untuk mendukung atau melawan sebuah perubahan berhubungan dengan fenomena sosial ataupun lingkungan. Sosiolog Amerika bernama Peter Burke
menyatakan ada dua tipe gerakan sosial yaitu; gerakan sosial untuk memulai perubahan dan gerakan sosial yang dilakukan sebagai reaksi atas perubahan yang
terjadi Burke 1998 dalam WALHI 2001. Gerakan sosial konservasi dapat terjadi sebagai dampak dari peningkatan
pengetahuan masyarakat. Dengan demikian kampanye Pride yang dilakukan untuk peningkatan pengetahuan konservasi mampu mendorong perubahan perilaku
konservasi masyarakat. Sehingga penelitian yang dilakukan harus mampu menjawab beberapa pertanyaan berikut:
1. Bagaimana tingkatan perubahan perilaku hingga menjadi gerakan sosial konservasi sumberdaya hutan?
2. Apakah faktor peningkatan pengetahuan merupakan salah satu pendorong peningkatan kesadaran kolektif yang mempengaruhi terjadinya gerakan
sosial untuk konservasi sumberdaya hutan? Adakah faktor yang lain?
1.3 Kerangka Pemikiran
1.3.1. Proses Gerakan Sosial Konservasi Gerakan sosial untuk konservasi dimulai dari perubahan perilaku individu
dengan melibatkan beberapa langkah. Setiap pola sosial dalam segala bentuk berhubungan dengan kekuatan power. Disetiap kondisi, orang akan merasa
lemah untuk mengatasi persoalan besar sendirian. Berbeda ketika individu tersebut tergabung dalam sebuah kelompok atau massa Loury 2008.
Dengan demikian persoalan gerakan sosial diduga dapat berasal dari peningkatan kapasitas sekelompok orang sehingga muncul sebuah kesamaan
tingkat pemikiran terhadap tantangan yang ada. Gerakan sosial seperti juga dengan perubahan sosial, mendasarkan pada gerakan kolektif, tidak mungkin di
lakukan oleh individu atau perorangan. Pendekatan perorangan dibutuhkan sebagai agen inovator yang akan mendorong dan mempengaruhi orang-orang lain
disekitarnya. Perubahan perilaku individu dalam konservasi sama artinya dengan
menggabungkan pengetahuan sosial dengan perubahan lingkungan hidup. Kondisi lingkungan hidup akan dipandang secara berbeda antar individu, tergantung dari
tingkat perhatian individu dalam menyerap perubahan lingkungan sekitarnya. Hal tersebut tergantung dari pembelajaran dan cara analisis individu dan kelompok
terhadap perubahan lingkungannya. Pembelajaran yang diperoleh dalam bentuk informasi selanjutnya akan menjadi panduan mengatasi masalah-masalah
lingkungan hidup. Proses selanjutnya adalah adopsi oleh kelompok-kelompok dalam
tingkatan penangkapan perubahan yang berbeda tingkat innovator, early adopter, early majority
, late majority dan lagart. Adopsi merupakan proses perluasan perubahan disebut sebagai difusi dalam segmen-segmen kelompok sosial atau
masyarakat. Gerakan sosial tidak terjadi secara bersamaan seiring dengan perubahan perilaku. Gerakan sosial terjadi sebagai dampak komunikasi antar-
pribadi interpersonal communication baik yang terjadi didalam kelompok masyarakat ataupun antar kelompok masyarakat.
Komunikasi antar-pribadi menjadi penghubung terjadinya keputusan kolektif dalam kelompok sosial atau masyarakat. Keputusan yang diambil dapat
bersifat positif tetapi dapat bersifat negatif untuk persoalan lingkungan hidup. Keputusan kolektif positif dicirikan dengan kepedulian dan kesadaran dari
kelompok sosial atau masyarakat. Sedangkan keputusan kolektif bersifat negatif dicirikan dengan ketidakpedulian dan sikap acuh terhadap persoalan lingkungan
hidup yang melingkupi kelompok sosial atau masyarakat. 1.3.2. Gerakan Sosial Konservasi di Kawasan Potorono-Gunung Sumbing
Menilai sebuah persoalan sosial dapat dilakukan dengan beberapa jalan. Pada umumnya penelitian sosial tidak dapat menilai secara spesifik hasilnya.
