Pembentukan Modal: Sumber Pertumbuhan Sektor Pertanian di Indonesia

(1)

(2)

Penelitian Unggulan

Departemen Agribisnis

Bogor, 7 dan 14 Desember 2011

EDITOR :

Rita Nurmalina Wahyu Budi Priatna

Siti Jahroh Popong Nurhayati


(3)

Prosiding Seminar

Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis

Bogor, 7 dan 14 Desember 2011

Tim Penyusun

Pengarah :

 Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS (Ketua Departemen Agribisnis)

 Dr. Ir. Dwi Rachmina, MS (Sekretaris Departemen Agribisnis)

 Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS (Gugus Kendali Mutu FEM - IPB)

Editor :

 Ketua : Prof. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS

 Anggota : - Dr. Ir. Wahyu Budi Priatna, M.Si - Dr. Siti Jahroh

- Ir. Popong Nurhayati, MM - Dr. Amzul Rifin, SP., MA

Tim Teknis :

 Nia Rosiana, SP., M.Si

Desain dan Tata Letak :

 Hamid Jamaludin M., AMd

Diterbitkan Oleh :

Departemen Agribisnis

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Jl. Kamper Wing 4 Level 5 Kampus IPB Dramaga Bogor 16680

Telp/Fax : 0251-8629654

e-mail : depagribisnis@yahoo.com, dep-agribisnis@ipb.ac.id Website : http://agribisnis.fem.ipb.ac.id


(4)

penelitian. Dalam rangka mendukung kegiatan penelitian bagi para dosen, Departemen Agribisnis telah melakukan kegiatan Penelitian Unggulan Departemen (PUD) yang dimulai sejak tahun 2011. Kegiatan tersebut bertujuan untuk memberikan motivasi bagi dosen Departemen Agribisnis untuk melakukan kegiatan penelitian sehingga dapat meningkatkan kompetensi di bidangnya masing-masing. Kegiatan PUD tersebut dimulai dari penilaian proposal yang akan didanai dan ditutup oleh kegiatan seminar. Selanjutnya untuk memaksimumkan manfaat dari kegiatan penelitian tersebut, hasil penelitian perlu didiseminasi dan digunakan oleh masyarakat luas. Salah satu cara untuk mendiseminasikan hasil-hasil penelitian tersebut adalah dengan menerbtikan prosiding ini.

Prosiding ini berhasil merangkum sebanyak 22 makalah PUD yang telah diseminarkan pada pada tanggal 7-14 Desember 2011. Secara umum makalah-makalah tersebut dapat dibagi menjadi tiga bidang kajian, yaitu kajian Bisnis (9 makalah), Kewirausahaan (6 makalah), dan Kebijakan (7 makalah). Bidang kajian tersebut sesuai dengan Bagian yang ada di Departemen Agribisnis, yaitu Bagian Bisnis dan Kewirausahaan dan Bagian Kebijakan Agribisnis. Dilihat dari metode analisis yang digunakan, makalah yang terangkum dalam prosiding ini sebagian besar menggunakan analisis kuantitatif. Pesatnya perkembangan teknologi komputasi dan ketersediaan software metode kuantitatif mendorong para peneliti untuk memilih metode analisis tersebut. Ke depan metode analisis kajian bidang Agribisnis perlu diimbangi dengan metode analisis kualitatif.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS sebagai ketua tim PUD dan sekaligus sebagai Editor Prosiding ini beserta tim lainnya. Besar harapan kami prosiding ini dapat digunakan dan bermanfaat bukan saja di lingkungan kampus tapi juga bagi masyarakat luas.

Bogor, 1 Februari 2012

Ketua Departemen Agribisnis FEM IPB


(5)

(6)

K A J I A N B I S N I S

Risiko Harga Sayuran di Indonesia ... 1 Anna Fariyanti dan Lusi Fausia

Analisis Structure Conduct dan Performance Industri Gula Indonesia ... 23 Amzul Rifin, Suharno, dan Rahmat Yanuar

Analisa Usahatani Tebu Rakyat di Lampung ... 37 Ratna Winandi Asmarantaka, Lukman Mohammad Baga, Suprehatin, dan Maryono

Analisis Efisiensi Teknis Usahatani Tebu di Jawa Timur ... 51 Netti Tinaprilla

Efisiensi Produksi Padi Sehat dan Non Organik di Kabupaten Bogor ... 79 Anna Fariyanti, Nunung Kusnadi, Juniar Atmakusuma,dan Narni Farmayanti

Aplikasi Theory OfPlanned Behavior pada Analisis Perilaku Konsumen Beras Organik di Kota Bogor ... 97 Febriantina Dewi, dan Yusalina

Pengaruh Kepercayaan dan Komitmen Terhadap Hubungan Kemitraan Antara PT Saung Mirwan dengan Mitra Tani ... 117 Heny Kuswanti Daryanto, dan Yanti Nuraeni Muflikh

Analisis Kelayakan Usaha Pembibitan dan Penggemukan Sapi Potong

dalam Rangka Swasembada Daging Nasional ... 141 Juniar Atmakusuma, Tintin Sarianti, dan Anita Ristianingrum

Usahatani Tebu dan Daya Saing Industri Gula Indonesia ... 159 Ratna Winandi Asmarantaka

K A J I A N KE W I R A U S A H A A N

Analisis Perilaku Wirausaha Mahasiswa Institut Pertanian Bogor ... 179 Rachmat Pambudy, Burhanuddin, Wahyu Budi Priatna, dan Nia Rosiana

Profil dan Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Agribisnis ... 197 Lukman Mohammad Baga

Innovation Capacity and Entrepreneurial Orientation :

Case Studies of Vegetable Farm Firms in West Java, Indonesia ... 215 Etriya, Victor Scholten, Emiel Wubben, and S.W.F. (Onno) Omta

Analisis Pengaruh Karakteristik Kewirausahaan Terhadap Kinerja Wirausaha

pada Unit Usaha Kecil Menengah (UKM) Agroindustri di Kabupaten Bogor ... 225 Popong Nurhayati, Tintin Sarianti, Heny Kuswanti Daryanto, dan Yanti Nuraeni Muflikh


(7)

iv Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2011 Analisis Karakteristik Wirausaha Petani Padi

(Studi Kasus Petani Gapoktan Wangun Jaya, Cianjur) ... 257 Rachmat Pambudy, Wahyu Budi Priatna, Burhanuddin, Arif Karyadi Uswandi, dan

Yeka Hendra Fatika

Karakteristik dan Kinerja Wirausaha Wanita pada UKM Agroindustri Perikanan di Kabupaten Sukabumi ... 271 Popong Nurhayati

K A J I A N KE B I J A K AN

Pola Spread Harga Gabah dan Beras di Indonesia :

Suatu Indikasi Efektivitas Perubahan Kelembagaan Bulog ... 287 Harianto dan Dina Lianita Sari

Pengembangan Kualitas Padi Varietas Unggul Hibrida dengan Pendekatan

Quality Function Deployment (QFD) di Jawa Barat ... 307 Rita Nurmalina, Harfiana, dan Agrivinie Rainy Firohmatillah

Pembentukan Modal: Sumber Pertumbuhan Sektor Pertanian di Indonesia ... 331 Dwi Rachmina, dan Eva Yolynda Aviny

Pengaruh Penerapan Bea Keluar Crude Palm Oil (CPO) Terhadap Ekspor

dan Harga Domestik ... 351 Amzul Rifin

Transmisi Harga Gula Tebu ... 366 Rita Nurmalina, Harmini dan Nia Rosiana

Kajian Pembatasan Kredit (Credit Rationing) pada Usahatani Sayuran

di Kecamatan Pangalengan Jawa Barat ... 397 Dwi Rachmina, Netti Tinaprilla, Eva Yolynda Aviny, Feryanto, dan Maryono

Efektivitas Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan Petani (Studi Kasus: Gapoktan Mandiri Jaya, Desa Cikarawang, Dramaga, Kabupaten Bogor) ... 417 Feryanto


(8)

PEMBENTUKAN MODAL: SUMBER PERTUMBUHAN

SEKTOR PERTANIAN DI INDONESIA

Oleh:

Dwi Rachmina1) dan Eva Yolynda Aviny2)

1,2)Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB 1)dwirachmina@yahoo.com

ABSTRACT

Agricultural sector plays an important role in Indonesian economy. Its contribution to Gross National Product (GNP) in 2010 reached 15.13%, rank second after industrial sector (24.80%). The agricultural GNP growth tended to increase, ranging from 2.7 to 4.8 percent in 2005-2010, but it had a lower growth rate compared to other sectors. Beside labour and TFP, one of the important determinants in GNP growth is the capital formation. The aim of this research is to analyze the source of GNP growth and the role of capital formation in agricultural development. Secondary data from 1980-2008 were used. The result showed that capital formation, labour and TFP significantly affected the GNP growth of agricultural sector (3.4% per year). The share of capital formation in GNP growth was quite high, up to 125 percent. The capital growth reached 8 % per year, meanwhile labour was only 2.5% per year and TFP decreased 0.73% per year.

