Pengaruh Investasi dan Pertumbuhan di Sektor Pertanian Terhadap Jumlah Tenaga Kerja Sektor Pertanian

(1)

PENGARUH INVESTASI DAN PERTUMBUHAN DI SEKTOR

PERTANIAN TERHADAP JUMLAH TENAGA KERJA

SEKTOR PERTANIAN

SKRIPSI

MUHAMMAD ISMAIL MAHIR RANGKUTI

A14104585

PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(2)

PENGARUH INVESTASI DAN PERTUMBUHAN DI SEKTOR

PERTANIAN TERHADAP JUMLAH TENAGA KERJA

SEKTOR PERTANIAN

SKRIPSI

MUHAMMAD ISMAIL MAHIR RANGKUTI

A14104585

PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(3)

RINGKASAN

MUHAMMAD ISMAIL MAHIR RANGKUTI. Pengaruh Investasi dan Pertumbuhan di Sektor Pertanian Terhadap Jumlah Tenaga Kerja di Sektor Pertanian. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor ( Di bawah bimbingan ANNA FARIYANTI).

Kemajuan perekonomian suatu negara dapat dicermati melalui pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat pengangguran, serta berbagai indikator makroekonomi lainnya. Menurut data BPS (2007), laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) pada kurun waktu 2000 hingga 2006 rata-rata 4,90 persen namun kenaikan PDB ini angka kemiskinan dan pengangguran masih relatif besar.

Sektor pertanian merupakan bagian dari sektor riil yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia, karena sebagai negar agraris seharusnya menjadi tulang punggung perekonomian. Sektor pertanian berperan diantaranya melalui penyerapan tenaga kerja,penghasil devisa dan Produk Domestik Bruto (PDB), penyedia kebutuhan pokok dan sebagai jalur utama perekonomian pedesaan.

Secara teoritis perkembangan investasi di suatu sektor akan berdampak pada pertumbuhan sektor tersebut. Rendahnya tingkat investasi di sektor pertanian menyebabkan rendahnya tingkat pertumbuhan di tektor pertanian. Rendahnya tingkat pertumbuhan sektor pertanian juga berhubungan dengan rendahnya kontribusi sektor pertanian terhadap pendapatan nasional. Rendahnya pertumbuhan sektor pertanian dan kontribusi nya terhadap PDB merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius mengingat pentingnya sektor pertanian sebagai tulang punggung perekonomian negara.

Meningkatnya pendapatan nasional dari tahun 2004 hingga 2006 dengan rata-rata pertumbuhan lima persen sepertinya belum mampu untuk menjadi solusi terhadap masalah pengangguran dan kemiskinan. Sektor pertanian sebagai salah satu sektor riil yang dapat menjadi solusi terhadap masalah pengangguran dan kemiskinan mempunyai permasalahan yang terlebih dahulu diselesaikan agar dapat memajukan sektor pertanian sehingga menciptakan multiplier effect

terhadap kemajuan bangsa.

Penelitian ini bertujuan, untuk menganalisis pengaruh investasi dan tenaga kerja di sektor pertanian terhadap pertumbuhan sektor pertanian. Menganalisis pengaruh investasi dan pertumbuhan di sektor pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian.

Penelitian ini mengadopsi teori yang dikemukakan oleh Solow dimana pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh pertumbuhan teknologi, modal, dan tenaga kerja. Namun pada penelitian kali ini karena keterbatasan data tidak menggunakan teknologi sebagai variabelnya. Dalam perekonomian tidak ada pertumbuhan teknologi, pendapatan dapat ditentukan dari besarnya modal dan tenaga kerja.

Jenis data yang digunakan dalm penelitian ini menggunakan data nasional berupa sekunder bentuk deret berkala tahunan (time series) dari tahun 1977 sampai dengan 2007.Metode analisis kuntitatif menggunakan pendekatan model


(4)

ekonometrika persamaan simultan (simultaneous-equation) dengan metode Two

Stages Least Square (2SLS) dan,melalui progaram aplikasi Eviews versi 4.1. Beradasarkan pendugaan yang telah dilakukan, dapat dikatakan

pertumbuhan di sektor pertanian dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor pertanian periode sebelumnya dan investasi di sektor pertanian. Dengan nilai koefisien masing-masing 1.109350 dan 0.001846 sedangkan pengaruh tenaga kerja di sektor pertanian terhadap pertumbuhan sektor pertanian memiliki hubungan yang negatif. Pertumbuhan sektor pertanian periode sebelumnya berpengaruh terhadap pertumbuhan di sektor pertanian dengan selang kepercayaan 95 persen. Variabel-variabel yang digunakan pada model dapat menjelaskan keberagaman sebesar 98 persen.

Berdasarkan pendugaan dampak pertumbuhan dan investasi terhadap tenaga kerja di sektor pertanian, dapat dikatakan bahwa pertumbuhan dan investasi di sektor pertanian berpengaruh secara positif terhadap peningkatan tenaga kerja pertanian. Dengan nilai koefisien masing-masing 17.204989 dan 0.118604, variabel investasi dapat nyata pada taraf 90 % dan model dapat menjelaskan keberagaman sebesar 40%.

Dapat disimpulkan investasi dan pertumbuhan sebelumnya di sektor pertanian berpengaruh secara positif terhadap pertumbuhan pertanian, sedangkan tenaga kerja berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan sektor pertanian. Hubungan negatif antara pertumbuhan sektor pertanian dan tenaga kerja sektor pertanian, bertentangan secara hipotesis dan teoritis dalam penelitian ini. Pengaruh pertumbuhan dan investasi terhadap tenaga kerja di sektor pertanian memiliki hubungan yang positif, sehingga secara implikasi dapat dikatakan untuk menaikkan jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian mutlak diperlukan investasi dan pertumbuhan di sektor pertanian.

Sektor pertanian masih merupakan sumber kesempatan kerja dan berburuh tani yang potensial.Upaya menigkatkan produktivitas dan kesejahteraan buruh tani perlu terus dilakukan antara lain melalui perbaikan sistem sakap dan pengupahan, mobilitas dan informasi tenaga kerja, serta pengembangan agroindustri dan kesempatan kerja di luar sektor pertanian.

Tingkat upah bergantung pada penawaran tenaga kerja, perkembangan mekanisasi pertanian, dan pertumbuhan kesempatan kerja di luar sektor pertanian.Walaupun indeks upah absolut menigkat, harga kebutuhan pokok meningkat lebih cepat sehingga laju upah riil menjadi sangat lambat. Pengembangan infrastruktur, pendidikan, dan pembinaan ketrampilan tenaga kerja (khususnya wanita) sangat penting agar dapat bekerja secara mandiri dan posisi tawarannya meningkat.

Kontribusi tenaga kerja dinilai menentukan kinerja usaha tani padi yang bersifat padat tenaga kerja. Kelangkaan tenaga kerja dan peningkatan upah secara tidak terkendali perlu dicegah.


(5)

PENGARUH INVESTASI DAN PERTUMBUHAN DI SEKTOR

PERTANIAN TERHADAP JUMLAH TENAGA KERJA SEKTOR

PERTANIAN

Muhammad Ismail Mahir Rangkuti A14104585

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Fakultas Pertanian

PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(6)

Judul Skripsi : Pengaruh Investasi dan Pertumbuhan di Sektor Pertanian Terhadap Jumlah Tenaga Kerja Sektor Pertanian

Nama : Muhammad Ismail Mahir Rangkuti

NRP : A14104585

Disetujui, Pembimbing

Dr.Ir.Anna Fariyanti, MSi.

NIP. 131 918 115

Diketahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof.Dr.Ir.Didy Sopandie, M.Agr

NIP. 131 124 019


(7)

P E R N Y A T A A N

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Investasi dan Pertumbuhan di Sektor Pertanian Terhadap Jumlah Tenaga Kerja Sektor Pertanian” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian skripsi ini.

Bogor, April 2009

Muhammad Ismail Mahir Rangkuti


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan bungsu dari sepuluh bersaudara yang lahir dari pasangan Ayahanda Alm. H Abdul Muluk Rangkuti dan Ibunda Hj. Rosnah Matondang.

Penulis dilahirkan di Medan, pada tanggal 24 Agustus 1983. Masa pendidikan penulis dimulai dari jenjang Sekolah Dasar di SDN 060853, Medan pada tahun 1989-1995. Penulis memasuki jenjang Sekolah Menengah Pertama pada tahun 1995-1998, di SLTPN 12 Medan. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Menengah Atas pada tahun 1998-2001, di SMU Swasta ERIA Medan.

Pada tahun 2001, penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi di Program Diploma III Pengelola Perkebunan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.


(9)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam kepada Nabi dan Rasul paling mulia, Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya.

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Investasi dan Pertumbuhan di Sektor Pertanian Terhadap Jumlah Tenaga Kerja Sektor Pertanian”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Investasi dan Pertumbuhan di Sektor Pertanian Terhadap Jumlah Tenaga Kerja Sektor Pertanian.

Namun demikian sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi.Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, April 2009


(10)

UCAPAN TERIMAKASIH

Alhamdulillahhirobbil’alamin..

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan nikmat-Nya penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih pada pihak-pihak yang telah memberikan masukan dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, antara lain :

1. Bunda atas segala dorongan, do’a dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

2. Dr. Ir. Anna Fariyanti, MSi. selaku dosen pembimbing skripsi, yang dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berarti selama penyusunan skripsi.

3. Ir. Muhammad Firdaus, MSi, PhD. selaku dosen evaluator pada saat kolokium dan penguji utama pada saat sidang.

4. Dr. Drs. Iwan D. Riswandi, MSi. selaku dosen pembimbing pertama yang telah memberikan masukan mengenai judul skripsi.

5. Ir. Narni Farmayanti, MSc. Selaku dosen penguji komisi pendidikan pada saat sidang.

5. Rangkuti bersaudara atas segala nasehat, dukungan, dan doa yang telah diberikan.

6. Muhammamd Ahyani sebagai pembahas seminar

7. Anak-anak PLP atas kekompakan dan dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Rekan-rekan Ekstensi MAB dan berbagai pihak lainnya yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta membalas kebaikan semua pihak yang telah memberikan doa,bantuan dan dukungannya kepada penulis.

Bogor, April 2009


(11)

PENGARUH INVESTASI DAN PERTUMBUHAN DI SEKTOR

PERTANIAN TERHADAP JUMLAH TENAGA KERJA

SEKTOR PERTANIAN

SKRIPSI

MUHAMMAD ISMAIL MAHIR RANGKUTI

A14104585

PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(12)

PENGARUH INVESTASI DAN PERTUMBUHAN DI SEKTOR

PERTANIAN TERHADAP JUMLAH TENAGA KERJA

SEKTOR PERTANIAN

SKRIPSI

MUHAMMAD ISMAIL MAHIR RANGKUTI

A14104585

PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(13)

RINGKASAN

MUHAMMAD ISMAIL MAHIR RANGKUTI. Pengaruh Investasi dan Pertumbuhan di Sektor Pertanian Terhadap Jumlah Tenaga Kerja di Sektor Pertanian. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor ( Di bawah bimbingan ANNA FARIYANTI).

