992 sangatlah cepat. Hal itu terlihat dari jumlah dana pihak ketiga yang terhimpun dan biaya yang telah dikeluarkan. Jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh bank syariah meningkat tajam dari Rp 43,45 miliar pada tahun 1997 menjadi 4,33 triliun pada Oktober 2003 dan kembali meningkat cepat menjadi Rp 9,34 triliun pada Agustus 2004 atau dengan kata lain naik sebesar 72,5% dibandingkan akhir tahun 2003. Sedangkan biaya yang telah disalurkan oleh bank islam juga memiliki peningkatan dari Rp 490,20 miliar pada tahun 1997 menjadi Rp 4,68 triliun pada Oktober 2003 dan kembali meningkat


(16)

cepat setalah adanya instruksi dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 16 Desember 2003 menjadi Rp 9,54 triliun pada bulan Agustus 2004 (Bank Indonesia:2006). Peningkatan dana pihak ketiga pada bank syariah setelah adanya instruksi MUI tersebut menimbulkan kekhawatiran akan mempengaruhi tingkat likuiditas bank karena baru-baru ini perbankan syariah tidak dihargai untuk melempar dananya pada sektor ekonomi riil. Kelebihan dana pada bank syariah tidak dapat ditransfer untuk membantu biaya bank konvensional karena prinsip oparasional kedua bank tersebut sangat berbeda. Tingkat likuiditas yang berlebihan disebabkan oleh ketidakseimbangan antara penghimpunan dana pihak ketiga dan pembiayaan dan yang nantinya akan berpengaruh terhadap penurunan bagi hasil karena dana yang terhimpun akan mengendap dan tidak memperoleh laba, dan akhirnya akan berdampak terhadap penurunan profitabilitas bank. Dalam jurnal tersebut ditemukan bukti bahwa hasil uji hipotesis parsial terhadap nasabah dan pendanaan jangka pendek atas jumlah aktiva (CSTFTA) atas profitabilitas (ROA) bank syariah menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak. Ini berarti (CSTFTA) mempunyai pengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA) dengan cara yang positif. Pengaruh positif berarti bahwa kenaikan (penurunan) pelanggan dan pendanaan jangka pendek atas jumlah aktiva (CSTFTA) akan diikuti dengan kenaikan (penurunan) profitabilitas (ROA) bank syariah .Hal ini terjadi karena sebagian besar dana yang diterima oleh Bank Syariah Mandiri diinvestasikan dalam bentuk pembiayaan, yang memiliki porsi terbesar dari aset yang dimiliki (Winwin Yadiati, 2006:200).


(17)

Sedangkan dalam penelitian terdahulu lainnya menemukan bukti bahwa analisis korelasi kanonikal terhadap dua variabel independen, LOPO dan ROA, dan empat variabel independen, LDR, GWM, PBDPHB, dan CAR menunjukan adanya korelasi kanonikal yang signifikan. Variabel PBDPHB (rasio pendapatan bunga dalam penyelesaian terhadap hasil bunga) merupakan variabel yang paling dominan dalam berkorelasi dengan variabel-variabel dependen yang merupakan construct profitabilitas. Urutan besaran pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen LOPO (profitabilitas) dan ROA (profitabilitas) adalah variabel PBDPHB (kualitas aktiva), CAR (struktur modal), LDR (likuiditas), dan GWM (Giro Wajib Minimum) (Eko Widodo, 2001:333).

Berdasarkan fenomena diatas dan dengan adanya kesenjangan antara teori mengenai dana pihak ketiga dan likuiditas (LDR) dalam mempengaruhi profitabilitas (ROA) dengan kondisi riil pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk, maka dirasa perlu untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Dana Pihak Ketiga dan Likuiditas (LDR) Terhadap Profitabilitas (ROA) Pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk”

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Untuk menyelesaikan masalah yang akan dibahas pada bab-bab selanjutnya, perlu adanya pengidentifikasian masalah sehingga hasil analisa selanjutnya dapat terarah dan sesuai dengan tujuan penelitian. Berdasarkan uraian latar belakang penelitian yang dikemukakan diatas, maka penulis mencoba


(18)

mengidentifikasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Alokasi dana yang terhimpun bank belum sepenuhnya dapat dioptimalkan untuk menghasilkan profit/laba bagi bank.

2. Adanya ketidakseimbangan antara dana yang telah dihimpun dan kredit yang disalurkan oleh bank yang mengakibatkan terjadinya pengendapan dana.

3. Meningkatnya kredit bermasalah akibat lambatnya kegiatan ekonomi, jatuhnya harga komoditas, meningkatnya volatilitas mata uang dan likuiditas yang diperketat sebagai dampak dari krisis global sehingga berdampak kurang menguntungkan terhadap kualitas kredit nasabah disemua segmen

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana dana pihak ketiga pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk. 2. Bagaimana likuiditas (LDR) pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk. 3. Bagaimana profitabilitas (ROA) pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk. 4. Seberapa besar pengaruh dana pihak ketiga dan likuiditas (LDR) secara

simultan terhadap profitabilitas (ROA) pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk. 5. Seberapa besar pengaruh dana pihak ketiga dan likuiditas (LDR) secara parsial


(19)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud penelitian

Maksud diadakannya penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan guna diolah, dianalisis, dan diinterpretasikan, tentang analisis dana pihak ketiga dan likuiditas (LDR) yang berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA) pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk.

1.3.2 Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis:

1. Untuk mengetahui bagaimana dana pihak ketiga pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk.

2. Untuk mengetahui bagaimana likuiditas (LDR) pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk.

3. Untuk mengetahui bagaimana profitabilitas (ROA) pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk.

4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dana pihak ketiga dan likuiditas (LDR) secara simultan terhadap profitabilitas (ROA) pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk.

5. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dana pihak ketiga dan likuiditas (LDR) secara parsial terhadap profitabilitas (ROA) pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk.


(20)

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis

Dapat dijadikan masukan untuk membantu pihak manajemen terutama untuk melihat pengaruh dana pihak ketiga dan likuiditas (LDR) dalam memprediksi profitabilitas (ROA) dan memberitahukan posisi mereka dalam mengukur keberhasilan operasional bank serta dapat dijadikan acuan untuk penyusunan anggaran dimasa yang akan datang.

1.4.2 Kegunaan Akademis

1. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan

a. Hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu akuntansi perbankan, terutama mengenai pengaruh dana pihak ketiga dan likuiditas (LDR) terhadap profitabilitas (ROA).

b. Membandingkan antara ilmu pengetahuan dan teori-teori akuntansi perbankan yang telah dipelajari dengan kenyataan empiris yang terjadi dalam dunia perbankan.

2. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi serta gambaran bagi peneliti lain yang berkaitan dengan pengaruh dana pihak ketiga dan likuiditas (LDR) terhadap profitabilitas (ROA).

3. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan dan pengalaman khususnya mengenai pengaruh dana pihak ketiga dan likuiditas (LDR) terhadap profitabilitas (ROA) serta


(21)

sebagai bahan pembanding antar teori yang didapat dalam bangku kuliah dengan pelaksanaan dilapangan.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian

Dalam penyusunan penelitian ini, penulis melakukan penelitian pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Beralamat di Jl. Jend. Sudirman No.45-46, Wisma Bank Danamon, Jakarta. Telepon (021) 5770160-61. Melalui data yang diperoleh dari website www.danamon.co.id dan Bursa Efek Indonesia yang beralamat di Jl. Jend. Sudirman Kav. 52-53 Jakarta 12190. Telepon (021) 5150515 ext 4350-51.