Keywords: Capital formation, agriculture growth sources, share ABSTRAK

Sektor pertanian berperan penting dalam perekonomian Indonesia. Kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) Pertanian pada tahun 2010 kedua terbesar (15,13 persen) setelah sektor industri (24,80%). Pertumbuhan PDB sektor pertanian cenderung meningkat berkisar antara 2,7-4,8 pada tahun 2005-2010, namun jauh lebih lambat dibandingkan sektor lain. Faktor penting dalam pertumbuhan PDB yaitu pembentukan modal, selain faktor tenaga kerja dan TFP. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis sumber pertumbuhan PDB dan peranan pembentukan modal dalam pengembangan sektor pertanian. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun 1980-2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan modal, tenaga kerja, dan TFP berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan PDB sektor pertanian (3,4% per tahun). Peranan atau pangsa pembentukan modal terhadap pertumbuhan PDB pertanian sangat tinggi mencapai 125 persen. Kapital tumbuh cukup tinggi mencapai 8 persen per tahun, sementara tenaga kerja tumbuh 2,5 persen per tahun dan TFP mengalami penurunan 0,73 persen per tahun. Kata kunci: pembentukan modal, sumber pertumbuhan pertanian, pangsa

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian di Indonesia memiliki peranan penting dan strategis. Produk Domestik Bruto (PDB) Pertanian secara nominal terus mengalami peningkatan, namun laju pertumbuhannya sangat lambat dibandingkan dengan sektor perekonomian lainnya. Pada periode tahun 2005-2010, rata-rata pertumbuhan sektor pertanian hanya 3,8 persen per tahun, sementara sektor transportasi mencapai 13,4 persen per tahun.


(9)

Dwi Rachmina dan Eva Yolynda Aviny Pembentukan Modal: Sumber Pertumbuhan Sektor Pertanian di Indonesia

332 Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2011

Akibatnya kontribusi sektor pertanian terhadap total perekonomian nasional cenderung menurun dari 19,61 persen pada tahun 1999 menjadi 15,3 persen pada tahun 2010. Kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian nasional (total PDB) yaitu kedua terbesar setelah industri pengolahan.

Jumlah tenaga kerja yang diserap sektor pertanian masih tetap yang paling dominan dibandingkan sektor lainnya, walaupun pangsanya cenderung menurun (Gambar 1). Pada Februari tahun 2005, sektor pertanian masih menyerap 44,5 persen dari seluruh tenaga kerja kemudian cenderung menurun mencapai 40 persen pada Februari tahun 2010 (Badan Pusat Statistika, 2011).

Sumber: Badan Pusat Statistika, 2011

Gambar 1. Perkembangan Pangsa Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Indonesia Tahun 2004-2010

Pada sisi lain, luas lahan pertanian cenderung menurun yang disebabkan adanya konversi lahan pertanian ke non pertanian, sekitar 0,2 persen pada tahun 2010, yaitu dari 19.853 juta hektar tahun 2009 berkurang menjadi 19.814 juta hektar pada tahun 2010. Akibat yang ditimbulkan dari jumlah tenaga kerja meningkat sementara luas lahan menurun adalah produktivitas sektor pertanian di Indonesia rendah, baik produktivitas tenaga kerja maupun produktivitas lahan. Menurut Arifin (2004), produtivitas tenaga kerja di sektor pertanian menurun sekitar -0,45 persen sementara produtivitas lahan merosot lebih tajam mencapai -1,45 persen. Pada tahun 2006, produktivitas tenaga kerja sektor pertanian meningkat sekitar 7,5 persen, namun produktivitasnya tetap paling rendah dibandingkan sektor lainnya.

Merosotnya produktivitas lahan pertanian juga disebabkan kurangnya dukungan infrastruktur penting seperti bendungan dan saluran irigasi. Hal ini tidak terlepas dari kebijakan pemerintah pada periode sebelum krisis yang cenderung memfokuskan investasi pada sektor industri di perkotaan dan memarjinalkan sektor pertanian

(undervalue). Kondisi ini seolah memberikan pembenaran pada paradigma ekonomi

pembangunan yang dikenal dengan paradoks pembangunan, dimana negara maju sangat memproteksi petaninya sementara negara berkembang yang berbasis pertanian justru memarjinalkan petaninya. Rendahnya produktivitas pertanian di Indonesia dapat


(10)

dilihat juga dari besaran Indeks Total Factor Productivity (TFP). Indeks TFP Indonesia paling rendah dibanding negara-negara lain, seperti China, Australia, Vietnam, India, Thailand, dan Philipina. Hal ini menggambarkan penambahan produktivitas dari penggunaan input konvensional (tanaman, tanah, tenaga kerja, ternak, dan pupuk) dan input modern (pupuk kimia dan mesin listrik) masih rendah.

Gambaran kurangnya dukungan pengembangan infrastruktur dapat dilihat juga

dari perkembangan pembentukan modal tetap fisik atau Gross Fixed Capital Formation

(GFCF) sektor pertanian. Laju pertumbuhan GFCF sangat rendah sekitar 1,55 persen per tahun pada periode tahun 1951-2007 dengan pangsanya sekitar 5-10 persen dari total GFCF nasional (van der Eng, 2008). Secara nasional, pertumbuhan pembentukan modal pada periode 1968-2008 juga berfluktuatif dan mencapai negatif pada masa krisis periode 1997-2000 (Gambar 2a). Persentase pembentukan modal terhadap total PDB cenderung meningkat pada periode sebelum krisis, namun merosot tajam pada periode krisis 1997-2000 dan mulai meningkat kembali pada periode pasca krisis walaupun belum mampu menyamai kondisi sebelum krisis.

Sumber: http://www.tradingeconomics.com/indonesia

Gambar 2. Pertumbuhan Pembentukan Modal Bruto (% per Tahun) dan Persentase Pembentukan Modal Bruto terhadap Total Produk Domestik

Bruto (%) di Indonesia Tahun 1968-2008

2a


(11)

Dwi Rachmina dan Eva Yolynda Aviny Pembentukan Modal: Sumber Pertumbuhan Sektor Pertanian di Indonesia

334 Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2011

1.2. Perumusan Masalah

Sektor pertanian berperan penting dalam perekonomian Indonesia. Kontribusi PDB Pertanian pada tahun 2010 kedua terbesar (15,13 persen) setelah sektor industri (24,80%). Pertumbuhan GDP sektor pertanian cenderung meningkat berkisar antara 2,7-4,8 pada tahun 2005-2010, namun jauh lebih lambat dibandingkan sektor lain (Tabel 1). Pertanyaannya mengapa pertumbuhan sektor pertanian lebih lambat dibandingkan dengan sektor ekonomi lain?