Kemajuan perekonomian suatu negara dapat dicermati melalui pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat pengangguran, serta berbagai indikator makroekonomi lainnya. Menurut data BPS (2007), laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) pada kurun waktu 2000 hingga 2006 rata-rata 4,90 persen namun kenaikan PDB ini angka kemiskinan dan pengangguran masih relatif besar.

Sektor pertanian merupakan bagian dari sektor riil yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia, karena sebagai negar agraris seharusnya menjadi tulang punggung perekonomian. Sektor pertanian berperan diantaranya melalui penyerapan tenaga kerja,penghasil devisa dan Produk Domestik Bruto (PDB), penyedia kebutuhan pokok dan sebagai jalur utama perekonomian pedesaan.

Secara teoritis perkembangan investasi di suatu sektor akan berdampak pada pertumbuhan sektor tersebut. Rendahnya tingkat investasi di sektor pertanian menyebabkan rendahnya tingkat pertumbuhan di tektor pertanian. Rendahnya tingkat pertumbuhan sektor pertanian juga berhubungan dengan rendahnya kontribusi sektor pertanian terhadap pendapatan nasional. Rendahnya pertumbuhan sektor pertanian dan kontribusi nya terhadap PDB merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius mengingat pentingnya sektor pertanian sebagai tulang punggung perekonomian negara.

Meningkatnya pendapatan nasional dari tahun 2004 hingga 2006 dengan rata-rata pertumbuhan lima persen sepertinya belum mampu untuk menjadi solusi terhadap masalah pengangguran dan kemiskinan. Sektor pertanian sebagai salah satu sektor riil yang dapat menjadi solusi terhadap masalah pengangguran dan kemiskinan mempunyai permasalahan yang terlebih dahulu diselesaikan agar dapat memajukan sektor pertanian sehingga menciptakan multiplier effect

terhadap kemajuan bangsa.

Penelitian ini bertujuan, untuk menganalisis pengaruh investasi dan tenaga kerja di sektor pertanian terhadap pertumbuhan sektor pertanian. Menganalisis pengaruh investasi dan pertumbuhan di sektor pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian.

Penelitian ini mengadopsi teori yang dikemukakan oleh Solow dimana pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh pertumbuhan teknologi, modal, dan tenaga kerja. Namun pada penelitian kali ini karena keterbatasan data tidak menggunakan teknologi sebagai variabelnya. Dalam perekonomian tidak ada pertumbuhan teknologi, pendapatan dapat ditentukan dari besarnya modal dan tenaga kerja.

Jenis data yang digunakan dalm penelitian ini menggunakan data nasional berupa sekunder bentuk deret berkala tahunan (time series) dari tahun 1977 sampai dengan 2007.Metode analisis kuntitatif menggunakan pendekatan model


(14)

ekonometrika persamaan simultan (simultaneous-equation) dengan metode Two

Stages Least Square (2SLS) dan,melalui progaram aplikasi Eviews versi 4.1. Beradasarkan pendugaan yang telah dilakukan, dapat dikatakan

pertumbuhan di sektor pertanian dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor pertanian periode sebelumnya dan investasi di sektor pertanian. Dengan nilai koefisien masing-masing 1.109350 dan 0.001846 sedangkan pengaruh tenaga kerja di sektor pertanian terhadap pertumbuhan sektor pertanian memiliki hubungan yang negatif. Pertumbuhan sektor pertanian periode sebelumnya berpengaruh terhadap pertumbuhan di sektor pertanian dengan selang kepercayaan 95 persen. Variabel-variabel yang digunakan pada model dapat menjelaskan keberagaman sebesar 98 persen.

Berdasarkan pendugaan dampak pertumbuhan dan investasi terhadap tenaga kerja di sektor pertanian, dapat dikatakan bahwa pertumbuhan dan investasi di sektor pertanian berpengaruh secara positif terhadap peningkatan tenaga kerja pertanian. Dengan nilai koefisien masing-masing 17.204989 dan 0.118604, variabel investasi dapat nyata pada taraf 90 % dan model dapat menjelaskan keberagaman sebesar 40%.

Dapat disimpulkan investasi dan pertumbuhan sebelumnya di sektor pertanian berpengaruh secara positif terhadap pertumbuhan pertanian, sedangkan tenaga kerja berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan sektor pertanian. Hubungan negatif antara pertumbuhan sektor pertanian dan tenaga kerja sektor pertanian, bertentangan secara hipotesis dan teoritis dalam penelitian ini. Pengaruh pertumbuhan dan investasi terhadap tenaga kerja di sektor pertanian memiliki hubungan yang positif, sehingga secara implikasi dapat dikatakan untuk menaikkan jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian mutlak diperlukan investasi dan pertumbuhan di sektor pertanian.

Sektor pertanian masih merupakan sumber kesempatan kerja dan berburuh tani yang potensial.Upaya menigkatkan produktivitas dan kesejahteraan buruh tani perlu terus dilakukan antara lain melalui perbaikan sistem sakap dan pengupahan, mobilitas dan informasi tenaga kerja, serta pengembangan agroindustri dan kesempatan kerja di luar sektor pertanian.

Tingkat upah bergantung pada penawaran tenaga kerja, perkembangan mekanisasi pertanian, dan pertumbuhan kesempatan kerja di luar sektor pertanian.Walaupun indeks upah absolut menigkat, harga kebutuhan pokok meningkat lebih cepat sehingga laju upah riil menjadi sangat lambat. Pengembangan infrastruktur, pendidikan, dan pembinaan ketrampilan tenaga kerja (khususnya wanita) sangat penting agar dapat bekerja secara mandiri dan posisi tawarannya meningkat.

Kontribusi tenaga kerja dinilai menentukan kinerja usaha tani padi yang bersifat padat tenaga kerja. Kelangkaan tenaga kerja dan peningkatan upah secara tidak terkendali perlu dicegah.


(15)

PENGARUH INVESTASI DAN PERTUMBUHAN DI SEKTOR

PERTANIAN TERHADAP JUMLAH TENAGA KERJA SEKTOR

PERTANIAN

Muhammad Ismail Mahir Rangkuti A14104585

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Fakultas Pertanian

PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(16)

Judul Skripsi : Pengaruh Investasi dan Pertumbuhan di Sektor Pertanian Terhadap Jumlah Tenaga Kerja Sektor Pertanian

Nama : Muhammad Ismail Mahir Rangkuti

NRP : A14104585

Disetujui, Pembimbing

Dr.Ir.Anna Fariyanti, MSi.

NIP. 131 918 115

Diketahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof.Dr.Ir.Didy Sopandie, M.Agr

NIP. 131 124 019


(17)

P E R N Y A T A A N

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Investasi dan Pertumbuhan di Sektor Pertanian Terhadap Jumlah Tenaga Kerja Sektor Pertanian” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian skripsi ini.

Bogor, April 2009

Muhammad Ismail Mahir Rangkuti


(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan bungsu dari sepuluh bersaudara yang lahir dari pasangan Ayahanda Alm. H Abdul Muluk Rangkuti dan Ibunda Hj. Rosnah Matondang.

Penulis dilahirkan di Medan, pada tanggal 24 Agustus 1983. Masa pendidikan penulis dimulai dari jenjang Sekolah Dasar di SDN 060853, Medan pada tahun 1989-1995. Penulis memasuki jenjang Sekolah Menengah Pertama pada tahun 1995-1998, di SLTPN 12 Medan. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Menengah Atas pada tahun 1998-2001, di SMU Swasta ERIA Medan.

Pada tahun 2001, penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi di Program Diploma III Pengelola Perkebunan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.


(19)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam kepada Nabi dan Rasul paling mulia, Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya.

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Investasi dan Pertumbuhan di Sektor Pertanian Terhadap Jumlah Tenaga Kerja Sektor Pertanian”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Investasi dan Pertumbuhan di Sektor Pertanian Terhadap Jumlah Tenaga Kerja Sektor Pertanian.

Namun demikian sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi.Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, April 2009


(20)

UCAPAN TERIMAKASIH

Alhamdulillahhirobbil’alamin..

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan nikmat-Nya penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih pada pihak-pihak yang telah memberikan masukan dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, antara lain :

1. Bunda atas segala dorongan, do’a dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

2. Dr. Ir. Anna Fariyanti, MSi. selaku dosen pembimbing skripsi, yang dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berarti selama penyusunan skripsi.

3. Ir. Muhammad Firdaus, MSi, PhD. selaku dosen evaluator pada saat kolokium dan penguji utama pada saat sidang.

4. Dr. Drs. Iwan D. Riswandi, MSi. selaku dosen pembimbing pertama yang telah memberikan masukan mengenai judul skripsi.

5. Ir. Narni Farmayanti, MSc. Selaku dosen penguji komisi pendidikan pada saat sidang.

5. Rangkuti bersaudara atas segala nasehat, dukungan, dan doa yang telah diberikan.

6. Muhammamd Ahyani sebagai pembahas seminar

7. Anak-anak PLP atas kekompakan dan dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Rekan-rekan Ekstensi MAB dan berbagai pihak lainnya yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta membalas kebaikan semua pihak yang telah memberikan doa,bantuan dan dukungannya kepada penulis.

Bogor, April 2009


(21)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tinjauan Pustaka ... 8

1.4 Lingkup dan Kegunaan Penelitian ... 8

II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Peranan Sektor Pertanian di Indonesia ... 9

2.2 Pertumbuhan Ekonomi ... 10

2.3 Tenaga Kerja ... 10

2.4 Investasi ... 11

2.5 Penelitian Terdahulu ... 11

2.6 Perbedaan Dengan Penelitiian Terdahulu ... 16

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 17

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 17

3.1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 17

3.1.1.1 Teori Pertumbuhan Klasik ... 18

3.1.1.2 Teori Pertumbuhan Modren ... 23

3.1.2 Teori Investasi ... 32

3.1.3 Teori Tenaga Kerja ... 33

3.14 Teori Yang Dipakai Dalam Penelitian ... 36

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 37

IV METODOLOGI PENELITIAN ... 40

4.1 Jenis dan Sumber Data ... 40

4.2. Metode dan Analisis Data ... 40

4.3 Pendugaan Nilai Elastisitas ... 46

4.4 Pengujian Model dan Hipotesis ... 47

4.5 Uji Autokorelasi ... 49

V GAMBARAN UMUM PENELITIAN ... 50

5.1 Tantangan Sektor Pertanian ... 52

5.2 Peluang Sektor Pertanian ... 54

5.3 Pertumbuhan Sektor Pertanian ... 55

5.4 Tenaga Kerja Pertanian ... 57


(22)

VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 62

6.1 Pendugaan Model Pertumbuhan Sektor Pertanian ... 62 6.2 Nilai Elastisitas Model Pertumbuhan Sektor Pertanian ... 65 6.3 Pertumbuhan Model Tenaga Kerja Sektor Pertanian ... 67 6.4 Nilai Elastisitas Model Tenaga Kerja ... 67

VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 69

7.1 Kesimpulan ... 69 7.2 Implikasi ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 72 LAMPIRAN ... 74


(23)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi,Kemiskinan,dan Pengangguran

Terbuka di Indonesia Pada Tahun 2000-2006 ... 1 2. Kontribusi Sektor Pertanian dan Sektor Ekonomi lainnya

Terhadap PDB di Indonesia Pada Tahun 2001-2007 ... 3 3. Perkembangan Investasi Menurut Sektor Ekonomi di Indonesia

