KERANGKA PEMIKIRAN Pembentukan Modal: Sumber Pertumbuhan Sektor Pertanian di Indonesia
di Indonesia
Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2011 337
∆k = i – δk ……………………………………..……… ………………….1 Sementara investasi per pekerja sama dengan tabungan sy dan y=fk, maka persamaan
1 dapat dituliskan menjadi : ∆k = sfk – δk……………………………………………………..………2
Berdasarkan persamaan 1 dan 2 terlihat bahwa tabungan sangat penting dan menentukan investasi. Seperti dikemukakan oleh Solow bahwa tingkat tabungan
adalah determinan penting dari persediaan modal pada kondisi mapan. Tabungan yang lebih tinggi mengarah pada pertumbuhan yang lebih cepat tetapi hanya sementara, yaitu
mencapai kondisi mapan. Kondisi mapan adalah suatu kondisi yang dimana kesejahteraan individu masyarakat maksimal, yang sering disebut kondisi kaidah emas.
Kesejahteraan individu diukur dengan tingkat konsumsi masyarakat. Pada kondisi kaidah emas maka kemiringan fungsi produksi sama dengan kemiringan kurva
depresiasi dan kemiringan fungsi produksi merupakan besaran produk marjinal modal MPK, sehingga dapat dituliskan bahwa MPK =
δ. Pertumbuhan ekonomi supaya berkelanjutan, maka selain akumulasi modal,
perlu memperhitungkan pertumbuhan populasi dan angkatan kerja L. Penambahan populasi akan mempengaruhi jumlah modal per pekerja KL dan perubahan
persediaan modal per pekerja seperti pada persamaan 3:
∆k = i – δ+nk ………………………………………………..…………. 3 ∆k = sfk – δ+nk……………………………………….………………. 4
Pada kondisi mapan penggunaan modal per pekerja k yang memaksimumkan konsumsi yaitu pada saat MPK =
δ + n atauMPK - δ = n. Hal ini menunjukkan bahwa pada kondisi mapan kaidah emas dicapai pada saat produk marjinal modal setelah
terdepresiasi sama dengan tingkat pertumbuhan populasi. Berdasarkan uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa perekonomian, yang diukur dengan produksi barang dan jasa,
dipengaruhi oleh dua faktor produksi yaitu modal dan tenaga kerja.
Selain modal dan tenaga kerja, Solow menunjukkan faktor lain yang akan mempengaruhi pertumbuhan perekonomian dalam jangka panjang yaitu faktor
teknologi. Model Solow memasukkan teknologi sebagai peubah eksogen tertentu yang mengakibatkan perubahan kemampuan masyarakat untuk berproduksi sepanjang waktu
atau disebut efisiensi tenaga kerja E. Untuk menggambarkan hubungan antara produksi dalam perekonomian dan penggunaan faktor produksi sebagai sumber
pertumbuhan produksi digunakan fungsi produksi seperti pada persamaan 5.
Y = f K, LxE ……………………………………………………….…………..… 5
di Indonesia
338 Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2011
Dimana L x E mengukur jumlah pekerja efektif, peningkatan efisiensi tenaga kerja E sejalan dengan peningkatan angkatan kerja L. Asumsi dasar yang digunakan yaitu
kemajuan teknologi menyebabkan efisiensi tenaga kerja E tumbuh pada tingkat yang konstan sebesar g. Dengan demikian tenaga kerja efektif tumbuh sebesar g + n,
sehingga persamaan 4 akan berubah menjadi :
∆k = sfk –
δ+n+gk……………………………………………….. .6 Kondisi mapan yang memaksimumkan konsumsi masyarakat yaitu tercapai saat MPK
= δ+n+g atau MPK – δ = n+g dimana produk marjinal modal neto MPK – δ sama
dengan pertumbuhan output total n+g. Teori Solow yang mengasumsikan teknologi sebagai peubah eksogen dari luar
ditentang dengan munculnya teori pertumbuhan endogen endogenous growth. Menurut teori pertumbuhan endogen, teknologi dapat mengakibatkan terjadinya
perubahan produktivitas faktor total. Model pertumbuhan endogen dapat dituliskan pada persamaan 7 dan 8:
Y = AfK,L ……………………………………………………………….7 = ∝
+ 1−∝ + ………………………………….………..8
dimana: A
= produktivitas total faktor sebagai ukuran tingkat teknologi terbaru. =
pertumbuhan output
∝ = kontribusi
modal 1−∝
= kontribusi tenaga kerja = pertumbuhan produktivitas faktor total
Berdasarkan persamaan 8 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga sumber pertumbuhan output yaitu perubahan jumlah modal, perubahan jumlah tenaga
kerja, dan perubahan produktivitas faktor total. Produktivitas faktor total diukur secara tidak langsung karena tidak dapat diamati secara langsung Mankiw, 2007.
Pertumbuhan produktivitas faktor total dapat diukur dari data pertumbuhan output dengan pertumbuhan input modal dan pertumbuhan input tenaga kerja sebagai berikut:
= −∝ − 1−∝
………………………………………………9 adalah perubahan output yang tidak dapat dijelaskan oleh perubahan input K dan
input L. Dengan demikian, pertumbuhan produktivitas faktor total merupakan residu yaitu jumlah pertumbuhan output yang tersisa setelah menghitung determinan
pertumbuhan yang bisa diukur K dan L. juga sering disebut residu Solow sebagai
di Indonesia
Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2011 339
penemu cara mengukur pertumbuhan produktivitas faktor total. Produktivitas faktor total atau disebut juga total factor productivity TFP dapat berubah karena beberapa
hal, misalnya peningkatan ilmu pengetahuan tentang metode produksi, pendidikan masyarakat, kebijakan pemerintah, dan sebagainya. Berdasarkan uraian tersebut bahwa
TFP dapat digunakan sebagai ukuran kemajuan teknologi.
Berdasarkan uraian di atas, maka pengukuran pertumbuhan sektor pertanian di Indonesia akan diamati melalui tiga sumber pertumbuhan yaitu perubahan modal
capital formation, perubahan tenaga kerja, dan perubahan produktivitas faktor total. Lebih jauh akan dikaji seberapa besar peranan pembentukan modal dalam pertumbuhan
sektor pertanian jika dibandingkan dengan faktor tenaga kerja dan TFP.