1.5.2 Waktu Penelitian

Adapun waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011. Jadwal Penelitian dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:


(22)

Tabel 1.2

Jadwal Waktu Penelitian

Tahap Prosedur

Bulan Feb 2011 Mar 2011 Apr 2011 Mei 2011 Juni 2011 Juli 2011 I Tahap Persiapan

1.Persiapan judul dan teori

2.Membuat outline dan proposal UP

3.Mengambil formulir Penyusunan Skripsi

4.Menentukan Tempat Penelitian 5.Sidang Komprehensif II Tahap Pelaksanaan 1.Bimbingan UP 2.Seminar UP 3.Revisi UP

4.Membuat outline dan proposal skripsi 5.Penelitian perusahaan 6.Penyusunan Skripsi 7.Bimbingan Skripsi III Tahap Pelaporan

1.Menyiapkan draft skripsi 2.Sidang akhir skripsi


(23)

17 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Bank

2.1.1.1 Pengertian Bank

Bank adalah suatu lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tersebut kepada pihak yang kekurangan atau membutuhkan dana.

Menurut PSAK No.31 (2004:31.1) Bank adalah:

“Lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.”

Sedangkan menurut Kasmir (2008:25) Bank adalah:

“Lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan, dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya”.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bank adalah suatu lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Selanjutnya bank menyalurkan dana tersebut dalam bentuk pinjaman atau kredit dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.


(24)

2.1.1.2 Jenis-jenis Bank

Jenis atau bentuk bank bermacam-macam, tergantung pada cara penggolongannya. Menurut Lukman Dendawijaya (2009:15) penggolongan bank dapat dilakukan berdasarkan hal-hal sebagai berikut:

“1. Jenis bank berdasarkan undang-undang 2. Jenis bank berdasarkan kepemilikannya

3. Jenis bank berdasarkan penekanan kegiatannya

4. Jenis bank bedasarkan pembayaran bunga atau pembagian hasil usaha”

Penjelasan tentang jenis bank tersebut adalah sebagai berikut: 1. Jenis bank berdasarkan undang-undang

Berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, terdapat dua jenis bank, yaitu: a. bank umum, dan

b. bank perkreditan rakyat.

Dengan catatan bahwa bank umum dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu atau memberikan perhatian lebih besar kepada kegiatan tertentu.

2. Jenis bank berdasarkan kepemilikannya

a. Bank milik negara (badan usaha milik negara atau BUMN)

b. Bank milik pemerintah daerah (badan usaha milik daerah atau BUMD) c. Bank milik swasta nasional

d. Bank milik swasta campuran (nasional dan asing) e. Bank milik asing (cabang atau perwakilan)


(25)

3. Jenis bank berdasarkan penekanan kegiatannya a. Bank retail (retail banks)

b. Bank korporasi (corporate banks) c. Bank komersial (commercial banks) d. Bank pedesaan (rural banks)

e. Bank pembangunan (development banks) f. Dan lain-lain

4. Jenis bank bedasarkan pembayaran bunga atau pembagian hasil usaha a. Bank konvensional

b. Bank berdasarkan prinsip syariah

2.1.1.3 Modal Bank

Menurut Idroes dan Sugiarto (2006:17) modal bank yaitu:

“Dana yang ditempatkan pihak pemegang saham, pihak pertama pada bank memiliki peranan yang sangat penting sebagai penyerap jika timbul kerugian (risk loss)”.

Sedangkan menurut Taswan (2008:137) modal bank yaitu:

“Dana yang diinvestasikan oleh pemilik dalam rangka pendirian badan usaha yang dimaksudkan untuk membiayai kegiatan usaha bank disamping untuk memenuhi regulasi yang ditetapkan oleh otoritas moneter”.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa modal bank merupakan dana yang ditempatkan pihak pemegang saham, pihak pertama pada bank yang


(26)

dimaksudkan untuk membiayai kegiatan usaha bank disamping untuk memnuhi regulasi yang ditetapkan oleh otoritas moneter.

Adapun modal bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia menurut Dendawijaya (2009:38) terdiri atas :

“1. Modal inti atau primary capital

2. Modal pelengkap atau secondary capital.”

Penjelasan tentang modal bank tersebut adalah sebagai berikut: 1. Modal inti

Komponen modal inti pada prinsipnya terdiri atas modal disetor dan cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak dengan perincian sebagai berikut :

a. Modal disetor

Modal disetor adalah modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya.

b. Agio saham

Agio saham adalah selish lebih setoran modal yang diterima oleh bank sebagai akibat dari harga saham yang melebihi nilai nominalnya.

c. Cadangan umum

Cadangan umum adalah cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba ditahan atau laba bersih setelah dikurangi pajak dan mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota sesuai anggaran dasar masing-masing.


(27)

d. Cadangan tujuan

Cadangan tujuan adalah bagian laba setelah dikurangi pajak yang disishkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota.

e. Laba ditahan

Laba ditahan adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan.

f. Laba tahun lalu

Laba tahun lalu adalah laba bersih setelah dikurangi pajak dan belum ditentukan penggunaannya oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota.

g. Laba tahun berjalan

Laba tahun berjalan adalah laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi taksiran hutang pajak.

2. Modal pelengkap

Modal pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang tidak dibentuk dari laba setelah pajak dan pinjaman yang sifatnya dapat dipersamakan dengan modal. a. Cadangan revaluasi aktiva tetap

Cadangan revaluasi aktiva tetap adalah cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan dari Direktorat Jenderal Pajak.


(28)

b. Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan

Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan adalah cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan

c. Modal kuasi

Modal kuasi adalah modal yang didukung oleh instrumen atau warkat yang memiliki sifat seperti modal.

d. Pinjaman subordinasi

Pinjaman subordinasi adalah pinjaman yang harus memenuhi berbagai syarat, seperti ada perjanjian tertulis antara bank dan pemberi pinjaman mendapat persetujuan dari Bank Indonesia, minimal berjangka 5 tahun dan pelunasan sebelum jatuh tempo harus atas persetujuan Bank Indonesia.

2.1.1.4 Sumber-sumber Dana Bank

Bagi bank yang merupakan bisnis keuangan, kegiatan membeli barang dan menjual barang juga terjadi, hanya bedanya dalam bisnis bank yang dijual dan dibeli adalah jasa keuangan. Sebelum dilakukan penjualan jasa keuangan, bank haruslah terlebih dahulu membeli jasa keuangan yang tersedia di masyarakat dan membeli jasa keuangan dapat diperoleh dari berbagai sumber dana yang ada, terutama sumber dana dari masyarakat luas.

Menurut Kasmir (2010:45) menjelaskan bahwa:

“Sumber dana bank adalah usaha bank dalam menghimpun dana dari masyarakat”.


(29)

Jika tujuan perolehan dana untuk kegiatan sehari-hari, jelas berbeda sumbernya, dengan jika bank hendak melakukan investasi baru atau untuk melakukan perluasan suatu usaha. Kebutuhan dana untuk kegiatan utama bank diperoleh dalam berbagai simpanan, sedangkan jika kebutuhan dana digunakan untuk investasi baru atau perluasan usaha, maka diperoleh dari modal sendiri.

Menurut Kasmir (2010:46) secara garis besar sumber dana bank dapat diperoleh dari:

“1. Bank itu sendiri 2. Masyarakat luas 3. Lembaga lainnya”.

Sedangkan menurut Lukman Dendawijaya (2009:46) dana-dana yang digunakan sebagai alat bagi operasional suatu bank bersumber dari dana-dana sebagai berikut:

“1. Dana pihak kesatu 2. Dana pihak kedua 3. Dana pihak ketiga”.