Pada Tahun 2002-2006 ... 4 4. Pertumbuhan Sektor Pertanian dan Kontribusinya Pada PDB ... 5 5. Perkembangan Neraca Ekspor-Impor Pertanian di Indonesia

Pada Tahun 2003-2006 ... 6 6. Perkembangan Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan

Pekerjaan Utama di Indonesia Tahun 2000-2007 ... 7 7. Hasil Pendugaan Pengaruh Tenaga Kerja,Investasi dan

Pertumbuhan Periode Sebelumnya Terhadap Pertumbuhan

Sektor Pertanian ... 63 8. Nilai Elastisitas Investasi,Tenaga Kerja,dan Pertumbuhan

Sebelumnya di Sektor Pertanian Terhadap Pertumbuhan

di Sektor Pertanian ... 66 9. Hasil Pendugaan Pengaruh Investasi dan Pertumbuhan Sektor

Pertanian Terhadap Tenaga Kerja di Sektor Pertanian ... 67 10. Nilai Elastisitas Investasi,Tenga Kerja dan Pertumbuhan

Sebelumnya di Sektor Pertanian Terhadap Pertumbuhan di


(24)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Fungsi Produksi Solow ... 27 2. Kerangka pemikiran operasional ... 39 3. Perkembangan PDB di Sektor Pertanian

1977-2007 ... 56 4. Perkembangan Tenaga Kerja di Sektor Pertanian

1977-2007 ... 58 5. Perkembangan Investasi di Sektor Pertanian


(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Tenaga Kerja, Investasi dan Pertumbuhan Sektor Pertanian . 75 2. Hasil Output TSLS Simultan ... 76


(26)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kemajuan perekonomian suatu negara dapat dicermati melalui pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat pengangguran, serta berbagai indikator makroekonomi lainnya. Menurut data BPS (2007), laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) pada kurun waktu 2000 hingga 2006 rata-rata sebesar 4,90 persen namun laju kenaikan PDB ini diikuti oleh angka kemiskinan dan pengangguran yang masih relatif besar. Untuk lebih jelas pertumbuhan PDB dan tingkat kemiskinan dan pengangguran dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan dan Pengangguran Terbuka di Indonesia Tahun 2000 - 2006

Tahun Pertumbuhan

Ekonomi (%)

Tingkat Kemiskinan (%)

Pengangguran Terbuka (Juta Orang)

2000 4.92 19.1 5.8

2001 3.83 18.4 8.0

2002 4.38 18.2 9.1

2003 4.88 17.4 9.8

2004 5.13 16.7 10.3

2005 5.67 18.3 11.9

2006 5.48 17.75 10.93

Rata-rata 4.90 17.98 9.41

Sumber : BPS, 2007

Pertumbuhan PDB dari tahun 2000 hingga 2006 dengan rata-rata pertumbuhan lima persen sepertinya belum mampu untuk menjadi solusi terhadap masalah pengangguran dan kemiskinan. Menurut ekonom Kwik Kian Gie


(27)

tingginya pertumbuhan tanpa diikuti dengan menurunnya tingkat pengangguran dan kemiskinan dikarenakan rendahnya distribusi pendapatan, dan juga disebabkan tingginya investasi pada pasar finansial yang tidak berdampak langsung terhadap sektor rill yang dapat mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran.1

Selain investasi pada pasar finansial, investasi juga kerap dilakukan oleh para investor pada bidang industri dan manufaktur yang rentan terhadap guncangan situasi ekonomi. Hal ini dibuktikan pada saat krisis ekonomi tahun 1997 terjadi, sektor industri dan manufaktur mengalami kontraksi sebesar 13.68 persen, demikian juga terjadi dari sisi penyerapan tenaga kerja dimana terjadi penurunan penyerapan tenaga kerja sebesar 2.934.441 orang. Hanya sektor pertanian yang bertahan dengan pertumbuhan positif sebesar 3.7 persen dan mampu menyerap tenaga kerja sebesar 45 persen dari jumlah keseluruhan angkatan kerja (Badan Pusat Statistik, 2007).

Sektor pertanian merupakan bagian dari sektor riil yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia, karena sebagai negara agraris seharusnya menjadi tulang punggung perekonomian. Sektor pertanian berperan diantaranya melalui penyerapan tenaga kerja, penghasil devisa dan Produk Domestik Bruto (PDB), penyedia kebutuhan pokok dan sebagai jalur utama perekonomian pedesaan.

Sebagai tulang punggung perekonomian, sektor pertanian diharapkan dapat terus tumbuh dan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pertumbuhan PDB. Namun kontribusi sektor pertanian terhadap PDB jika

1


(28)

dbandingkan dengan sektor ekonomi lainnya dapat dikatakan relatif kecil. Untuk lebih jelasnya kontribusi sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya di lihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kontribusi Sektor Pertanian dan Sektor Ekonomi lainnya terhadap PDB di Indonesia Pada Tahun 2001-2007

Tahun Sektor Ekonomi (%)

Pertanian Industri Jasa

2001 15.6 45.9 38.5

2002 15.6 46.8 37.6

2003 15.5 44.5 40.1

2004 15.2 43.7 41.1

2005 13.1 46.8 40.2

2006 12.9 47.0 40.1

2007 13.8 46.7 39.4

Sumber : Bank pembangunan Asia, 2008

Investasi melalui pembentukan modal akan mempengaruhi kesejahteraan ekonomi suatu bangsa. Investasi baik yang berasal dari dalam negeri maupun asing sangat diperlukan untuk meningkatkan kegiatan proses produksi termasuk produktivitasnya maupun distribusi input dan output suatu sektor tertentu. Melalui investasi, kapasitas produksi dan outputnya dapat ditingkatkan, yang kemudian bisa menjadi sumber pendapatan bagi tenaga kerja yang bekerja pada sektor tersebut.

Untuk dapat meningkatkan kontribusi sektor pertanian terhadap PDB, mutlak diperlukan investasi di sektor pertanian. Namun investasi di sektor pertanian sepertinya belum menjadi sasaran utama para investor dalam menanamkan modalnya. Pentingnya pembangunan sektor pertanian sebagai pemicu kemajuan ekonomi negara sejatinya harus diikuti dengan investasi yang


(29)

besar di sektor pertanian. Kabinet Indonesia Bersatu yang dipimpin oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah menetapkan program pembangunan yang salah satunya adalah revitalisasi pertanian sektor pertanian dan pedesaan untuk berkontribusi pada pengentasan kemiskinan. Komitmen pemerintah dalam merevitalisasi pertanian dibuktikan dengan meningkatnya anggaran pertanian dalam APBN. Anggaran pertanian pada tahun 2005 sebesar Rp 4,1 triliun, pada tahun 2006 meningkat menjadi sebesar Rp 6,3 triliun dan pada tahun 2007 meningkat menjadi sebesar Rp 7,8 triliun (BPS, 2008).

1.2 Perumusan Masalah

Pemerintah memang telah menetapkan program revitalisasi pertanian dan pedesaan untuk pengentasan kemiskinan. Namun secara agregat investasi di sektor pertanian masih lebih kecil dibanding sektor ekonomi lainnya. Realisasi investasi berdasarkan sektor di Indonesia dalam lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Perkembangan Investasi Menurut Sektor Ekonomi di Indonesia Pada Tahun 2002-2006

Sektor 2002 2003 Tahun 2004 2005 2006

(Rp. Milyar)

Pertanian 1 470.3 2 057.9 1 847.9 4 493.6 8 767.8 Pertambangan 703.6 988.9 662.4 982.3 437.4 Perindustrian 15 856.3 40 927.4 20 644.5 26 807.5 131 753.3 Listrik 5.4 608.4 8 798.1 6 276.1 7 232.4 Konstruksi 1 623.9 2 061.9 1 473.0 1 537.9 3 028.4 Perdagangan 1 188.5 1 301.8 764.1 4 652.9 9 413.2 Transportasi 3 125.7 2 023.4 1 887.1 2 357.1 1 930.3 Jasa 1 253.7 122.4 1 063.3 3 451.0 203.4

Total 25 230.5 50 092.1 37 140.4 50 576.4 162 767.2


(30)

Tabel 3. menunjukan investasi di sektor pertanian masih lebih rendah di bandingkan dengan investasi di sektor perdagangan dan industri. Indonesia sebagai negara agraris dimana pertanian menjadi tulang punggung perekonomian, investasi di sektor pertanian harusnya menempati posisi tertinggi di bandingkan dengan investasi di sektor lainnya.

Secara teoritis perkembangan investasi di suatu sektor akan berdampak pada pertumbuhan sektor tersebut. Rendahnya investasi di sektor pertanian menyebabkan rendahnya pertumbuhan di sektor pertanian. Rendahnya pertumbuhan sektor pertanian juga berhubungan dengan rendahnya kontribusi sektor pertanian terhadap PDB. Rendahnya pertumbuhan sektor pertanian dan kontribusinya terhadap PDB merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius mengingat pentingnya sektor pertanian sebagai tulang punggung perekonomian negara. Pertumbuhan sektor pertanian dan kontribusinya terhadap PDB pada periode 2001-2006 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Pertumbuhan Sektor Pertanian dan Kontribusinya pada Produk Domestik Bruto Indonesia Tahun 2001-2006

Tahun Pertumbuhan (%) Kontribusi terhadap PDB

2001 0.63 16.39

2002 1.74 17.47

2003 2.48 16.58

2004 4.06 15.39

2005 2.49 13.41

2006 3.0 12.9

Rata-rata 2.4 15.35

Sumber : BPS 2007

Rendahnya investasi di sektor pertanian karena investasi di sektor pertanian selama ini dianggap kurang memberikan keuntungan bagi target pendapatan pemerintah maupun swasta domestik dan asing. Padahal investasi atau


(31)

penanaman modal sangat diperlukan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi maupun perluasan lapangan perkerjaan, yang dapat banyak menyerap tenaga kerja sehingga dapat menekan jumlah pengangguran. Dampak dari rendahnya investasi di sektor pertanian juga berdampak pada hasil produksi pertanian. Hal ini dapat dilihat dari neraca ekspor-impor pertanian periode 2003-2006 pada Tabel 5. Tabel 5. Perkembangan Neraca Ekspor-Impor Pertanian di Indoneisa Tahun 2003

- 2006

Tahun Sub Sektor

Tanaman Pangan

%

Hortikultura % Perkebunan % Peternakan %

2

0

0

3

Ekspor 694.216,8 5.2 311.845,5 2.3 11.974.201,9 90.7 212.272,398 1.60 Impor 10.020.044,2 74.3 593.230,9 4.4 2.088.748,5 15.5 770.472,512 5.71 Neraca - 9.325.827,4 -69 - 281.385,5 -2.0 9.885.453,3 75.3 -558.200,114 -4.10

2

0

0

4

Ekspor 1.170.247,4 0.4 296.478,7 0.12 15.556.889,5 6.51 221.663.791 92.8 Impor 9.670.604,3 1.1 798.321,8 0.09 1.353.601,4 0.15 873.619.160 98.6 Neraca -8.500.356,8 -0.6 -501.843,2 0.03 14.203.288,1 6.36 -651.955.369 -5.79

2

0

0

5

Ekspor 1.123.504 0.42 384.092,3 0.14 18.592.702,5 6.97 246.486.977 92.4 Impor 18.742.812,4 2.0 2.039.525,7 0.21 5.419.649,8 0.57 910.930.268 97.2 Neraca -17.619.308,6 -1.5 -1.655.433,6 -0.1 13.173.052,6 6.39 -664.443.291 -4.74

2

0

0

6

Ekspor 575.011,2 0.35 346.245,9 0.21 15.163.971,9 9.45 144.324.026 89.9 Impor 12.205.261,8 1.74 970.284,7 0.13 1.764.117,7 0.25 684.634.362 97.8 Neraca -11.630.250,6 -1.4 -624.038,7 0.07 13.399.854,2 9.20 -540.310.336 -7.8

Sumber : Deptan (2007)

Dari Tabel 5. dapat dilihat bahwa sub sektor tanaman pangan dan hortikultura mengalami defisit neraca ekspor-impor dari tahun ke tahun, hanya sub sektor perkebunan yang mengalami surplus. Defisit neraca pertanian merupakan hal yang merugikan negara karena merupakan pemborosan devisa. Selain itu defisit neraca juga mencerminkan belum mampunya sektor pertanian berproduksi secara maksimal. Hal ini mungkin disebabkan karena faktor- faktor produksi yang ada belum digunakan secara maksimal.

