commit to user
2. Lay Out Interior Ruang Pertemuan
a. Obyek Lay Out Ruang Pertemuan
1 Meja
Pada dasarnya meja rata, permukaannya horisontal, ditopang di atas lantai, dan digunakan untuk makan, bekerja, menyimpan, dan
menyajikan. Meja harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : a
Kuat dan stabil untuk menopang benda-benda yang digunakan b
Ukuran, bentuk, dan tingginya dari lantai harus sesuai dengan tujuan penggunaannya
c Hasil konstruksi dari material-material yang awet dan kuat.
Permukaan daun meja dapat terbuat dari kayu, kaca, plastik, batu, tegel, atau beton.
2 Tempat Duduk
Tempat duduk harus dirancang untuk mampu menyangga berat dan bentuk pemakainya. Biasanya dalam ruang pertemuan, digunakan tempat
duduk atau kursi dengan bahan stainless steel serta dudukan busa dengan pelapis oskar.
3 Mimbar
Mimbar atau podium adalah panggung kecil untuk berkhotbah atau ceramah. Biasanya mimbar terbuat dari kayu.
4 Stage
Stage atau panggung adalah lantai yang agak tinggi, terbuat dari papan atau bambu tempat berpidato, sandiwara, atau pentas.
b. Lay Out Ruang Pertemuan
Suasana yang nyaman dalam suatu ruangan dapat dicapai dengan lay out
furniture yang tepat sesuai dengan fungsi ruangan. Secara umum lay out furniture dapat diartikan sebagai penataan atau tata letak. Hal ini senada
dengan pendapat Echols M J Hasan Sadili 1976:271 bahwa “lay out berarti susunan atau rancangan”.
commit to user
Dalam bidang interior, perancangan lay out ruang pertemuan yang difungsikan untuk ruang pertemuan sangat memerlukan perhatian yang
khusus. Susunan furniture harus dapat memudahkan pemakainya dalam beraktifitas. Fred Lawson 1981:144 mengemukakan bahwa “seating of lay
out furniture in the convention room devided to audience style : 1. seating lay out furniture theatre style; 2. seating lay out furniture class room style”.
Dari pendapat tersebut di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa, susunan letak furniture dalam ruang pertemuan dibedakan menjadi dua gaya,
yaitu susunan letak furniture dengan theatre style dan class room style. Metode class room style adalah konsep penataan lay out pada ruang kelas,
yaitu penataan linier antara meja panjang dan kursi berjajar ke samping dengan berjenjang. Sedangkan metode theatre style adalah konsep penataan
lay out pada teater, yaitu penataan furniture secara berjajar linier ke samping dan ke belakang. Perbedaan kedua gaya tersebut terletak pada penggunaan
meja. Pada gaya teater tanpa menggunakan meja, tetapi pada gaya ruang kelas menggunakan meja. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar.
Gambar 31. Seating lay out furniture dengan metode theatre style Sumber : Fred Lawson 1981:144
commit to user
Gambar 32. Seating lay out furniture dengan metode ruang kelas Sumber : Fred Lawson 1981:144
Seating lay out ini sangat berpengaruh terhadap penentuan kapasitas jumlah pengguna ruangan yang dapat ditampung dan luas ruangan yang
dibutuhkan. Dalam hal ini Ernst Neufred yang diterjemahkan oleh Sjamsu Amril 1991:214 mengemukakan :
Luas ruang yang dibutuhkan Dengan tempat duduk model banket
1,1 −1,3 m² orang
Untuk pertemuan : meja-meja kelompok 0,9
−1,1 m² orang tempat duduk seperti di teater
0,5 −0,6 m² orang
Sedang kebutuhan ruang lainnya adalah : Ruang-ruang samping, kira-kira
⅓ luas ruang serbaguna dan bar tambahan ;
Gudang perabotan kira-kira 0,5 m²kursi, yang dapat dengan mudah dicapai dari ruang serbaguna tersebut.
Pendapat di atas mengandung suatu pengertian bahwa kebutuhan ruang
atau kapasitas suatu ruangan sangat dipengaruhi oleh bentuk seating lay out dari furniture terutama penataan meja dan kursi, dan perlu adanya gudang
penyimpanan perabotan kira-kira 0,5 m²kursi, yang dengan mudah dicapai dari ruang pertemuan.
Sedang seating lay out untuk ruang pertemuan Josheph De Chiara, Julius Panero Martin Zelnik 1992:252 menerangkan lebih lanjut yang dapat dilihat
pada gambar berikut ini :
commit to user
Gambar 33. Macam-macam seating lay out furniture untuk ruang pertemuan Sumber : Joshep De Chiara, Julius Panero Martin Zelnik 1992:252
commit to user
Gambar 34. Macam-macam seating lay out furniture untuk ruang pertemuan Sumber : Joshep De Chiara, Julius Panero Martin Zelnik 1992:253
commit to user
Gambar 35. Macam-macam seating lay out furniture untuk ruang pertemuan Sumber : Joshep De Chiara, Julius Panero Martin Zelnik 1992:254
commit to user
Gambar 36. Macam-macam seating lay out furniture untuk ruang pertemuan Sumber : Joshep De Chiara, Julius Panero Martin Zelnik 1992:255
commit to user
B. Kerangka Berfikir
Hotel sebagai suatu bangunan yang menyediakan jasa penginapan, penyajian hidangan dan jasa-jasa lain yang telah memenuhi persyaratan, bagi para
tamu yang sedang melakukan perjalanan dalam jangka waktu tertentu dan tidak untuk menetap, yang bertujuan komersial, dalam perkembangannya yang bersifat
komersial perlu memberikan jasa-jasa lain yang menunjang kegiatan yang berlangsung di dalam hotel, salah satu adalah dengan tersedianya ruang pertemuan
meeting room. Interior ruang pertemuan yang merupakan perwujudan suatu bagian
dalam yang menampung kegiatan pertemuan, dimana dalam penciptaannya dipengaruhi aspek-aspek fungsional teknik dan ekonomi dengan pertimbangan
manusia, keindahan dan psikologis yang diharapkan mampu memberikan suasana yang nyaman, menyenangkan bagi penghuninya dan mewakili cita rasa
penciptanya. Dalam penciptaan interior ruang pertemuan di hotel perlu mempertimbangkan beberapa hal :
1. Spesifikasi yang ada pada interior ruang pertemuan yang meliputi lantai,
dinding dan plafond ceiling yang menunjukkan sebagai ornamen khas tradisional Jawa
2. Lay out furniture ruang pertemuan
3. Pencahayaan, penghawaan, dan akustik ruang pertemuan.