Penjelasan dari kutipan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Dana pihak kesatu (Dana dari Modal Bank Sendiri)

Dana dari bank sendiri adalah dana yang berasal dari pemilik bank atau para pemegang saham, baik para pemegang saham pendiri (yang pertama kalinya ikut mendirikan bank tersebut) maupun pihak pemegang saham yang ikut dalam usaha bank tersebut pada waktu kemudian, termasuk para pemegang


(30)

saham publik (jika misalnya bank tersebut sudah go public atau merupakan suatu badan usaha terbuka) . Dana modal sendiri terdiri atas:

a. Modal disetor

Modal disetor adalah uang yang disetor secara efektif oleh pemegang saham pada saat bank didirikan.

b. Agio saham

Agio saham adalah nilai selisih jumlah uang yang dibayarkan oleh pemegang saham baru dibandingkan dengan nilai nominal saham.

c. Cadangan-cadangan

Cadangan-cadangan adalah sebagian laba bank yang disihkan dalam bentuk cadangan modal dan cadangan lainnya yang digunakan untuk menutup kemungkinan timbulnya risiko dikemudian hari.

d. Laba ditahan

Laba ditahan adalah laba milik para pemegang saham yang diputuskan oleh mereka sendiri melalui rapat umum pemegang saham untuk tidak dibagikan sebagai dividen, tetapi dimasukkan kembali dalam modal kerja untuk operasional bank.

2. Dana pihak kedua

Dana pihak kedua adalah dana-dana pinjaman yang berasal dari pihak luar, yang terdiri atas dana-dana sebagai berikut:

a. Call money

Call money adalah pinjaman dari bank lain yang berupa pinjaman harian antar bank.


(31)

b. Pinjaman biasa antar bank

Pinjaman biasa antar bank adalah pinjaman dari bank lain yang berupa pinjaman biasa dengan jangka waktu relatif lebih lama

c. Pinjaman dari lembaga keuangan bukan bank (LKBB)

Pinjaman ini terutama terjadi ketika lembaga keuangan-keuangan tersebut masih berstatus LKBB, sebelum dikeluarkannya Undang-undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan. Setelah dikeluarkannya undang-undang tersebut, LKBB ini hampir semua berubah statusnya menjadi bank umum. Pinjman dari LKBB ini lebih banyak berbentuk surat berharga yang dapat diperjual belikan dalam pasar uang sebelum jatuh tempo daripada berbentuk kredit.

d. Pinjaman dari bank sentral BI

Pinjaman dari bank sentral BI lebih dikenal dengan istilah Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI). KLBI merupakan instrumen dari bank sentral dalam rangka memberikan motivasi gerakan moneter bagi bank dan masyarakat ekonomi, serta merupakan sumber dana yang tergolong murah dengan tingkat bunga yang relatiif sangat rendah.

3. Dana pihak ketiga

Dana pihak ketiga adalah dana berupa simpanan dari masyarakat yang merupakan sumber dana terbesar yang paling di andalkan oleh bank. Dana dari masyarakat terdiri atas beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:


(32)

a. Giro (Demand Deposit)

Giro adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, surat perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.

b. Deposito (Time Deposit)

Deposito atau simpanan berjangka adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian.

c. Tabungan (Saving Deposit)

Tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu.

2.1.1.5 Jasa Perbankan

1. Jasa Perbankan Dalam Negeri

Hal-hal yang tercakup dalam jasa perbankan dalam negeri adalah sebagai berikut:

a. Kiriman uang dalam negeri (transfer dalam negeri)

Jasa yang diberikan bank dalam pengiriman uang antarbank atas permintaan pihak ketiga yang ditunjukan kepada penerima ditempat lain.

b. Delegasi kredit

Perintah tertulis kepada bank untuk membayarkan sejumlah uang secara berkala kepada seseorang atau suatu badan dalam jumlah dan jangka waktu tertentu.


(33)

c. Inkaso

Jasa yang diberikan bank atas permintaan nasabah untuk menagihkan pembayaran suatu surat atau dokumen berharga kepada pihak ketiga di tempat lain di mana bank yang bersangkutan mempunyai cabang atau pada bank yang lain.

d. Bank guarantee

Pernyataan tertulis dari bank yang menyatakan kesanggupan pihak bank untuk membayar kepada pihak ketiga demi kepentingan nasabahnya apabila nasabah bank tersebut tidak dapat memenuhi kewajiban atau pembayaran sesuai dengan perjanjian.

e. Surat keterangan bank

Surat keterangan bank adalah keterangan tertulis dari bank untuk pihak lain mengenai seorang nasabah/badan hukum dalam hubungannya dengan bank. f. Safe deposit box (SDB)

Suatu jasa yang diberikan bank dalam penyimpanan barang-barang berharga dan surat-surat berharga.

g. Letter of credit dalam negeri

Suatu jaminan bersyarat dari bank pembuka L/C untuk membayar wesel-wesel yang ditarik oleh beneficiary sepanjang memenuhi persyaratan yang ditetapkan di dalam L/C.

h. Automated teller machine (ATM)

Suatu sistem pelayanan yang diberikan bank kepada nasabahnya secara elektronik dengan menggunakan komputer untuk mengupayakan


(34)

penyelesaian-penyelesaian secara otomatis dari sebagian fungsi yang biasanya dilakukan oleh teller.

i. Kartu bank

Kartu plastik yang dikeluarkan bank yang diberikan kepada nasabah pemegang rekening giro dan tabungan untuk kemudahan nasabah dalam melakukan transaksi keuangan yang diperkenankan oleh bank.

j. Fasilitas on line

Sistem pengiriman uang (rupiah) secara elektronik dari salah satu cabang otomasi ke cabang otomasi lainnya dengan menggunakan jaringan on line komputer, sehingga kiriman uang dapat diterima oleh penerima uang dalam waktu beberapa detik.

2. Jasa Perbankan Luar Negeri

Hal-hal yang tercakup dalam jasa perbankan luar negeri adalah sebagai berikut: a. Transfer luar negeri

Kiriman uang dari atau ke luar negeri yang dilakukan bank atas permintaan permintaan nasabah dengan menggunakan telex, mail, dan draft.

b. Draft

Surat perintah bayar tidak bersyarat yang diterbitkan oleh bank kepada korespondennya untuk dibayarkan kepada seseorang atau perusahaan. c. Collection

Tagihan untuk membayar atau mengaksep dari seseorang atau perusahaan di luar negeri kepada seseorang atau perusahaan di dalam negeri (atau sebaliknya) atas suatu surat atau dokumen berharga melalui bank.


(35)

d. Garansi Bank

Suatu jaminan yang diberikan bank yang menyatakan bahwa pihak bank memberikan jaminan untuk memebuhi kewajiban apabila pihak yang dijamin di kemudian hari ternyata gagal atau tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada pihak lain sesuai dengan perjanjian.

e. Traveler cheks (TC)

Check untuk berpergian yang dapat ditukarkan dengan uang tunai ditempat cabang yang ditunjuk sehingga nasabah akan lebih aman jika berpergian. f. Transaksi ekspor / impor

Perdagangan dari dalam keluar negeri, sedangkan transaksi impor adalah perdagangan dari luar ke dalam negeri.

2.1.2 Dana Pihak Ketiga

2.1.2.1 Pengertian Dana Pihak Ketiga

Dana pihak ketiga merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasional bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini.