Seperti telah disebutkan sebelumnya, dari sisi penyerapan tenaga kerja sektor pertanian merupakan sektor yang dapat diandalkan dalam menyerap tenaga kerja. Sebagai salah satu faktor produksi, tenaga kerja yang berlimpah di


(32)

Indonesia merupakan keunggulan yang dapat digunakan untuk memacu sektor perekonomian khususnya pertanian.

Terjadinya transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor ekonomi lainnya merupakan masalah yang terjadi dari sisi tenaga kerja sektor pertanian, dimana terjadi penurunan jumlah penduduk yang bekeja di sektor pertanian sebesar 2 persen sedangkan pada sektor ekonomi lainnya meningkat sebesar 2 persen, merupakan akibat yang tidak dapat dipisahkan dari rendahnya investasi di sektor pertanian. Untuk lebih lengkapnya jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Perkembangan Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan

Utama di Indonesia Tahun 2000 – 2007

Tahun Sektor Ekonomi

Pertanian % Pertambangan % Manufakur % Lainnya %

2000 40677000 45.3 523000 0.5 11642000 13.0 36997000 41.2 2001 39744000 43.5 585000 0.6 12086000 13.2 38977000 42.6 2002 40634000 44.3 632000 0.6 12110000 13.2 38272000 41.8 2003 42001000 45.8 733000 0.8 11498000 12.5 37540000 40.9 2004 40608000 43.3 1035000 1.1 11070000 11.8 41009000 43.8 2005 41814197 44.7 904000 0.9 11953000 12.8 38778000 41.5 2006 42323190 43.5 924000 0.9 11578000 11.9 42539000 43.7 2007 42608760 43.7 1021000 1.0 11890000 12.2 42063000 43.1

Sumber Bank Pembangunan Asia, 2008

Dari latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan, memunculkan pertanyaan?

1. Bagaimana pengaruh investasi dan tenaga kerja di sektor pertanian terhadap pertumbuhan sektor pertanian?

2. Bagaimana pengaruh investasi dan pertumbuhan sektor pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja sektor pertanian?


(33)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang ada maka tujuan penelitian ini, adalah menganalisis keterkaitan antara investasi, pertumbuhan dan tenaga kerja di sektor pertanian.

1.4 Lingkup dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini membatasi cakupan analisanya hanya pada keterkaitan antara investasi pertanian, tenaga kerja pertanian dan bagaimana variabel-variabel yang mempengaruhi pertumbuhan sektor pertanian di Indonesia.

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siapa saja dengan latar belakang apapun baik dari kalangan pemerintahan, pengusaha, maupun masyarakat yang memiliki perhatian yang khusus terhadap perkembangan sektor pertanian Indonesia.


(34)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Peranan Sektor Pertanian Indonesia

Dalam tatanan ekonomi nasional, peran sektor pertanian semakin menurun jika dilihat dari kontribusinya terhadap PDB nasional. Selama kurun waktu 40 tahun peran sektor pertanian tersebut menurun dari sekitar 50,8 persen pada tahun 1963 menjadi hanya sebesar 15 persen di tahun 2003 (Badan Pusat Statistik, 2007). Menurunnya peran sektor pertanian ini disebabkan antara lain oleh produktivitas yang semakin menurun, kebijakan yang kurang mendukung sektor pertanian dan rendahnya penggunaan teknologi pertanian di tingkat petani. Meskipun telah terjadi penurunan yang signifikan, hingga saat ini sektor pertanian masih merupakan penyerap tenaga kerja terbesar yaitu sebesar 46,3 persen dari seluruh tenaga kerja Indonesia.

Dikaitkan dengan program pengentasan kemiskinan, peran sektor pertanian sangat besar didalam upaya menurunkan jumlah orang miskin secara nasional. Selama kurun waktu tahun 1999-2002 jumlah penduduk miskin mengalami penurunan dari 47,9 juta (1999) menjadi 35,7 juta jiwa (2002). Dari angka kemiskinan tersebut, lebih dari 50 persen bermata pencaharian disektor pertanian. Kontribusi sektor pertanian dalam menyumbang angka kemiskinan cenderung meningkat, yaitu 54,2 persen (1999) menjadi 57,7 persen (2002) (Badan Pusat Statistik, 2007). Di samping itu, sektor pertanian juga berperan besar dalam upaya perwujudan ketahanan pangan nasional.


(35)

2.2. Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Boediono (1999), pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses, bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu saat. Sedangkan menurut Lipsey (1990) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan pendapatan potensial karena adanya perubahan pada penawaran faktor-faktor produksi (tenaga kerja dan modal) atau produktivitas faktor-faktor tersebut (keluaran per satuan masukan faktor).

Menurut Sukirno (2000), Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) sebagai indikator ekonomi berguna untuk :

1. Menilai prestasi kegiatan ekonomi.

2. Menetukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai 3. Memberi informasi mengenai struktur kegiatan ekonomi. 4. Memberi gambaran mengenai taraf kemakmuran . 5. Data asas untuk membuat perencanaan dan peramalan.

Apabila pengangguran masih tinggi tingkatnya berarti PDB yang dicapai masih di bawah potensinya yang maksimum.

2.3. Tenaga Kerja

Menurut UU no 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, pengertian tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.


(36)

Kesempatan kerja mengandung arti jumlah tenaga kerja dewasa yang bekerja penuh waktu, sedangkan pengangguran berarti jumlah tenaga kerja dewasa yang tidak bekerja dan aktif mencari pekerjaan. Angkatan kerja adalah jumlah total antara mereka yang bekerja dengan mereka yang sedang tidak bekerja dan sedang mencari kerja.

Menurut Sukirno (2000), pengangguran adalah suatu keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja yang ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya.

Menurut BPS (2007), tenaga kerja adalah seluruh penduduk yang berusia 15 tahun atau lebih yang potensial dapat memproduksi barang dan jasa.

2.4 Investasi

Investasi merupakan pergerakan arus pengeluaran yang dapat menambah stok modal secara fisik. Menurut Mankiw (2000), investasi memiliki tiga bentuk pengeluaran investasi, yaitu :

1. Investasi tetap bisnis, berupa pengeluaran untuk membeli peralatan dan struktur yang digunakan untuk proses produksi.

2. Investasi residensial, berupa pembelian rumah untuk tempat tinggal atau disewakan.

3. Investasi persediaan, berupa barang-barang perusahaan yang disimpan di gudang, termasuk bahan-bahan dan perlengkapan, barang setengah jadi dan barang jadi.


(37)

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian Syam e.t al (2000) mengenai Kontribusi Sektor Pertanian dalam Pertumbuhan Dan Stabilitas Produk Domestik Bruto melalui pendekatan koefisien autokorelasi (ACOR) dan indeks persistensi Cochrane memberikan hasil Kontribusi sektor pertanian dalam pertumbuhan PDB nasional tertinggi dicapai tahun 1985 (21,51%) jika dibandingkan dengan kontribusi sektor lainnya. Hal ini seiring dengan pertumbuhan pangsa dan sumber pertumbuhan yang dicapai sektor pertanian. Selanjutnya besarnya kontribusi sub sektor tanaman bahan makanan terhadap PDB pertanian ditandai dengan pertumbuhan pangsa dan sumber pertumbuhan yang telah dicapai. Hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian masih menjadi salah satu sektor terpenting di dalam perekonomian nasional.

Sektor pertanian pada lebar jendela (interval) 14 dan 15 lebih persisten dalam jangka panjang dibandingkan dengan sektor industri pengolahan. Sedangkan persistensi jangka pendek pada sektor pertanian paling persisten dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. Jika dilihat persistensi jangka panjang per sub sektor dalam sektor pertanian, sub sektor kehutanan yang paling persisten dibandingkan dengan sub sektor lainnya terutama pada interval 2 – 12, menyusul sub sektor tanaman bahan makanan. Pada sub sektor tanaman bahan makanan pada interval tiga mulai memperlihatkan persistensi dalam jangka panjang meningkat sampai pada interval sembilan. Namun pada interval berikutnya, sub sektor tersebut lebih persisten dalam jangka panjang dibandingkan dengan sub sektor-sub sektor lainnya. Untuk persistensi jangka pendek, sub sektor


(38)

perikanan darat dan laut, yang lebih persisten jika ada gejolak/benturan dibandingkan dengan sub sektor-sub sektor lainnya.

Sektor pertanian lebih stabil dibandingkan dengan sektor lainnya, kecuali sektor pertambangan dan penggalian. Dalam sektor pertanian, sub sektor tanaman bahan makanan lebih besar nilai volatilitasnya atau tingkat stabilitasnya lebih stabil dibandingkan dengan sub sektor-sub sektor lainnya.

Yusuf (2005) melakukan penelitian terhadap keterkaitan antara investasi pemerintah, investasi swasta dan pendapatan nasional. Penelitiannya juga menganalisis manakah yang lebih berpengaruh antara investasi pemerintah dengan investasi swasta terhadap pendapatan nasional. Penelitiannya tersebut menggunakan analisis Vector Error Correction Model (VECM), dengan data time series pendapatan nasional, investasi pemerintah dan investasi swasta pada periode 1988-2003.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dalam jangka pendek tidak terdapat hubungan timbal balik antara investasi dengan pendapatan nasional, kondisi sebaliknya dalam jangka panjang. Dalam jangka panjang pendapatan nasional lebih dipengaruhi oleh investasi swasta. Investasi pemerintah bersifat komplementer terhadap investasi swasta.

