dengan mempertimbangkan tempo kerja operator dan menambahkannya dengan allowences.
Untuk kelancaran kegiatan pengukuran dan analisis nantinya maka selain stop watch sebagai timing device diperlukan
time study form guna mencatat data waktu yang diukur tersebut. Pengukuran dan pencatatan biasanya menggunakan metode continue.
Kegiatan kerja yang akan diukur terlebih dahulu harus dibagi-bagi ke dalam elemen-elemen kerja secara detail. Dengan mengamati
kegiatan yang akan diukur, kemudian pengukuran waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan elemen kerja tersebut diukur dan
dicatat.
2.6 Penyesuaian dan Kelonggaran
a. Faktor Penyesuaian
Maksud dimasukkannya faktor penyesuaian adalah untuk menjaga kewajaran kerja, sehingga tidak akan terjadi kekurangan
waktu karena terlalu idealnya kerja yang diamati. Faktor penyesuaian dalam pengukuran waktu kerja dibutuhkan untuk menentukan waktu
normal dari operator yang berada dalam sistem tertentu. Andai kata ketidakwajaran ada maka pengukur harus mengetahuinya dan
menilai seberapa jauh hal itu terjadi. Penilaian perlu diadakan karena berdasarkan inilah penyesuaian dilakukan. Jadi jika pengukur
mendapatkan harga rata-rata siklus yang diketahui diselesaikan dengan kecepatan tidak wajar oleh operator, maka agar harga rata-
rata tersebut menjadi wajar, pengukur harus menormalkannya dengan melakukan penyesuaian. Untuk memudahkan pemilihan
konsep wajar, seorang pengukur dapat mempelajari bagaimana bekerjanya seorang operator yang dianggap normal itu yaitu: jika
seorang operator yang dianggap berpengalaman bekerja tanpa usaha- usaha yang berlebihan sepanjang hari bekerja, menguasai cara kerja
yang ditetapkan, dan menunjukkan kesungguhan dalam menjalankan pekerjaannya. Disamping konsep-konsep yang dikemukakan oleh
International Labour Organization ini, terdapat juga konsep yang lebih terperinci yaitu yang dikemukakan oleh Lawry Maynard dan
Stegemarten melalui cara penyesuaian Westinghouse. Mereka berpendapat bahwa ada empat faktor yang menyebabkan kewajaran
atau ketidakwajaran dalam bekerja yaitu ketrampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi. Walaupun usaha–usaha membakukan konsep
bekerja wajar telah dilakukan, namun penyesuaian tetap tampak sebagai suatu yang subyektif. Memang hal inilah yang dipandang
sebagai kelemahan pengukuran waktu dilihat secara alamiah. Namun bagaimanapun penyesuaian harus dilakukan karena ketidakwajaran
yang menghasilkan ketidaknormalan data merupakan suatu hal yang biasa terjadi.
Biasanya penyesuaian dilakukan dengan mengalikan waktu siklus rata-rata atau waktu elemen rata-rata dengan suatu harga p
yang disebut faktor penyesuaian. Besarnya harga p tentunya
sedemikian rupa sehingga hasil perkalian yang diperoleh mencerminkan waktu yang sewajarnya atau normal. Bila pengukur
berpendapat bahwa operator bekerja di atas normal maka harga p nya akan lebih besar dari satu p1; sebaliknya jika operator dipandang
bekerja di bawah normal maka harga p akan lebih kecil dari satu p1. Seandainya pengukur berpendapat bahwa operator bekerja
dengan wajar maka harga p nya sama dengan satu p=1. Beberapa metode dalam menentukan besar faktor penyesuaian,
antara lain: - Metode Shumard
- Metode Westinghouse - Metode Obyektif
- Metode Bedaux atau Sintesis Tabel 2.1 Penyesuaian Menurut Shumard
Kelas Penyesuaian Superlast 100
Fast + 95
Fast 90
Fast - 85
Excellent 80 Good +
75 Good 70
Good - 65
Normal 60 Fair +
55 Fair 50
Fair - 45
Poor 40
Rating performance pada dasarnya diaplikasikan untuk menormalkan waktu kerja yang diperoleh dari pengukuran kerja
akibat kecepatan berubah-ubah. Dalam penelitian ini digunakan metode westing house untuk menentukan faktor penyesuaian.
Westing House mengarahkan penilaian pada 4 faktor yang dianggap menentukan kewajaran dalam bekerja. Setiap faktor dibagi dalam
kelas yang nilainya berbeda.
b. Faktor Kelonggaran allowance