Banyak faktor yang dapat menyebabkan lambatnya pertumbuhan sektor pertanian, antara lain (a) produktivitas lahan rendah, (b) produktivitas tenaga kerja rendah, dan (c) rendahnya investasi ditanamkan untuk sektor pertanian. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pembentukan modal merupakan determinan yang menentukan pertumbuhan perekonomian (Mudlak, 1988 dalam Supadi dan Syukur

2004; Ngoc, 2008; The Committee on Capital Formation in Agriculture,2003;

Rosegrant dan Hazell, 2000; Limam dan Miller, 2004; Kalyvitis, 2002; Mayawala,

2008; Raharjo, 2006; Adhikary, 2011). Penelitian Rao et al. (2003) bahkan

menunjukkan bahwa akumulasi modal sangat mempengaruhi gap produktivitas tenaga

kerja. Penelitian Stockhammer dan Klar (2008) memperkuat hasil penelitian Rao et al.

(2003) dimana akumulasi modal dan tingkat bunga riil memiliki pengaruh signifikan

terhadap pengangguran. Temuan ini sejalan dengan temuan Baker et al. (2005),

Baccaro dan Rei (2007) serta Howell et al. (2007) dalam Stockhammer dan Klar (2008).

Hebatnya dampak akumulasi modal lebih kuat, bahkan pada saat tingkat bunga riil dikendalikan. Hagiwara dan Matsubayashi (2009) menunjukkan hasil penelitian dimana akumulasi modal sangat efektif dan signifikan dalam meningkatkan produktivitas (TFP).

Tabel 1. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia menurut Sektor Ekonomi Tahun 2005 – 2010

Sektor Ekonomi

Pertumbuhan PDB (%)

2005 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-rata

Pertanian 2,7 3,4 3,5 4,8 4,0 2,9 3,6

Pertambangan 3,2 1,7 1,9 0,7 4,4 3,5 2,6

Industri 4,6 4,6 4,7 3,7 2,2 4,5 4,1

Listrik 6,3 5,8 10,3 10,9 14,3 5,3 8,8

Konstruksi 7,5 8,3 8,5 7,6 7,1 7,0 7,7

Perdagangan 8,3 6,4 8,9 6,9 1,3 8,7 6,8

Transportasi 12,8 14,2 14,0 16,6 15,5 13,5 14,4

Keuangan 6,7 5,5 8,0 8,2 5,1 5,7 6,5

Jasa-jasa 5,2 6,2 6,4 6,2 6,4 6,0 6,1


(12)

Berdasarkan hasil kajian yang dikemukan oleh Mudlak (1988) dalam Syukur

(2004), Kalyvitis (2002), Limam dan Miller (2004), The Committee on Capital

Formation in Agriculture (2003), Rao et al. (2003), Raharjo (2006), Stockhammer dan

Klar (2008), Ngoc (2008), Hagiwara dan Matsubayashi (2009), serta Adhikarya (2011) maka dapat disimpulkan bahwa modal dan pembentukan modal sangat penting peranannya dalam pertumbuhan ekonomi, peningkatan produksi, produktivitas ekonomi (TFP), pendapatan, bahkan mengurangi kesenjangan produktivitas tenaga kerja serta pengangguran.

Kondisi sektor pertanian di Indonesia, seperti telah diuraikan pada latar belakang, menunjukkan bahwa ketiga faktor yaitu modal, tenag kerja, dan TFP dalam kondisi relatif lemah. Berdasarkan temuan-temuan di atas dan kondisi Indonesia tersebut, maka timbul pertanyaan faktor-faktor apakah yang mempengaruhi pertumbuhan sektor pertanian Indonesia? Faktor manakah yang lebih berperan terhadap pertumbuhan sektor pertanian?

Pada periode 2005-2010, subsidi pertanian meningkat 35,4 persen, namun produksi pertanian hanya meningkat 5,4 persen (Gambar 3). Fenomena ini mengindikasikan bahwa pembentukan modal pertanian masih lemah sehingga belum mampu mendorong pertumbuhan pertanian. Pertanyaannya adalah mengapa pembentukan modal pertanian masih lemah? Seberapa besar kontribusi pembentukan modal dalam mendorong pertumbuhan pertanian? Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis sumber-sumber pertumbuhan pertanian, mengukur pembentukan modal dan peranannya dalam pertumbuhan pertanian di Indonesia.

Sumber : Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan RI, 2011


(13)

Dwi Rachmina dan Eva Yolynda Aviny Pembentukan Modal: Sumber Pertumbuhan Sektor Pertanian di Indonesia

336 Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2011

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan perkembangan pertumbuhan sektor pertanian di Indonesia

2. Menganalisis faktor-faktor yang menjadi sumber pertumbuhan sektor pertanian

3. Mengukur peranan pembentukan modal dalam pengembangan sektor pertanian di

Indonesia.

II. KERANGKA PEMIKIRAN

Pertumbuhan sektor pertanian diukur dari perubahan Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian antar waktu. Pengukuran PDB secara umum dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu pendekatan sisi pengeluaran atau dikenal sisi agregat demand (AD) dan sisi produksi atau agregat supply (AS). Demikian halnya dengan pengukuran PDB sektor pertanian dapat dilakukan melalui dua pendekatan tersebut. Teori pertumbuhan Harrod-Domar (H-D) pada dasarnya berusaha untuk mengkombinasikan pandangan klasik yang dinilai terlalu menekankan pada sisi penawaran (AS) sedangkan Keynes yang lebih menekankan pada sisi permintaan (AD). Terkait dengan hal tersebut, teori Harrod-Domar mengatakan bahwa investasi mempunyai peranan ganda yaitu; (1) investasi akan meningkatkan kemampuan produktif dari perekonomian, dan (2) investasi akan menciptakan atau meningkatkan permintaan di dalam perekonomian. Teori ini pada dasarnya melengkapi analisis Keynes mengenai penentuan tingkat kegiatan ekonomi.

Menurut teori Harrod-Domar, investasi yang dilakukan akan meningkatkan kapasitas barang-barang modal dalam perekonomian. Dalam teori ini investasi merupakan faktor penentu yang sangat penting dan pertumbuhan ekonomi. Selain investasi, tabungan juga merupakan kekuatan sentral dalam pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain, hubungan antara pertumbuhan, tabungan dan investasi menurut model Harrod-Domar sangat kuat. Teori H-D mengasumsikan tenaga kerja dianggap tetap.

Berbeda dengan Harrod-Domar, model pertumbuhan Solow menunjukkan bagaimana pertumbuhan persediaan modal (K), pertumbuhan angkatan kerja (L), dan kemajuan teknologi berinteraksi dalam perekonomian. Persediaan modal merupakan determinan output perekonomian yang penting karena persediaan modal berubah sepanjang waktu. Persediaan modal dipengaruhi oleh dua kekuatan yaitu kekuatan investasi dan kekuatan depresiasi. Investasi mengacu pada pengeluaran untuk perluasan usaha dan pembelian peralatan baru sehingga menyebabkan persediaan modal bertambah. Sebaliknya depresiasi mengacu pada penggunaan modal dalam perekonomian sehingga menyebabkan persediaan modal berkurang. Dengan demikian,

perubahan persediaan modal (∆k) merupakan selisih antara investasi (i) dan depresiasi


(14)

∆k = i – δk ………..……… ……….(1)

Sementara investasi per pekerja sama dengan tabungan sy dan y=f(k), maka persamaan

(1) dapat dituliskan menjadi :

∆k = sf(k) – δk………..………(2)

Berdasarkan persamaan (1) dan (2) terlihat bahwa tabungan sangat penting dan menentukan investasi. Seperti dikemukakan oleh Solow bahwa tingkat tabungan adalah determinan penting dari persediaan modal pada kondisi mapan. Tabungan yang lebih tinggi mengarah pada pertumbuhan yang lebih cepat tetapi hanya sementara, yaitu mencapai kondisi mapan. Kondisi mapan adalah suatu kondisi yang dimana kesejahteraan individu masyarakat maksimal, yang sering disebut kondisi kaidah emas. Kesejahteraan individu diukur dengan tingkat konsumsi masyarakat. Pada kondisi kaidah emas maka kemiringan fungsi produksi sama dengan kemiringan kurva depresiasi dan kemiringan fungsi produksi merupakan besaran produk marjinal modal

(MPK), sehingga dapat dituliskan bahwa MPK = δ.