Penelitian Syam, et al (2000) yang berjudul Kontribusi Sektor Pertanian Dalam Penyediaan Lapangan Kerja dan Perbandingannya dengan Sektor-Sektor lain. Penelitian ini bertujuan melihat kemampuan penyerapan tenaga kerja dari setiap sektor dan membandingkan kemampuan dari setiap sektor tersebut. Hasil dari penelitian ini penyerapan tenaga kerja pada tahun 1985-1989 didominasi oleh sektor pertanian yang mana mampu menyerap tenaga kerja sebesar 56.66 persen,


(39)

dibandingan dengan sektor lain yang hanya mampu menyerap 5 – 13 persen tenaga kerja dari jumlah keseluruhan angkatan kerja. Dalam jangka pendek tingkat penyerapan tenaga kerja di sektor industri dan perdagangan relatif lebih stabil dibandingkan sektor pertanian, namun pada jangka panjang sektor pertanian lebih stabil dibanding dengan sektor perdagangan dan industri.

Penelitian Rusastra, et al (2004) mengenai Ekonomi Tenaga Kerja Pertanian dan Implikasinya dalam Peningkatan Produksi dan Kesejahteraan Buruh Tani memberikan hasil kesempatan kerja sektor pertanian periode 1995 – 2000 meningkat 0,51%/tahun. Pada tahun 2000, posisinya tetap dominan (45,28%) dengan status pekerjaan berburuh tani meliuti 5,38 juta orang. Permasalahan tenaga kerja pertanian mencakup produktivitas, daya beli, dan tingkat kesejahteraan yang relatif rendah. Penelitian ini membahas perkembangan struktur kesempatan kerja dan tingkat upah serta dampaknya terhadap produksi padi, struktur pendapatatan, dan tingkat kesejahteraan petani dan buruh tani di pedesaan. Terdapat indikasi kelangkaan tenaga kerja dan kenaikan tingkat upah absolut, namun kenaikan upah riil berjalan lambat. Elastisitas tenaga kerja terhadap produktivitas relatif tinggi (0,13) dan tingkat upah berdampak negatif inelastis terhadap penawaran dan keuntungan usaha tani padi. Sumber pendapatan dominan rumah tangga buruh tani adalah kegiatan berburuh dan non pertanian dengan proporsi 68,10%. Implikasinya adalah kelangkaan dan kenaikan tingkat upah perlu dikendalikan dan perbaikan kesejahteraan buruh tani perlu dilakukan melalui pendekatan yang holistik dan dikendalikan komprehensif. Produktivitas dan kesejahteraan buruh tani dapat ditingkatkan melalui


(40)

pengembangan kelembagaan mekanisasi pertanian, agrobisnis dan agroindustri, serta perluasan kesempatan kerja di luar sektor pertanian.

Penelitian Irawan (2002), yang berjudul Analisis Perilaku Instabilitas, Pergerakan Harga, Tenaga Kerja dan Investasi di Dalam Sektor Pertanian Indonesia : Aplikasi Vector Erorr Correction Model. Penelitian ini bertujuan menganilisis dampak kebijakan yang berakibat kenaikan harga pertanian terhadap pertumbuhan, penyerapan kerja dan investasi di sektor pertanian dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek menganalisis sektor atau blok ekonomi yang menjadi sumber instabilitas utama bagi sektor pertanian Indonesia dan menganalisis perilaku pergerakan harga output pertanian dan kausalitas antara harga output dan harga input, serta kausalitas antar harga-harga input penting. Hasil dari penelitian ini menunjukkan di dalam sektor pertanian, output, dan permintaan modal respon terhadap perubahan output, sedangkan permintaan tenaga kerja tidak respon terhadap perubahan harga output. Hal ini berarti kenaikan harga output akan efektif membantu menghasilkan investasi baru dan ouput pada sektor ini. Bagaimanapun guncangan harga dapat menjadi sumber ketidakstabilan, pememerintah harus berhati-hati dalam menetapkan kebijakan kenaikan harga. Sebagai tambahan jalan keluar masalah pengangguran di sektor pertanian adalah pemerintah harus strategi biaya seperti menetapkan kebijakan subsidi harga input.

Penelitian Priyarsono, et.al (2006) mengenai Peranan Investasi di Sektor Pertanian dan Agroindustri Dalam Penyerapan Tenaga Kerja dan Distribusi Pendapatan: Pendekatan Sistem Neraca Sosial Ekonomi memberikan hasil bahwa kebijakan ekspor, investasi, dan insentif pajak di sektor agroindustri berdampak


(41)

menurunkan kesenjangan pendapatan sektoral, tenaga kerja, dan rumahtangga. Kebijakan ekspor dan investasi di sektor agroindustri makanan berdampak menurunkan kesenjangan pendapatan lebih besar dibandingkan kebijakan di sektor agroindustri non makanan. Kebijakan ekonomi yang paling efektif menurunkan kesenjangan pendapatan adalah meningkatkan investasi di sektor agroindustri prioritas.

Penelitian Handari, D.A.M. (2000), yang berjudul Dampak Investasi Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian di Indonesia, yang menggunakan Analisis Input-Output sisi Permintaan sebagai alat analisisnya, menghasilkan bahwa perananan sektor pertanian di Indonesia cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap pembentukan struktur permintaan dan penawaran (13.60% dan 7.81%), struktur konsumsi masyarakat (13.08%), struktur investasi (0.30 %) dan perubahan stok (9.46%), struktur ekspor (2.98%) dan impor (4.63 %) dan struktur nilai tambah bruto (16.81 %).

2.6 Perbedaan Penilitian Dengan Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian terdahulu di atas, telah banyak membantu penulis dalam membangun model pengaruh investasi dan pertumbuhan di sektor pertanian terhadap tenaga kerja kerja di sektor pertanian Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang terdahulu pada variabel yang digunakan dalam penelitian dan masalah -masalah yang melatarbelakangi penelitian dilakukan. Perbedaanya, penelitian ini menggumpulkan beberapa variabel yang sebelumnya diteliti terpisah oleh peneliti terdahulu dan juga menggunakan alat analisis yang berbeda dengan peneliti terdahulu gunakan.


(42)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Teori pertumbuhan ekonomi bisa didefinisikan sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor apa yang menentukan kenaikan output per kapita dalam jangka panjang, dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain, sehingga terjadi proses pertumbuhan. Jadi teori pertumbuhan ekonomi tidak lain adalah suatu cerita (yang logis) mengenai bagaimana proses pertumbuhan terjadi (Boediono, 1985)

Satu hal yang perlu ditekankan sejak awal adalah bahwa didalam ilmu ekonomi tidak hanya terdapat satu teori pertumbuhan, tetapi terdapat banyak teori pertumbuhan. Sampai saat ini (dan masa mendatang) tidak ada suatu teori

pertumbuhan yang menyeluruh dan lengkap dan yang merupakan satu-satunya teori pertumbuhan yang baku. Berbagai ekonom besar, sejak lahirnya ilmu

ekonomi mempunyai pandangan atau persepsi yang tidak selalu sama mengenai proses pertumbuhan suatu perekonomian. Sering kali pandangan atau persepsi ini sangat dipengaruhi oleh keadaan atau peristiwa-peristiwa pada waktu ekonom tersebut hidup. Seringkali pula teori pertumbuhan seorang ekonom dipengaruhi oleh idiologi yang dianut oleh ekonom, sehingga aspek-aspek yang ditonjolkan dalam teorinya mencerminkan kecenderungan idiologisnya. Ini semua perlu dipahami oleh setiap orang yang mempelajari teori pertumbuhan (ilmu ekonomi umumnya). Jangan sampai berpendapat bahwa teori yang kebetulan pelajari adalah satu-satunya kebenaran yang tidak bisa dibantah. Semakin banyak


(43)

teori yang di pelajari, semakin luas pandangan, dan semakin mudah menghindari perangkap fanatisme intelektual tersebut.

3.1.1.1. Teori Pertumbuhan Klasik

Ada beberapa teori-teori klasik, yaitu :

Adam Smith, yang terkenal dengan teori nilainya yaitu teori yang

menyelidiki faktor-faktor yang menentukan nilai atau harga suatu barang. Tetapi didalam bukunya An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of the Nations (1776) secara singkat sering disebut sebagai Wealth of Nations, bisa dilihat bahwa tema pokoknya adalah mengenai bagaimana perekonomian (kapitalis) tumbuh. Dalam buku tersebut Smith, mungkin orang yang pertama yang mengungkapkan proses pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang secara sistematis. Oleh sebab itu, teori Adam Smith sering dianggap sebagai awal dari pengkajian masalah pertumbuhan secara sistematis.

Menurut Adam Smith, ada dua aspek utama dari pertumbuhan ekonomi yaitu : a. Pertumbuhan Output (GDP) total

b. Pertumbuhan Penduduk Dalam pertumbuhan output Adam Smith melihat sistem produksi suatu negara terdiri dari tiga unsur pokok yaitu :

i. Sumber -sumber alam yang tersedia (atau faktor produksi tanah) ii. Sumber-sumber manusiawi (jumlah penduduk)

iii. Stok barang kapital yang ada

Menurut Smith, sumber-sumber alam yang tersedia merupakan wadah yang paling mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat. Jumlah sumber-sumber alam yang tersedia merupakan batas maksimum bagi pertumbuhan perekonomian tersebut. Artinya, selama sumber-sumber ini belum sepenuhnya


(44)

dimanfaatkan, yang memegang peranan dalam proses produksi adalah dua unsur produksi yang lain, yaitu jumlah penduduk dan stok kapital yang ada. Dua unsur lain inilah yang menentukan besarnya output masyarakat dari tahun-ketahun. Tetapi apabila output terus meningkat, sumber-sumber alam akhirnya akan sepenuhnya dimanfaatkan (dieksploitir), dan pada tahap ini sumber-sumber alam akan menbatasi output. Unsur sumber alam ini akan menjadi batas atas dari pertumbuhan suatu perekonomian. Pertumbuhan ekonomi (dalam arti

pertumbuhan output dan pertumbuhan penduduk) akan berhenti apabila batas atas ini dicapai (Boediono, 1985).

Unsur yang kedua adalah sumber-sumber manusiawi atau jumlah penduduk. Dalam proses pertumbuhan output unsur ini dianggap peranan yang pasif, dalam arti bahwa jumlah penduduk akan menyesuaikan diri dengan kebutuhan akan tenaga kerja dari masyarakat tersebut. Apabila stok kapital yang tesedia membutuhkan, misalnya, 1 juta orang untuk menggunakannya, dan apabila jumlah tenaga kerja yang tersedia adalah 900 ribu orang, maka jumlah penduduk akan cenderung meningkat sehingga tenaga kerja yang tersedia akhirnya menjadi 1 juta orang. Pada tahap ini, bisa di anggap bahwa berapapun jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses produksi akan tersedia lewat proses pertumbuhan (atau penurunan) penduduk. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi proses pertumbuhan penduduk itu sendiri. Dalam model Smith tinggallah unsur produksi yang ketiga, yaitu stok kapital, yang secara aktif menentukan tingkat output. Smith memang memberikan peranan sentral kepada pertumbuhan stok kapital atau akumulasi kapital dalam proses pertumbuhan output. Apa yang terjadi dengan tingkat output tergantung pada apa yang terjadi


(45)

pada stok kapital, dan laju pertumbuhan output tergantung pada laju pertumbuhan stok kapital (tentu saja sampai tahap pertumbuhan dimana sumber-sumber alam mulai membatasi).

