Latar Belakang Masalah PREDIKAT DALAM BAHASA INDONESIA DAN BAHASA MANDARIN

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mandarin, atau Putonghua adalah ragam bahasa Han yang terpenting dan terbanyak pemakainya di negeri China. Salah satu dialek yang dipakai di sekitar Beijing Peking, menjadi dasar bahasa nasional di negeri itu. Istilah Putonghua hanya dipakai di P.R.C. Istilah yang lebih dikenal ialah Mandarin Harimurti Kridalaksana, 2008: 205. Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan dan bahasa negara Indonesia. Menurut sejarah, BI merupakan salah satu dialek temporal dari bahasa Melayu yang struktur maupun khazanahnya sebagian besar masih sama atau mirip dengan dialek-dialek temporal terdahulu seperti bahasa Melayu Klasik dan bahasa Melayu Kuno. Secara sosiologis, dapat dikatakan bahwa BI baru dianggap lahir atau diterima keberadaannya pada tanggal 28 Oktober 1928. Secara yuridis, baru tanggal 18 Agustus 1945 BI secara resmi diakui keberadaannya. Bahasa Mandarin dan BI adalah bahasa resmi yang dipakai di negera masing-masing, walaupun dasarnya adalah dialek-dialek. Kedua bahasa itu selalu berubah dan berkembang, tata sistemnya juga semakin sempurna. Beberapa tahun terakhir ini, banyak orang Indonesia mulai belajar BM dan juga banyak orang China belajar BI. Walaupun sudah muncul commit to user 2 bermacam-macam bahan pelajaran untuk orang asing dalam mempelajari kedua bahasa tersebut, tetapi buku-buku atau tesis akademik khusus tentang perbandingan tata bahasa kedua bahasa itu masih jarang ditemui. Oleh karena itu, penulis mencoba membandingkan predikat antara kedua bahasa ini, dan berharap semakin banyak sarjana yang akan melakukan penelitian perbandingan seperti ini mulai sekarang. Bahasa Mandarin termasuk bahasa isolatif atau bahasa analitis, dan tidak ada kasus, maka urutan kata-kata dan partikel dalam kalimat berfungsi paling penting. Pada umumnya klasifikasi atas urutan kata dikenal dari pemakaian istilah subjek, verba, dan objek, yang disingkat dengan huruf S, V, O. Secara teoretis, ada enam kemungkinan klasifikasi bahasa berdasarkan urutan, yakni SVO, SOV, VSO, VOS, OSV dan OVS Kushartanti, 2005: 182. BM tergolong dalam tipe SVO sama dengan BI. Tipe ini adalah tipe bahasa yang mempunyai kalimat tunggal deklaratif dengan pola dasar: subjek diikuti verba dan diikuti kemudian oleh objeknya Harimurti Kridalaksana, 2008: 244. Misalnya: BI: Saya - minum - teh. Tipe: S – V – O BM: wo 214 – he 55 – cha 35 . saya minum teh Akan tetapi, kedua bahasa itu tidak mempunyai tipe SVO murni, adakalanya juga mempunyai beberapa kemungkinan tipe. Dalam hal ini kalimat inversi juga akan diteliti. commit to user 3 Linguistik mendekati bahasa secara deskriptif dan tidak secara preskriptif. Linguistik tidak berusaha untuk memaksakan aturan-aturan suatu bahasa dalam kerangka bahasa yang lain. Beberapa puluh tahun yang lalu banyak ahli bahasa yang meneliti bahasa-bahasa di Indonesia dengan menerapkan kategori-kategori yang berasal dari bahasa Latin, Yunani, atau Arab. Karena itu, kita sekarang mewarisi konsep-konsep yang tidak cocok untuk bahasa-bahasa di Indonesia Kushartanti, 2005: 11. Sama dengan BI, situasi penelitian dalam bidang linguistik tentang BM juga muncul bermacam-macam teori tata bahasa yang berasal dari bahasa lainnya, dan tidak cocok untuk BM. Penelitian ini mencoba memilih sistem yang sesuai dengan analisis BI serta BM. Setiap kata atau frasa dalam kalimat menpunyai fungsi yang mengaitkannya dengan kata atau frasa lain yang ada dalam kalimat tersebut. Fungsi itu bersifat sintaksis Hasan, 2003: 36. Dalam suatu kalimat tidak selalu semua fungsi sintaksis terisi, tetapi biasanya harus ada konstituen pengisi subjek dan predikat. Predikat adalah pernyataan tentang tindakan atau keadaan subjek. Walaupun predikat merupakan ruas yang terpisah dari subjek, predikat tidak bisa berdiri sendiri tanpa subjek karena ada subjeklah maka ada predikat. Bagian yang diterangkan dalam penelitian ini adalah predikat. Subjek dapat dicari dengan pertanyaan ”Apa” atau ”Siapa” yang tersebut dalam predikat. Predikat adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek tersebut. Predikat dapat commit to user 4 ditentukan dengan pertanyaan yang tersebut dalam subjek, seperti: sedang apa, berapa, di mana, dan lain-lain. Vilem Mathesius dalam Kushartanti, 2005: 207 mencoba menelaah kalimat melalui pendekatan fungsional. Menurut pendekatan ini, kalimat dapat dilihat dari struktur formalnya dan juga dari struktur informasinya yang terdapat dalam kalimat yang bersangkutan. Struktural formal, memperhatikan cara tersusunnya kalimat dari unsur-unsur gramatikalnya, unsur-unsur dasarnya berupa struktur formal dan predikat. Struktur informasi, tercakup dalam situasi faktual pada waktu kalimat dihasilkan. Unsur struktur infomasi adalah tema dan rema. Tema adalah ”apa yang kita bicarakan”, sedangkan rema adalah ”apa yang kita katakan tentang tema”. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Kushartanti 2005: 207 yang menyatakan bahwa tiap kalimat terdiri dari dua bagian, yaitu tema dan rema itu. Menurut beberapa linguis, BM adalah Topic-Prominent language , artinya aturan unsur kalimat yang tidak menurut struktur S-P, tetapi Topic-Prominent . Misalnya dalam kalimat: Na 51 – ben 214 – shu 55 – wo 214 – du 35 – guo 51 . itu – buah- buku – saya – membaca – pemarkah kala lampau Saya sudah membaca buku itu. Pada kalimat di atas dapat dijelaskan bahwa na 51 ben 214 shu 55 ”buku itu” adalah topik, sedangkan wo 214 du 35 guo 51 ”saya sudah membaca” adalah prominent. Tetapi kebanyakan linguis menggolongkan kalimat-kalimat seperti ini ke dalam salah satu kalimat yang berpredikat dengan s-p, yaitu S-Ps-p, dan struktur s-p itu commit to user 5 disebut predikat rumit. Dalam penelitian ini struktur s-p akan digolongkan ke dalam salah satu jenis predikat. Misalnya di dalam kalimat Na 51 ben 214 shu 55 wo 214 du 35 guo 51 , na 51 ben 214 shu 55 ”buku itu” berfungsi sebagai S, wo 214 du 35 guo 51 ”saya sudah membaca” berfungsi sebagai P, setelah itu kita masih bisa memipisahkan P jadi s-p, yaitu wo 214 ”saya” berfungsi sebagai s, dan du 35 guo 51 ”sudah membaca” berfungsi sebagai p.

B. Perumusan Masalah