Pertumbuhan ekonomi supaya berkelanjutan, maka selain akumulasi modal, perlu memperhitungkan pertumbuhan populasi dan angkatan kerja (L). Penambahan populasi akan mempengaruhi jumlah modal per pekerja (K/L) dan perubahan persediaan modal per pekerja seperti pada persamaan (3):

∆k = i – (δ+n)k ………..…………. (3)

∆k = sf(k) – (δ+n)k……….………. (4)

Pada kondisi mapan penggunaan modal per pekerja (k*) yang memaksimumkan

konsumsi yaitu pada saat MPK = δ + n atauMPK - δ = n. Hal ini menunjukkan bahwa

pada kondisi mapan kaidah emas dicapai pada saat produk marjinal modal setelah terdepresiasi sama dengan tingkat pertumbuhan populasi. Berdasarkan uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa perekonomian, yang diukur dengan produksi barang dan jasa, dipengaruhi oleh dua faktor produksi yaitu modal dan tenaga kerja.

Selain modal dan tenaga kerja, Solow menunjukkan faktor lain yang akan mempengaruhi pertumbuhan perekonomian dalam jangka panjang yaitu faktor teknologi. Model Solow memasukkan teknologi sebagai peubah eksogen tertentu yang mengakibatkan perubahan kemampuan masyarakat untuk berproduksi sepanjang waktu

atau disebut efisiensi tenaga kerja (E). Untuk menggambarkan hubungan antara

produksi dalam perekonomian dan penggunaan faktor produksi sebagai sumber pertumbuhan produksi digunakan fungsi produksi seperti pada persamaan (5).


(15)

Dwi Rachmina dan Eva Yolynda Aviny Pembentukan Modal: Sumber Pertumbuhan Sektor Pertanian di Indonesia

338 Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2011

Dimana L x E mengukur jumlah pekerja efektif, peningkatan efisiensi tenaga kerja (E)

sejalan dengan peningkatan angkatan kerja L. Asumsi dasar yang digunakan yaitu

kemajuan teknologi menyebabkan efisiensi tenaga kerja E tumbuh pada tingkat yang

konstan sebesar g. Dengan demikian tenaga kerja efektif tumbuh sebesar g + n, sehingga persamaan (4) akan berubah menjadi :

∆k = sf(k) – (δ+n+g)k……….. .(6)

Kondisi mapan yang memaksimumkan konsumsi masyarakat yaitu tercapai saat MPK

= δ+n+g atau MPK – δ = n+g dimana produk marjinal modal neto (MPK – δ) sama

dengan pertumbuhan output total (n+g).

Teori Solow yang mengasumsikan teknologi sebagai peubah eksogen (dari luar)

ditentang dengan munculnya teori pertumbuhan endogen (endogenous growth).

Menurut teori pertumbuhan endogen, teknologi dapat mengakibatkan terjadinya perubahan produktivitas faktor total. Model pertumbuhan endogen dapat dituliskan pada persamaan (7) dan (8):

Y = Af(K,L) ……….(7)

= ∝ + 1−∝ + ……….………..(8)

dimana:

A = produktivitas total faktor sebagai ukuran tingkat teknologi terbaru.

= pertumbuhan output

∝ = kontribusi modal

1−∝ = kontribusi tenaga kerja

= pertumbuhan produktivitas faktor total

Berdasarkan persamaan (8) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga sumber pertumbuhan output yaitu perubahan jumlah modal, perubahan jumlah tenaga kerja, dan perubahan produktivitas faktor total. Produktivitas faktor total diukur secara tidak langsung karena tidak dapat diamati secara langsung (Mankiw, 2007). Pertumbuhan produktivitas faktor total dapat diukur dari data pertumbuhan output dengan pertumbuhan input modal dan pertumbuhan input tenaga kerja sebagai berikut:

= −∝ − 1−∝ ………(9)

adalah perubahan output yang tidak dapat dijelaskan oleh perubahan input K dan input L. Dengan demikian, pertumbuhan produktivitas faktor total merupakan residu yaitu jumlah pertumbuhan output yang tersisa setelah menghitung determinan


(16)

penemu cara mengukur pertumbuhan produktivitas faktor total. Produktivitas faktor

total atau disebut juga total factor productivity (TFP) dapat berubah karena beberapa

hal, misalnya peningkatan ilmu pengetahuan tentang metode produksi, pendidikan masyarakat, kebijakan pemerintah, dan sebagainya. Berdasarkan uraian tersebut bahwa TFP dapat digunakan sebagai ukuran kemajuan teknologi.

Berdasarkan uraian di atas, maka pengukuran pertumbuhan sektor pertanian di Indonesia akan diamati melalui tiga sumber pertumbuhan yaitu perubahan modal

(capital formation), perubahan tenaga kerja, dan perubahan produktivitas faktor total.

Lebih jauh akan dikaji seberapa besar peranan pembentukan modal dalam pertumbuhan sektor pertanian jika dibandingkan dengan faktor tenaga kerja dan TFP.

III.METODE PENELITIAN

3.1.

Lingkup dan Waktu Penelitian

Penelitian ini difokuskan untuk menganalisis sumber-sumber pertumbuhan sektor pertanian secara nasional dengan menggunakan data deret waktu periode tahun 1980-2008. Oleh karena itu, pembahasan dalam penelitian lebih bersifat agregat tanpa membagi menurut sub sektor maupun menurut wilayah. Salah satu keterbatasan sehingga analisis hanya bersifat agregat adalah ketersediaan data untuk menganalisis lebih rinci menurut sub sektor maupun wilayah.

Pengukuran sumber-sumber pertumbuhan sektor pertanian akan menggunakan pendekatan sisi produksi, dengan fokus peranan pembentukan modal pada pertumbuhan sektor pertanian. Hal ini sesuai dengan perumusan masalah penelitian yaitu apakah pembentukan modal memiliki pengaruh signifikan sehingga dapat menjadi sumber pertumbuhan sektor pertanian. Untuk mempelajari hal tersebut, penelitian ini menggunakan model fungsi produksi Cobb Douglas untuk mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi Produk Domestik Bruto (PDB) pertanian. Faktor-faktor yang diduga yaitu pembentukan modal, tenaga kerja dan produktivitas faktor total (TFP).

Kegiatan penelitian selama lima (5) bulan mulai bulan Mei sampai Oktober 2011. Tahapan kegiatan dimulai dengan persiapan, penyusunan instrumen penelitian, dan

desk studi untuk penelusuran literatur yang relevan dari berbagai sumber. Selanjutnya

dilakukan pengumpulan data sekunder untuk variabel-variabel yang akan diukur pada periode deret waktu tertentu. Tahap berikutnya yaitu tahap pengolahan, analisis data dan penulisan laporan penelitian, serta seminar hasil penelitian.

3.2.

Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan basis data sekunder tingkat nasional yaitu data deret waktu periode tahun 1980-2008. Data sekunder meliputi data PDB sektor pertanian berdasarkan harga berlaku, deflator PDB, data pembentukan modal di sektor pertanian, data tenaga kerja sektor pertanian, data upah tenaga kerja pertanian. Data sekunder merupakan data agregat sektor pertanian yang dikumpulkan dari beberapa instansi, seperti Badan Pusat Statistika, Kementerian Pertanian, Bank Dunia, FAO, Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, dan Perguruan Tinggi.


(17)

Dwi Rachmina dan Eva Yolynda Aviny Pembentukan Modal: Sumber Pertumbuhan Sektor Pertanian di Indonesia

340 Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2011

3.3.