David Ricardo, mengembangkan teori pertumbuhan Klasik lebih lanjut. Pengembangan ini berupa penjabaran model pertumbuhan menjadi suatu model yang lebih tajam, baik dalam konsep-konsep yang dipakai maupun dalam hal mekanisme proses pertumbuhan itu sendiri. Namun perlu ditekan lagi disini bahwa garis besar dari proses pertumbuhan dan kesimpulan-kesimpulan umum yang ditarik oleh Ricardo tidak terlalu berbeda dengan teori Adam Smith. Tema dari proses pertumbuhan ekonomi masih pada perpacuan antara laju pertumbuhan penduduk dan laju pertumbuhan output. Kesimpulan umumnya masih tetap bahwa dalam perpacuan tersebut penduduklah yang akhirnya menang, dan dalam jangka panjang perekonomian akan mencapai posisi stationer. Seperti juga dengan Adam Smith, Ricardo menganggap bahwa jumlah faktor produksi tanah (yaitu, sumber-sumber alam) tidak bisa bertambah, sehingga akhirnya bertindak sebagai faktor pembatas dalam proses pertumbuhan suatu masyarakat.

Perbedaan terutama terletak pada penggunaan alat analisa mengenai distribusi pendapatan (berdasarkan teori Ricardo mengenai sewa tanah) dalam penjabaran mekanisme pertumbuhan dan pengungkapan peranan yang lebih jelas dari sektor pertanian diantara sektor-sektor lain dalam proses pertumbuhan. Perekonomian Ricardo ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut :


(46)

b. Tenaga kerja (penduduk) yang meningkat (atau menurun) sesuai dengan apakah tingkat upah diatas atau dibawah tingkat upah minimal (yang oleh Ricardo disebut tingkat upah alamiah natural wage)

c. Akumulasi kapital terjadi apabila tingkat keuntungan yang diperoleh pemilik kapital berada di atas tingkat keuntungan minimal yang diperlukan untuk menarik mereka melakukan investasi.

d. Dari waktu ke waktu terjadi kemajuan teknologi.

e. Sektor pertanian dominan dengan terbatasnya tanah, maka pertumbuhan penduduk (tenaga kerja) akan menghasilkan produk marginal (marginal product) yang semakin menurun.

Ini tidak lain adalah hukum produk marginal yang makin menurun atau lebih terkenal dengan nama the Law of Diminishing Return. Selama buruh yang dipekerjakan pada tanah tersebut bisa menerima tingkat upah diatas tingkat upah minimum, maka penduduk (tenaga kerja) akan terus bertambah, dan ini akan menurunkan lagi produk marginal tenaga kerja, dan selanjutnya menekan kebawah tingkat upah.

Proses ini akan berhenti apabila tingkat upah turun pada tingkat upah alamiah. Apabila, misalnya, tingkat upah ternyata turun dibawah tingkat upah alamiah, maka jumlah penduduk (tenaga kerja) menurun. Dan tingkat upah akan naik kembali pada tingkat alamiah. Pada posisi ini jumlah penduduk konstan. Jadi dari segi faktor produksi tanah dan faktor produksi tenaga kerja, ada satu kekuatan dinamis yang selalu menarik perekonomian ke arah upah tingkat minimum, yaitu bekerjanya The Law of Diminishing Return (Boediono, 1985). The Law of Diminising Return berbunyi : “apabila salah satu input tetap, sedang input-input


(47)

lain ditambah penggunaannya (variabel) maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap unit tambahan input variabel tersebut mula-mula menaik, akan tetapi kemudian seterusnya menurun, apabila input variabel tersebut terus ditambah”.

Arthur Lewis, model pertumbuhan dengan suplay tenaga kerja yang tak terbatas merupakan model pertumbuhan Arthur Lewis. Pokok permasalahan yang dikaji oleh Lewis adalah bagaimana proses pertumbuhan terjadi dalam

perekonomian dua sektor :

a. Sektor tradisional, dengan produktivitas rendah dan sumber tenaga kerja yang melimpah

b. Sektor modern, dengan produktivitas tinggi dan sebagai sumber akumulasi kapital proses pertumbuhan ekonomi terjadi apabila tenaga kerja bisa dipertemukan dengan kapital. Lewis memberikan teori mengenai proses pertemuan kedua faktor produksi ini dan proses pertumbuhan ekonomi yang ditimbulkan.

Pada saat sektor modern mempunyai sejumlah stok barang kapital tertentu. Sektor ini menggunakan tenaga kerja yang akan diberi upah sesuai dengan

marginal produknya. Dengan stok kapital tertentu tersebut, maka bisa

digambarkan marginal product bagi tenaga kerja yang dipekerjakan pada sektor ini.

Ciri-ciri utama dari sektor tradisional yaitu produktivitas yang rendah dan tenaga kerja yang berlimpah. Ini berarti bahwa tingkat upah di sektor ini berada pada tingkat subsistensi dan pada tingkat upah ini suplai tenaga kerja yang bersedia untuk bekerja berlimpah.


(48)

3.1.1.2Teori Pertumbuhan Modern

1. Harrod – Domar

Teori Harrod – Domar adalah perkembangan langsung dari teori makro Keynes jangka pendek menjadi suatu teori makro jangka panjang. Aspek utama yang dikembangkan dari teori Keynes adalah aspek yang menyangkut peranan investasi dalam jangka panjang. Dalam teori Keynes, pengeluaran investasi mempengaruhi permintaan agregat tetapi tidak mempengaruhi penawaran agregat. Harrod – Domar melihat pengaruh investasi dalam perspektif waktu yang lebih panjang. Menurut kedua ekonom ini, pengeluaran investasi tidak hanya

mempunyai pengaruh (lewat proses multiplier) terhadap permintaan agregat, tetapi juga terhadap penawaran agregat melalui pengaruhnya terhadap kapasitas produksi. Dalam perspektif waktu yang lebih panjang ini, investasi menambah stok kapital misalnya, pabrik-pabrik, jalan-jalan, dan sebagainya (Boediono, 1985).

Hubungan antara stok kapital dengan penawaran agregat adalah setiap penambahan stok kapital masyarakat meningkatkan pula kemampuan masyarakat untuk menghasilkan output. Output yang dimaksud adalah output yang potensial bisa dihasilkan dengan stok kapital (kapasitas pabrik) yanga da.

Menurut Mankiw (2000) salah satu teori ekonomi yang menganalisa hubungan antara tingkat investasi dan tingkat pertumbuhan adalah teori yang dikembangkan oleh Sir Roy Harrod dan Evsey Domar atau dikenal dengan teori Harrod Domar.


(49)

Secara sederhana, teori Harrod-Domar diformulasikan sebagai berikut :

∆Y = s (2.1)

Y k Dimana :

∆Y/Y : adalah tingkat perubahan atau tingkat pertumbuhan GNP s : adalah rasio tabungan nasional

k : adalah rasio modal/output nasional

Persamaan diatas menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan GNP (∆Y/Y) ditentukan oleh rasio tabungan nasional (s) dan rasio modal/output nasional (k). lebih khusus lagi, persamaan tersebut menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan pendapatan nasional akan secara langsung atau secara “positif” berkaitan erat dengan rasio tabungan (yakni, lebih banyak bagian GNP yang ditabung dan diinvestasikan, maka akan lebih besar lagi pertumbuhan GNP tersebut) dan sebaliknya atau secara “negatif” berkaitan dengan rasio modal/output suatu perekonomian (yakni, lebih besar nilai k, maka lebih kecil lagi pertumbuhan GNP)

Secara sederhana, persamaan (2.1) menunjukan agar dapat tumbuh , maka perekonomian harus menabung dan menginvestasikan sebagian dari GNP-nya. Lebih banyak yang dapat ditabung dan kemudian diinvestasikan, maka akan lebih cepat lagi perekonomian itu akan tumbuh. Akan tetapi, tingkat pertumbuhan yang dapat dijangkau pada setiap pada setiap tingkat tabungan dan investasi tergantung kepada produkstivitas investasi tersebut. Produktivitas investasi adalah banyaknya tambahan output yang didapat dari suatu unit investasi, yang dapat diukur dengan “inverse” rasio kapital/output (k), yaitu rasio output/kapital atau rasio


(50)

output/investasi (1/k). Secara matematis, produkstivitas investasi dapat juga dituliskan sebagai berikut :

1 = ∆Y (2.2)

k I

dengan mensubsitusikan persamaan (2.2) ke dalam persamaan (2.1), maka diperoleh persamaan sebagai berikut :

s = I /Y (2.3)

kemudian dengan mengalikan tingkat inverse baru, s = I /Y dengan

produktifitasnya (1/ k), maka akan didapat tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto atau PDB yang meningkat atau secara matematik dapat dituliskan seperti dalam persamaan (2.1). Disinilah hubungan negatif antara tingkat PDB dan tingkat investasi tersebut terjadi, oleh karena itu PDB dan investasi tersebut dapat saling mempengaruhi.

2. Solow – Swan

Model pertumbuhan Solow menunjukan bagaiman tabungan, pertumbuhan populasi, dan kemajuan teknologi mempengaruhi tingkat output perekonomian dan pertumbuhannya sepanjang waktu. Model ini dirancang untuk menunjukkan bagaimana pertumbuhan dalam persediaan modal, pertumbuhan dalam angkatan kerja, dan kemajuan teknologi berinteraksi dalam perekonomian yang pada akhirnya berpengaruh pada output suatu negara (Mankiw, 2000).

Dalam penelitian ini yang akan dibahas dari pertumbuhan Solow adalah bagaimana tabungan (akumulasi modal) dapat mempengaruhi pertumbuhan. Tahap pertama adalah mengkaji bagaimana penawaran dan permintaan terhadap barang menentukan akumulasi modal. Penawaran barang dalam model Solow didasarkan pada fungsi produksi yang menyatakan bahwa output (Y) bergantung


(51)

pada persediaan modal (K) dan angkatan kerja (L), yang di rumuskan sebagai berikut :

Y = F (K,L) (2.4)

Model pertumbuhan Solow menggunakan asumsi bahwa fungsi produksi memiliki pengembalian skala konstan sehingga persamaan 2.4 dapat di asumsikan menjadi :

zY = F(zK, zL) (2.5)

Fungsi produksi dengan pengembalian skala konstan memungkinkan analisa seluruh jumlah dalam perekonomian relatif terhadap besarnya angkatan kerja, dengan menggunakan z = 1/L pada persamaan 2.5 sehingga persamaan tersebut menjadi:

Y/L = F(K/L, 1) (2.6)

Dari persamaan di atas dapat dikatakan bahwa jumlah output pekerja Y/L adalah fungsi dari jumlah modal per pekerja K/L, hal ini menjelaskan bahwa ukuran perekonomian tidak mempengaruhi hubungan diantar output per pekerja dan modal per pekerja. Sehingga cukup beralasan untuk menyatakan seluruh kuantitas dalam istilah per pekerja. Dengan merubah notasi menjadi huruf kecil, dimana y=Y/L adalah output per pekerja dan k = K/L adalah modal per pekerja persamaan di atas dapat kita ubah menjadi :

y = f(k) (2.7)

Produk marjinal modal (MPK) adalah banyaknya output tambahan yang dihasilkan seorang pekerja ketika mendapatkan unit modal tambahan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.


