Analisis politik ekonomi, sosial dan teknologi (PEST) pada pengelolaan asrama haji embarkasi Jakarta - Bekasif

(1)

ANALISIS POLITIK, EKONOMI, SOSIAL DAN TEKNOLOGI

(PEST) PADA PENGELOLAAN ASRAMA HAJI EMBARKASI

JAKARTA-BEKASI

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh

Nur Syamsiah

NIM : 106053002010

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh

Nur Syamsiah

NIM : 106053002010

Di Bawah Bimbingan :

Drs. H. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA.

NIP : 196606051994031005

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul ANALISIS POLITIK, EKONOMI, SOSIAL DAN TEKNOLOGI (PEST) PADA PENGELOLAAN ASRAMA HAJI EMBARKASI JAKARTA-BEKASI telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pada Hari Kamis, tanggal 03 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I) pada Jurusan Manajemen Dakwah.

Jakarta, 03 Juni 2010 Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Dr. H. Arief Subhan, MA. Drs. Cecep Castrawijaya, MA. NIP. 19660 110 199303 1 004 NIP. 19670818 199803 1 002

Anggota

Penguji I Penguji II

Noor Bekti Negoro SE, STP, M. Si. Drs. Sugiharto, MA. NIP. 19650301 199903 1 001 NIP. 19660806 199603 1 001

Pembimbing

Drs. H. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA. NIP. 19660605 199403 1 005


(4)

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 03 Juni 2010


(5)

HASIL WAWANCARA

Responden : Edi Arief, S. Sos.

Jabatan : Ketua Harian BPAH Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi

Hari & Tanggal : Kamis, 20 Mei 2010

Tempat : Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi

Tanya : Bagaimana Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi jika ditinjau dari perspektif Politik ?

Jawab : Embarkasi Jakarta-Bekasi Jawa Barat pada awalnya merupakan penyangga Asrama Haji Pondok Gede Jakarta yang jumlahnya pada tahun 1991 M/1411 H + 47. 600 orang sedangkan calon jama’ah haji Jawa Barat pada saat itu berjumlah 21. 548 orang. Kehadiran Asrama Haji Jawa Barat sejak tahun 2001 merupakan tambahan fasilitas dalam hal kelancaran pelayanan haji, walaupun pada saat itu sarana dan prasarana fasilitas Asrama Haji di Bekasi sangat terbatas. Peningkatan pelayanan Haji merupakan salah satu tugas Pemerintah yang pelaksanaannya dibebankan kepada Kementerian Agama dalam hal ini Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji. Usaha-usaha yang telah dilakukan Pemerintah antara lain membangun Asrama Haji baik disetiap Provinsi tempat Embarkasi maupun di setiap Ibu Kota Provinsi Transit. Ini berarti bahwa Asrama-Asrama Haji tersebut adalah milik Pemerintah yang harus dikelola sebaik-baiknya sehingga pada saat musim Haji dapat digunakan oleh para Jamaah dalam kondisi yang lebih baik dan siap pakai.

Tanya : Bagaimana Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi jika ditinjau dari perspektif Ekonomi ?


(6)

pemeliharaan yang pengelolaan administrasi keuangannya harus diatur berdasarkan peraturan yang berlaku. Arah lain dalam faktor ekonomi adalah Asrama Haji bisa menampung tenaga kerja ekonomi serta membantu masyarakat ekonomi lemah, baik pada waktu masa pemberangkatan dan pemulangan calon Jamaah Haji maupun pengguna jasa oleh organisasi kemasyarakatan dan kegiatan resepsi masyarakat.

Tanya : Bagaimana Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi jika ditinjau dari perspektif Sosial ?

Jawab : Sebagai Asset Nasional, Asrama Haji harus dikelola dengan sebaik-baiknya, agar pada saat musim Haji tiba, dapat dipergunakan untuk pelayanan dalam keadaan siap pakai. Dan diluar musim Haji dapat didayagunakan secara maksimal untuk kepentingan umum yang merupakan sumber dana untuk pemeliharaan dan pengembangan asrama haji secara swakelola dan swadana. Asrama Haji dapat menyewakan fasilitas yang ada kepada masyarakat umum untuk menggelar kegiatan atau acara di luar musim Haji, baik untuk rombongan, perorangan, Lembaga Pemerintah atau Swasta, Organisasi dan lainnya. Asrama Haji juga rutin menjalankan kegiatan santunan bagi yatim, janda dan kaum dhuafa. Kegiatan lainnya berupa khitanan massal, buka puasa bersama saat bulan ramadhan, memang sudah menjadi agenda tahunan Asrama Haji dalam menjalankan tugasnya. Program tersebut dilaksanakan pada acara Ulang Tahun (milad) Asrama Haji maupun dalam Peringatan Hari Besar Islam (PHB). Hal ini dilakukan sebagai upaya menjalin ukhuwah Islamiyah antar ummat, khususnya ummat Islam. Adapun dana yang digunakan


(7)

merupakan dana sosial yang memang sudah dianggarkan untuk kegiatan sosial tersebut.

Tanya : Bagaimana Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi jika ditinjau dari perspektif Teknologi ?

Jawab : Dari segi teknologi, Asrama Haji memiliki ruangan kantor kerja sendiri bagi masing-masing pengurus, lengkap dengan fasilitas komputer di dalamnya. Pengenalan dan promosi Asrama Haji juga dilakukan melalui website dan promo iklan melalui media cetak dan elektronik. Media cetak dan media elektronik yang berada diwilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang dan Bekasi (Jabodetabek) juga dilibatkan dalam hal promosi Asrama Haji ini. Brosur, leaf-let yang disebar untuk memperkenalkan sarana dan fasilitas yang dimiliki Asrama Haji yang dapat disewakan, sepanduk, baliho bahkan melalui info perorangan dengan promosi dari mulut kemulut.

Tanya : Bagaimana Pengaruh Pengelolaan Asrama Haji Embarkasi Jakarta Bekasi terhadap pendapatan Kementerian Agama Provinsi Jawa

Barat ?

Jawab : Badan Pengelola Asrama Haji (BPAH) Embarkasi Jakarta-Bekasi berkedudukan di Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi dan berada langsung dibawah pembinaan Direktur Pelayanan Haji dan Umrah yang tugas sehari-harinya dibantu oleh Kepala Subdit Akomodasi Haji. Berkaitan dengan Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat, tidak ada pengaruh pengelolaan Asrama Haji terhadap pendapatan Kementrian Agama Provinsi Jawa Barat. Hal ini disebabkan karena Penggunaan fasilitas Asrama Haji oleh Pihak Ketiga yang dapat menghasilkan dalam kaitan pelayanan Jamaah Haji pada masa operasional Haji sepenuhnya menjadi hak Badan Pengelola Asrama Haji (BPAH). Kementerian Agama hanya mendirikan dan


(8)

Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat memang menyediakan anggaran untuk pemeliharaan dan perawatan Asrama Haji, namun setelah dibentuk Badan Pengelola Asrama Haji (BPAH), semua yang berhubungan dengan Asrama Haji diluar musim Haji menjadi tanggung jawab BPAH.

Tanya : Bagaimana Strategi Pengembangan Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi dalam mewujudkan Visi Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat ?

Jawab : Salah satu bentuk nyata pemerintah Jawa Barat dalam mewujudkan visi Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat adalah terlaksananya program kerja pemerintah dalam upaya meningkatkan kualitas penyelenggaraan ibadah Haji. Salah satunya adalah pembangunan Asrama Haji Jakarta-Bekasi yang merupakan program kerja pemerintah Jawa Barat yang saat ini sudah terealisasikan. Menginjak tahun ke sepuluh ini, berbagai fasilitas secara bertahap telah tersedia. Disamping itu pula perbaikan-perbaikan pun dilakukan demi terciptanya sarana dan prasarana yang nyaman bagi para Jamaah Haji. Adapun beberapa strategi pengembangan yang dilakukan Asrama

Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi adalah : 1. Perbaikan Sarana dan Prasaran


(9)

Responden : Sri Siagawati, S. Pd. I.

Jabatan : Bendahara Umum BPAH Asrama Haji Embarkasi

Jakarta-Bekasi

Hari & Tanggal : Kamis, 01 April 2010

Tempat : Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi

Tanya : Bagaimana Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi jika ditinjau dari perspektif Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi ?

Jawab : Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi dilihat dari perspektif politik merupakan unsur utama dari di bangunnya Asrama Haji, karena pada dasarnya Asrama Haji adalah salah satu asset Negara yang perlu dijaga dan dipelihara keberadaanya. Dari segi Ekonomi, Asrama Haji dapat menyewakan fasilitas yang ada kepada masyarakat umum untuk menyelenggarakan resepsi ataupun pertemuan-pertemuan seperti rapat, kongres, dll pada saat diluar musim haji. Dari segi Sosial, inti dibangunnya Asrama Haji adalah sebagai tempat akomodasi para jamaah haji, karena sarana dan prasarana Asrama Haji membutuhkan perawatan yang cukup ekstra serta butuh biaya perawatan yang cukup besar, maka dalam rangka pengelolaan Asrama Haji, Kementerian Agama membentuk Badan Pengelola Asrama Haji (BPAH) yang dibentuk dalam rangka mengamankan, memelihara dan asset pemerintah, sehingga dapat berdayaguna serta efektif. Mempermudah dan memperlancar Jamaah Haji dalam menunaikan ibadah haji merupakan salah satu tugas Asrama Haji. Oleh sebab itu hubungan antara Jamaah Haji dan Petugas Asrama Haji merupakan hubungan sosial yang saling membutuhkan. Dari segi teknologi. Penggunaan teknologi diluar musim Haji memang tidak begitu terlihat, sebab swakelola dan swadana yang ditawarkan oleh Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi ini memang tidak memakai IT yang rumit.


