4 Teman sebaya
Pengaruh teman sebaya lebih kuat dalam perkembangan kepribadian daripada keluarga. Anak dari suatu keluarga berbeda
dikarenakan perbedaan pengalaman diluar rumah yang mereka miliki dan pengalaman didalam rumah tidak membentuk kesamaan antar
anak. Kesimpulannya, variasi material genetik dalam keluarga ditambah pengaruh sosial di luar lingkungan keluarga dianggap
sebagai hal yang mempengaruhi kepribadian yang tampak.
B. MAHASISWA PERANTAU
1. Pengertian Mahasiswa Perantau
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005 mahasiswa adalah individu yang belajar di jenjang perguruan tinggi. Mahasiswa merupakan
orang yang sudah lulus dari Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SLTA sedang menempuh proses belajar di pendidikan tinggi serta melaksanakan proses
sosialisasi Daldiyono, 2009. Mahasiswa belajar pada jenjang perguruan tinggi untuk
mempersiapkan dirinya bagi suatu keahlian jenjang pendidikan tinggi meliputi pendidikan diploma, sarjana, magister atau spesialis Budiman,
2006. Menurut Hurlock 1999, mahasiswa berada pada periode peralihan dari masa akhir remaja memasuki periode perkembangan dewasa awal.
Berdasarkan rentang usia, mahasiswa berada pada usia antara 17 hingga 25 tahun Papalia, 2008.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Berdasarkan uraian di atas, yang dimaksud dengan mahasiswa adalah orang yang berada pada rentang usia 17 – 25 tahun, sedang menempuh
pendidikan tingkat perguruan tinggi untuk mempersiapkan dirinya bagi suatu keahlian jenjang pendidikan tinggi diploma dan atau sarjana.
Merantau adalah pergi ke daerah lain KBBI, 2005. Menurut Naim 1984, terdapat enam unsur pokok merantau, yaitu :
a. meninggalkan kampung halaman
b. dengan kemauan sendiri
c. untuk jangka waktu yang lama atau tidak
d. dengan tujuan mencari penghidupan, menuntut ilmu atau mencari
pengalaman e.
biasanya dengan maksud kembali pulang f.
merantau adalah lembaga sosial, dalam arti kebiasaan atau perilaku yang dilakukan oleh banyak orang, yang membudaya.
Berdasarkan uraian di atas, yang dimaksud dengan mahasiswa perantau adalah orang yang pergi meninggalkan kampung halamannya ke
daerah lain yang berusia 17 – 25 tahun untuk menuntut ilmu di perguruan tinggi dalam rangka mempersiapkan diri dalam pencapaian suatu keahlian
tingkat diploma atau sarjana serta melaksanakan proses sosialisasi.
2. Karakteristik Mahasiswa Perantau
Berdasarkan rentang usia yang dikemukakan oleh Papalia 2008, usia mahasiswa antara 17 sampai 25 tahun yakni berada pada tahap
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
perkembangan peralihan antara masa remaja dan memasuki masa dewasa awal. Selain itu, umumnya pada rentang usia tersebut mahasiswa berada
pada jenjang pendidikan tinggi tingkat diploma atau sarjana. Masa peralihan dianggap sebagai tahap perkembangan yang mengalami banyak masalah dan
tekanan. Dalam hal ini tampak dari perubahan dan tuntutan yang dihadapi sebagai mahasiswa perantau, seperti perubahan sistem pendidikan,
lingkungan baru, teman baru, budaya sosial yang baru, nilai-nilai sosial baru, tuntutan untuk hidup mandiri di perantauan, serta tanggung jawab
pribadi saat merantau. Karakterisik dan tugas perkembangan masa remaja yakni mencari
identitas diri, mencapai hubungan baru yang lebih matang, mencapai peran sosial, penerimaan akan keadaan fisik, mencapai perilaku bertanggung
jawab, mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau orang dewasa lainnya dan mempersiapkan karier ekonomi Hurlock, 1999.