(52)

Gambar 1. Fungsi Produksi Solow (Mankiw,2000) Pada gambar 1 menjelaskan ketika jumlah modal meningkat, fungsi produksi menjadi lebih datar, yang mengindikasikan bahwa fungsi produksi menunjukkan produk marjinal modal yang kian menurun. Ketika k adalah rendah, pekerja rata-rata hanya memiliki sedikit modal untuk bekerja, sehingga sebuah unit modal tambahan. Ketika k adalah tinggi pekerja rata-rata memiliki banyak modal, sehingga sebuah unit modal tambahan hanya sedikit meningkatkan produksi.

Permintaan terhadap barang dalam model Solow berasal dari konsumsi dan investasi. Dengan kata lain output per pekerja (y) dibagi diantara konsumsi per pekerja (c) dan investasi per pekerja (i), yang dirumuskan sebagai berikut :

Y= c + i (2.8)

Model Solow mengasumsikan bahwa setiap tahun orang menabung sebagian s dari pendapatan mereka dan mengkonsumsi sebagian (1 – s), yang dirumuskan sebagai berikut :

C = (1-s) y (2.9)

Untuk mengetahui apakah fungsi konsumsi tersebut berpengaruh terhadap investasi, maka dengan subsitusi persamaan (2.5) ke persamaan (2.6), didapat fungsi sebagai berikut :

Output per pekerja, y

Output, f (k)

MPK 1


(53)

Y = (1 – s )y + i (3.0) Atau dapat ditulis sebagai berikut :

i = sy (3.1)

persamaan (2.8) menunjukan bahwa investasi sama dengan tabungan, jadi tingkat tabungan juga merupakan bagian dari output yang menunjukkan investasi.

Model Solow menunjukkan bahwa tingkat tabungan adalah determinan penting dari persediaan modal mapan. Apabila tingkat tabungan tinggi,

perekonomian akan mempunyai persediaan modal yang besar dan tingkat output yang tinggi. Apabila tingkat bunga rendah, perekonomian akan memiliki

persediaan modal yang kecil dan tingkat output yang rendah. Dalam model Solow, tabungan yang lebih tinggi mengarah ke pertumbuhan yang lebih cepat, tetapi hanya sementara. Kenaikan dalam tingkat tabungan meningkatkan pertumbuhan sampai perekonomian mencapai kondisi mapan baru. Suatu pertumbuhan sampai perekonomian yang memiliki tingkat tabungan yang tinggi dalam persediaan modal yang besar dan tingkat output yang tinggi, tidak selalu mempertahankan tingkat pertumbuhan yang tinggi pula.

Kerangka umum dari model Solow-Swan mirip dengan model Harrod-Domar, tetapi model Solow-Swan lebih luwes karena,

a. Menghindari masalah ketidakstabilan yang merupakan ciri warranted rata of growth dalam model Harrood-Domar.

b. Bisa lebih luwes digunakan untuk menjelaskan masalah-masalah distribusi pendapatan. Keluwesan ini terutama disebabkan oleh karena Solow dan Swan menggunakan bentuk fungsi produksi yang lebih mudah dimanipulasikan secara aljabar.


(54)

Ada empat anggapan yang melandasi model Neo Klasik (Boediono, 1985) : a. Tenaga kerja (penduduk), tumbuh dengan laju tertentu.

b. Adanya fungsi produksi yang berlaku bagi setiap periode.

c. Adanya kecenderungan untuk menabung propenrsity to save oleh masyarakat yang dinyatakan sebagai proporsi tertentu dari output.

d. Semua tabungan masyarakat di investasikan. Untuk keseimbangan jangka panjang Solow mengatakan bahwa posisi long run equilibrium akan tercapai apabila kapital per kapita, mencapai suatu tingkat yang stabil, artinya tidak lagi berubah nilainya. Apabila kapital konstan, maka long run equilibrium tercapai. Hai ini merupakan ciri posisi keseimbangan yang pertama.

Ciri yang kedua adalah mengenai laju pertumbuhan output, kapital dan tenaga kerja. Pada posisi long run equilibrium laju pertumbuhan output bisa disimpulkan dari ciri bahwa output per kapita adalah konstan dan penduduk tumbuh sesuai dengan asumsi. Definisi output per kapita adalah output total tumbuh dengan laju jumlah penduduk per tahun.

Ciri yang ketiga adalah mengenai stabilitas dari posisi keseimbangan tersebut. Posisi keseimbangan model Solow-Swan bersifat stabil, dalam arti bahwa apabila kebetulan perekonomian tidak pada posisi keseimbangan, maka akan ada kekuatan-kekuatan yang cenderung membawa kembali perekonomian tersebut pada posisi keseimbangan jangka panjang .

Ciri yang keempat menyangkut tingkat konsumsi dan tingkat tabungan (investasi). Tingkat tabungan (investasi) per kapita pada posisi keseimbangan


(55)

adalah konstan. Apa yang tidak ditabung dikonsumsikan, sehingga konsumsi per kapita juga konstan pada posisi equilibrium.

Ciri yang kelima berkaitan dengan imbalan yang diterima oleh masing-masing faktor produksi atau aspek distribusi pendapatan. Karena hanya ada dua macam faktor produksi (kapital dan tenaga kerja), maka output total akan habis terbagi antara para pemilik kapital dan pemilik faktor produksi tenaga kerja . 3. Schumpeter

Joseph Schumpeter hidup di zaman modern (1883-1950). Dari segi teori Schumpeter bisa digolongkan dalam kelompok teori pertumbuhan klasik. Namun dari segi kesimpulannya khususnya mengenai prospek perbaikan hidup

masyarakat banyak dalam perekonomian kapitalis. Berbeda dengan ekonom-ekonom Klasik sebelumnya, ia optimis bahwa dalam jangka panjang tingkat hidup orang banyak bisa ditingkatkan terus sesuai dengan kemajuan teknologi yang bisa dicapai masyarakat tersebut. Sejalan juga dengan para ekonom modern,

Schumpeter tidak terlalu menekankan pada aspek pertumbuhan penduduk maupun aspek keterbatasan sumber daya alam dalam pertumbuhan ekonomi. Bagi

Scumpeter, masalah penduduk tidak dianggap sebai aspek sentral dari proses pertumbuhan ekonomi.

Schumpeter berpendapat bahwa motor penggerak perkembangan ekonomi adalah suatu proses yang di beri nama inovasi, dan para pelakunya adalah para wiraswasta atau inovator atau entrepreuner. Kemajuan ekonomi suatu masyarakat hanya bisa diterangkan dengan adanya inovasi oleh para entrepreuner (Boediono, 1999).


(56)

Gambaran umum dari proses kemajuan ekonomi menurut Schumpeter adalah membedakan antara pengertian pertumbuhan ekonomi dan pengertian perkembangan ekonomi. Keduanya adalah sumber dari peningkatan output masyarakat, tetapi masing-masing mempunyai sifat yang berbeda. Pertumbuhan ekonomi di artikan sebagi peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi masyarakat tanpa adanya perubahan cara-cara atau teknologi produksi itu sendiri. Pertumbuhan ekonomi adalah satu sumber kenaikan output, sedangkan perkembangan ekonomi adalah kenaikan output yang disebabkan oleh inovasi yang dilakukan oleh para wiraswasta. Inovasi berarti perbaikan teknologi dalam arti luas mencakup penemuan produk baru, pembukaan pasar baru dan sebaginya. Tetapi yang penting adalah bahwa inovasi menyangkut perbaikan kwalitatif dari sistem ekonomi itu sendiri, yang bersumber dari kreativitas para wiraswastanya. Perkembangan ekonomi berawal pada suatu lingkungan sosial, politik dan teknologi yang menunjang kreativitas para wiraswasta. Dengan adanya

lingkungan yang menunjang kreativitas, maka akan timbul beberapa wiraswasta yang menjadi pioner dalam mencoba menerapkan ide-ide baru dalam kehidupan ekonomi (cara berproduksi baru, produk baru, bahan mentah dan sebagainya). Mungkin tidak semua pioner usaha akan berhasil tetapi mereka yang berhasil dikatakan telah melakukan inovasi.

Inovasi mempunyai tiga pengaruh. Yang pertama adalah

diperkenalkannya teknologi baru, yang kedua adalah inovasi menimbulkan keuntungan lebih (keuntungan monopolistis) yang merupakan sumber dana penting bagi akumulasi kapital. Yang ketiga adalah inovasi pada tahap-tahap


(57)

selanjutnya akan diikuti oleh timbulnya proses imitasi yaitu adanya pengusaha baru yang meniru teknologi baru tersebut. Proses imitasi ini akan diikuti oleh investasi (akumulasi kapital) oleh para imitator tersebut. Proses imitasi ini mempunyai pengaruh berupa :

a. Menurunnya keuntungan monopolistis yang dinikmati oleh para inovator. b. Penyebaran teknologi baru didalam masyarakat (teknologi tersebut tidak

lagi menjadi monopoli para inovatornya). Semua proses ini meningkatkan output masyarakat dan secara total merupakan proses perkembangan ekonomi. Keuntungan yang diperoleh dari adanya inovasi akan turun dan hilang akibat disaingi oleh para penirunya. Jadi inovasi dan keuntungan yang diperoleh darinya merupakan motor penggerak dinamika dalam masyarakat kapitalis atau perekonomian pasar.

3.1.2 Teori Investasi

Beberapa teori pertumbuhan yang telah disebutkan di atas menggunakan investasi sebagai acauan dari pembentukan teorinya, namun belum menjelaskan secara lengkap hal-hal yang berhubungan dengan investasi itu sendiri. Menurut Sukirno (2000) investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pengeluaran penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan

memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Menurut Mankiw (2000), berdasarkan penggunaanya investasi dapat dibedakan menjadi tiga bentuk , yaitu :

1. Investasi tetap bisnis, berupa pengeluaran untuk membeli peralatn dan struktur yang digunakan untuk proses produksi.


(58)

2. Investasi residensial, berupa pembelian rumah untuk tempat tinggal atau disewakan.

3. Investasi persediaan, berupa barang-barang perusahaan yang disimpan di gudang, termasuk bahan-bahan dan perlengkapan, barang setengah jadi dan barang jadi.

Dalam praktiknya ketiga bentuk investasi tersebut akan disebut sebagai investasi bruto, yaitu ia meliputi investai untuk menambah kemampuan memproduksi dalam perekonomian dan mengganti barang modal yang telah didepresiasikan.

Para penanam modal melakukan invetasi bukan untuk memenuhi kebutuhan mereka tetapi untuk mencari keuntungan, agar dapat memperoleh keuntungan seperti yang diharapkan, beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat investasi adalah :

a. Tingkat keuntungan yang diramalkan akan diperoleh b. Suku bunga

c. Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan d. Kemajuan teknologi

e. Tingkat pendapatan nasional dan perubah-perubahannya f. Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan

3.1.3 Teori Tenaga Kerja

Dewasa ini berkembang paling tidak tiga perspektif secara teoritis yang menjelaskan hubungan antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi, yakni teori modal manusia, teori alokasi dan teori reproduksi strata sosial.

Teori modal manusia menjelaskan proses dimana pendidikan memiliki pengaruh positif pada pertumbuhan ekonomi. Argumen yang disampaikan


(59)

pendukung teori ini adalah manusia yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi, yang diukur juga dengan lamanya waktu sekolah, akan memiliki pekerjaan dan upah yang lebih baik dibanding yang pendidikannya lebih rendah. Apabila upah mencerminkan produktivitas, maka semakin banyak orang yang memiliki pendidikan tinggi, semakin tinggi produktivitas dan hasilnya ekonomi nasional akan bertumbuh lebih tinggi.