(10)

Jawab : Memang saat musim haji tiba, Penggunaan teknologi diluar musim Haji memang tidak begitu terlihat, Dengan cara sistem pendaftaran manual, dengan mendatangi langsung kantor bidang akomodasi atau melalui via telepon sudah sangat praktis dan memudahkan. Namun lain halnya jika saat musim Haji tiba, penggunaan Asrama Haji sebagai tempat akomodasi para calon Jamaah Haji akan sangat jelas terlihat. Sistem Komputerisasi Haji Terpadu atau biasa disingkat dengan SISKOHAT akan sangat mendominasi pada musim haji.

Tanya : Apa itu Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT) ?

Jawab : Sistem Komputerasi Haji Terpadu atau disingkat SISKOHAT, yang merupakan suatu sistem pelayanan secara on-line dan real time antara Bank Penyelenggara Penerima Setoran ONH, Kanwil Kementerian Agama di 27 Propinsi dengan Pusat Komputer Kementerian Agama. Pembangunan SISKOHAT tidak hanya dirancang untuk melayani pendaftaran Haji secara on-line, lebih jauh lagi mencakup dukungan terhadap seluruh prosesi penyelenggaraan Haji mulai dari pendafatarn calon Haji, pemprosesan dokumen Haji, persiapan keberangkatan (Embarkasi), monitoring operasional di Tanah Suci sampai pada proses kepulangan ke Tanah air (Debarkasi).


(11)

Responden : Heri Arifin, S. Ag.

Jabatan : Sekbid. Akomodasi BPAH Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi

Hari & Tanggal : Kamis, 15 April 2010

Tempat : Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi

Tanya : Bagaimana promosi dan pengembangan Asrama Haji di luar musim haji ?

Jawab : Operasional, promosi dan pengembangan Asrama Haji dilaksanakan sesuai dengan program kerja BPAH. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain: Promosi Asrama Haji pada dasarnya dapat dilakukan pada setiap waktu dan tempat sepanjang tidak mengganggu tugas-tugas Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji sesuai ketentuan yang berlaku dan Pengembangan Asrama Haji harus berfungsi sosial keagamaan dan tidak bertantangan dengan tugas-tugas Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji.

Tanya : Bagaimana promosi Asrama Haji melalui website dan promo iklan melalui media cetak dan elektronik ?

Ja wa b : Pe ng g una a n we b site d ip e runtuka n b a g i se tia p c a lo n ja ma a h ha ji a ta u ma sya ra ka t umum la innya ya ng ing in me ng a kse s b e rb a g a i ma c a m ke b utuha n ya ng b e rhub ung a n d e ng a n Asra ma Ha ji. Be rb a g a i ma c a m info a ta u b e rita p e nting la inya se p uta r ha ji, ke g ia ta n-ke g ia ta n so sia l-ke a g a ma a n b a hka n p ro mo si p e nye wa a n sa ra na a sra ma ha ji b isa d iliha t situs www.a sra ma ha ji-b e ka si.c o m. Me d ia c e ta k d a n me d ia e le ktro nik ya ng b e ra d a d iwila ya h Ja ka rta , Bo g o r, De p o k, Ta ng g e ra ng d a n Be ka si (Ja b o d e ta b e k) jug a d ilib a tka n d a la m ha l p ro mo si


(12)

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Haji merupakan peristiwa keagamaan yang sangat istimewa dan mendapatkan sorotan umat manusia sejagad. Dibandingkan dengan peristiwa “Perjalanan Keagamaan “ (Pilgrimage) yang terjadi di lingkungan agama-agama lain, Haji merupakan yang terbesar, baik dari segi ukuran maupun asal-usul. Sebuah sumber menyebutkan bahwa ibadah Haji biasanya diikuti lebih dari satu juta Muslim yang berasal dari berbagai negara di dunia. Sekitar 50 persen Jama’ah Haji berasal dari wilayah Arab, 35 persen berasal dari wilayah Asia, 10 persen berasal dari wilayah sub-Sahara Afrika, dan 5 persen berasal negara-negara Eropa dan Barat pada umumnya.1 Kaum Muslim dari seluruh belahan dunia itu bergabung dengan Jamaah Haji asal Arab Saudi yang jumlahnya lebih dari satu juta muslimin. Kaum Muslim yang menunaikan ibadah Haji yang jumlahnya tiga juta lebih itu merupakan sebuah asembly umat manusia dari berbagai etnis, budaya, dan bangsa yang bersatu dalam satu tempat dan waktu untuk memenuhi panggilan dan mengagungkan asma Allah.2

1

Robert Bianchi, “Hajj”, dalam John L. Esposito (ed.), The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic Word (New York: Oxford University Press, 1995), Volume 2, h. 88-92.

2

Muhammad M. Basyuni, Reformasi Manajemen Haji: Formula Pelayanan Prima dalam Penyelenggaraan Ibadah Haji”, Pidato Penerimaan Gelar Doctor Honoris Causa dalam Bidang Manajemen Dakwah, Sabtu 22 November 2008, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 37-38.


(14)

Adapun dalil yang mewajibkan untuk menjalankan ibadah Haji bagi yang mampu tercantum dalam Surat Ali Imran/3: 97 berikut :

Artinya : …. Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah SWT, yaitu (bagi) bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan kebaitullah…. (Q. S. Ali Imran : 97)

Penyelenggaraan Haji itu sangat kompleks, tidak hanya berkaitan dengan karakteristik jamaah yang beragam, tetapi juga berkaitan dengan hubungan bilateral Indonesia-Arab Saudi, persiapan pemberangkatan, transportasi pesawat terbang, transportasi darat di Indonesia dan Arab Saudi, akomodasi, penunjukan petugas, pelayanan kesehatan dan administrasi lainnya. Tantangan utamanya adalah bagaimana mengorganisasikan penyelenggaraan Haji sehingga masyarakat Indonesia yang menunaikan ibadah Haji mendapatkan pelayanan sebaik-baiknya.3

Menurut Muhammad M. Basyuni, dalam bukunya Reformasi Manajemen Haji, mengatakan bahwa Haji juga memiliki dimensi politik yang kuat (political force), dapat dijadikan sebagai amunisi berbagai kalangan untuk melancarkan kritik kepada pemerintah, tidak hanya bagi Departemen Agama, tetapi juga bagi pemerintah secara luas.

3

Muhammab M. Basyuni, Reformasi Manajemen Haji: Formula Pelayanan Prima dalam Penyelenggaraan Ibadah Haji”, Pidato Penerimaan Gelar Doctor Honoris Causa dalam Bidang Manajemen Dakwah, Sabtu 22 November 2008, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,


(15)

3

Makna Haji yang paling mendapat perhatian adalah makna sebagai bisnis. Seperti diketahui, sebagai konsekuensi dari meningkatnya jumlah jama’ah Haji, maka komponen-komponen yang diperlukan untuk penyelenggaraan ibadah Haji juga semakin meningkat. Penting dicatat bahwa pengadaan komponen-komponen itu memiliki nilai ekonomi yang cukup besar sehingga dapat berubah menjadi ladang bisnis menggiurkan, tidak hanya bagi masyarakat Indonesia, tetapi juga bagi masyarakat Arab Saudi.4

Dalam konteks masyarakat muslim Indonesia, gelar Haji secara sosiologis juga merupakan status sosial. Para penyandangnya tidak hanya dipandang memiliki kemampuan ekonomi, tidak jarang bahkan dipandang sebagai alim,yaitu seseorang yang memiliki kemampuan dalam bidang ilmu keagamaan. Oleh karena itu, sebagaimana disebutkan dalam sebuah penelitian, gelar Haji seringkali muncul sebagai modal agama (religious capital) yang memiliki kekuatan dan legitimasi dalam arena pertarungan dilingkungan komunitas, baik di wilayah pedesaan maupun perkotaan, dan dijadikan sebagai alat strategis dalam upaya memperoleh pengakuan sosial.5

Perkembangan teknologi informasi juga telah mengikis makna Haji sebagai media komunikasi dan informasi antara Muslim Indonesia dan saudaranya dari dari belahan dunia lain. Muslim sekarang ini lebih banyak memperoleh informasi tentang saudara Muslim lain melalui media-media

4

Muhammad M. Basyuni, Reformasi Manajemen Haji (Jakarta: FDK Press, 2008), h.6.

5

M. Amin Akkas, Haji dan Reproduksi Sosial, Strategi Untuk Memperoleh Pengakuan Sosial Pada Masyarakat Kota Pinggiran (Jakarta : Media Cita, 2005).


(16)

komunikasi modern. Televisi, surat kabar dan internet telah menggantikan makna Haji sebagai media perjumpaan dan komunikasi..6

Pemondokan Haji merupakan salah satu aspek penting dalam penyelenggaraan Ibadah Haji. Pemondokan atau akomodasi Haji dibagi kedalam dua bagian. Pertama, penyediaan tempat penginapan atau pengasramaan sebagai penampungan sementara pada waktu Jamaah Haji berada di tempat embarkasi dan di debarkasi. Kedua, pemondokan selama di Arab Saudi.

