Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia Terhadap Penduduk Sipil Israel dan Palestina

C. Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia Terhadap Penduduk Sipil Israel dan Palestina

Untuk melengkapi tulisan ini penulis memasukkan pembahasan kasus mengenai pelanggaran Hak Asasi Manusia terhadap penduduk sipil : The Early Warning Procedure dapat dipersamakan dengan Neighbour Procedure. Prosedur tersebut dilakukan oleh tentara Israel yang menginginkan seseorang wanter person pada daerah pesisir barat. The Early Warning Procedure dilakukan pada waktu dini hari dengan cara mengepung rumah orang yang diinginkan target. Waktu dini hari ditentukan oleh tentara Israel untuk menghindari pergolakan yang mungkin akan terjadi sewaktu-waktu saat mereka datang untuk meminta target yang mereka maksud. Tidak hanya itu saja tentara Israel sengaja mendatangi rumah target pagi hari dan diam-diam tidak dengan helikopter, megafone, ataupun sarana perang lainnya untuk meminimalkan segala macam kemungkinan mereka diserang balik perlawanan oleh masyarakat sipil tersebut. Tentara Israel tidak akan memasuki rumah target tersebut, tetapi hanya mengepung rumah target. Tentara Israel menggunakan tetangga target untuk melaksanakan operasi militernya yang disebut The Early Warning Procedure. Tetangga target diminta untuk masuk ke dalam rumah target dan meminta target untuk menyerahkan diri kepada tentara Israel. Bila target ternyata tidak menuruti apa yang diinginkan tentara Israel maka tentara Israel akan masuk kedalam rumah tersebut secara paksa. Tentara Israel akan menarik dan membawa target keluar. Israel menyatakan apa yang telah mereka lakukan terhadap target tersebut telah memenuhi military necessity dimana menekankan bahwa kekerasan berlebihan dalam konflik bersenjata tidak dibenarkan dan mereka hanya memperkecil dampak kekerasan yang berlebihan tersebut dengan cara menekankan pada salah satu target yang mereka maksud. Israel juga menyebutkan apa yang telah mereka lakukan sesuai dengan proportionality dimana mereka tidak membunuh secara membabi – buta. Mereka hanya memerlukan target yang mereka inginkan tersebut dan tidak membunuh orang lain selain target. Mereka juga menganggap hal tersebut legal karena tetangga target yang dimaksud oleh Israel bersifat sukarela. 64 Berdasarkan ketentuan yang berlaku pada Konvensi Jenewa dan ketentuan terkait Human Humaniter Internasional lainnya, asas Propotionality merupakan Pada kasus Israel dan Palestina dalam The Early Warning Procedure banyak terdapat pelanggaran Hak Asasi Manusia. Hak asasi yang sering dilanggar dan sering terabaikan adalah hak asasi para penduduk sipil. Dalil pembenaran yang dilakukan oleh Israel adalah ilegal menurut ketentuan hukum internasional yang berlaku. Hal yang dilakukan oleh tentara Israel bukan merupakan suatu dasar yang patut dibenarkan atau bersifat legal. Military necessity yang merupakan alasan sebagai dasar pembenar sudah menyimpang jauh dari semestinya. Begitu juga dengan asa proportionality yang didalilkan sebagai pembenaran atas tindakannya dengan hanya mengambil target tanpa harus melukai orang lain yang tidak terkait. 64 www.Essay for student.com. Hak Asasi Manusia dalam Kaitannnya dengan Hukum Humaniter : Kasus The Early Warning Procedure Israel dan Palestina Sipil Sebagai Tameng, 23 Maret 2010. asas yang tidak dijelaskan secara langsung dalam Hukum Humaniter Internasional. Dalam Hukum Humaniter Internasional, sehingga tidak terdapat jelas standar yang pasti apakah yang telah dilakukan oleh tentara Israel tersebut telah memenuhi asas proportionality atau belum. Namun, dapat dilihat bahwa apa yang telah dilakukan oleh tentara Israel sangat merugikan penduduk sipil karena dengan adanya tindakan tersebut hak sipil banyak terlanggar. Pelanggaran yang telah dilakukan tentara Israel terhadap masyarakat sipil Palestina adalah : a. Melakukan pemanfaatan terhadap penduduk sipil dengan cara menjadikannya sebagai tameng dalam konflik bersenjata. b. Melakukan propaganda atau tekanan-tekanan terhadap masyarakat sipil. c. Melibatkan penduduk sipil dalam konflik bersenjata. d. Memanfaatkan penduduk sipil sebagai alat untuk kepentingan tentara Israel dalam konflik bersenjata. Pelanggaran yang telah dilakukan oleh tentara Israel tersebut merupakan suatu hal yang dilarang secara tegasl dalam Konvensi Jenewa dan ketentuan hukum internasional lainnya. Pasal 27 1 Konvensi Jenewa IV menegaskan bahwa orang-orang harus diperlakukan dengan perikemanusiaan dan harus dilindungi secara khusus terhadap segala tindakan kekerasan atau ancaman kekerasan dan penghinaan. 