Selanjutnya, seorang dewasa menghadapi berbagai perubahan dan tuntutan baru. Awal masa dewasa merupakan periode penyesuaian diri
terhadap pola-pola kehidupan baru, harapan-harapan sosial baru, memainkan peran baru secara mandiri serta ragu untuk meminta
pertolongan jika mereka mengalami kesulitan karena takut dianggap “belum dewasa”. Hal ini menimbulkan asumsi bahwa pada masa awal dewasa
penuh dengan berbagai masalah dan tekanan Hurlock, 1999. Demikian pula sebagai mahasiswa perantau, ketika berada di rantau akan menghadapi
perubahan nilai, penyesuaian diri dengan cara hidup baru, menerima
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
tanggung jawab sebagai warga negara dan bergabung dalam suatu kelompok sosial.
Menurut Havinghurst Papalia, 2008, tugas perkembangan pada masa dewasa awal adalah :
a. memperluas hubungan antar pribadi dan berkomunikasi secara lebih
dewasa dengan teman sebaya, baik pria maupun wanita b.
memperoleh peranan sosial sebagai pria maupun wanita c.
memperoleh kebebasan emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya
d. mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri
e. membentuk sistem nilai-nilai moral dan falsafah hidup
f. memilih dan mempersiapkan pekerjaan
g. mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga.
C. GAMBARAN VIRTUE MAHASISWA PERANTAU
Kesuksesan dianggap sebagai ‘harga mati’ bagi perantau ketika memutuskan pergi meninggalkan daerah asalnya dengan berbagai macam
tujuan, salah satunya memperoleh pendidikan tinggi. Kesuksesan, secara khusus dalam hal akademis diakui sangat penting oleh para mahasiswa
perantau. Kemampuan akademis berperan sebagai penunjang serta sebagai kualifikasi agar mampu berperan dalam persaingan global masa kini
Purwono, 2011
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tidak mudah untuk dapat meraih kesuksesan yang diharapkan, mahasiswa perantau harus dapat menghadapi serta menyesuaikan diri pada
perubahan dan perbedaan situasi di lingkungan perantau. Perubahan yang dihadapi diantaranya: ketidakhadiran orang tua, semakin sulitnya pelajaran
yang dihadapi, perubahan tanggung jawab atas pribadi serta perubahan lingkungan sosial seperti cara bergaul dengan teman baru, bahasa, norma
warga setempat hingga perbedaan jenis makanan. Situasi-situasi tersebut dinilai sebagai stressor oleh para mahasiswa perantau dalam penelitian
Hutapea 2006. Sebagian besar hal serupa diakui oleh mahasiswa perantau yang
berada di kota Medan. Hal ini peneliti temukan pada saat survei awal mengenai permasalahan yang dihadapi mahasiswa perantau. Dengan
mewawancarai 5 orang mahasiswa perantau yang terdiri dari tiga orang wanita dan dua orang pria. Hasil wawancara yang peneliti lakukan pada
bulan Oktober tahun 2011 menunjukkan bahwa mahasiswa perantau mengalami kesulitan di berbagai aspek, seperti yang ditemukan sebelumnya
diantaranya: perubahan cara komunikasi yang menyebabkan sulitnya bersosialisasi dengan lingkungan baru, pengaturan diri dalam hal akademik,
keuangan dan waktu serta perubahan gaya hidup di rantau. Kesuksesan tidak hanya membutuhkan usaha, namun juga dipengaruhi
karakter individu itu sendiri. Hal ini dikemukakan oleh Seligman 2002 bahwa agar kesejahteraan diri, kehidupan yang baik dan kesuksesan dapat
tercapai dibutuhkan virtue dalam setiap melakukan aktivitas diberbagai
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
aspek kehidupan Seligman, 2002. Karakter yang dimaksud adalah karakter baik yang dimiliki seseorang, misalnya saja seorang mahasiswa perantau
hendaknya bijaksana untuk mengatur dirinya dalam hal waktu, keuangan serta disiplin diri. Hal ini dapat membantu mahasiswa perantau untuk
meraih kesuksesan meskipun menghadapi situasi sulit di perantauan. Tidak hanya itu saja, sebagai mahasiswa merantau juga dituntut untuk memiliki
kemandirian dan tanggung jawab agar dapat menyelesaikan sendiri masalah yang dihadapinya.