Pengertian dana pihak ketiga menurut Indra Bastian dan Suhardjono (2006:29) mengatakan bahwa:

“Simpanan pihak ketiga adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat (diluar bank) kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana”. Sedangkan menurut Veithzal Rivai (2007:413) pengertian dana pihak ketiga adalah:


(36)

“Dana yang diperoleh dari masyarakat dalam arti masyarakat sebagai individu, perusahaan, pemerintah, rumah tangga, koperasi, yayasan dan lain-lain baik dalam mata uang rupiah maupun dalam mata uang asing”. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa dana pihak ketiga adalah dana yang bersumber dari masyarakat baik individu maupun badan usaha dan baik itu dalam mata uang rupiah maupun dalam mata uang asing. Dana dari masyarakat ini merupakan pendapatan paling utama dalam bank, dan dana terbesar yang dimiliki oleh bank dan ini sesuai dengan fungsi bank sebagai penghimpun dana dari pihak-pihak yang kelebihan dana dalam masyarakat.

Sesuai dengan yang telah dikemukakan diatas bahwa dana pihak ketiga merupakan salah satu pendapatan yang paling utama dalam bank. Jika pihak bank tidak memliliki strategi yang baru maka para nasabah tidak akan bertambah, dan berdampak pada berkurangnya dana pihak ketiga. Dan apabila pihak bank selalu memiliki strategi dan ide baru untuk meningkatkan jumlah para nasabahnya, maka dengan sendirinya dana pihak ketiga akan meningkat. Salah satu untuk meningkatkan dana pihak ketiga pada bank yaitu dengan melakukan promosi, penjualan produk baru, iklan, publisitas bank itu sendiri, dan lain-lain. Seperti yang telah dikemukakan oleh Murti Sumarni (2002:57), mengatakan bahwa:

“Untuk membantu penjualan produk/jasa secara umum dapat digunakan media komunikasi yang tercakup dalam bauran promosi yaitu berupa variabel-variabel: periklanan, promosi penjualan, publisitas, dan hubungan masyarakat yang membantu pencapaian perusahaaan”.

Dari pengertian diatas, dijelaskan bahwa untuk meningkatkan profitabilitas bank dan mengenalkan produk baru agar masyarakat tertarik dengan bank dan produk tersebut, maka pihak bank perlu melakukan promosi, yaitu dengan


(37)

menggunakan media komunikasi baik itu media cetak maupun elektronik, seperti iklan, promosi penjulan, dan undian berhadiah.

2.1.2.2 Jenis-jenis Sumber Dana Pihak Ketiga 2.1.2.2.1 Giro (Demand Deposit)

Giro merupakan deposito yang dapat di tarik setiap saat dengan menggunakan alat pembayaran seperti cek, bilyet giro, surat perintah bayar yang lain ataupun surat pemindahbukuan yang lain. Giro dikelompokkan sebagai sumber dana jangka pendek bagi bank dan berbiaya murah.

Pengertian giro menurut Taswan (2008:89) mengatakan bahwa:

“Giro merupakan simpanan masyarakat pada bank yang penarikannya dapat dilakukan dengan menggunakan cek, surat perintah bayar yang lain, bilyet giro, atau surat pemindahbukuan yang lain”.

Sedangkan menurut Lukman Dendawijaya (2009:49) mengatakan bahwa: “Giro adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, dan surat perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan”.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa giro merupakan simpanan masyarakat yang pengambilannya dapat dilakukann dengan menggunakan cek, surat perintah bayar yang lain, bilyet giro, atau surat pemindahbukuan yang lain.

Sifat sumber dana ini dapat dikategorikan sangat labil, karena pemegang rekening giro dapat menarik dananya setiap saat tanpa ada pemberitahuan terlebih dulu kepada bank. Jenis simpanan masyarakat ini tidak memiliki jatuh tempo.


(38)

Perkembangan rekening giro pada bank bukan hanya berdasarkan kepentingan bank semata-mata, melainkan kepentingan masyarakat modern juga, karena giro adalah uang giral yang dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran melalui penggunaan cek.

2.1.2.2.2 Deposito (Time Deposit)

Deposito merupakan salah satu tempat bagi nasabah untuk melakukan investasi dalam bentuk surat-surat berharga. Kepada setiap deposan (pemilik deposito) akan diberikan imbalan bunga atau depositonya. Bagi bank bunga yang diberikan kepada para deposan merupakan bunga tertinggi. Jika dibandingkan dengan simpanan giro dan tabungan, sehingga deposito oleh sebagian bank di anggap sebagai dana modal.

Keuntungan bagi bank dengan menghimpun dana lewat deposito adalah uang yang tersimpan relatif lebih lama, mengingat deposito memiliki jangka waktu yang relatif panjang dan frekuensi penarikan yang juga jarang. Dengan demikian bank dapat dengan leluasa untuk menggunakan kembali dana tersebut untuk keperluan penyaluran kredit.

Pengertian deposito menurut Taswan (2008:103) adalah:

“Deposito merupakan simpanan masayarakat atau pihak ketiga yang penarikannya dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpanan dengan bank yang bersangkutan”.

Sedangkan pengertian deposito menurut Lukman Dendawijaya (2009:50) adalah:


(39)

“Deposito atau simpanan berjangka adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian”.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa deposito merupakan simpanan pihak ketiga yang penarikannya dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu berdasarkan perjanjian antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan.

Persaingan yang ketat dalam penghimpunan dana antar bank telah memunculkan produk-produk baru dalam penghimpunan dana. produk-produk baru tersebut adalah :

a. Deposito Berjangka

Merupakan deposito yang diterbitkan menurut jangka waktu tertentu, jangka waktu deposito biasanya bervariasi mulai dari 1, 2, 3, 6, 12, 18 sampai 24 bulan. Deposito diterbitkan atas nama baik seseorang atau lembaga, artinya didalam bilyet deposito tercantum nama seseorang atau lembaga.

b. Sertifikat Deposito

Sertifikat deposito merupakan deposito yang diterbitkan dengan jangka waktu 2, 3, 6 dan 12 bulan. Sertifikat deposito diterbitkan atas unjuk dalam bentuk sertifikat. Artinya dalam sertifikat deposito tidak tertulis nama seseorang atau badan hukum tertentu.

c. Deposit On Call

Merupakan deposito yang berjangka waktu 7 hari dan paling lama kurang dari 1 bulan. Diterbitkan atas nama dan biasanya dalam jumlah yang besar.


(40)

Pencairan bunga dilakukan pada saat pencarian deposit on call dan sebelum deposit on call terlebih dahulu 3 hari sebelumnya nasabah sudah memberitahukan bank penerbit.

2.1.2.2.3 Tabungan (Saving Deposit)

Seperti halnya simpanan giro, simpanan tabungan juga mempunyai syarat-syarat tertentu bagi pemegangnya dan persyarat-syaratan masing-masing bank berbeda satu sama lainnya. Disamping persyaratan yang berbeda, tujuan nasabah menyimpan uang direkening tabungan juga berbeda. Dengan demikian sasaran bank dalam memasarkan produknya juga berbeda sesuai dengan sasarannya.

Pengertian tabungan menurut Taswan (2008:95) adalah:

“Tabungan merupakan simpanan masyarakat atau pihak lain yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang telah disepakati tetapi tidak lama ditarik dengan menggunakan cek, bilyet giro atau yang dipersamakan dengan itu”.

Sedangkan menurut Lukman Dendawijaya (2009:51) tabungan adalah: “Tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu”.

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tabungan merupakan simpanan masyarakat yang penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu tetapi dengan syarat-syarat tertentu yang telah disepakati dan juga tidak dapat diambil dengan menggunakan cek, bilyet giro atau yang dipersamakan dengan itu. Syarat-syarat tertentu misalnya harus ditarik secara tunai, penarikannya hanya dalam kelipatan nominal tertentu, jumlah penarikannya tidak boleh melebihi saldo minimal tertentu.


