daripada perusahaan bukan perata laba 400,48 440,09. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Moses 1987 dan Michelson
et al
. 1995, yang menyimpulkan bahwa perusahaan yang besar mempunyai dorongan yang lebih
besar pula untuk melakukan praktik perataan laba dibandingkan dengan perusahan-perusahaan yang lebih kecil.
b. Pengaruh Profitabilitas terhadap Praktik Perataan Laba
Profitabilitas perusahaan
merupakan salah
satu faktor
yang mempengaruhi praktik perataan laba. Berdasarkan penelitian-penelitian
sebelumya, variabel profitabilitas terbukti berpengaruh terhadap indeks perataan laba Archibald, 1967; White, 1970; Ashari
et al
. 1994; Carlson dan Chenchuramaiah, 1997. Konsisten dengan keempat penelitian di atas, penelitian
ini juga berhasil membuktikan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba.
Berdasarkan hasil pengujian
multivariate
secara serentak, variabel profitabilitas mempunyai
p-value
sebesar 0,029 dan koefisien regresi sebesar – 1,993. Hal ini berarti bahwa profitabilitas berpengaruh secara negatif signifikan
terhadap praktik perataan laba, dimana setiap kenaikan prosentase profitabilitas sebesar 1 akan mengakibatkan praktik perataan laba menurun sebesar 1,993
dengan asumsi bahwa semua variabel independen lainnya konstan. Hal ini berarti bahwa apabila profitabilitas perusahaan semakin rendah, maka kecenderungan
untuk melakukan praktik perataan laba semakin meningkat.
c. Pengaruh Sektor Industri terhadap Praktik Perataan Laba
Perusahaan pada industri yang berbeda akan meratakan laba mereka pada tingkatan yang berbeda pula Ronen dan Sadan ,1981 dalam Jin dan Machfoedz,
1998. Prasetio, dkk. 2002, menyimpulkan bahwa kelompok usaha 2 secara signifikan berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Kelompok usaha 2 ini
diukur dengan variabel
dummy
1 untuk perusahaan perbankan dan lembaga keuangan lainnya; 0 untuk kelompok lainnya. Namun untuk kelompok usaha 1
secara signifikan tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Kelompok usaha 1 terdiri dari kelompok perusahaan manufaktur dan kelompok lainnya yang
juga diukur dengan variabel
dummy
. Konsisten dengan hasil penelitian Prasetio, dkk. 2002, hasil penelitian
ini menujukkan bahwa
dummy
sektor industri tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba yang ditunjukkan dengan
p-value
sebesar 0,669 ά=5. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik, diperoleh koefisien regresi
sebesar -0,065, hal ini berarti bahwa variabel sektor industri berpengaruh negatif terhadap praktik perataan laba walaupun tidak signifikan.
Koefisien regresi yang negatif menunjukkan bahwa sektor industri dengan
dummy
0 sektor industri lain mempunyai kecenderungan lebih besar untuk melakukan perataan laba daripada sektor industri
dummy
dengan notasi 1 sektor industri manufaktur.
d. Pengaruh