Metode Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan dianalisis berdasarkan kerangka analisis yang telah diuraikan pada Bab II. Menurut teori pertumbuhan endogen, model pertumbuhan endogen dapat dituliskan pada persamaan berikut:

Y = Af(K,L) ……….(10)

= ∝ + 1−∝ + ……….………….…....(11)

dimana :

A = produktivitas total faktor sebagai ukuran tingkat teknologi terbaru

= pertumbuhan output

∝ = kontribusi modal

1−∝ = kontribusi tenaga kerja

= pertumbuhan produktivitas faktor total

Berdasarkan kerangka analisis tersebut dibuat model pendugaan dengan menggunakan model fungsi produksi Cobb Douglas sebagai berikut:

Y = A ƒ KαL1- α ………..……….. (12)

Ln Y = a + ɞ1LnK + ɞ2LnL + ɞ3LnA + u ………(13)

dimana :

Y = Pertumbuhan PDB sektor pertanian

K = Pertumbuhan Pembentukan Modal (Stok Kapital)

L = Pertumbuhan Kontribusi Tenaga Kerja

A = Pertumbuhan Produktivitas faktor total (TFP)

A = konstanta

ɞ = koefisien parameter dugaan

Tanda dan besaran parameter dugaan adalah :ao, a1, a2, a3> 0

3.4.

Tahapan Analisis Data

Berdasarkan persamaan (13) terdapat tiga sumber pertumbuhan PDB sektor pertanian, yaitu kapital (pembentukan modal), tenaga kerja, dan produktivitas faktor

total atau total factor productivity (TFP). Oleh karena itu sebelum mengolah persamaan

(13), maka terlebih dahulu harus dicari besaran TFP pada masing-masing deret waktu tahun 1980-2008. Untuk mencari besaran TFP terdapat beberapa metode atau teknik.

Dalam penelitian ini digunakan growth accounting method karena pertimbangan bahwa

metode ini relatif sederhana. Tahapan dalam pengolahan dan analisis data adalah sebagai berikut:

1. Semua data nominal dibuat berdasarkan harga konstan tahun 2000. Data stok


(18)

berdasarkan harga berlaku sehingga harus diubah menjadi PDB Riil tahun dasar 2000 dengan membagi PDB harga berlaku dengan deflator PDB pada masing-masing tahun. Data deflator PDB diperoleh dari data yang dipublikasi bank dunia (world bank).

2. Tahap penghitungan TFP

Tahap menghitung TFP dengan metode akuntansi sbb:

a. Menghitung kontribusi kapital tahun t (KSt) yaitu (KSt) = (Kt)/(PDBt)

b. Menghitung rata-rata kontribusi kapital tahun t (KSAt) yaitu

(KSAt) =½ [(KSt) - (KSt-1)]

c. Menghitung kontribusi tenaga kerja tahun t (LSt) yaitu (LSt) = 1- (KSt)

d. Menghitung rata-rata kontribusi tenaga kerja tahun t (LSAt) yaitu

(LSAt) = ½ [(LSt) - (LSt-1)]

e. Menghitung tingkat pertumbuhan sektor pertanian tahun t (PGt) yaitu

(PGt) = (ln PDBt – ln PDBt-1) x 100

f. Menghitung tingkat pertumbuhan stok kapital pada tahun t (KGt) yaitu

(KGt) = (ln Kt – ln Kt-1) x 100

g. Menghitung rata-rata tertimbang tingkat pertumbuhan stok kapital pada tahun

t (KGAt) yaitu

(KGAt) = ½ (KSt + KSt-1) x (ln Kt – ln Kt-1) x 100 atau(KSAt)(KGt)

h. Menghitung tingkat pertumbuhan tenaga kerja pada tahun t (LGt) yaitu

(LGt) = (ln Lt – ln Lt-1) x 100

i. Menghitung rata-rata tertimbang tingkat pertumbuhan tenaga kerja pada tahun

t (LGAt) yaitu

(LGAt) = ½ (LSt + LSt-1) x (ln Lt – ln Lt-1) x 100 atau(LSAt)(LGt)

j. Menghitung tingkat pertumbuhan TFP pada tahun t (TFPGt) yaitu

(TFPGt) = (PGt) - (KGAt) - (LGAt)

k. Pangsa pertumbuhan kapital tahun t = (KGAt)/ (PGt) * 100

l. Pangsa pertumbuhan tenaga kerja tahun t = (LGAt)/ (PGt) * 100

m. Pangsa pertumbuhan TFP tahun t = (TFPGt)/ (PGt) * 100

3. Tahap Pengolahan Model

Setelah komponen TFP dapat dihitung, selanjutnya model persamaan (13) disesuaikan notasinya menjadi :

(PGt) = a + ɞ1(KGAt) + ɞ2 (LGAt) + ɞ3(TFPGt) + u ………(13)

Pengolahan data menggunakan program SAS 9.2. Pengolahan dilakukan secara total periode 1980-2008, dan dibagi dua berdasarkan periode sebelum krisis tahun (1980-1996) dan sesudah krisis (1997-2008). Hal ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat perbedaan pertumbuhan dan sumber-sumber pertumbuhannya pada periode sebelum dan sesudah krisis ekonomi dan moneter tahun 1997.


(19)

Dwi Rachmina dan Eva Yolynda Aviny Pembentukan Modal: Sumber Pertumbuhan Sektor Pertanian di Indonesia

342 Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2011

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Perkembangan Sektor Pertanian

Pada periode tahun 1980-2008, Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian di Indonesia berdasarkan harga konstan tahun 2000 terus mengalami peningkatan (Gambar 4a). Pertumbuhan PDB pertanian berfluktuasi dengan kisaran antara -7,67 persen sampai 10,75 persen (Gambar 4b).

Gambar 4 (a). Perkembangan Produk Domestik Bruto Sektor Pertanian Berdasarkan Harga Konstan 2000

Gambar 4 (b). Perkembangan Produk Domestik Bruto Sektor Pertanian Berdasarkan Harga Konstan 2000

4a


(20)

Rata-rata PDB riil sektor pertanian pada periode setelah krisis ekonomi relatif lebih besar dari periode sebelum krisis ekonomi. Namun demikian, laju pertumbuhan PDB pertanian pada periode sebelum krisis relatif lebih tinggi (4,33% per tahun) dibandingkan periode sesudah krisis (2,25% per tahun), seperti terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata Nilai dan Pertumbuhan PDB, Stok Kapital, Tenaga Kerja, dan TFP pada Sektor Pertanian di Indonesia, Tahun 1980-2008

Uraian Satuan Sebelum krisis 1980-1996

Sesudah Krisis

1997-2008 Total PDB Pertanian Harga Konstan Milyar Rp 160.413,10 241.642,35 194.025,20 Stok Kapital Harga Konstan Milyar Rp 12.900,29 32.521,10 21.019,25 Tenaga Kerja Pertanian Orang 38.654.765 46.684.417 41.977.379 Upah Pertanian Milyar Rp 106.327,18 213.351,65 150.613,17

Pertumbuhan PDB % 4,33 2,25 3,44

Pertumbuhan Kapital % 12,02 2,66 8,01 Pertumbuhan Tenaga Kerja % 2,37 2,77 2,54 Pertumbuhan TFP % (1,28) 0,00 (0,73)

Sumber: Trading Economy (diolah)

Fluktuasi pertumbuhan PDB pertanian berhubungan dengan pertumbuhan kapital atau modal, tenaga kerja, dan produktivitas total faktor (TFP). Stok kapital terus meningkat dengan laju pertumbuhan 8,01 persen per tahun (Tabel 2). Stok kapital mengalami penurunan yang cukup tajam pada saat krisis (Gambar 5a), setelah itu mulai meningkat kembali. Pertumbuhan kapital berfluktuasi dan mencapai angka terendah, bahkan negatif, pada saat krisis (Gambar 5b). Setelah krisis, mulai tahun 2000 kapital mengalami pertumbuhan yang terus meningkat walaupun relatif kecil.