(41)

Tabungan dapat ditarik dengan cara-cara dan dalam waktu yang lebih relatif fleksibel dibandingkan dengan deposito berjangka, namun masih kalah fleksibel apabila dibandingkan dengan rekening giro. Ditinjau dari sisi bank, penghimpunan dana melebihi tabungan termasuk lebih murah daripada deposito tapi lebih mahal dibandingkan giro.

Menurut Kasmir (2007:74) mengatakan bahwa:

“Ada beberapa penarikan tabungan, hal ini tergantung bank masing -masing, serta menggunakan sarana yang mereka inginkan. Alat ini dapat digunakan sendiri-sendiri atau secara bersamaan. Alat-alat yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1 Buku tabungan 2 Slip penarikan 3 Kwitansi

4 Kartu yang terbuat dari plastik”.

Penjelasan dari kutipan diatas adalah sebagai berikut: 1 Buku Tabungan

Merupakan buku yang dipegang oleh nasabah. Buku tabungan ini berisi catatan saldo tabungan, transaksi penarikan, transaksi penyetoran, dan pembebanan-pembebanan yang mungkin terjadi pada tanggal tertentu.

2 Slip Penarikan

Merupakan formulir untuk menarik sejumlah uang dari rekening tabungan. Formulir penarikan ini disebut juga slip penarikan biasanya digunakan bersamaan dengan buku tabungan.

3 Kwitansi

Merupakan formulir penarikan dan juga merupakan bukti penarikan yang dikeluarkan oleh bank yang fungsinya sama dengan slip penarikan.


(42)

4 Kartu yang terbuat dari plastik

Seperti kartu kredit yang terbuat dari plastik yang dapat digunakan untuk menarik sejumlah uang dari tabungannya, baik bank maupun mesin Automated Teller Machine (ATM).

2.1.3 Likuiditas

2.1.3.1 Pengertian Likuiditas

Likuiditas adalah kemampuan suatu bank untuk memenuhi kewajiban keuangan dalam jangka pendek, atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih.

Likuiditas bank berarti kemampuan perusahaan untuk dapat menyediakan alat-alat likuid sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kewajiban finansialnya saat ditagih. Dalam hal ini bank harus memperhatikan apakah bank setiap saat dapat memenuhi perubahan perubahan yang diperlukan untuk kelancaran jalannya operasional perusahaan.

Pengertian likuiditas menurut Munawir (2001:31) adalah sebagai berikut: “Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban saat ditagih”.

Sedangkan menurut Faisal Abdullah (2003:28) pengertian likuiditas adalah sebagai berikut:

“Likuiditas adalah kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendek kepada nasabah penyimpan maupun pihak lain”.


(43)

Dengan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa likuiditas menunjukan kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek kepada nasabah penyimpan maupun pihak lain.

Kondisi keuangan perusahaan dapat dilihat dari likuiditasnya yang memposisikan keuangan perusahaan dalam keadaan likuid atau tidak likuid, hal ini sesuai dengan yang dikatakan Munawir (2001:31) bahwa:

“Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangnnya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likuid, dan perusahaan dikatakan mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya apabila perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran atau aktiva lancar yang lebih besar dari pada utang lancarnya atau utang jangka pendek. Sedangkan jika perusahaan tidak dapat segera memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih berarti perusahaan tersebut dalam keadaan tidak likuid”.

2.1.3.2 Macam-macam Rasio Likuiditas

Perhitungan likuiditas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi. Adapun pengertian analisis rasio likuiditas menurut Lukman Dendawijaya (2009:114) adalah sebagai berikut:

“Analisis rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan terhadap kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo”.

Untuk melakukan pengukuran rasio ini memiliki beberapa jenis rasio yang masing-masing memiliki maksud dan tujuan tersendiri. Adapun jenis-jenis rasio likuiditas menurut Kasmir (2010:286) adalah sebagai berikut:


(44)

1. Quick Ratio

Quick Ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya terhadap para deposan (pemilik simpanan giro, tabungan dan deposito) dengan harta yang paling likuid yang dimiliki oleh suatu bank. Rumus untuk mencari Quick Ratio adalah sebagai berikut:

2. Banking Ratio

Banking Ratio bertujuan untuk mengukur tingkat likuiditas bank dengan membandingkan jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah deposit yang dimiliki. Semakin tinggi rasio ini, maka tingkat likuiditas bank semakin rendah, karena jumlah dana yang digunakan untuk membiayai kredit semakin kecil, demikian pula sebaliknya. Rumus untuk mencari Banking Ratio adalah sebagai berikut:

3. Loan to Assets ratio

Loan to Assets Ratio merupakan rasio untuk mengukur jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah harta yang dimiliki bank. Semakin tinggi tingkat rasio, menunjukan semakin rendahnya tingkat likuiditas. Rumus untuk mencari Loan to Assets Ratio adalah sebagai berikut:


(45)

4. Cash Ratio

Cash Ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank melunasi kewajiban yang harus segera dibayar dengan harta likuid yang dimiliki bank tersebut. Rumus untuk mencari Cash Ratio adalah sebagai berikut:

5. Loan to Deposit Ratio (LDR)

Loan to Deposit Ratio merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Rumus untuk mencari Loan to Deposit Ratio adalah sebagai berikut:

Dalam penelitian ini rasio yang digunakan penulis untuk mengukur tingkat likuiditas bank adalah loan to deposit ratio (LDR). Hal ini dikarenakan berdasarkan surat edaran Bank Indonesia No.26/5/BPPP pada tanggal 29 Mei 1993, dijelaskan bahwa loan to deposit ratio (LDR) sebagai pedoman analisa untuk mengukur tingkat keseimbangan penjelasan pinjaman yang diberikan terhadap dana yang dihimpun, dan memegang peran penting yang tidak dapat terabaikan karena pada posisi pencapaian nilai hasil atau analisa ini akan dapat


(46)

menggambarkan keadaan suatu bank dalam memperoleh keuntungan atau kerugian dari peranan bank dalam masyarakat (http://www.2lisan.com/rss/surat-edaran-bank-indonesia).

2.1.3.3 Fungsi Likuiditas Bank

Fungsi likuiditas bagi bank menurut Malayu Hasibuan (2001:95) antara lain:

1. Untuk memenuhi ketetapan Bank Indonesia

2. Untuk jaminan pembayaran pencairan tabungan masyarakat 3. Untuk mempertahankan agar bank tetap dapat mengikuti kliring

4. Untuk memperkuat daya tahan dalam menghadapi persaingan antar bank 5. Untuk menentukan tingkat kesehatan bank

6. Merupakan salah satu alat kebijaksanaan moneter pemerintah untuk mengatur jumlah uang beredar

7. Sebagai salah satu alat otoritas moneter dalam menstabilkan nilai tukar uang 8. Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap bank.

2.1.4 Profitabilitas

2.1.4.1 Pengertian Profitabilitas

Profitabilitas atau yang lazim disebut rentabilitas merupakan aspek yang mencerminkan kemampuan setiap perusahaan untuk menghasilkan laba. Menurut Malayu Hasibuan (2008:104) profitabilitas adalah:


(47)

Sedangkan menurut Brighaam dan Houston (2006:107) profitabilitas adalah:

“Hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan”.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah kemampuan bank untuk menghasilkan laba sebagai hasil akhir dari keputusan yang dilakukan oleh perusahaan.