Akomodasi bagi Jamaah Haji merupakan kebutuhan dasar setelah konsumsi dan sandang yang banyak memakan biaya dalam komponen BPIH-menempati urutan kedua setelah biaya angkutan udara. Sebelum pemberangkatan ke Arab Saudi, Jamaah Haji diasramakan dimasing-masing asrama haji embarkasi maksimal selama 24 jam sebelum penerbangan ke Arab Saudi. Fungsi Asrama Haji selain sebagai tempat pemulihan kesehatan (recovery) dan peristirahatan setelah melakukan perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan dari daerah asal masing-masing jamaah, juga sebagai tempat penyelesaian proses penerbangan untuk perjalanan keluar negeri (check-in). kegiatan selama di asrama Haji meliputi penyelesaian dokumen perjalanan paspor Haji oleh pihak imigrasi, pemeriksaan barang bawaan oleh bea dan cukai, pemberian bekal hidup (living cost), pemeriksaan kesehatan akhir dan pemantapan manasik. Keperluan akomodasi dan konsumsi selama

6


(17)

5

berada di Asrama Haji embarkasi ditanggung oleh pemerintah karena termasuk dalam komponen BPIH.

Pembangunan Asrama Haji di setiap Provinsi didasarkan kepada tuntutan kebutuhan pemondokan untuk kesiapan operasional pemberangkatan dan pemulangan Jamaah Haji dalam rangkaian operasional pelayanan perjalanan Haji dari Tanah Air sebelum berangkat ke Arab Saudi dan sebaliknya. Oleh karena itu Asrama Haji mempunyai peranan dan fungsi yang penting bagi upaya peningkatan pelayanan Haji, yaitu sebagai sarana bagi kesiapan pemberangkatan calon jamaah, tempat prosesing CIQ (costum, immigration dan quarantine), mempersiapkan kondisi serta pemulihanm fisik dan mental calon jamaah dalam rangka menghadapi perjalanan ibadah yang sangat melelahkan serta sebagai tempat reservation untuk dapat kembali ke tempat asal masing-masing sesudah selesai menunaikan Ibadah Haji.

Pembangunan Asrama itu sendiri dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan kemampuan dana yang tersedia. Sedangkan dana untuk pembangunannya berasal dari DIP atau APBN Kementerian Agama, bantuan Pemda melalui APBD dan dana peningkatan fasilitas pelayanan Haji Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji melalui kegiatan crash program.

Asrama Haji terdiri dari dua kelas, yaitu Asrama Haji Embarkasi dan Asrama Haji Provinsi atau Transit. Asrama Haji Embarkasi adalah tempat pemondokan sekaligus pelayanan operasional pemberangkatan dan pemulangan Haji, sejak dari kegiatan penerimaan sampai pemberangkatan ke pelabuhan embarkasi dan sebaliknya penerimaan waktu kedatangan dan


(18)

kesiapan kembali ke tempat asal jamaah. Kebijakan pengasramaan di Embarkasi ini disamping dimaksudkan untuk proses reservation termasuk kelengkapan dokumen perjalanan dan pemberian living cost, juga untuk pemulihan kebugaran jamaah dan pemberian bimbingan praktis manasik. Dewasa ini Asrama Haji Embarkasi terdapat di sembilan tempat, yaitu: Banda Aceh, Medan, Batam, Jakarta-Pondok Gede, Jakarta-Bekasi, Solo, Surabaya, Makassar, Balikpapan dan menyusul Banjarmasin.7

Namun seiring berjalannya waktu, menurut data dari Departemen Agama RI, Direktorat Pelayanan Haji, Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, dalam buku Profil Asrama Haji Embarkasi dan Tansit, maka pada tahun 2009 Asrama Haji Embarkasi bertambah menjadi 14 Asrama, yaitu di Padang, Palembang, Mataram Gorontalo8.

Disamping Asrama Haji Embarkasi tersedia pula Asrama Provinsi atau Transit, yaitu tempat pemondokan sementara calon Jamaah Haji untuk kesiapan pemberangkatan ke Asrama Haji Embarkasi sesuai kloter atau jadwal penerbangan.

Dalam rangka pengelolaan Asrama Haji, Departemen Agama membentuk Badan Pengelola Asrama Haji di lingkungan Departemen Agama yang disingkat BPAH Embarkasi dan BPAH Transit. BPAH dibentuk dalam rangka mengamankan, memelihara dan menjaga asset pemerintah, sehingga dapat berdayaguna secara efektif terutama untuk kepentingan misi

7

Muhammad M. Basyuni, Reformasi Manajemen Haji (Jakarta: FDK Press, 2008), h. 107.

8

Departemen Agama RI, Direktorat Pelayanan Haji, Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Profil Asrama Haji Embarkasi dan Tansit (Jakarta: Ditjen Haji dan Umrah, 2009), h. 6.


(19)

7

pelayanan Haji dan mengatur pemanfaatan diluar musim Haji secara swakelola dan swadana. Pembentukan BPAH dan manajemen pengelolaan Asrama Haji diatur Direktur Jendral Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji. Diluar musim Haji, Asrama Haji dapat dimanfaatkan oleh masyarakat terutama umat Islam, Lembaga Sosial, Instansi Pemerintah seperti untuk keperluan kegiatan pesta pernikahan, seminar, konggres, pelatihan atau penataran, penampungan atlit dan kegiatan lainnya, termasuk untuk keperluan penelitian dari perguruan tinggi secara proporsional.9

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengelolaan Asrama Haji dan menuangkannya dalam bentuk skripsi yang berjudul “Analisis PEST (Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi) Pada Pengelolaan Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar pembahasan dalam penulisan skripsi ini tidak terlalu melebar, maka peneliti membatasi masalah hanya pada: Analisis PEST Pada Pengelolaan Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi, pengaruh pengelolaan

Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi terhadap pendapatan Kementerian

Agama Provinsi Jawa Barat dan strategi pengembangan Asrama Haji

Embarkasi Jakarta-Bekasi dalam mewujudkan visi Kementerian Agama

Provinsi Jawa Barat.

9

Muhammad M. Basyuni, Reformasi Manajemen Haji (Jakarta: FDK Press, 2008), h. 108-109.


(20)

Dengan pembatasan masalah diatas penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perspektif PEST (Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi) pada pengelolaan Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi ?

2. Bagaimana pengaruh pengelolaan Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi terhadap pendapatan Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat ?

3. Bagaimana strategi pengembangan Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi dalam mewujudkan visi Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui perspektif PEST (Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi) pada pengelolaan Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi b. Untuk mengetahui pengaruh pengelolaan Asrama Haji Embarkasi

Jakarta-Bekasi terhadap pendapatan Kementrian Agama Provinsi Jawa Barat..

c. Untuk mengetahui strategi pengembangan Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi dalam mewujudkan visi Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat.


(21)

9

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

Sebagai tambahan referensi serta diharapkan dapat menambah wawasan para mahasiswa dalam melakukan penelitian disebuah perusahaan ataupun lembaga lainnya dengan mempelajari analisis-analisis yang ada dalam bidang ilmu manajemen dan sebagai alat bantu utama pada jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi Perusahaan, Instansi maupun Lembaga Pemerintah atau Swasta untuk lebih teliti lagi terhadap peluang dan ancaman yang ada. Analisis PEST adalah salah satu analisis yang dapat mengurangi dampak-dampak yang terjadi akibat faktor-faktor lingkungan eksternal. Analisis ini bermanfaat bagi kemajuan perusahaan ataupun lembaga organisasi pada umumnya dan khususnya bagi Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi.

D. Teori Penelitian

Dari beberapa teori yang ada yang mendefinisikan tentang analisis PEST ini, penulis memakai teori yang berasal dari John M. Bryson dalam bukunya Perencanaan Strategis bagi organisasi sosial :


(22)

“Tujuan dalam menilai lingkungan eksternal adalah menggali lingkungan diluar organisasi untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi sebuah organisasi__kekuatan dan kecenderungan biasanya dipecah menjadi empat katerogi yaitu politik, ekonomi, sosial dan teknologi. Kadang kala disingkat PEST. (Organisasi bisa memilih untuk memantau kategori tambahan. Misalnya kategori pendidikan, tetapi akronim itu tidak memberikan peluang potensial yang dihadirkan oleh perubahan lingkungan, sebab perencanaan strategis harus punya kepastian bahwa mereka menghadapi peluang maupun ancaman.”10

E. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Pada penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif yang menghasilkan deskriptif gambaran realitas objektif.. Untuk memahami istilah penelitian kualitatif ini, perlu kiranya dikemukakan teori menurut Bogdan dan Taylor yang mendefinisikan Metodologi Kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.11 Dengan memilih metode kualitatif ini, penulis mengharapkan dapat memperoleh data yang lengkap dan akurat.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi yang berlokasi di Jalan Kemakmuran 72 Bekasi-Telp (021) 88960946, 88960947, Fax. (021) 88960948, www. Asramahaji-bekasi.com. Sedangkan yang menjadi objek

10

John M. Bryson, Perencanaan Strategis bagi organisasi social, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), Cet. Ke-10, h. 142.

11

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), Cet. Ke-11, h. 3


(23)

11

penelitian ini adalah Analisis Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi (PEST).

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan, maka penulis menggunakan jenis penelitian diantaranya Field Research (Penelitian Lapangan), penulis mengadakan jenis penelitian dengan datang langsung ke lapangan (objek) penelitian di Asrama Haji Bekasi, sedangkan data yang diperoleh dari metode ini merupakan data primer (utama) penelitian.

Dalam penelitian lapangan ini, penulis juga menggunakan beberapa teknik untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan pembahasan diantaranya sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi berarti pengamatan dan pencatatan dengan sistematik terhadap fenomena yang diselidiki.12 Dalam hal ini penulis melakukan pengamatan secara langsung terhadap fenomena yang ada di Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi sebagai upaya memperkecil kemungkinan yang dapat menghambat pelaksanaan penelitian.

b. Wawancara (interview)

Wawancara (interview) ialah Tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih.13 Dalam hal ini sekelompok orang yang dapat memberikan informasi refresentatif, mereka terdiri dari 5 orang pengurus asrama haji,

12

Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta : Andi Ofset, 1992), Cet. Ke-2, h. 129.

13

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), Cet. Ke-4, h. 57


(24)

Wakil Ketua I, Wakil Sekretaris I, Bendaharawan, Bidang Akomodasi dan salah satu Karyawan BPAH. Penulis menggunakan teknik interview bebas terpimpin; yaitu penulis mengajukan beberapa pertanyaan kepada para responden yang telah penulis persiapkan, lalu dijawab oleh pemberi data (responden) dengan bebas dan terbuka.

c. Dokumentasi

Dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.14 Penulis menggunakan data-data dan sumber-sumber yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas. Sedangkan data-data ini, penulis peroleh dari buku-buku, profile company, arsip-arsip maupun diktat-diktat yang berhubungan dengan masalah penelitian di Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi.

4. Teknik Analisa Data

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu suatu teknik analisis data; dimana penulis terlebih dahulu memaparkan semua data yang diperoleh dari pengamatan, kemudian menganalisanya dengan berpedoman kepada sumber-sumber yang tertulis.

5. Teknik Penulisan

Penulisan skripsi ini berpedoman pada “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi)” yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Press Tahun 2007 dengan ketentuan sebagai berikut :

14

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), Cet. Ke-4, h. 73


(25)

13

a. Untuk penulisan al-Qur’an tidak memakai footnote, dan diketik satu spasi dengan terjemah dicetak miring, dengan berpedoman pada terjemahan dari Depatemen Agama RI.

b. Guna mempermudah dalam penulisan ini, kalimat Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi disingkat menjadi PEST dan Badan Pengelola Asrama Haji disingkat menjadi BPAH.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, maka penulis membagi sistematika sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN, terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, teori penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG ANALISIS PEST, terdiri dari beberapa hal diantaranya pengertian analisis PEST, unsur-unsur analisis PEST, tujuan analisis PEST dan pengertian asrama haji, latar belakang berdirinya asrama haji dan klasifikasi asrama haji.

BAB III GAMBARAN UMUM ASRAMA HAJI EMBARKASI

JAKARTA-BEKASI, terdiri dari sejarah asrama haji Jakarta-Bekasi, landasan, tujuan dan manfaat asrama haji Jakarta-Jakarta-Bekasi, visi dan misi asrama haji Jakarta-Bekasi, tugas pokok asrama haji Jakarta-Bekasi, data-data asrama haji Jakarta-Bekasi, sarana dan


(26)

fasilitas asrama haji Jakarta-Bekasi dan struktur organisasi Asrama Haji Jakarta-Bekasi.

BAB IV PENGELOLAAN ASRAMA HAJI PERSPEKTIF POLITIK, EKONOMI, SOSIAL DAN TEKNOLOGI (PEST) Terdiri dari perspektif Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi (PEST) pada pengelolaan Asrama Haji, pengaruh pengelolaan Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi terhadap pendapatan Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat dan Strategi Pengembangan Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi dalam mewujudkan visi Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat.

BAB V PENUTUP, terdiri dari saran dan kesimpulan serta lampiran-lampiran yang diperlukan dalam penelitian.


(27)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS TENTANG ANALISIS POLITIK, EKONOMI, SOSIAL DAN TEKNOLOGI (PEST) DAN ASRAMA HAJI

A. Analisis PEST Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi (PEST)

1. Pengertian Analisis Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi (PEST)

Analisis ialah penelusuran peluang atau ancaman sampai kepangkalnya. Hal ini juga melibatkan upaya memilah yang utuh menjadi bagian untuk mengetahui sifat dasar, fungsi dan hubungannya.1 Sedangkan Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi (PEST) merupakan unsur-unsur yang ada dalam lingkungan eksternal.

Analisis Lingkungan adalah suatu proses yang digunakan perencanaan strategis untuk memantau sektor lingkungan dalam menentukan peluang atau ancaman terhadap perusahaan. Dan eksternal merupakan faktor-faktor yang berada diluar perusahaan.

Adapun pendapat beberapa Ahli tentang Lingkungan Eksternal adalah: 1. Pearce & Robinson, “Lingkungan eksternal adalah faktor-faktor diluar

kendali perusahaan yang dapat mempengaruhi pilihan arah dan tindakan, struktur organisasi dan proses internal perusahaan.”2

2. J. David Hunger & Thomas L. Wheelen dalam bukunya Manajemen Strategis, menyatakan bahwa sebelum perusahaan dapat memulai

1

Lawrence R. Jauch & William F, Glueck,Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan, (Jakarta : Erlangga, 1988), Edisi 3, h. 87.

2

Pearce/Robinson, “Manajemen Strategi” Formulasi, Implementasi & Pengendalian

(Jakarta: Salemba Empat, 2008), Edisi 10, h. 112


(28)

perumusan strategi, manajemen harus mengamati lingkungan eksternal yaitu untuk mengidentifikasi kesempatan dan ancaman yang mungkin terjadi.3

3. John M. Bryson dalam bukunya Perencanaan Strategis, menyatakan bahwa Lingkungan Eksternal adalah Lingkungan diluar organisasi yang bertujuan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi oleh sebuah perusahaan.4

Dari beberapa definisi yang disebutkan diatas, dapat penulis rangkumkan bahwa lingkungan eksternal adalah lingkungan diluar kendali perusahaan yang dapat mempengaruhi proses internal suatu perusahaan atau organisasi yang bertujuan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang terjadi.

Menurut Prof. Dr. Sondang P. Siagian, MPA dalam bukunya “Manajemen Strategik” mengatakan bahwa pengenalan lingkungan eksternal secara tepat semakin penting karena:

a. Jumlah faktor-faktor yang berpengaruh itu tidak pernah konstan melainkan selalu berubah

b. Intensitas dampaknya beraneka ragam

3

J. David Hunger & Thomas L. Wheelen, Manajemen Strategis, (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2003), h. 113.

4

John M. Bryson, Perencanaan Strategis bagi Organisasi Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), Cet. Ke-9, h. 142.


(29)

17

c. Ada faktor-faktor eksternal yang merupakan “kejutan” yang tidak dapat diperhitungkan sebelumnya betapa pun cermatnya analisis SWOT dilakukan

d. Kondisi eksternal itu berada diluar kemampuan organisasi untuk mengendalikannya.5

Teori manajemen stratejik mengatakan bahwa faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh tersebut dapat dikategorisasikan pada dua kategori utama, yaitu faktor-faktor eksternal yang “jauh” dan faktor-faktor eksternal yang “dekat”. Pengenalan lingkungan eksternal secara tepat merupakan keharusan mutlak karena disamping sifatnya yang sangat kompleks, juga karena dengan demikian dapat dirumuskan strategi yang memungkinkan organisasi memanfaatkan peluang justru karena adanya faktor-faktor tersebut. Salah satu wujud kemampuan memanfaatkan peluang itu ialah meningkatnya kemampuan organisasi untuk menghadapi suasana persaingan yang dalam kenyataan semakin tajam. Dalam kaitan ini perlu ditekankan bahwa terdapat interelasi antara satu organisasi (Perusahaan) dengan lingkungan eksternalnya, baik yang jauh maupun yang dekat.

Para ahli manajemen membagi lingkungan eksternal dengan beberapa subkategori yang saling terkait. Seperti bagan dibawah ini.

5

Sondang P. Siagian, Manajemen Stratejik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), Cet. Ke-5, h. 63.


(30)

TABEL I

LINGKUNGAN EKSTERNAL MENURUT PEARCE & ROBINSON

Lingkungan Jauh Lingkungan Industri Lingkungan Operasi

1. Ekonomi 1. hambatan masuknya 1. pesaing 2. Sosial pendatang baru 2. kreditor 3. Politik 2. kekuatan pemaso 3. pelanggan

4. Teknologi 3. kekuatan pembeli 4. tenaga kerja PERUSAHAAN

5. Ekologi 4. ketersediaan 5. pemasok barang substitusi

5. persaingan yang

kompetitif

Sumber :

“Manajemen Strategi; Formulasi, Implementasi & Pengendalian”

Faktor-faktor yang membentuk lingkungan eksternal (Eksternal Environment), dapat dibagi menjadi tiga bagian yang saling berhubungan, yaitu: lingkungan jauh (Ekonomi, Sosial, Politik, Teknologi dan Ekologi), lingkungan industri (Hambatan masuknya pendatang baru, Kekuatan pemasok, Kekuatan pembeli, ketersediaan barang substitusi dan persaingan yang kompetitif) dan lingkungan operasi (Pesaing, kreditor, pelanggan, tenaga kerja dan pemasok).6

6

Pearce & Robinson, “Manajemen Strategi” Formulasi, Implementasi & Pengendalian


(31)

19

Lain hal dengan Prof. Dr. Sondang P. Siagian, MPA yang membagi Lingkungan eksternal hanya kepada dua bagian subkategori saja, seperti pada bagan dibawah ini :

TABEL II

LINGKUNGAN EKSTERNAL MENURUT SONDANG P. SIAGIAN Perusahaan Dampak Lingkungan yang Jauh Dampak Lingkungan yang menyeluruh Dampak Lingkungan yang dekat Dampak Lingkungan yang jauh : Ekonomi Politik Sosial Teknologi Industri Dampak Lingkungan yang dekat: Pesaing Penyandang dana Pasaran tenaga kerja Pemasok

Pelanggan

Sumber :

“Manajemen Stratejik”

Dari bagan diatas terlihat bahwa yang tergolong pada faktor-faktor lingkungan eksternal yang “jauh” meliputi faktor-faktor ekonomi, politik, sosial, teknologi dan industri. faktor-faktor eksternal tersebut dikatakan “jauh” karena faktor-faktor tersebut bersumber dari luar organisasi dan biasanya timbul terlepas dari situasi operasional yang dihadapi oleh perusahaan yang


(32)

bersangkutan, akan tetapi mempunyai dampak pada proses manajerial dan operasional dalam organisasi (perusahaan) tersebut.7

Yang perlu diperhatikan dalam kedua bagan tersebut adalah bukan terletak pada pembagian lingkungan eksternalnya tapi lebih kepada pengelompokan lingkungan eksternal “jauh” karena ini yang akan menjadi pokok permasalahan. Kedua para ahli manajemen tersebut meyakini bahwa unsur-unsur Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi (PEST) merupakan bagian mutlak yang ada dalam Lingkungan tersebut. Adapun penambahan faktor-faktor lain, seperti Pearce & Robinson yang memasukan unsur ekologi dan Prof. Dr. Sondang P. Siagian, MPA yang memasukan unsur industri merupakan sudut pandang dalam menilai seberapa tepat analisis yang mereka lakukan untuk mengatasi ancaman dan memanfaatkan peluang yang datang dari luar perusahaan.

Seperti yang ditulis oleh John M. Bryson dalam bukunya Perencanaan Strategis bagi organisasi sosial bahwa organisasi bisa memilih untuk memantau kategori tambahan. Misalnya kategori pendidikan, tetapi akronim itu tidak memberikan peluang potensial yang dihadirkan oleh perubahan lingkungan, sebab perencanaan strategis harus punya kepastian bahwa mereka menghadapi peluang maupun ancaman.8

Yang perlu diketahui adalah penilaian lingkungan eksternal yang efektif seharusnya memberikan manfaat kepada organisasi. Diantaranya

7

Sondang P. Siagian, Manajemen Stratejik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), Cet. Ke-5, h. 64.

8

John M. Bryson, Perencanaan Strategis bagi organisasi sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), Cet. Ke-10, h. 142.


(33)

21

adalah bahwa penilaian itu menghasilkan informasi yang sangat penting bagi kelangsungan dan kemakmuran organisasi.

Karena dalam penelitian ini subjek yang diteliti adalah lembaga organisasi sosial pemerintah, maka penulis memakai teori yang berasal dari John M. Bryson dalam bukunya Perencanaan Strategis bagi organisasi sosial : “Tujuan dalam menilai lingkungan eksternal adalah menggali lingkungan diluar organisasi untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi sebuah organisasi__kekuatan dan kecenderungan biasanya dipecah menjadi empat katerogi yaitu politik, ekonomi, sosial dan teknologi. Kadang kala disingkat PEST.9

2. Unsur-Unsur Analisis Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi (PEST) 1. Faktor Politik

Salah satu definisi klasik tentang politik mengatakan bahwa politik adalah kiat untuk mengetahui “siapa, dapat apa dan bilamana”. Menggunakan definisi tersebut sebagai titik tolak untuk memahami faktor-faktor politik yang berpengaruh pada pengelolaan suatu bisnis antara lain berarti bahwa para pengambil keputusan stratejik perlu memahami percaturan kekuatan dan pengaruh yang terjadi dalam suatu masyarakat bangsa di lingkungan mana ia bergerak, termasuk percaturan kekuasaan dan kekuatan yang terjadi di kalangan para politisi dan para negarawan.10

Arah dan stabilitas faktor politik merupakan pertimbangan utama dari manajer dalam merumuskan strategi perusahaan. Faktor politik menentukan parameter-parameter hukum dan aturan dimana perusahaan harus beroperasi.

9

John M. Bryson, Perencanaan Strategis bagi organisasi sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), Cet. Ke-10, h. 142.

10

Sondang P. Siagian, Manajemen Stratejik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), Cet. Ke-5, h. 71.


(34)

Batasan politik yang dikenakan pada perusahaan biasanya diberlakukan melalui keputusan perdagangan yang adil, undang-undang anti monopoli, program pajak, aturan upah minimum, kebijakan polusi dan penetapan harga, penambahan administrasi dan berbagai tindakan lain yang ditunjukan untuk melindungi karyawan, konsumen, masyarakat umum dan lingkungan. Karena undang-undang dan peraturan semacam itu biasanya bersifat membatasi, maka kedua hal tersebut cenderung mengurangi potensi laba perusahaan. Namun, beberapa tindakan politik dirancang untuk menguntungkan dan melindungi perusahaan. Tindakan-tindakan ini mencakup undang-undang paten, subsidi pemerintah dan penelitian produk. Dengan demikian, faktor politik dapat membatasi atau menguntungkan perusahaan yang terpengaruh.

2. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi berkaitan dengan sifat dan arah perekonomian dimana suatu perusahaan beroperasi. Karena pola konsumsi dipengaruhi oleh kemakmuran relatif dari berbagai segmen pasar, maka setiap perusahaan harus mempertimbangkan tren ekonomi pada segmen yang mempengaruhi industrinya. Baik pada tingkat nasional maupun internasional, manajer harus mempertimbangkan ketersediaan kredit, pendapatan bersih sesudah pajak, dan kecenderungan konsumsi. Suku bunga utama, tingkat inflasi dan tren pertumbuhan produk nasional bruto merupakan faktor-faktor ekonomi lainnya yang harus dipantau.11

11

Pearce & Robinson, “Manajemen Strategi” Formulasi, Implementasi & Pengendalian


(35)

23

Secara umum, lingkungan ekonomi dinegara maju dan negara sedang berkembang memiliki karakteristik yang berbeda. Berdasarkan pendapatan nasional perkapita yang dapat digunakan sebagai dasar kasar penentuan tingkat pembangunan, karakteristik pokok lingkungan ekonomi negara maju, sedang dan miskin.

Menurut Suwarsono Muhammad, faktor ekonomi ini terdiri dari : a. Sumber Daya Alam (SDA)

b. Sumber Daya Manusia (SDM) c. Modal Domestik

d. Cadangan Devisa e. Prasarana Dasar.12

3. Faktor Sosial

Faktor sosial yang mempengaruhi suatu perusahaan meliputi kepercayaan, nilai, sikap, opini dan gaya hidup masyarakat dalam lingkungan eksternal perusahaan, yang berkembang dari kondisi budaya, ekologi, demografi, agama, pendidikan dan etnis.13

Dalam berbagai interaksi yang terjadi antara satu perusahaan dengan aneka ragam kelompok masyarakat yang dilayaninya, pentingnya dampak faktor-faktor sosial sangat penting pula disadari oleh para pengambil keputusan stratejik. Berbagai faktor seperti keyakinan, system nilai yang dianut, sikap, opini dan bahkan gaya hidup harus dikenali secara tepat.

12

Suwarsono Muhammad, Manajemen Stratejik, Konsep dan Kasus Edisi Ketiga,

(Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2004), Cet. Ke-2,h. 29-35.

13

Pearce & Robinson, “Manajemen Strategi” Formulasi, Implementasi & Pengendalian


(36)

Pengenalan demikian tidak mudah karena kenyataan menunjukan bahwa faktor-faktor tersebut selalu berubah, ada kalanya dengan intensitas yang sangat tinggi. Disamping itu para anggota masyarakat dengan siapa perusahaan melakukan interaksi tersebut tidak pernah “konsisten” dalam prilakunya. Dikatakan demikian karena faktor-faktor tersebut tumbuh sebagai akibat kondisi keagamaan, pendidikan, kultur, moral, etika, ekologikal dan demografikal yang juga selalu mengalami pergeseran, baik yang mengarah pada “kondisi lebih kuat”, tetapi juga mungkin kearah yang “lebih lemah”.14

Salah satu perubahan sosial mendasar selama beberapa tahun belakangan ini adalah masuknya sejumlah besar wanita kepasar tenaga kerja. Hal ini tidak saja mempengaruhi kebijakan perekrutan dan kompensasi serta kapabilitas dari sumberdaya para perusahaan yang merekrut; melainkan juga menciptakan atau memperbesar permintaan akan berbagai jenis produk dan jasa yang diperlukan karena ketidakhadiran para wanita tersebut di rumah. Perusahaan yang mengantisipasi atau bereaksi cepat terhadap perubahan sosial ini menawarkan produk dan jasa, seperti makanan siap saji, oven micoweve, dan pusat penitipan anak.15

Perubahan sosial mendasar yang kedua adalah tumbuhnya minat konsumen dan karyawan terhadap masalah kualitas hidup. Bukti-bukti mengenai perubahan ini terlihat dalam negosiasi kontrak baru-baru ini. Selain tuntutan tradisional seperti kenaikan gaji, para pekerja juga menuntut manfaat

14

Sondang P. Siagian, Manajemen Stratejik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), Cet. Ke-5, h. 73.

15

Pearce & Robinson, “Manajemen Strategi” Formulasi, Implementasi & Pengendalian


(37)

25

lain seperti cuti, jam kerja yang lebih fleksibel atau empat hari kerja dalam seminggu, kompensasi cuti yang dapat diambil sekaligus, dan peluang untuk mengikuti pelatihan.

Perubahan sosial mendasar yang ketiga adalah perubahan distribusi usia dari populasi. Untuk kepentingan analisis dan perumusan kebijaksanaan stratejik, faktor demografi dapat disoroti dari sudut pengelompokan para anggota masyarakat pada tiga kelompok utama, yaitu kelompok yang belum produktif karena masih muda dan pada umumnya masih duduk di bangku sekolah, kelompok produktif yaitu mereka yang memasuki pasaran kerja dan kelompok yang tidak lagi produktif karena telah lanjut usia.16

4. Faktor Teknologi

Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berkembang demikian pesatnya sehingga dapat dikatakan bahwa umat manusia belum pernah mengalami perkembangan secepat itu, perkembangan yang amat pesat itu berakibat antara lain pada “lahirnya” berbagai ilmu baru dan aneka ragam temuan dan terobosan terjadi dalam bidang teknologi. Berbagai temuan dan terobosan tersebut sudah sedemikian rupa sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada lagi segi-segi dan proses pengelolaan bisnis yang tidak “disentuh” oleh teknologi tersebut. Dikatakan demikian karena ternyata bahwa berbagai temuan dan terobosan dibidang perangkat keras dibarengi pula oleh perkembangan dibidang perangkat lunak yang mendukung aplikasinya yang makin beraneka ragam oleh para “pekerja pengetahuan”.

16

Sondang P. Siagian, Manajemen Stratejik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), Cet. Ke-5, h. 78.


(38)

Banyak ditemukan berbagai penemuan baru pada berbagai bidang yang dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi akan terlihat secara transparan efek ekonominya. Juga memiliki implikasi manajerial yang signifikan pada berbagai manajemen fungsional, khususnya manajemen pemasaran, sumber daya manusia dan operasi. Proses produksi akan mengalami proses pencanggihan. Sekalipun masih ada persoalan etika, revolusi biologi berjalan terus dengan percepatan yang semakin meninggi. Demikian pula berbagai hal baru yang terjadi dalam bidang elektonika, telekomunikasi dan biomaterial.17

Apa yang baru saja diuraikan tersebut dijumpai di negara maju, yang memiliki dan adan tenaga ahli yang cukup. Di banyak negara yang sedang berkembang, revolusi teknologi belum terjadi. Paling tidak masih berada dalam tahap yang amat dini. Penelitian dasar belum banyak dilakukan karena memerlukan dana yang besar dan bersifat jangka panjang. Skala prioritas masih diletakan pada penelitian terapan yang hasil akhirnya segera dapat diketahui. Industri di Negara yang sedang berkembang pada umumnya belum menggunakan teknologi canggih, terkecuali paa beberapa industri besar dan modern. Biasanya juga terpusat pasa sektor ekonomi tertentu. Teknologi tersebut merupakan hasil penelitian dan pengembangan domestik, tetapi berasal dasri luar negeri. Langkah modal, tenaga kerja terlatih, prasarana dasar berpengaruh terhadap derajat perkembang teknologi yang tersedia.

Oleh karena itu setiap pengambil keputusan stratejik mutlak perlu memahami perkembangan teknologikal yang sudah, sedang dan akan terjadi

17

Suwarsono Muhammad, Manajemen Stratejik: Konsep dan Kasus, Edisi Ketiga,


(39)

27

karena dengan demikian ia mengetahui untuk segi dan proses bisnis yang mana teknologi tertentu akan diterapkan.

3. Tujuan Analisis Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi (PEST)

Dalam buku Manajemen Stratejik Konsep dan Kasus, Suwarsono Muhammad mengistilahkan lain lingkungan eksternal dengan sebutan analisis lingkungan bisnis. Analisis ini dimaksudkan untuk mencoba mengidentifikasi peluang (oportunities) bisnis yang perlu dengan segera mendapatkan perhatian eksekutif, dan disaat yang sama diarahkan untuk mengetahui ancaman (threat) bisnis yang perlu mendapatkan antisipasi. Untuk keperluan dimaksud, pertama analisis ini berusaha untuk mengidentifikasi sejumlah variabel pokok yang berada diluar kendali perusahaan yang diperkirakan memiliki pengaruh nyata. Dengan demikian, analisis ini hanya berusaha mengumpulkan dan menganalisis sejumlah variabel secara terbatas (finite). Hendaknya tidak sampai terjerumus untuk berusaha menganalisis sebanyak mungkin variabel (infinite).18

Analisis lingkungan bisnis berusaha mengetahui implikasi manajerial (managerial implication) yang ditimbulkan baik langsung maupun tidak langsung dari berbagai faktor eksternal yang telah diidentifikasi berpengaruh pada prospek perusahaan. Dari langkah ini diharapkan manajemen perusahaan akan memiliki gambaran yang lebih jelas dalam menyiapkan strategi bisnis

18

Suwarsono Muhammad, Manajemen Stratejik: Konsep dan Kasus, Edisi Ketiga,


(40)

yang diperlukan untuk mengantisipasi iplikasi manajerial yang ditimbulkan oleh lingkungan bisnis.

Analisis lingkungan bisnis terdiri dari dua komponen pokok, yakni analisis lingkungan makro dan lingkungan industri (competitive environment). Jenis lingkungan yang disebut pertama terdiri dari lingkungan ekonomi, teknologi, politik termasuk pemerintah, hukum, sosial budaya dan

kependudukan. Keseluruhan jenis lingkungan yang termasuk kategori pertama ini memiliki pengaruh yang langsung terhadap prospek perusahaan, akan tetapi disaat yang sama juga memiliki pengaruh tidak langsung melalui lingkungan industri. hubungan yang disebut kedua baru terjadi jika masing-masing komponen lingkungan makro berpengaruh terlebih dahulu pada lingkungan industri sebelum pada gilirannya berpengaruh pada perusahaan. Lingkungan makro diperlakukan sebagai variable bebas (independent variable), sedangkan prospek perusahaan diperlakukan sebagai variable terkait atau terpengaruh (dependent variable). Lingkungan industri diletakan diantara keduanya, dan oleh karena itu secara metodologis disebut sebagai variable antara (intervening variable). Akan tetapi secara sendiri, tanpa terlebih dahulu dipengaruhi oleh lingkungan makro, lingkungan industri juga dapat berdiri sebagai variable bebas yang langsung mempengaruhi pencapaian tujuan perusahaan.19

Betapa pun para ahli menjelaskan pentingnya analisis lingkungan ini, yang terpenting adalah faktor-faktor Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi

19

Suwarsono Muhammad, Manajemen Stratejik: Konsep dan Kasus, Edisi Ketiga,


(41)

29

memang mutlak ada di lingkungan eksternal perusahaan atau lembaga organisasi. Yang harus dipahami bahwa analisis ini memberikan kesempatan bagi para perencana strategi untuk mengantisipasi peluang dan membuat rencana untuk melakukan tanggapan pilihan terhadap peluang ini. Hal ini juga membantu perencana strategi untuk mengembangkan sistem peringatan dini untuk menghindari ancaman atau mengembangkan strategi yang dapat mengubah ancaman menjadi keuntungan perusahaan.

B. Asrama Haji

1. Pengertian Asrama Haji

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Asrama berarti bangunan tempat tinggal bagi kelompok orang untuk sementara waktu, terdiri atas sejumlah kamar dan dipimpin oleh seorang kepala asrama.20

Haji menurut pengertian bahasa berarti berniat pergi, bermaksud atau menuju kesuatu tempat tertentu.21 Sedangkan menurut Fachruddin HS, pengertian Haji adalah sengaja berkunjung menziarahi Ka’bah (Baitullah) yang terletak dalam Masjidil Haram (masjid suci) di Makkah al Mukarramah, dengan niat menunaikan ibadah haji yaitu rukun Islam yang kelima karena memenuhi perintah Allah.22

20

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Edisi Ketiga, h. 72.

21

Ahmad Thib Raya, Siti Musdah Mulia, op. cit., h. 227.

22

Fachruddin HS, Pembinaan Mental Bimbingan Al Qur’an, (Jakarta: Bina Aksara, 1984), h. 107.


(42)

Berdasarkan pengertian diatas, Asrama haji adalah Asrama yang dibangun oleh Departemen Agama sebagai tempan akomodasi pada waktu pemberangkatan dan pemulangan calon jamaah haji.

2. Latar Belakang Pembangunan Asrama Haji

Keberadaan asrama haji dalam pelayanan haji berkaitan dengan kebutuhan akomodasi untuk kesiapan operasional pemberangkatan dan pemulangan jama’ah haji dalam rangkaian operasional pelayanan perjalanan haji Dari tanah air ke Arab Saudi dan sebaliknya. Asrama haji mempunyai peranan dan fungsi yang sangat penting bagi upaya peningkatan pelayanan haji, yaitu sebagai sarana kesiapan pemberangkatan calon jamaah; tempat processing CIQ (Custom, Immigration and Quarantine), mempersiapkan kondisi serta pemulihan fisik dan mental calon jamaah dalam rangka menghadapi perjalanan ibadah yang sangat melelahkan serta sebagai tempat reservasi untuk dapat kembali ketempat asal masing-masing sesudah selesai menunaikan ibadah haji.23

Untuk kebutuhan pelayanan pengasramaan jamaah haji, pada mulanya dan selama bertahun-tahun Pemerintah menyewa wisma atau asrama swasta dengan pengeluaran biaya yang sangat besar. Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk menyewa wisma dalam satu kali musim haji sebanding atau cukup untuk membangun satu gedung asrama haji. Berdasarkan kebutuhan dan pertimbangan tersebut dan sebagai realisasi dari kewajiban dan tanggung jawab pemerintah terhadap penyelenggaraan pelayanan haji, lahirlah

23

Departemen Agama RI, Direktorat Pelayanan Haji, Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Profil Asrama Haji Embarkasi dan Tansit,(Jakarta : 2009), h. 4.


(43)

31

pemikiran dan upaya memiliki asrama haji sendiri yang perwujudannya dimulai dengan membangun asrama haji laut pada awal pelita I, kemudian berkembang setelah pemberangkatan haji melalui angkutan udara.24

Pembangunan asrama haji disamping didasarkan atas pemikiran tersebut, juga dilandasi pertimbangan kebutuhan praktis peningkatan pelayanan :

1) Pemakaian wisma atau asrama swasta yang hanya disewa satu musim disamping tidak memungkinkan dapat tersedianya sarana dan fasilitas akomodasi dan pelayanan operasional haji sesuai kebutuhan pelayanan terhadap jamaah haji, juga tidak adanya sarana khusus bagi kepentingan visualisasi praktek manasik haji.

2) Memiliki asrama haji sendiri, diluar musim haji dapat dimanfaatkan bagi kepentingan umum dan sosial keagamaan yang dapt meningkatkan dan menunjang misi dan kepentingan Departemen Agama khususnya tugas dan fungsi Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah.

Upaya dan kegiatan pembangunan asrama yang dilakukan selama ini, dilaksankan secara bertahap sesuai dengan kemampuan dan yang tersedia, baik dari anggaran BPIH, APBN, APBD dan hasil pengelolaan asrama haji. 3. Klasifikasi Asrama Haji

Adapun pengklasifikasian Asrama Haji dibagi menjadi dua macam, yaitu : a. Asrama Haji Embarkasi

24

Departemen Agama RI, Direktorat Pelayanan Haji, Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Profil Asrama Haji Embarkasi dan Tansit,(Jakarta : 2009), 4-5.


(44)

Asrama Haji Embarkasi adalah tempat pemondokan sekaligus pelayanan operasional pemberangkatan dan pemulangan haji, sejak dari kegiatan penerimaan sampai pemberangkatan ke pelabuhan Embarkasi dan sebaliknya penerimaan waktu kedatangan dan kesiapan kembali ke tempat asal jamaah. Kebijakan pengasramaan di Embarkasi ini disamping dimaksudkan untuk proses reservation termasuk kelengkapan dokumen perjalanan dan pemberian living cost, juga untuk pemulihan kebugaran jamaah dan pemberian bimbingan praktis manasik.

Jumlah Asrama Haji Embarkasi yang ada saat ini terdiri dari 14 asrama, yaitu25 :

TABEL III

Data Jumlah Asrama Haji Embarkasi

No. ASRAMA HAJI KAPASITAS KETERANGAN

1. Banda aceh 660 orang

2. Medan 1.650 orang

3. Batam 1.110 orang

4. Jakarta Pondok Gede 2.991 orang

5. Jakarta Bekasi 1.700 orang

6. Bayolali/Surakarta 2.408 orang

7. Surabaya 2.550 orang

8. Ujung pandang/Makasar 2.048 orang

25

Departemen Agama RI, Direktorat Pelayanan Haji, Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Profil Asrama Haji Embarkasi dan Tansit,(Jakarta : 2009), h. 6.


(45)

33

9. Balik papan 672 orang

10. Banjarmasin 770 orang

11. Padang 900 orang

12. Palembang 829 orang

13. Mataram 520 orang Antara

14. Gorontalo 320 orang Antara

Sumber :

“Profil Asrama Haji Embarkasi dan Tansit”

b. Asrama Provinsi atau Transit

Asrama Provinsi atau Transit yaitu tempat pemondokan sementara calon jamaah haji untuk kesiapan pemberangkatan ke Asrama Haji Embarkasi sesuai kloter atau jadwal penerbangan.

Asrama Haji Transit Tk. I atau Provinsi, yang berada di Ibukota Provinsi, yaitu :

1. Asrama Haji Transit Provinsi Riau : a) Pekanbaru (Rumbai)

b) Dumai (Asrama haji awal Pelita I)

2. Asrama Haji Transit Provinsi Jambi, Kodya Jambi

3. Asrama Haji Transit Provinsi Bengkulu, Kodya Bengkulu 4. Asrama Haji Transit Provinsi Lampung :

a) Rajabasa-Bandar Lampung


(46)

5. Asram Haji Transit Provinsi D.I. Yogyakarta di Yogyakarta 6. Asrama Haji Transit Provinsi Jawa Tengah di Semarang 7. Asrama Haji Transit Provinsi Nusa Tenggara Timur di Kupang 8. Asrama Haji Transit Provinsi Kalimantan Barat di Pontianak 9. Asrama Haji Transit Provinsi Kalimantan Tengah di Palangkaraya 10. Asrama Haji Transit Provinsi Sulawesi Tengah di Palu

11.Asrama Haji Transit Provinsi Sulawesi Tenggara di Kendari 12.Asrama Haji Transit Provinsi Sulawesi Utara di Manado 13.Asrama Haji Transit Provinsi Maluku di Ambon

14.Asrama Haji Transit Provinsi Papua di Jayapura

15.Asrama Haji Transit Provinsi Bali di Denpasar, saat ini pembangunannya masih menunggu proses penyelesain status tanah (persertifikatan) yang lokasinya direncanakan di Kampung Tegal Lantung Banjar, Padang Sembian Klod Denpasar, sebagai pengganti lokasi awal, yaitu tanah wakaf muslim seluas 4. 500 m2 di Kampung Bugis Suwung Kabupaten Badung.26

Beberapa kegiatan yang diikuti calon jamaah haji selama proses pengasramaan saat akan diberangkatkan, antara lain :

a. Menyerahkan koper besar ke Petugas Bea Cukai untuk diperiksa dan ditimbang dan proses X-ray

26

Departemen Agama RI, Direktorat Pelayanan Haji, Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Profil Asrama Haji Embarkasi dan Tansit,(Jakarta : 2009),h.8.


(47)

35

b. Melapor kepada Petugas pendaftaran dengan menyerahkan Surat Panggilan Masuk Asrama (SPMA) dan lembar biru

c. Mendapatkan kartu makan dan kartu akomodasi d. Pemeriksaan buku kesehatan di counter kesehatan e. Menuju gedung penginapan

f. Pembinaan haji yang berupa ceramah akhlakul karimah dan kesehatan dilanjutkan dengan praktek ibadah haji di lapangan manasik haji

g. Saat akan diberangkatkan, jamaah haji menerima living cost, gelang identitas dan boarding pass atau tiket pesawat.

Saat pemulangan haji harus melalui asrama haji sebelum dipulangkan ketempat asal masing-masing dengan kegiatan, antara lain :

a. Saat kedatangan, berkumpul di Hall Penerimaan. Sementara itu koper besar ditata dalam Hall lainnya

b. Menyerahkan paspor untuk pemeriksaan kedatangan jamaah haji c. Penukaran uang

d. Pengambilan paspor e. Pengambilan tas.27

27


(48)

A. Sejarah Berdirinya Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi

Dalam upaya peningkatan pelayanan, bimbingan dan perlindungan Jamaah Haji, salah satu fasilitas pelayanan adalah keberadaan Asrama Haji yang mempunyai nilai dan manfaat ganda pada masa operasional haji yaitu tempat akomodasi dan proses keberangkatan calon jama’ah haji ketanah suci maupun kepulangan pada saat kembali ketempat asal jama’ah serta sekaligus menjadi tempat aktivitas oleh masyarakat umum pengguna jasa, instansi pemerintah, swasta, organisasi kemasyarakatan dan lain-lain.1

Embarkasi Jakarta-Bekasi Jawa Barat pada awalnya merupakan penyangga Asrama Haji Pondok Gede Jakarta yang jumlahnya pada tahun 1991 M/1411 H + 47. 600 orang sedangkan calon jama’ah haji Jawa Barat pada saat itu berjumlah 21. 548 orang. Kehadiran Asrama Haji Jawa Barat sejak tahun 2001 merupakan tambahan fasilitas dalam hal kelancaran pelayanan Haji, walaupun pada saat itu sarana dan prasarana fasilitas Asrama Haji di Bekasi sangat terbatas.

Melalui proses pengembangan sarana fisik secara bertahap sampai saat ini menunjukan kemajuan yang sangat berarti dalam memberikan pelayanan kearah yang lebih baik lagi. Hal ini terlihat jelas dari fisik maupun fasilitas

1

Badan Pengelola Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi, Profile Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi;Dokumen Pribadi, (Bekasi: BPAH Embarkasi Jakarta-Bekasi, 2009).


(49)

37

pendukung lainnya yang merupakan asset pemerintah yang bisa bermanfaat bagi umat.