5a 5b

Gambar 5. Perkembangan Stok Kapital Sektor Pertanian Berdasarkan Harga Konstan 2000 pada Tahun 1980-2008


(21)

Dwi Rachmina dan Eva Yolynda Aviny Pembentukan Modal: Sumber Pertumbuhan Sektor Pertanian di Indonesia

344 Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2011

Jumlah dan upah tenaga kerja sektor pertanian juga cenderung meningkat dengan laju sekitar 2,54 persen per tahun (Tabel 2). Namun pertumbuhannya berfluktuasi tetapi tetap bernilai positif (Gambar 6a). Sementara TFP mengalami penurunan dengan laju pertumbuhan sekitar -0,73 persen per tahun (Tabel 2 dan Gambar 6b). Laju pertumbuhan TFP yang negatif menunjukkan produktivitas faktor total masih rendah.

6a 6b

Gambar 6. Pertumbuhan Tenaga Kerja dan TFP Sektor Pertanian di IndonesiaTahun 1980-2000

4.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Sektor Pertanian

Berdasarkan teori pertumbuhan endogen (endogenous growth), tiga sumber

pertumbuhan output terdiri dari perubahan jumlah modal (kapital), perubahan jumlah tenaga kerja, dan perubahan produktivitas faktor total (TFP). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan modal, tenaga kerja, dan TFP berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan PDB sektor pertanian (Tabel 3).

Tabel 3. Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Sektor Pertanian di Indonesia Tahun 1980-2008

Variabel Parameter

Estimate

Standard

Error t Value Pr > [t]

Elastisitas J. Pendek

Intercept -1,11099 0,61682 -1,80 0,0838 0

KGt 0,32181 0,03384 9,51 < 0,0001 0,7494

LGt 1,00559 0,12438 8,08 < 0,0001 0,7425

TFPGt 0,73988 0,10541 7,02 < 0,0001 0,1572

Adj R-Sq = 0,9029 Fhit = 0,0001

Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa pertumbuhan PDB pertanian pada periode 1980-2008 cukup responsif terhadap perubahan kapital dan tenaga kerja dengan elastisitas sebesar 0,74 tetapi kurang responsif terhadap perubahan TFP karena elastisitasnya hanya 0,16. Hal ini karena produktivitas total faktor di Indonesia masih


(22)

rendah bahkan paling rendah jika dibandingkan dengan beberapa negara lain, seperti China, Australia, Vietnam, India, Thailand, dan Philipina. Demikian halnya seperti dikemukakan oleh Fuglie (2010) bahwa pertumbuhan TFP pertanian Indonesia pada periode 1961-2006 berfluktuasi tetapi cenderung menurun. Produktivitas total faktor juga dipengaruhi oleh ketersediaan infrastruktur yang merupakan salah satu komponen modal atau kapital. Infrastruktur merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan produktivitas (Hagiwara dan Matsubayashi, 2010; van der Eng, 2008;

Kumar et al, 2008; Fuglie, 2004; Limam dan Miller, 2004; Kalyvitis, 2002).

Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi PDB riil sektor pertanian (Tabel 4) juga menunjukkan bahwa kapital, tenaga kerja, dan TFP secara signifikan berpengaruh terhadap PDB riil.

Tabel 4. Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi PDB Riil Sektor Pertanian di Indonesia Periode 1980-2008

Variabel Parameter

Estimate

Standard

Error t Value Pr > [t] VIF

Periode 1980-2008 (Adj R-Sq = 0,9905; Fhit = <0.0001)

Intercept 6,38563 0,22261 28,69 <0,0001 0

Ln Kapital 0,19229 0,01915 10,04 <0,0001 7,32632

Ln Labor 0,32809 0,03246 10,11 <0,0001 7,62161

TFP 0,00241 0,00187 1,29 0,1049 1,34183

Periode Sebelum Krisis 1980 – 1996 (Adj R-Sq = 0,9928; Fhit = <0.0001)

Intercept 5,12774 0,26355 19,46 < 0,0001 0

Ln Kapital 0,16005 0,01520 10,53 < 0,0001 4,10192

Ln Labor 0,46352 0,03237 14,32 < 0,0001 3,76265

TFP 0,00145 0,00140 1,04 0,15875 1,20408

Periode Setelah Krisis 1997-2008 (Adj R-Sq = 0,9661 ; Fhit = <0.0001)

Intercept 6,73964 0,48085 14,02 < 0,0001 0

Ln Kapital 0,24070 0,02657 9,06 < 0,0001 1,33132

Ln Labor 0,25748 0,04524 5,69 0,0005 2, 25285

TFP 0,00796 0,00272 2,92 0,0096 1,88994

Adj R-Sq = 0,9661 Fhit = <0.0001

Jika dilihat dari nilai PDB pertanian riil, terlihat bahwa pengaruh tenaga kerja terhadap nilai PDB pertanian lebih besar dibandingkan kapital dan TFP (Tabel 4). Namun karena pertumbuhan tenaga kerja relatif kecil dibandingkan pertumbuhan kapital, sehingga pengaruh pertumbuhan tenaga kerja terhadap pertumbuhan PDB


(23)

Dwi Rachmina dan Eva Yolynda Aviny Pembentukan Modal: Sumber Pertumbuhan Sektor Pertanian di Indonesia

346 Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2011

pertanian relatif lebih rendah dibandingkan kapital (Tabel 2 dan Tabel 3). Pengaruh TFP juga masih belum kuat karena teknologi pada sektor pertanian secara umum masih rendah.

4.3. Peranan Pembentukan Modal dalam Pengembangan Sektor Pertanian

Pertumbuhan PDB pertanian dipengaruhi oleh pertumbuhan kapital, tenaga kerja, dan TFP. Pertumbuhan kapital relatif lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tenaga kerja dan TFP. Dengan demikian, pembentukan kapital memiliki peranan relatif besar dalam pengembangan sektor pertanian. Hal ini terlihat dari pangsa pembentukan kapital yang jauh lebih tinggi dibandingkan tenaga kerja dan TFP. Pangsa kapital terhadap pertumbuhan PDB adalah yang tertinggi mencapai 125,22 persen (Tabel 5). Pangsa kapital terhadap pertumbuhan PDB pertanian pada periode krisis lebih tinggi (153,85%) dibandingkan pada periode setelah krisis (87,04%). Sementara pangsa tenaga kerja hanya sebesar 22,12 persen dan pangsa TFP justru negatif (-47,34%). Pangsa kapital pertanian pada periode 1980-2008 sebesar 5,98 persen terhadap total kapital di Indonesia. Pangsa kapital pertanian pada periode setelah krisis lebih besar, sebesar 9,20 persen, dibandingkan dengan periode sebelum krisis, yaitu mencapai 5,21persen.

Tabel 5. Rata-rata Pangsa Kapital, Tenaga Kerja, dan TFP terhadap Pertumbuhan PDB di Indonesia Sebelum dan Sesudah Krisis

Uraian Satuan Sebelum krisis 1980-1996

Sesudah Krisis

1997-2008 Total Pangsa Kapital % 153,85 87,04 125,22 Pangsa Tenaga Kerja % 28,40 13,75 22,12

Pangsa TFP % (82,25) (0,79) (47,34)

Pangsa tenaga kerja pada periode 1980-2008 relatif stabil dibandingkan pangsa kapital dan pangsa TFP (Gambar 7). Berdasarkan Gambar 7, terlihat bahwa pangsa kapital sangat dominan pada periode tahun 1988-1996. Pada saat yang sama, pangsa TFP justru berada pada posisi terendah dan bahkan negatif. Rendahnya pangsa TFP tersebut menunjukkan bahwa produktivitas total faktor.


(24)

Gambar 7. Perkembangan Pangsa Stok Kapital, Tenaga Kerja, dan Total Factor Productivity (TFP) Sektor Pertanian di Indonesia Tahun 1980-2008

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

1. Produk domestik bruto (PDB) riil pertanian mengalami pertumbuhan fluktuatif

dengan kecenderungan meningkat secara lambat dengan laju pertumbuhan sebesar 3,44 persen per tahun.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan PDB Pertanian yaitu kapital,

tenaga kerja, dan produktivitas total faktor (TFP). PDB pertanian cukup responsif terhadap pertumbuhan kapital dan tenaga kerja tetapi kurang responsif terhadap pertumbuhan TFP. Pertumbuhan kapital relatif lebih tinggi dari pertumbuhan PDB pertanian dan tenaga kerja. Sementara TFP masih relatif rendah dan cenderung mengalami penurunan.