2.1.4.2 Macam-macam Rasio Profitabilitas

Rasio rentabilitas sering disebut profitabilitas usaha. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Adapun pengertian analisis rasio rentabilitas menurut Lukman Dendawijaya (2009:118) adalah sebagai berikut:

“Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan”

Untuk melakukan pengukuran rasio ini memiliki beberapa jenis rasio yang masing-masing memiliki maksud dan tujuan tersendiri. Adapun jenis-jenis rasio profitabilitas menurut Lukman Dendawijaya (2009:118) adalah sebagai berikut: 1. Return On Assets (ROA)

ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank


(48)

tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Rumus untuk mencari Return On Assets adalah sebagai berikut:

2. Return On Equity (ROE)

ROE adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan modal sendiri. Rumus untuk mencari Return On Equity adalah sebagai berikut:

3. Net Profit Margin (NPM)

Net Profit Margin adalah rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Rumus untuk mencari Net Profit Margin adalah sebagai berikut:

4. BOPO

Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rumus untuk mencari BOPO adalah sebagai berikut:


(49)

Dalam penelitian ini, rasio yang digunakan penulis untuk mengukur tingkat profitabilitas bank adalah Return on Assets (ROA). Hal ini dikarenakan ROA dapat mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Selain itu, Lukman Dendawijaya (2009:119) mengungkapkan bahwa:

“Dalam penentuan tingkat kesehatan bank, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian besarnya Return on Assets (ROA) dan tidak memasukkan unsur Return on Equity (ROE). Hal ini dikarenakan Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabiltas suatu bank yang diukur dengan aset yang dana nya sebagian besar berasal dari simpanan masyarakat”.

2.1.5 Keterkaitan Antar Variabel Penelitian

2.1.5.1 Pengaruh Dana Pihak Ketiga Terhadap Profitabilitas (ROA)

Sumber dana yang berasal dari masyarakat sebagai dana pihak ketiga sangat besar pengaruhnya. Sumber dana yang yang didapatkan oleh bank akan disalurkan kembali oleh bank dalam bentuk kredit. Dengan penyaluran kredit tersebut bank akan memperoleh pendapatan dari bunga kredit yang dibayarkan oleh debitur ke bank.

Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Kasmir (2000:55), mengatakan bahwa:

“Perolehan laba suatu lembaga keuangan atau perusahaan tergantung oleh sumber dana yang diperoleh yang kemudian akan menghasilkan pendapatan dimana pendapatan tersebut akan menjadikan laba bagi perusahaan”.

Dalam buku yang lainnya Kasmir (2007:61) mengatakan bahwa:

“Sesuai dengan fungsi bank sebagai lembaga keuangan dimana kegiatan sehari-harinya adalah bergerak dibidang keuangan maka, sumber-sumber dana juga tidak terlepas dari bidang keuangan. Untuk menopang kegiatan


(50)

bank sebagai penjual uang (memberikan pinjaman), bank harus lebih dahulu membeli uang (menghimpun dana) sehingga dari selisih bunga tersebutlah bank memiliki laba”.

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Taswan (2008:215):

“Dengan meningkatnya jumlah dana pihak ketiga sebagai sumber dana utama pada bank, bank menempatkan dana tersebut dalam bentuk aktiva produktif misalnya kredit. Penempatan dalam bentuk kredit akan memberikan kontribusi pendapatan bunga bagi bank yang akan berdampak terhadap profitabilitas (laba) bank”.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dana pihak ketiga dapat mempengaruhi profitabilitas (laba) bank. Sehingga jika dana pihak ketiga terhimpun dengan baik dimana nasabah atau masyarakat menyimpan uangnya di bank maka kegiatan usaha bank akan berjalan dengan lancar. Namun sebaliknya jika dana pihak ketiga tidak terhimpun dengan baik maka akan menyebabkan terganggunya kelancaran kegiatan usaha bank tersebut.

2.1.5.2 Pengaruh Likuiditas Terhadap Profitabilitas (ROA)

Likuiditas merupakan salah satu indikator kesehatan perbankan dan likuiditas merupakan penentu apakah bank itu mampu membanyar kembali kewajiban-kewajiban, sementara laba mencakup salah satu tujuan fundamental bisnis perbankan untuk memperoleh kentungan optimal dengan memberikan layanan jasa keuangan kepada masyarakat yang saling mempengaruhi.

Menurut Mudrajad (2002:572) mengatakan bahwa:

“Langkah strategis peningkatan kinerja bank melalui peningkatan kesehatan bank memiliki pengaruh terhadap meningkatnya laba perusahaan, dengan meningkatnya kesehatan bank maka perolehan atas laba akan meningkat”.


(51)

Sedangkan menurut Veitzhal Rivai (2007:719) mengatakan bahwa:

“Jika bank mampu menjaga likuiditas maka kepercayaan masyarakat tetap terjaga sehingga nasabah tetap mempercayakan transaksi keuangan melalui bank dan bank dapat memperoleh tingkat laba yang optimal”. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Lukman Dendawijaya (2009:116): “Likuiditas (LDR) tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, namun dalam praktiknya akan dapat mempengaruhi profitabilitasnya”.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat likuiditas berpengaruh terhadap profitabilitas, namun bank harus memelihara likuiditasnya tapi juga harus mencegah jumlah kas, investasi jangka pendek, piutang kepada nasabah yang berlebihan agar tidak terjadi pengendapan dana yang mengakibatkan penurunan profitabilitas bank.

2.1.5.3 Pengaruh Dana Pihak Ketiga dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas (ROA)

Dana pihak ketiga atau dana yang dihimpun dari masyarakat ternyata merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank (bisa mencapai 80%-90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank). Dana dari masyarakat tersebut terdiri atas beberapa jenis, yaitu giro, tabungan, dan deposito.

Dengan meningkatnya jumlah dana pihak ketiga sebagai sumber dana utama pada bank, bank menempatkan dana tersebut dalam bentuk aktiva produktif misalnya kredit. Penempatan dalam bentuk kredit akan memberikan kontribusi


(52)

pendapatan bunga bagi bank yang akan berdampak terhadap profitabilitas (laba) bank. Kontribusi pendapatan bunga kredit di Indonesia masih mendominasi pendapatan bank dibanding dari fee base income.

Menurut Muchdarsyah Sinungan (2005:92) impilkasi bagi pihak bank sebagai akibat dari adanya dana pihak ketiga yaitu:

“Dari berbagai sumber dana yang berhasil dihimpun bank, sudah selayaknya bank mempersiapkan strategi penempatan dana berdasarkan rencana alokasi dengan memperhatikan kebijaksanaan yang telah digariskan. Alokasi ini mempunyai beberapa tujuan, yaitu:

a. mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan menjaga agar posisi likuiditas tetap aman, dan

b. mencapai tingkat profitabilitas yang optimal”.

Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa dana pihak ketiga dapat berpengaruh terhadap tingkat likuiditas serta dapat menentukan tingkat profitabilitas (laba) yang diperoleh oleh bank.

2.2 Kerangka Pemikiran

Sektor perbankan mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam mobilisasi dana sebagai salah satu unsur modal bagi kegiatan usaha atau unit ekonomi dalam operasionalnya, bank harus memiliki kiat-kiat yang aktif dan inovatif agar dapat mempertahankan kontinuitas usaha yang berorientasi pada usaha peningkatan taraf hidup rakyat banyak.

Menurut Lukman Dendawijaya (2009:14) bank adalah:

“Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari ihak yang berkelebihan dana (surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan dana atau kekurangan dana (deficit unit) pada waktu yang ditentukan”.