65 Berdasarkan pasal tersebut jelas bahwa sipil juga termasuk kedalam orang- orang yang harus dilindungi saat konflik senjata berlangsung dan segala bentuk 65 Syahmin Ak., Op.Cit., hal. 121 pemanfaatan yang telah dilakukan oleh tentara Israel telah melanggar kaidah Hukum Humaniter Internasional dan Hak Asasi Manusia, terutama hak penduduk sipil. Hak-hak penduduk sipil dalam konflik bersenjata internasional dikemukakan dalam Additional Protocol to the Geneva Convention of 12 August 1949, and Relating to the Protection of Victims of International Armed Conflicts. Pasal 13 menyatakan segala bentuk perlindungan sipil, yaitu : 66 a. Sipil berhak untuk memperoleh perlindungan umum. b. Sipil tidak boleh menjadi sasaran peperangan. c. Sipil dapat diungsikan bila dimungkinkan, ketika konflik bersenjata semakin bergejolak dan dikhawatirkan akan memakan korban jiwa pada penduduk sipil. Pada Protokol Tambahan I tersebut dapat terlihat jelas bahwa hak penduduk sipil sangat perlu untuk dipentingkan dan diperhatikan. Maka, segala bentuk pemanfaatan tersebut tidak diperkenankan terlebih meemanfaatkan sipil sebagai tameng dan demi keuntungan militer. Pasal 28 Konvensi Jenewa IV juga menyatakan bahwa seseorang yang dilindungi tidak boleh digunakan untuk menyatakan sasaran tertentu kebal dari operasi militer. 67 66 Mochtar Kusumaatmadja., Op.Cit., hal. 59. 67 Syahmin Ak., Op.Cit., hal. 121. Pada dasarnya sipil merupakan pihak yang dilindungi dan kebal dari sasaran militer, oleh sebab itu terkadang sipil digunakan sebagai suatu alat demi keuntungan militer semata. Hal tersebutlah yang secara ilegal dilarang, namun sering dilakukan oleh para pihak yang berperang. Penduduk sipil berhak atas perlindungan dibawah Konvensi Jenewa IV. Perlindungan tersebut menitik beratkan pada perlindungan sipil yang ada di wilayah yang diduduki. sipil tidak diungsikan berhak atas suatu hak asasi terkait dengan hak atas rasa aman. Sipil berhak atas perlindungan dibawah naungan Konvensi Jenewa dan bebas dari segala rasa takut. Pasal 51 Konvensi Jenewa IV menyatakan bahwa pendudukan terhadap suatu wilayah tetap tidak membenarkan tindakan propaganda atau tekanan- tekanan yang bertujuan untuk memperoleh tenaga militer sukarela. 68 Terkait dengan kasus tersebut, hukum nasional Indonesia juga dapat membuktikan bahwa apa yang telah dilakukan oleh Israel adalah salah dan merupakan suatu pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia. Undang-Undang Pada kasus tersebut, Israel memanfaatkan tetangga target untuk kepentingan militer Israel. Israel mengemukakan bahwa tetangga tersebut merupakan seorang sukarelawan yang rela membantu tentara Israel. Hal yang dikemukakan Israel tersebut tidak dapat dibuktikan secara nyata karena dimungkinkan adanya suatu tindakan propaganda yang telah dilakukan tentara Israel. Tetangga tersebut dinyatakan sebagai sukarela hanya bila dia melakukan tanpa tekanan dari tentara Israel. Namun, bila ternyata tetangga tersebut di bawah tekanan atau propaganda tentara Israel maka hal tersebut tidak dapat dibenarkan. Sebut saja bila tentara Israel ternyata menyuruh tetangga tersebut untuk mengikuti perintah Israel dengan senjata mengarah dibelakang punggung si tetangga, maka hal tersebut bukan termasuk sebagai sukarelawan. 68 Ibid., hal. 126. Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia meruakan salah satu hukum nasional yang menjadi dasar perlindungan penduduk sipil dalam konflik bersenjata. Setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang, dan tidak mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku. Berdasarkan definisi di atas apa yang telah dilakukan oleh tentara Israel telah bertentangan dengan Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dimana sekelompok orang tentara Israel telah sengaja melakukan pelanggaran terhadap hak asasi penduduk sipil Palestina. Hak yang terkait dengan Hak Asasi Manusia adalah hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, hak beragam, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadian persamaan di hadapan hukum. Pasal 20 Undang-Undang Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa tidak seorang pun boleh diperbudak atau diperhamba. 