Pada tahun 70-an, teori ini mendapat kritik tajam. Argumen yang disampaikan adalah tingkat pendidikan tidak selalu sesuai dengan kualitas pekerjaan, sehingga orang yang berpendidikan tinggi ataupun rendah tidak berbeda produktivitasnya dalam menangani pekerjaan yang sama. Juga ditekankan bahwa dalam ekonomi modern sekarang ini, angkatan kerja yang berkeahlian tinggi tidak begitu dibutuhkan lagi karena perkembangan teknologi yang sangat cepat dan proses produksi yang semakin dapat disederhanakan.

Teori persaingan status ini memperlakukan pendidikan sebagai suatu lembaga sosial yang salah satu fungsinya mengalokasikan personil secara sosial menurut strata pendidikan. Keinginan mencapai status lebih tinggi menggiring orang untuk mengambil pendidikan lebih tinggi. Meskipun orang-orang berpendidikan tinggi memiliki proporsi lebih tinggi dalam pendapatan nasional, tetapi peningkatan proporsi orang yang bependidikan lebih tinggi dalam suatu bangsa tidak akan secara otomatis meningkatkan ekspansi ataupun pertumbuhan ekonomi.

Akan halnya teori pertumbuhan kelas atau strata sosial berargumen bahwa fungsi utama pendidikan adalah menumbuhkan struktur kelas dan ketidakseimbangan sosial. Pendidikan pada kelompok elit lebih menekankan


(60)

studi-studi tentang hal-hal klasik, kemanusiaan dan pengetahuan lain yang tidak relevan dalam pembangunan ekonomi masyarakat. Sementara pendidikan untuk rakyat kebanyakan diciptakan sedemikian rupa untuk melayani kepentingan kelas yang dominan. Hasilnya, proses pertumbuhan kelas menghambat kontribusi pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Ini didukung antara lain oleh Samuel Bowles dan Herbert Gintis (1976).

Teori yang relevan dalam situasi sekarang, merupakan pandangan baru dalam pertumbuhan produktivitas, yang dimulai pada akhir 1980-an dengan pionir seperti Paul Romer dan Robert Lucas, menekankan aspek pembangunan modal manusia.

Menurut Romer misalnya (1991), modal manusia merujuk pada stok pengetahuan dan keterampilan berproduksi seseorang. Pendidikan adalah satu cara dimana individu meningkatkan modal manusianya. Semakin tinggi pendidikan seseorang, diharapkan stok modal manusianya semakin tinggi.

Karena modal manusia, seperti dikemukakan dalam awal tulisan ini, memiliki hubungan positif dengan pertumbuhan ekonomi, maka implikasinya pendidikan juga memiliki hubungan positif dengan produktivitas atau

pertumbuhan ekonomi.

Secara implisit, pendidikan menyumbang pada penggalian pengetahuan. Ini sebetulnya tidak hanya diperoleh dari pendidikan tetapi juga lewat penelitian dan pengembangan ide-ide, karena pada hakikatnya, pengetahuan yang sama sekali tidak dapat diimplementasikan dalam kehidupan manusia akan mubazir.

Karenanya, aspek penelitian dan pengembangan menjadi salah satu agenda utama apabila bangsa Indonesia berkeinginan untuk hidup sejajar dengan


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2007. Statistik Indonesia 2007. Badan Pusat Statistik. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2008. Indikator Ekonomi 2007. Badan Pusat Statistik. Jakarta

Badan Kordinasi Penanaman Modal. 2007. Perkembangan Persetujuan Dan Izin Usaha Tetap Penanaman Modal. Badan Kordinasi Penanaman Modal. Jakarta.

Boediono. 1985. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Ed ke-1.Yogyakarta. BPFE. ________. 1999. Ekonomi Makro. Ed ke-4.Yogyakarta. BPFE.

Gujarati DN. 2003. Basic Econometrics: Fourth Edition. McGraw Hill. Boston Handari DAM. 2000. Dampak Investasi Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian

di Indonesia [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Irawan I. 2006. Analisis Keterkaitan Ekonomi Makro, Perdagangan Internasional dan Sektor Pertanian di Indonesia : Aplikasi Vector Error Corecction Models [disetrasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Koutsoyiannis A. 1977. Theory of Econometrics: Second Edition. Harper & Row Publishers, Inc. Barnes & Nobles Import Division. New York.

Lipsey RG, Paul NC dan Douglas DP. Peter OS. 1990. Pengantar Mikroekonomi Jilid 1. Penerbit Binarupa Aksara. Jakarta.

Mankiw NG. 2000. Teori Makroekonomi. Ed ke-5. Penerbit Erlangga. Jakarta. Nanga M. 2001. Makroekonomi : Teori, Masalah dan Kebijakan. Raja Grafindo

Persada. Jakarta.

Priyarsono DS, Daryanto dan Herliana. 2006. Dapatkah Pertanian Menjadi Mesin Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Analisis Sistem Neraca Sosial Ekonomi.Agro-Ekonomika.

Romer D. 1991. Advanced Macroeconomics. The McGraw-Hill Companies, Inc., New York.


(2)

Rusastra IW, Suryadi M. 2004. Ekonomi Tenaga Kerja Pertanian dan Implikasinya Dalam Peningkatan Produksi dan Kesejahteraan Buruh Tani. Jurnal Litbang Pertanian 23 (3):91-99.

Sukirno S. 2000. Makro Ekonomi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Syam A dan Khairina MN. 2000. Kontribusi Sektor Pertanian Dalam Penyediaan Lapangan Kerja dan Perbandingannya Dengan Sektor-Sektor Lain. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor.

Syam A dan Saktyanu KD. 2000. Kontribusi Sektor Pertanian Dalam Pertumbuhan dan Stabilitas Produk Domestik Bruto. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor.

Todaro PMl. 2003, Pembangunan Ekonomi Internasional di Dunia Ketiga. Ed ke-8. Erlangga. Jakarta.

Yudhoyono SB dan Kalla MY. 2004. Membangun Indonesia yang Aman, Adil, dan Sejahtera [Visi, Misi, Program]. Rajawali. Jakarta.

Yusuf, VO. 2005. Analisis Keterkaitan Antara Investasi Pemerintah, Investasi Swasta dan Pendapatan Nasional di Indonesia [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor.


(3)

(4)

Lampiran 1: Data Penelitian

Tabel 1. Tenaga Kerja, Investasi dan Pertumbuhan Sektor Pertanian

Tahun

Tenaga Kerja di sektor pertanian

(orang)

Investasi di Sektor Pertanian (juta rupiah)

PDB di Sektor Pertanian (Triliun rupiah)

1977 29694493 154505.2 5905.7

1978 29117283 203114.89 6706

1979 30313678 167697.6 8995.7

1980 31098027 146876 11290.3

1981 31545399 149961.4 13642.5

1982 28040462 432603.4 15668.3

1983 28834041 452172.8 17696.2

1984 31593314 357058.4 20333.9

1985 30978232 945319.6 22413.2

1986 34141809 1661569 24750.5

1987 37644472 3748257.2 29116

1988 38722089 4977359.6 34277.9

1989 40456090 4718617.5 39163.9

1990 41097381 7388331.6 42148.7

1991 42378309 5457620 44720.8

1992 41205791 2962446.8 50733.1

1993 42153205 3430311 55745.5

1994 40071850 9006560 66071.5

1995 35233270 13291733.6 77896.2

1996 37720251 19697372.8 88971.8

1997 35848631 16963905 100150.5

1998 39414765 13325655 181020.5

1999 38378133 4503889.6 214878.5

2000 40677000 5060073.5 216831.3

2001 39744000 4288290 263327.8

2002 40634000 5437212.7 297317.2

2003 42001000 2545701.6 325653.7

2004 40608000 3691080.9 331553

2005 41814197 8889400 363928.8

2006 42323190 16517801.93 432296.6


(5)

Tabel 2. Hasil Output TSLS Simultan System: SIMULTANEOUS

Estimation Method: Two-Stage Least Squares Date: 01/27/09 Time: 01:56

Sample: 1977 2007 Included observations: 31

Total system (unbalanced) observations 61

Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C(1) 14807.61 28313.63 0.522985 0.6031 C(2) 0.001846 0.000498 3.706213 0.0005 C(3) -0.000565 0.000818 -0.690974 0.4925 C(4) 1.109350 0.032038 34.62639 0.0000 C(5) 34039373 983618.5 34.60627 0.0000 C(6) 17.20498 6.023456 2.856330 0.0061 C(7) 0.118604 0.122013 0.972064 0.3354 Determinant residual covariance 3.21E+21

Equation: Y=C(1)+C(2)*I+C(3)*L +C(4)*Y(-1) Instruments: I L Y(-1) C

Observations: 30

R-squared 0.989180 Mean dependent var 131484.5 Adjusted R-squared 0.987932 S.D. dependent var 148989.7 S.E. of regression 16367.42 Sum squared resid 6.97E+09 Durbin-Watson stat 1.900588

Equation: L=C(5)+C(6)*Y+C(7)*I Instruments: Y I C

Observations: 31

R-squared 0.407763 Mean dependent var 36970681 Adjusted R-squared 0.365460 S.D. dependent var 4926339. S.E. of regression 3924224. Sum squared resid 4.31E+14 Durbin-Watson stat 0.300105


(6)

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap Pdrb Antar Provinsi Di Indonesia

11 156 343

PENGARUH TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI, JUMLAH INDUSTRI DAN PDRB SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN (STUDI PADA WILAYAH KABUPATEN GRESIK 2006-2011)

0 4 19

Pengaruh pma, pmdn dan tenaga kerja pada sektor pertanian terhadap PDB sektor pertanian di Indonesia tahun 1985-2009

0 4 109

Kesempatan kerja, migrasi dan transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian di Daerah Istimewa Yogyakarta

0 3 182

Pengaruh Investasi Swasta dan Tenaga Kerja terhadap PDRB Sektor Pertanian, Sub-sektor Tanaman Pangan, Perkebunan, Peternakan

0 4 99

Dampak Peningkatan Investasi di Sektor Pertanian dan Agroindustri terhadap Distribusi Pendapatan dan Penyerapan Tenaga Kerja

0 4 59

DINAMIKA PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN STRATEGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN DI KAWASAN SUBOSUKA WONOSRATEN

0 5 3

PENGARUH PDB, INFLASI,NILAI TUKAR, OUTPUT PERTANIAN, TENAGA KERJA, SBI TERHADAP INVESTASI PENGARUH PDB, INFLASI,NILAI TUKAR, OUTPUT PERTANIAN, TENAGA KERJA, SBI TERHADAP INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DI INDONESIA TAHUN 1982 - 2008.

0 1 12

PENDAHULUAN PENGARUH PDB, INFLASI,NILAI TUKAR, OUTPUT PERTANIAN, TENAGA KERJA, SBI TERHADAP INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DI INDONESIA TAHUN 1982 - 2008.

0 1 16

Analisa Pengaruh Pertumbuhan Sektor Pertanian, Industri, dan Perdagangnn terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia.

0 2 7