Perubahan cara komunikasi sosial yang dihadapi mahasiswa perantau membutuhkan kemampuan mereka untuk dapat mengenal dan menjaga
hubungan interpersonal dengan baik, untuk dapat beradaptasi di lingkungan dengan baik pula. Situasi sulit lain yang dihadapi mahasiswa perantau,
terkadang mempengaruhi semangat mereka untuk dapat meraih kesuksesan. Oleh sebab itu, hendaknya mahasiswa perantau memiliki courage yakni
kemampuan emosi untuk tetap mempertahankan diri mencapai tujuan, walaupun menghadapi hambatan dari dalam maupun luar diri individu
tersebut. Kesuksesan merupakan tujuan awal para calon mahasiswa berani
meninggalkan kampung halaman. Kesukseskan dalam penelitian ini diindikasikan oleh pencapaian Indeks Prestasi Kumulatif IPK mulai dari
memuaskan hingga kategori cumlaude. Seperti yang telah digambarkan sebelumnya, mahasiswa perantau menghadapi berbagai situasi sulit di
perantauan, sehingga menyebabkan tidak semua mahasiswa perantau dapat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
memperoleh IPK memuaskan terlebih mencapai kategori cumlaude. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melihat bagaimana gambaran karakter baik
yang dimiliki mahasiswa perantau berprestasi, dalam hal ini mereka yang mencapai IPK memuaskan meskipun menghadapi situasi sulit yang
cenderung serupa. Karakter baik atau disebut virtue oleh Seligman dan Peterson 2004, adalah trait positif yang ada dalam diri individu. Virtue
yang dimiliki tampak melalui pemikiran, perasaan dan perilaku individu yang disebut character strength. Dengan kata lain, character strength yang
ditampilkan oleh individu sesungguhnya menggambarkan karakter utama yang lebih luas, yaitu virtue.
Dalam penelitian Lonsbury dkk 2009 yang berjudul ”An Investigation of Character Strengths in Relation to Academic Success of
College Students” diketahui bahwa character strength berhubungan positif dengan pencapaian akademik, yang mana pencapaian akademik
dimanifestasikan melalui nilai Indeks Prestasi Kumulatif yang diperoleh pada setiap akhir semester genap. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin
kuat character strength yang dimiliki seorang mahasiswa maka pencapaian akan kesuksesan akademiknya juga meningkat.
Menurut Campton 2005, setiap budaya memiliki character strength, namun dipandang dengan cara yang berbeda, sehingga character strength
yang dominan pada masing-masing budaya menjadi berbeda. Budaya didefinisikan sebagai kebiasaan sosial yang terinternalisasi dari suatu
komunitas Hogg, 2002 dan dihasilkan dari keaggotan dalam kelompok
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
budaya Pervin, 2005. Sama halnya kota Medan yang merupakan wilayah Indonesia dengan berbagai kelompok etnis, agama, bahasa dan golongan,
tentunya melatarbelakangi perbedaan character strength dan virtue yang tampak pada masing-masing individu. Budaya paling sering dikaitkan
dengan pengertian ras, bangsa atau kelompok etnis dan agama. Perilaku orang yang kebetulan keturunan Jawa selalu dikaitkan sebagai pengaruh
budaya Jawa Dayakisni Yuniardi, 2004. Berdasarkan pemaparan tersebut maka peneliti bertujuan untuk
melihat gambaran virtue yang cenderung dominan dimiliki mahasiswa perantau di kota Medan. Selain itu, peneliti juga melihat gambaran virtue
mahasiswa perantau ditinjau berdasarkan kelompok etnis dan agama yang
dianut. Gambar 2. 1. Paradigma Berpikir Penelitian
MAHASISWA PERANTAU
Menghadapi perubahan secara sosial dan akademik
SUKSES
Prestasi Akademik IPK
Gambaran Virtue Mahasiswa Perantau
Studi Deskriptif di kota Medan Virtue
Character Strength
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB III METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam sebuah penelitian merupakan hal yang mendasar dan terpenting untuk memperoleh kajian penelitian yang benar dan
dapat dipertanggungjawabkan Erlina, 2011. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan kuantitatif deskripstif, mengingat penelitian ini
bertujuan untuk memperoleh gambaran virtue yang dimiliki mahasiswa perantau. Penelitian deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta fenomena yang diselidiki Nazir, 2005. Sejalan dengan hal tersebut Sevilla, dkk 1993
mengemukakan bahwa metode survei digunakan untuk mengukur gejala-gejala yang ada tanpa menyelidiki penyebab munculnya gejala tersebut.
A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN
Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah virtue mahasiswa perantau, dalam studi deskriptif di kota Medan.
B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN
Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang
dapat diamati atau observable Azwar, 2009.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA