38
Setelah pemilihan kepengurusan yang baru ini, barulah Deli Hindu Sabba dapat benar-benar terbebas dari kaum tua. Deli Hindu Sabba tidak memiliki cabang di
Sumatera Timur. Organisasi ini hanya ada di Medan atau bersifat lokal. Pada masa itu ada juga organisasi yang dibuat oleh masyarakat India di Labuhan Deli yaitu The
Krishna Sabba yang dibentuk oleh S.Dolsamy. Namun The Krishna Sabba tidak begitu diketahui bagaimana pergerakannya. Namun dari hasil wawancara diketahui
bahwa terdapat persaingan antara Deli hindu Sabba dan The Krishna Sabba dalam bidang pertunjukan tonil.
35
3.3 Kegiatan-Kegiatan Deli Hindu Sabba
Di tahun 1938 tercatat bahwa anggota Deli Hindu Sabba sudah mencapai 870 orang. Hal ini tentu saja merupakan sebuah prestasi dimana
organisasi ini mampu menjadi wadah yang diinginkan oleh masyarakat India di kota Medan.
3.3.1 Mendirikan Sekolah Bahasa Tamil
Menetap di Medan membuat sebuah perubahan baru dalam tata bahasa masyarakat Tamil. Ketika di Medan mereka harus menyesuaikan dengan bahasa yang
digunakan di Medan. Rata-rata yang datang ke Sumatera Timur berasal dari golongan miskin dan banyak juga yang buta huruf. Untuk bersekolah hanya bisa dilakukan oleh
kalangan atas. Bahasa Tamil hanya digunakan ketika berbicara dirumah, tanpa mengenal aksara tulisannya. Deli Hindu Sabba melihat hal ini sebagai suatu masalah
yang perlu diperbaiki. Bahasa Tamil seharusnya dapat tetap dijaga dan dilestarikan.
35
Wawancara dengan D. Uthirabathy.
39
Pada tahun 1932 dibuka kelas tingkat anak-anak yang berkala yaitu pada setiap hari minggu, pagi jam 09.00-11.00 siang. Hal utama yang diajarkan adalah tentang budi
pekerti dan nilai-nilai kemanusiaan. Untuk orang dewasa juga diberikan pendidikan pada hari Selasa dan Kamis, dengan pengajaran yang diberikan adalah masalah
keagamaan. Dalam penyelenggaraan pendidikan ini, bahasa pengantar yang digunakan
adalah bahasa Tamil. Dibandingkan golongan Sikh dan Chetty, etnis Tamil memiliki tingkat ekonomi yang lebih rendah dan sulit untuk bersekolah,sehingga perhatian
lebih ditujukan untuk etnis Tamil. Di sekolah ini juga diajarkan cara membaca dan menulis dalam aksara Tamil. Hal ini dilakukan agar tidak banyak lagi yang buta huruf
dan tidak melupakan bahasa ibunya. Bahasa Tamil juga penting dalam kebutuhan agama, yaitu dalam melaksanakan ritual agama, doa-doa maupun syair atau mantra
yang dilafalkan menggunakan bahasa Tamil.
36
Sekolah didirikan di dua tempat yaitu Medan dan Binjai. Lokasinya terletak di halaman kuil Sri Mariamman, baik yang berada di Medan dan di Binjai. Guru-guru
yang mengajar melakukan pekerjaan ini dengan sukarela tanpa dibayar. D.K juga turun tangan untuk ikut membantu mengajar di Sekolah Tamil ini. Para guru yang
mengajar berasal dari anggota Deli Hindu Sabba yang mampu mempraktikkan baik bahasa dan aksara Tamil dengan baik. Untuk pendidikan keagamaan diberikan oleh
para orang yang lebih tua dan juga beberapa pendeta yang lebih mengerti masalah
36
A.Zebar, “Pemilihan Bahasa Oleh Masyarakat India Tamil Di Kota Medan”, dalamTesis S- 2
, belum diterbitkan, Medan: USU, 2008, hlm. 46.
40
kerohanian. Sekolah Tamil ini merupakan pendidikan non-formal yang keberadaannya cukup membantu golongan bawah.
Gambar:4 Guru dan Murid Sekolah Tamil Yang Berada di Binjai
Sumber:dkumarasami.blogspot.com Pada tahun 1935 mulai dibangun padasalai sekolah dasar formal di pusat-
pusat komunitas Etnis Tamil. Padasalai pertama yang dibangun terletak di Jalan Iskandar Muda. Di tahun 1937 dibangun padasalai, di tempat yang terdapat
41
komunitas Etnis Tamil di kota Medan, seperti di Jalan Yuliana Straat Jalan Asia sekarang, di Jalan Colombo dan dikawasan Kampung Sukaraja Medan.
37
3.3.2 Mendirikan Cabang Olahraga dan Kesenian