3. Peranan atau share pembentukan modal terhadap pertumbuhan PDB pertanian

paling tinggi yaitu mencapai 125 persen dibandingkan dengan faktor tenaga kerja dan TFP. Pertumbuhan kapital cukup tinggi mencapai 8 persen per tahun.

5.2. Saran

1. Pengaruh faktor tenaga kerja terhadap PDB pertanian lebih besar dibandingkan faktor

kapital dan TFP, namun pertumbuhan tenaga kerja masih rendah sehingga perlu peningkatan kualitas sumberdaya manusia melalui peningkatan investasi SDM.

2. Pengaruh pertumbuhan kapital dan sharenya terhadap pertumbuhan PDB pertanian

paling tinggi. Namun pengaruh stok kapital terhadap PDB pertanian riil masih rendah, yang menunjukkan marjinal produktivitas kapital masih rendah. Oleh karena itu diperlukan upaya peningkatan stok kapital atau upaya pembentukan kapital sektor pertanian.


(25)

Dwi Rachmina dan Eva Yolynda Aviny Pembentukan Modal: Sumber Pertumbuhan Sektor Pertanian di Indonesia

348 Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2011

3. TFP memiliki share dan pengaru yang paling rendah, baik terhadap PDB pertanian

riil maupun terhadap pertumbuhan PDB pertanian riil. Hal ini menunjukkan tingkat teknologi pertanian masih rendah dan belum secara efektif mampu meningkatakan produktivitas.

DAFTAR PUSTAKA

Adhikary, B. K. 2011. FDI, Trade Openness, Capital Formation, and Economic Growth in Bangladesh: a Linkage Analysis. International Journal of Business and Management, 6(1): 16-28.

Arifin, B. 2004. Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia. Penerbit Buku Kompas. Jakarta.

Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan. 2011. Kebijakan Fiskal Mendorong Pertanian serta Kondisi yang Mempengaruhinya. Makalah Kuliah Umum. Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. 24 Februari 2011. Bogor

[BPS]. Badan Pusat Statistik.2011. Statistik Ekonomi Indonesia. Jakarta.

Fuglie, K.O. 2010. Sources of Growth in Indonesian Agriculture. Journal of Productivity Analysis (2010) 33:225-240. Doi 10.1007/s11123-009-0150-x. Fuglie, K.O. 2004. Productivity Growth in Indonesia Agriculture, 1961-2000. Bulletin

of Indonesian Economic Studies, Vol. 40, No.2.

Fuglie, K.O. 1999. Investing in Agricultural Productivity in Indonesia. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 17(2): 1-16.

Hagiwara, T., dan Y. Matsubayashi. 2009. Capital Accumulation, Vintage, and Productivity: The Japanese Experience from 1980 to 2007. Makalah disampaikan pada Workshop of Graduate School of Economics, Kobe University Rokkodai, Nada-Ku, Kobe, 657-8501 Japan.

Hayami, Y dan V.W. Rutan. 1985. Agricultural Development, An International Perspective. Revised and Expanded Edition. The John Hopkins University Press.

Jorgenson D. W. dan R. Landau. 1989. Technology and Capital Formation. MIT Press. Cambridge.

Kalyvitis, S. 2002. Public Investment Rules and Endogenous Growth with Empirical

Evidence from Canada. Scot J Polit Econ. 50(1):90-100, doi:

10.1111/1467-9485.00256.

Kumar, P., S. Mittal, dan M. Hossain. 2008. Agricultural Growth Accounting and Total Factor Productivity in South Asia: A Review and Policy Implications. Agricultural Economics Research Review, vol 21 July-December 2008 pp 145-172.


(26)

Limam, Y. R. dan S.M. Miller. 2004. Explaining Economic Growth: Factor Accumulation, Total Factor Productivity Growth, and Production Efficiency Improvement. Working Papers No. 2004-20:1-42. Department of Economics, University of Connecticut.

Mankiw, N. Gregory. 2007. Macroeconomics 6th Edition. Worth Publisher. New

York.

Mayawala, D. 2008. Analysis of The Impact of Agricultural Sector on Economic Growth. Tesis. University of Delaware, Newark, US..

Ngoc, P.M. 2008. Sources of Vietnam’s Economic Growth. Program Development

Study. 8(3):209-229.

Norton, Roger D. 2004. Agricultural development Policy: Concept and Experiences. John Wiley & Sons, Ltd.

Purohit, Brijesh C dan Reddy, Ratna V. 1999. Capital Formation in Indian Agriculture: Issues and Concerns. Institute of Development Studies, 8-B, Jhalana Institutional Area, Jaipur – 302 004.

Ragnar, Nurkse. 1953. Problems of Capital Formation in Underdevelopment Countries. New York: Oxford University Press.

Raharjo, A. 2006. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Investasi Swasta dan Angkatan Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahun 1982-2003 (Studi Kasus di Kota Semarang). [Tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

Rao, S. J. Tang, and W. Wang. 2003. Canada’s Productivity Record and Capital

Accumulation. Int. Product Monit. 7(Fall): 24-38

Rosegrant, M. W dan P.B.R. Hazell. 2000. Transforming The Rural Asian Economy The Unfinished Revolution. Oxford University Pr. New York.

Saleh, K. 1997. The Measurement of Gross Domestic Fixed Capital Formation in Indonesia. Central Bureau of Statistics.

Stockhammer, E., dan E. Klär. 2008. Capital Accumulation, Labour Market

Institutions, and Unemployment in The Medium Run. Ger Inst Econ Res.

[makalah]. 01(834), 8 Juli 2008. Kingston University, Faculty of Arts and Social Sciences, UK.

Supadi dan M. Syukur. 2004. Aksesibilitas Petani terhadap Sumber Permodalan (Kasus Petani Padi Sawah dan Hortikultura di Jawa Barat & Nusa Tenggara Barat). Icaserd Working PaperNo. 48, Maret 2004: 1-24.

The Committee on Capital Formation in Agriculture. 2003. Report of The Committee

on Capital Formation in Agriculture, New Delhi (IN): Department of Agriculture

& Cooperation Ministry of Agriculture Government of India.

Van der Eng, P. 2008. Working Papers in Trade and Development Capital Formation and Capital Stok in Indonesia 1950 – 2007. December 2008 Working Paper No. 2008/24.


(27)

Dwi Rachmina dan Eva Yolynda Aviny Pembentukan Modal: Sumber Pertumbuhan Sektor Pertanian di Indonesia


(28)

(1)

pertanian relatif lebih rendah dibandingkan kapital (Tabel 2 dan Tabel 3). Pengaruh TFP juga masih belum kuat karena teknologi pada sektor pertanian secara umum masih rendah.

4.3. Peranan Pembentukan Modal dalam Pengembangan Sektor Pertanian Pertumbuhan PDB pertanian dipengaruhi oleh pertumbuhan kapital, tenaga kerja, dan TFP. Pertumbuhan kapital relatif lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tenaga kerja dan TFP. Dengan demikian, pembentukan kapital memiliki peranan relatif besar dalam pengembangan sektor pertanian. Hal ini terlihat dari pangsa pembentukan kapital yang jauh lebih tinggi dibandingkan tenaga kerja dan TFP. Pangsa kapital terhadap pertumbuhan PDB adalah yang tertinggi mencapai 125,22 persen (Tabel 5). Pangsa kapital terhadap pertumbuhan PDB pertanian pada periode krisis lebih tinggi (153,85%) dibandingkan pada periode setelah krisis (87,04%). Sementara pangsa tenaga kerja hanya sebesar 22,12 persen dan pangsa TFP justru negatif (-47,34%). Pangsa kapital pertanian pada periode 1980-2008 sebesar 5,98 persen terhadap total kapital di Indonesia. Pangsa kapital pertanian pada periode setelah krisis lebih besar, sebesar 9,20 persen, dibandingkan dengan periode sebelum krisis, yaitu mencapai 5,21persen.