(53)

Bank bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat dan bertindak selaku perantara bagi keuangan masyarakat. Selain itu bank harus selalu berada di tengah masyarakat agar arus uang dari masyarakat yang kelebihan dana dapat dihimpun dan disalurkan kembali kepada masyarakat. Kepercayaan masyarakat akan keberadaan bank dan keyakinan masyarakat bahwa bank akan menyelesaikan permasalahan keuangan dengan sebaik-baiknya merupakan suatu keadaan yang diharapkan oleh semua bank. Untuk itu, bank selalu berusaha memberikan pelayanan (service) yang memuaskan masyarakat. Karena dengan tertanamnya rasa kepercayaan yang dimiliki masyarakat terhadap suatu bank, maka nasabah bank akan terus bertambah, dan akhirnya akan bertambah pula sumber dana pihak ketiga yang dimiliki oleh bank. Dana pihak ketiga atau dana yang dihimpun dari masyarakat ternyata merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank (bisa mencapai 80%-90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank).

Menurut Kasmir (2010:64) pengertian dana pihak ketiga adalah:

“Dana Pihak Ketiga adalah dana yang dihimpun oleh bank yang berasal dari masyarakat, yang terdiri dari simpanan giro, simpanan tabungan dan simpanan deposito”.

Dengan meningkatnya jumlah dana pihak ketiga sebagai sumber dana utama pada bank, bank menempatkan dana tersebut dalam bentuk aktiva produktif misalnya kredit. Penempatan dalam bentuk kredit akan memberikan kontribusi pendapatan bunga bagi bank yang akan berdampak terhadap profitabilitas (laba) bank.


(54)

Salah satu indikator untuk menentukan tingkat kesehatan bank adalah likuiditas.

Menurut Taswan (2006:96) menjelaskan bahwa:

“Likuiditas adalah kebutuhan bank untuk memenuhi kemungkinan ditariknya deposito/simpanan oleh deposan/penitip dana ataupun memenuhi kebutuhan masyarakat berupa kredit”.

Likuiditas tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Berdasarkan surat edaran Bank Indonesia No.26/5/BPPP pada tanggal 29 Mei 1993, dijelaskan bahwa loan to deposit ratio (LDR) sebagai pedoman analisa untuk mengukur tingkat keseimbangan penjelasan pinjaman yang diberikan terhadap dana yang dihimpun, dan memegang peran penting yang tidak dapat terabaikan karena pada posisi pencapaian nilai hasil atau analisa ini akan dapat menggambarkan keadaan suatu bank dalam memperoleh keuntungan atau kerugian dari peranan bank dalam masyarakat (http://www.2lisan.com/rss/surat-edaran-bank-indonesia). Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, namun dalam praktiknya akan dapat mempengaruhi profitabilitasnya.

Menurut Kieso rasio profitabilitas (2008:400) yaitu:

“Rasio untuk mengukur pendapatan atau keberhasilan operasi dari sebuah perusahaan untuk periode waktu tertentu”


(55)

Profitabilitas merupakan ukuran untuk mengetahui kemampuan suatu bank dalam menghasilkan pendapatan atau laba pada periode tertentu. Profitabilitas suatu bank dapat di ukur salah satunya dengan menggunakan return on assets (ROA). Return on assets (ROA) tersebut digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset.

Dalam penentuan kesehatan suatu bank, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian besarnya Return on assets (ROA) dan tidak memasukkan unsur return on equity (ROE). Hal ini dikarenakan Bank Indonesia sebagai pembina dan pegawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat (Lukman Dendawijaya, 2009:119).

Sumber dana yang didapat dari masyarakat sebagai dana pihak ketiga sangat besar pengaruhnya. Sumber dana yang didapatkan oleh bank akan disalurkan kembali dalam bentuk kredit, namun untuk sumber dana pihak ketiga ini bank menyalurkannya dalam bantuk kredit jangka pendek ataupun jangka panjang. Dengan penyaluran kredit tersebut bank akan memperoleh pendapatan dari bunga kredit yang dibayarkan oleh debitur ke bank. Sebagaimana menurut Kasmir (2000:55) mengatakan bahwa:

“Perolehan laba suatu lembaga keuangan atau perusahaan tergantung oleh sumber dana yang diperoleh yang kemudian akan menghasilkan pendapatan dimana pendapatan tersebut akan menjadikan laba bagi perusahaan”.


(56)

Sedangkan menurut penelitian terdahulu oleh Winwin yadiati (2006) ditemukan bukti bahwa hasil uji hipotesis secara parsial pada Pelanggan dan Pendanaan Jangka Pendek dari Total Aset (CSTFTA) atas profitabilitas (ROA) Bank Syariah menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak. Ini berarti CSTFTA memiliki pengaruh signifikan atas profitabilitas (ROA) dengan arah positif. Pengaruh positif menunjukkan bahwa peningkatan (penurunan) Pelanggan dan Pendanaan Jangka Pendek dari Total Aset (CSTFTA) akan diikuti dengan peningkatan (penurunan) profitabilitas Bank Syariah (ROA). Hal ini terjadi karena sebagian besar dana yang diterima oleh Bank Syariah diinvestasikan dalam bentuk pembiayaan, yang memiliki porsi terbesar dari aset yang menguntungkan.

Bunga kredit memberikan kontribusi yang cukup besar dalam meningkatkan pendapatan. Pendapatan yang diterima oleh bank akan digunakan untuk menutupi biaya-biaya termasuk kewajiban bank dalam membayar bunga simpanan pihak ketiga. Pendapatan tersebut dikurangi biaya-biaya dan akhirnya akan menghasilkan laba. Laba inilah yang diperoleh bank dan kemudian digunakan sebagai cadangan apabila terjadi masalah dalam pendanaan serta untuk menjaga likuiditas bank.

Dengan bank yang telah dinyatakan likuid maka akan berpengaruh terhadap laba bank tersebut karena bank tersebut mampu untuk membayar utang-utang jangka pendeknya, mampunya bank secara cepat dan tepat membayar utang-utang jangka pendeknya menambah citra bank tersebut. Karena bank tersebut secara tidak langsung menunjukan ke mata publik bahwa bank tersebut dapat memenuhi semua kebutuhan penarikan dana dari deposan, sehingga


(57)

deposan percaya dan tertarik untuk menannamkan uangnya di bank tersebut, dan dapat meningkatkan laba bank tersebut. Sebagaimana menurut Taswan (2006:45) menyatakan bahwa:

“Persoalan manajemen adalah persoalan dilematis, kalau bank menghendaki untuk memelihara likuiditas yang tinggi maka profitabilitas akan turun, begitu juga sebaliknya jika bank menginginkan likuiditas yang rendah maka profitabilitas akan mengalami kenaikan”.

Sedangkan menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Eko Widodo (2001) dijelaskan bahwa likuiditas berasosiasi dengan profitabilitas. Likuiditas perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya yang harus segera dipenuhi. Aktiva lancar, terutama kas investasi jangka pendek, piutang dagang, dan persediaan mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan. Pada usaha bank tidak terdapat persediaan barang dagangan. Semakin besar kas, investasi jangka pendek dan piutang kepada nasabah berarti semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang harus segera dipenuhi. Namun, jumlah kas, investasi jangka pendek dan piutang kepada nasabah yang berlebihan membutuhkan modal yang lebih banyak untuk ditanamkan ke jenis aktiva tersebut, yang mengakibatkan biaya modal ditanggung perusahaan menjadi lebih tinggi dan akan menurunkan profitabilitas. Perusahaan harus memelihara likuiditasnya tapi juga harus mencegah jumlah kas, investasi jangka pendek, piutang kepada nasabah yang berlebihan.

Peneliti memprediksi bahwa semakin besar dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun bank maka likuiditas akan meningkat karena jumlah dana yang terdapat pada bank menjadi banyak sehingga kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya akan meningkat, dan profitabilitas pun akan


(58)

meningkat. Begitu pula sebaliknya semakin kecil dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun bank maka likuiditas akan menurun dan profitabilitas pun akan menurun.

Penjelasan-penjelasan tersebut di atas dapat dituangkan dalam suatu skema kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikir PT Bank Danamon Indonesia Tbk

Profitabilitas (ROA) Menghimpun

Dana

Dana Pihak Ketiga - Tabungan - Giro - Deposito

Pemberian kredit

Bunga Kredit

Hipotesis:

1. Dana pihak ketiga dan likuiditas (LDR) berpengaruh secara simultan terhadap profitabilitas (ROA) PT Bank Danamon Indonesia Tbk

2. Dana pihak ketiga dan likuiditas (LDR) berpengaruh secara parsial terhadap profitabilitas (ROA) PT Bank Danamon Indonesia Tbk

Likuiditas (LDR)

Menyalurkan Dana


(1)

140

4. Secara bersama-sama (simultan) dana pihak ketiga dan likuiditas (LDR) memberikan kontribusi atau pengaruh yang kuat terhadap profitabilitas (ROA) pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk. Hasil pengujian secara simultan menunjukkan bahwa dana pihak ketiga dan likuiditas (LDR) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA).

5. Hasil analisis regresi memperlihatkan antara dana pihak ketiga dengan profitabilitas (ROA) PT Bank Danamon Indonesia Tbk terdapat hubungan yang berlawanan arah atau negatif, dimana apabila dana pihak ketiga mengalami kenaikan pada saat tingkat likuiditas (LDR) tidak mengalami perubahan (konstan), maka profitabilitas (ROA) PT Bank Danamon Indonesia Tbk akan menurun. Hasil pengujian secara parsial menunjukan dana pihak ketiga memberikan kontribusi atau pengaruh yang cukup kuat terhadap profitabilitas (ROA) pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk dan hasil pengujian menunjukkan bahwa dana pihak ketiga berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA) PT Bank Danamon Indonesia Tbk.

Kemudian hasil analisis regresi memperlihatkan antara likuiditas (LDR) dengan profitabilitas (ROA) PT Bank Danamon Indonesia Tbk terdapat hubungan yang searah atau positif, dimana apabila likuiditas (LDR) mengalami kenaikan pada saat dana pihak ketiga tidak mengalami perubahan (konstan), maka profitabilitas (ROA) PT Bank Danamon Indonesia Tbk akan meningkat. Hasil pengujian secara parsial menunjukan likuiditas (LDR) memiliki pengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA) PT Bank Danamon Indonesia Tbk. Hasil pegujian secara parsial menunjukan likuiditas


(2)

(LDR) memberikan kontribusi atau pengaruh yang kuat terhadap profitabilitas (ROA) pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk dan hasil pengujian menunjukan bahwa likuiditas (LDR) berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA) PT Bank Danamon Indonesia Tbk.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, penulis mencoba memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat dan sebagai bahan pertimbangan bagi manajemen PT Bank Danamon Indonesia Tbk, antara lain:

1. Sebaiknya PT Bank Danamon Indonesia Tbk selalu memiliki strategi dan ide baru untuk meningkatkan jumlah nasabah dan jumlah dana pihak ketiga, misalnya dengan melakukan promosi, penjualan produk baru, iklan, publisitas bank itu sendiri, dan lain-lain.

2. Untuk mengurangi atau meminimalkan risiko likuiditas sebaiknya PT Bank Danamon Indonesia Tbk harus bisa mengendalikan perbedaan waktu jatuh tempo antara pendanaan bank yang sebagian besar berasal dari masyarakat yang memiliki jangka waktu pendek dengan penyaluran kredit yang memiliki jangka waktu relatif panjang.

3. Sebaiknya PT Bank Danamon Indonesia Tbk lebih mengoptimalkan dana yang berhasil dihimpun agar dana tersebut menjadi dana produktif sehingga akan meningkatkan profit/laba bank tersebut.

4. PT Bank Danamon Indonesia Tbk sebaiknya menjaga keseimbangan antara dana masyarakat yang berhasil dihimpun dengan jumlah kredit yang


(3)

142

disalurkan agar tidak terjadi pengendapan dana sehingga tingkat profitabilitas akan meningkat.

5. PT Bank Danamon Indonesia Tbk sebaiknya terus melakukan pengawasan (monitoring) setelah kredit dicairkan sehingga apabila ada indikasi terjadinya kemacetan atau timbulnya kredit bermasalah dapat diminimalisir dengan segera.


(4)

143

Parametrik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Brighaam dan Houston. 2006. Fundamental of Financial Management: Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Eko Widodo. 2001. Rasio Keuangan untuk Mengukur Asosiasi Liuiditas, Struktur Modal, dan Kualitas Aktiva dengan Profitabilitas Bank. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 3 (1), 315-334.

Febriyanti Dimaelita Siagian dan Wahidin Yasin. 2009. Pengaruh Non Performing Loan (NPL), Tingkat Kecukupan Modal, Tingkat Likuiditas, Dan Kualitas Aktiva Produktif (KAP) Terhadap Tingkat Profitabilitas Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006 – 2008. Jurnal Akuntansi : Universitas Sumatera Utara.

Ferry N Idroes dan Sugiarto. 2006. Manajemen Risiko perbankan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Gujarati Damodar N. 2003. Basic Econometrics. Mc Graw Hill: Singapore.

Husein Umar. 2007. Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

I Made Wirartha. 2006. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Andi Offset.

Indra Bastian dan Suhardjono. 2006. Akuntansi Perbankan. Jakarta: Salemba Empat.

Kasmir. 2003. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Kasmir. 2010. Manajemen Perbankan. Edisi Revisi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.


(5)

144

Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, Terry D Warfield. 2008. Akuntansi Intermediete Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Lukman Dendawijaya. 2009. Manajemen Perbankan. Edisi Kedua. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Malayu S.P Hasibuan. 2008. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Moh Nazir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Muchdarsyah Sinungan. 2005. Manajemen Dana Bank. Jakarta: Bumi Aksara. Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono. 2002. Manajemen Perbankan Teori dan

Aplikasi. Yogyakarta: BPPE.

Murti Sumarni. 2002. Marketing Perbankan. Yogyakarta: Liberty. Sugiyono. 2009. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Taswan. 2006. Manajemen Perbankan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Taswan. 2008. Akuntansi Perbankan. Transaksi Dalam Valuta Rupiah. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Umi Narimawati. 2007. Riset Manajemen Sumber Daya Manusia: Aplikasi Contoh dan Perhitungannya. Jakarta: Agung Media.

Umi Narmawati. 2008. Analisis Multifariat Untuk Penelitian Ekonomi. Jakarta: Penerbit Genesis.

Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998

Veithzal Rivai. 2007. Bank and Financial Institution Management. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada

Winwin Yadiati. 2006. The Influence of Equity Financing Funding Rate and Rate on Profitability of Islamic Bank. Economic Journal, 21 (2), 199-216. www.danamon.co.id. 2011.


(6)

189 Nama : Irsan Herlandi Putra Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 28 April 1989

Alamat : Jl. Riung Mungpulung I No.56 Komplek Riung Bandung Permai, Kota Bandung.

Telepon : 085624463993

E-mail : irsanstone@gmail.com

Riwayat Pendidikan

1. SDN Karang Pawulang 1 Bandung (1996-2001) 2. SMPN 28 Bandung (2001-2004)

3. SMAN 12 Bandung (2004-2007)

4. Mahasiswa Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung (2007-2011)

Riwayat Pendidikan Non-Formal

1. Pelatihan Pajak Terapan (Brevet A & B Terpadu) (2010-2011) 2. Sekolah Musik (Rumah Musik Harry Roesli) (2008-2010)