Studi-studi sosial umumnya menggunakan pendekatan-pendekatan dengan indikator tertentu sebagai alat analisa sosial Siegel 1985. Faktor persoalan
perilaku kehutanan di Kawasan Potorono-Gunung Sumbing ditandai dengan perubahan perilaku masyarakat berupa persoalan reboisasi, penebangan liar serta
alih pengelolaan lahan hutan. Perubahan tersebut terjadi sebagai dampak dari inovasi sosial dengan kampanye Pride termasuk keberadaan kegiatan perubah
perilaku yang lain. Kampanye Pride merupakan kegiatan sosial yang bertujuan untuk
mempengaruhi perubahan perilaku, kepedulian dan aksi konservasi di sebuah
target masyarakat. Kampanye Pride mampu bekerja di segala kondisi masyarakat. Kampanye Pride efektif untuk menjangkau dan mempengaruhi target masyarakat
yang memiliki jumlah populasi di bawah 200.000 orang. Dengan demikian pelaksanaan kampanye Pride mampu untuk mempengaruhi terjadinya gerakan
sosial untuk konservasi termasuk mengatasi ancaman-ancaman konservasi di Kawasan Potorono-Gunung Sumbing.
Kerangka pemikirian penelitian dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini.
Gambar 2 Skema Kerangka Pikir Penelitian INNOVASI SOSIAL
KAMPANYE PRIDE
Adopsi Pengetahuan
Kesadaran Kolektif
PERILAKU KOLEKTIF
1.Knowledge Afeksi 2. Attitude Kognitif
3. Practice Psikomotoris
Gerakan Reboisasi
Berkurangnya Penebangan Liar
Berkurangnya Alih Fungsi
Lahan
Segmen
Late Majority Early Majority
Lagart Innovator
PERSOALAN KEHUTANAN
Perubahan Perilaku Kolektif Lesson learned
Lingkungan
GERAKAN SOSIAL KONSERVASI
Early Adopter
INDIKATOR TEKNIS
STUDI PERUBAHAN PERILAKU
KONSERVASI
1. Study literature dan Review kawasan
2. Perencanaan Kegiatan 3. Penyusunan media
kampanye partisipatif 4. Aplikasi kampanye
5. Monitoring dan evaluasi
1. Penebangan kayu untuk kayu bakar
2. Alih fungsi lahan hutan 3. Kurangnya reboisasi
INDIKATOR SOSIAL PERUBAHAN KOLEKTIF
PERILAKU KONSERVASI
Persoalan Sosial
Komunikasi Interpersonal
8
1.4
Tujuan Penelitian
Studi yang dilakukan bertujuan untuk : 1. Mengetahui pengaruh kampanye Pride dalam perubahan perilaku
konservasi masyarakat di kawasan hutan Potorono-Gunung Sumbing. 2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan
perilaku konservasi 3. Mengetahui hubungan perubahan perilaku terhadap gerakan sosial
konservasi masyarakat. 1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian yang dijalankan merupakan studi sosial-ekologi. Penelitian dilakukan untuk mencari cara atau pendekatan sosial untuk mengatasi persoalan
kerusakan kehutanan Jawa dan dapat diaplikasikan di tempat lain. Penelitian yang dilakukan diharapkan memberi kemanfaatan sebagai berikut:
1. Pendekatan sosial untuk mengatasi persoalan kehutanan di Jawa Persoalan kehutanan di Jawa lebih banyak disebabkan oleh persoalan
sosial. Sangat penting mendorong perubahan perilaku banyak orang untuk berperan dalam konservasi sumberdaya hutan.
2. Pengembangan studi sosial-ekologi dalam konservasi sumberdaya hutan Hubungan kerusakan ekologi tidak dapat terlepas dari persoalan sosial.
Dengan demikian studi diharapkan mampu memberi kontribusi hubungan studi sosial untuk memecahkan persoalan ekologi di dalam pengelolaan
sumberdaya hutan. 3. Pengembangan konsep membangun gerakan sosial untuk konservasi yang
mampu diterapkan di daerah lain Membangun konstituen yang terdiri dari banyak kepentingan
merupakan kendala yang sangat sulit untuk diselesaikan. Studi tentang gerakan sosial konservasi dengan melibatkan berbagai pihak menjadi sangat
penting untuk mengatasi jarak antar kepentingan dalam pengelolaan sumberdaya hutan.
II. TINJAUAN PUSTAKA