Tabel 5. Rata-rata Pangsa Kapital, Tenaga Kerja, dan TFP terhadap Pertumbuhan PDB di Indonesia Sebelum dan Sesudah Krisis

Uraian Satuan Sebelum krisis 1980-1996

Sesudah Krisis

1997-2008 Total

Pangsa Kapital % 153,85 87,04 125,22

Pangsa Tenaga Kerja % 28,40 13,75 22,12

Pangsa TFP % (82,25) (0,79) (47,34)

Pangsa tenaga kerja pada periode 1980-2008 relatif stabil dibandingkan pangsa kapital dan pangsa TFP (Gambar 7). Berdasarkan Gambar 7, terlihat bahwa pangsa kapital sangat dominan pada periode tahun 1988-1996. Pada saat yang sama, pangsa TFP justru berada pada posisi terendah dan bahkan negatif. Rendahnya pangsa TFP tersebut menunjukkan bahwa produktivitas total faktor.


(2)

Gambar 7. Perkembangan Pangsa Stok Kapital, Tenaga Kerja, dan Total Factor Productivity (TFP) Sektor Pertanian di Indonesia Tahun 1980-2008

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

1. Produk domestik bruto (PDB) riil pertanian mengalami pertumbuhan fluktuatif dengan kecenderungan meningkat secara lambat dengan laju pertumbuhan sebesar 3,44 persen per tahun.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan PDB Pertanian yaitu kapital, tenaga kerja, dan produktivitas total faktor (TFP). PDB pertanian cukup responsif terhadap pertumbuhan kapital dan tenaga kerja tetapi kurang responsif terhadap pertumbuhan TFP. Pertumbuhan kapital relatif lebih tinggi dari pertumbuhan PDB pertanian dan tenaga kerja. Sementara TFP masih relatif rendah dan cenderung mengalami penurunan.

3. Peranan atau share pembentukan modal terhadap pertumbuhan PDB pertanian paling tinggi yaitu mencapai 125 persen dibandingkan dengan faktor tenaga kerja dan TFP. Pertumbuhan kapital cukup tinggi mencapai 8 persen per tahun.

5.2. Saran

1. Pengaruh faktor tenaga kerja terhadap PDB pertanian lebih besar dibandingkan faktor kapital dan TFP, namun pertumbuhan tenaga kerja masih rendah sehingga perlu peningkatan kualitas sumberdaya manusia melalui peningkatan investasi SDM. 2. Pengaruh pertumbuhan kapital dan sharenya terhadap pertumbuhan PDB pertanian

paling tinggi. Namun pengaruh stok kapital terhadap PDB pertanian riil masih rendah, yang menunjukkan marjinal produktivitas kapital masih rendah. Oleh karena itu diperlukan upaya peningkatan stok kapital atau upaya pembentukan kapital sektor pertanian.


(3)

3. TFP memiliki share dan pengaru yang paling rendah, baik terhadap PDB pertanian riil maupun terhadap pertumbuhan PDB pertanian riil. Hal ini menunjukkan tingkat teknologi pertanian masih rendah dan belum secara efektif mampu meningkatakan produktivitas.

DAFTAR PUSTAKA

Adhikary, B. K. 2011. FDI, Trade Openness, Capital Formation, and Economic Growth in Bangladesh: a Linkage Analysis. International Journal of Business and Management, 6(1): 16-28.

Arifin, B. 2004. Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia. Penerbit Buku Kompas. Jakarta.

Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan. 2011. Kebijakan Fiskal Mendorong Pertanian serta Kondisi yang Mempengaruhinya. Makalah Kuliah Umum. Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. 24 Februari 2011. Bogor

[BPS]. Badan Pusat Statistik.2011. Statistik Ekonomi Indonesia. Jakarta.

Fuglie, K.O. 2010. Sources of Growth in Indonesian Agriculture. Journal of Productivity Analysis (2010) 33:225-240. Doi 10.1007/s11123-009-0150-x. Fuglie, K.O. 2004. Productivity Growth in Indonesia Agriculture, 1961-2000. Bulletin

of Indonesian Economic Studies, Vol. 40, No.2.

Fuglie, K.O. 1999. Investing in Agricultural Productivity in Indonesia. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 17(2): 1-16.

Hagiwara, T., dan Y. Matsubayashi. 2009. Capital Accumulation, Vintage, and Productivity: The Japanese Experience from 1980 to 2007. Makalah disampaikan pada Workshop of Graduate School of Economics, Kobe University Rokkodai, Nada-Ku, Kobe, 657-8501 Japan.

Hayami, Y dan V.W. Rutan. 1985. Agricultural Development, An International Perspective. Revised and Expanded Edition. The John Hopkins University Press.

Jorgenson D. W. dan R. Landau. 1989. Technology and Capital Formation. MIT Press. Cambridge.

Kalyvitis, S. 2002. Public Investment Rules and Endogenous Growth with Empirical Evidence from Canada. Scot J Polit Econ. 50(1):90-100, doi: 10.1111/1467-9485.00256.

Kumar, P., S. Mittal, dan M. Hossain. 2008. Agricultural Growth Accounting and Total Factor Productivity in South Asia: A Review and Policy Implications. Agricultural Economics Research Review, vol 21 July-December 2008 pp 145-172.


(4)

Limam, Y. R. dan S.M. Miller. 2004. Explaining Economic Growth: Factor Accumulation, Total Factor Productivity Growth, and Production Efficiency Improvement. Working Papers No. 2004-20:1-42. Department of Economics, University of Connecticut.

Mankiw, N. Gregory. 2007. Macroeconomics 6th Edition. Worth Publisher. New York.

Mayawala, D. 2008. Analysis of The Impact of Agricultural Sector on Economic Growth. Tesis. University of Delaware, Newark, US..

Ngoc, P.M. 2008. Sources of Vietnam’s Economic Growth. Program Development Study. 8(3):209-229.

Norton, Roger D. 2004. Agricultural development Policy: Concept and Experiences. John Wiley & Sons, Ltd.

Purohit, Brijesh C dan Reddy, Ratna V. 1999. Capital Formation in Indian Agriculture: Issues and Concerns. Institute of Development Studies, 8-B, Jhalana Institutional Area, Jaipur – 302 004.

Ragnar, Nurkse. 1953. Problems of Capital Formation in Underdevelopment Countries. New York: Oxford University Press.

Raharjo, A. 2006. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Investasi Swasta dan Angkatan Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahun 1982-2003 (Studi Kasus di Kota Semarang). [Tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

Rao, S. J. Tang, and W. Wang. 2003. Canada’s Productivity Record and Capital Accumulation. Int. Product Monit. 7(Fall): 24-38

Rosegrant, M. W dan P.B.R. Hazell. 2000. Transforming The Rural Asian Economy The Unfinished Revolution. Oxford University Pr. New York.

Saleh, K. 1997. The Measurement of Gross Domestic Fixed Capital Formation in Indonesia. Central Bureau of Statistics.

Stockhammer, E., dan E. Klär. 2008. Capital Accumulation, Labour Market Institutions, and Unemployment in The Medium Run. Ger Inst Econ Res.

[makalah]. 01(834), 8 Juli 2008. Kingston University, Faculty of Arts and Social Sciences, UK.

Supadi dan M. Syukur. 2004. Aksesibilitas Petani terhadap Sumber Permodalan (Kasus Petani Padi Sawah dan Hortikultura di Jawa Barat & Nusa Tenggara Barat). Icaserd Working PaperNo. 48, Maret 2004: 1-24.

The Committee on Capital Formation in Agriculture. 2003. Report of The Committee on Capital Formation in Agriculture, New Delhi (IN): Department of Agriculture & Cooperation Ministry of Agriculture Government of India.

Van der Eng, P. 2008. Working Papers in Trade and Development Capital Formation and Capital Stok in Indonesia 1950 – 2007. December 2008 Working Paper No.


(5)

(6)