69 69 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia Pasal 20. Maka, apa yang telah dilakukan tentara Israel terhadap penduduk sipil tetangga target Palestina merupakan suatu bentuk perbudakan karena tetangga target tersebut menjalankan perintah Israel atas dasar propaganda. Pasal 30 Undang-Undang Hak Asasi Manusia juga menyatakan bahwa setiap orang berhak atas rasa aman dan tenteram serta perlindungan terhadap ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat. 70 Ketakutan penduduk sipil timbul atas dasar pertanyaan pada diri masing- masing, siapakah yang akan menjadi target selanjutnya dan siapakah yang akan dipaksa sebagai perantara antara tentara Israel dan target. Ketakutan mereka menjadi suatu bukti bahwa mereka tidak mendapat pemenuhan hak atas rasa aman. Berdasarkan pasal tersebut, penduduk sipil Palestina tidak seharusnya selalu merasakan takut, karena mereka adalah bagian yang harusnya terlindungi ketika konflik bersenjata berlangsung. Penduduk sipil tersebut juga tetap berhak atas hak-hak kebebasan pribadi dan hak atas rasa aman kerap kali dilanggar oleh pihak yang melakukan konflik militer. 71 Pelanggaran tersebut juga didalihkan dengan segala alasan pembenar, yaitu military necessity dan proportionality. Sesungguhnya prinsip military necessity digunakan sebagai pelaksana dari tujuan hukum humaniter, yaitu menyeimbangkan antara keperluan militer dengan perlindungan terhadap korban perang. Sedangkan Iproportionality seharusnya digunakan untuk meminimalisir Ketika konflik bersenjata muncul, penduduk sipil kerap kali timbul sebagai bagian yang menderita kerugian. Hak-hak asasi yang melekat pada penduduk sipil lebih sering terlanggar dan terabaikan. Pelanggaran tersebut dapat berbentuk segala macam hal, mulai dari sipil sebagai tameng hingga pemanfaatan sipil untuk ikut berperang dengan dasar propaganda atau tekanan. 70 Ibid., Pasal 30. 71 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 20 dan 30. segala dampak yang terjadi saat konflik bersenjata tersebut berlangsung. Namun, kedua prinsip tersebut ternyata malah menjadi dalih pembenaran bagi segala tindakan yang dilakukan saat konflik bersenjata tersebut berlangsung. Sipil seharusnya adalah bagian yang harus dilindungi dan dihindari dari segala bentuk kekerasan yang terkait. Sipil tidak boleh dimanfaatkan dengan alasan apapun untuk keuntungan dan kepentingan militer. Larangan pemanfaatan sipil diatur tidak hanya dalam konvensi Jenewa, namunjuga diatur dalam Protokol tambahan, Peraturan Den Haag, dan ketentuan hukum internasional lainnya. Sedangkan hukum nasional Indonesia mengatur mengenai perlindungan atas Hak Asasi dalam Undang-Undang Hak Asasi Manusia. Kasus yang terjadi antara Israel dan Palestina tidak dapat dibenarkan dengan ketentuan hukum maupun, baik ketentuan internasional maupun ketentuan hukum nasional negara Republik Indonesia. Segala hal yang telah dilakukan oleh tentara Israel dinyatakan salah karena segala bentuk pemanfaatan penduduk sipil dalam konflik bersenjata demi keuntungan pihak militer adalah pelanggaran dan dinyatakan dilarang. Pelanggaran yang telah dilakukan oleh tentara Israel dapat digolongkan sebagai bentuk dari kejahatan perang yang dijelaskan dalam Statuta International Military Tribunal. 72 a. Penyiksaan atau perlakuan tidak manusiawi terhadap orang yang dilindungi yaitu kombatan yang terluka atau sakit, tawanan perang, dan penduduk sipil. Beberapa hal yang telah dilanggar oleh tentara Israel tersebut, yaitu : 72 Statuta Roma, Mahkamah Pidana Internasional, Pasal 8 tentang Kejahatan Perang, Ayat 2. b. Penyerangan terhadap penduduk sipil. c. Pembunuhan atau tindakan melukai secara licik terhadap orang –orang dari bangsa atau tentara lawan. Berdasarkan analisa terhadap hukum internasional tersebut, jelas sekali apa yang telah dilakukan oleh Israel telah melanggar kaidah hukum humaniter Internasional. Maka, segala hal yang telah dilakukan oleh tentara Israel merupakan suatu kejahatan perang yang berupa penyiksaan atau perlakuan tidak manusiawi terhadap orang yang dilindungi, dan penyerangan terhadap penduduk sipil. Sedang berdasarkan analisis terhadap hukum nasional di Indonesia, tindakan Israel dapat dipersalahkan berdasarkan Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Israel jelas-jelas telah melakukan pelanggaran terhadap hak asasi manusia khususnya hak asasi penduduk sipil dan saat terjadi konflik bersenjata. Hak asasi penduduk sipil yang telah dilanggar oleh Israel berdasarkan ketentuan hukum nasional Indonesia adalah Hak atas rasa aman dan hak kebebasan pribadi.

D. Kajian Hubungan Hukum Humaniter Dengan Hak Asasi Manusia