Pemberangkatan dan pemulangan jama’ah haji tahun 1991 M/1411 H, jumlah jama’ah haji Jawa Barat berjumlah 21. 548 orang, hampir setengah jumlah jama’ah haji yang diberangkatkan melalui Bandara Halim Perdanakusumah Jakarta yang jumlahnya + 47. 600 orang, sedangkan Asrama Haji Pondok Gede Jakarta sudah tidak dapat lagi menampung calon jama’ah yang akan dipersiapkan untuk diberangkatkan ketanah suci 36 jam sebelum take off, apalagi kalau terjadi keterlambatan kedatangan pesawat, sehingga calon jama’ah haji sebagian besar berasal dari masyarakat Jawa Barat terpaksa beristirahat digedung serbaguna II + 4 sampai dengan 10 jam.2

Untuk menanggulangi hal tersebut diatas sesuai dengan surat persetujuan Bapak Gubernur Jawa Barat Nomor : 645. 8/4588-bintal/1991 tanggal 14 September 1991 tentang Rekomendasi Pembangunan Asrama Haji Jawa Barat, bahwa lokasi Asrama Haji dilaksanakan di Kabupaten Bekasi.

Dalam hal penyediaan lahan bagi pembangunan Asrama Haji Jawa Barat bahwa hasil pembicaraan antara pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi dan Pihak Perumnas Bekasi menyetujui secara prinsip peruntukan lahan seluas + 2,5 H berlokasi di Jalan Kemakmuran No. 72 Bekasi Selatan.

Adapun pembayaran atas lahan tersebut dilaksanakan melalui dana APBD Daerah Propinsi Jawa Barat tahun 1991/1992 sebesar 1. 000. 000.

2

Badan Pengelola Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi, Profile Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi;Dokumen Pribadi, (Bekasi: BPAH Embarkasi Jakarta-Bekasi, 2009).


(50)

000,- (satu milyar rupiah) sesuai dengan surat Bupati Kepala Daerah Kabupaten Bekasi No : 593/890/ kesra tanggal 2 Maret 1992 tentang penyediaan lahan bagi pembangunan Asrama Haji Jawa Barat.

Peralihan lahan Perumnas untuk pembangunan Asrama Haji Jawa Barat sesuai dengan surat Kepala Cabang III No : cab. III/3472/12/92 tanggal 10 Desember 1992 tentang persetujuan penyerahan penggunaan Tanah untuk Pembangunan Asrama Haji di lokasi Perumnas Unit Bekasi.

Sebagai dasar untuk pembangunan Asrama Haji Jawa Barat telah diperkuat dan disetujui Direksi Perumnas sebagaimana surat Keputusan Direksi No : Dirut/116/KPTS/17/92 tanggal 2 Desember 1992.

Melalui proses pembangunan Asrama Haji Jawa Barat telah di Bekasi merupakan tambahan fasilitas dalam upaya membantu kelancaran pelayanan pemberangkatan dan pemulangan calon jama’ah haji dari Jawa Barat, pada tahun 1991/1992 pembangunan fisik mendapat bantuan dari pemerintah melalui APBN Kementerian Agama, diatas lahan yang sudah tersedia dari Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Barat. Sejak tahun 2001 mulai difungsikan sebagai Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi, melayani pemberangkatan dan pemulangan jama’ah haji khusus jama’ah haji Jawa Barat. 3

3

Badan Pengelola Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi, Profile Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi;Dokumen Pribadi, (Bekasi: BPAH Embarkasi Jakarta-Bekasi, 2009).


(51)

39

B. Landasan, Tujuan dan Manfaat Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi

1. Landasan Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi

Adapun yang menjadi landasan di dirikannya Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi ini adalah sebagai berikut :

1. Tap MPR No. II Tahun 1988 tentang GBHN

2. Undang-undang Nomor : 5/1974 tentang pokok-pokok Pemerintahan di daerah jo. PP No. 6/ 1086 tentang Kordinasi Instansi Vertikal di daerah

3. Kepres 53/1981 tentang Penyelenggaraan Urusan Haji 4. PMA No. 2/1982 tentang Penyelenggaraan Urusan Haji

5. SK Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji No. 80/1991 M tanggal 16 Agustus 1991 tentang Pengesahan Hasil Evaluasi Penyelenggaraan Operasional Urusan Haji Tahun 1991 M/1411 H

6. SK Gubernur 456/sk.631-bintal/90 tanggal 29 Oktober 1990 tentang Penyelenggaraan Urusan Haji dan ingub No. 28/1990 tentang Percepatan Pencapaian Target Kerja

7. Surat Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat No. 645. B/4588-bintal/1991 tanggal 14 September 1991 tentang Rekomendasi Pembangunan Asrama Haji Jawa Barat.


(52)

2. Tujuan Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi

Peningkatan pelayanan haji merupakan salah satu tugas pemerintah yang pelaksanaannya dibebankan kepada Kementerian Agama dalam hal ini Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji. Usaha-usaha yang telah dilakukan pemerintah antara lain membangun asrama haji baik disetiap Provinsi tempat embarkasi maupun di setiap Ibu Kota Provinsi Transit. Ini berarti bahwa asrama-asrama haji tersebut adalah milik pemerintah yang harus dikelola sebaik-baiknya sehingga pada saat musim haji dapat digunakan oleh para jamaah dalam kondisi yang lebih baik dan siap pakai.4

Beberapa hal yang menjadi tujuan didirikannya Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi ini adalah :

a. Penyediaan sarana dan prasarana urusan haji khususnya dan pusat kegiatan ummat Islam dalam rangka menyediakan fasilitas yang refresentatif

b. Peningkatan pelayanan ibadah haji bagi umat Islam khususnya di Jawa Barat.

4

Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Departemen Agama RI,

Petunjuk Teknis Pengelolaan Asrama Haji di Lingkungan Departemen Agama (Jakarta: Dirjen BMIPH, 2003), h. 3.


(53)

41

3. Manfaat Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi

1. Dilihat dari segi pembangunan adalah merealisasi ingub Nomor 28 tahun 1990 tentang Percepatan dan Pencapaian Target Kerja

2. Dari Sudut Ekonomis bisa menampung tenaga kerja ekonomi serta membantu masyarakat ekonomi lemah baik pada waktu masa pemberangkatan dan pemulangan calon jam’ah haji maupun pengguna jasa oleh organisasi kemasyarakatan dan kegiatan resepsi masyarakat umum

3. Memenuhi hajat masyarakat banyak khususnya umat Islam yang akan melaksanakan ibadah haji sehingga mereka istirahat dengan aman, tenang, nyaman dan tentram

4. Penyangga Asrama Haji Pondok Gede yang kapasitasnya terbatas dalam melayani tujuan propinsi pada saat itu.5

C. Visi dan Misi Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi

Visi : Terwujudnya Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi yang berkualitas, mandiri dalam melayani jama’ah haji dan masyarakat pengguna jasa

Misi : 1. Meningkatkan pelayanan siap saji terhadap jama’ah haji dan pengguna jasa

5

Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Departemen Agama RI,

Petunjuk Teknis Pengelolaan Asrama Haji di Lingkungan Departemen Agama (Jakarta: Dirjen BMIPH, 2003), h. 3.


(54)

2. Meningkatkan Etos kerja pengurus atau pengelola, karyawan dalam upaya pengembangan Asrama Haji

3. Menciptakan situasi dan kondisi Asrama Haji yang bersih, indah, tertib dan aman (berteman) dapat dirasakan pengguna jasa.

D. Tugas Pokok dan Fungsi BPAH (Badan Pengelola Asrama Haji)

1. Tugas pokok BPAH melaksanakan sebagai tugas Direktur Jendral dalam hal ini Direktur Pelayanan Haji dan Umroh di Bidang Pelayanan Akomodasi Haji pada musim haji dan Pengelolaan Asrama Haji diluar musim haji sesuai dengan kebijakan Direktur Jendral

2. Fungsi BPAH memelihara, mengelola dan mengembangkan Asrama Haji secara swakelola dan swadana.

D. Data-Data Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi

Berikut ini adalah data-data asset asrama haji yang terdiri dari data umum, data administrasi tanah dan data bangunan (gedung).

1. Data Umum

Nama Asrama : Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi

Mulai Operasi : Tahun 2001

Nama Badan Pengelola : Badan Pengelola Asrama Haji (BPAH)

Alamat : Jalan Kemakmuran No. 72 Kota Bekasi

Jawa Barat


(55)

43

Fax. (021) 88960948

NPWP : 00.292.237.5.432.00

2. Data Administrasi Tanah

Luas Tanah : 1. Perolehan Tahun 1991 = 24. 000 M2 2. Perolehan Tahun 2004 = 6. 984 M2

30. 984 M2

Status Kepemilikan : Tanah Pemerintah Daerah No. Bukti Kepemilikan : 6458/4588-Binntal/1991

Asal Perolehan : 14 September 1991

Harga Perolehan : 1. 599. 000. 000,-

Sumber Anggaran : Pemda Provinsi Jawa Barat 3. Data Bangunan atau Gedung

Luas Bangunan : 17. 620 M2

Status Kepemilikan : Kementerian Agama

No. IMB : 503/0235/1-B/Pem

Asal Perolehan : Kementerian Agama

Tahun Perolehan : 1991 / 1992 / 1994 / 1996 / 1999 / 2000 / 2005 / 2006 / 2007

Harga Perolehan : Rp. 23. 304. 710. 000,-


(56)

F. Sarana dan Fasilitas Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi

1. Asrama Jama’ah :

Mina A = 1 Unit 3 Lt = 39 Kamar = 390 Orang 6 Unit 1 Lt = 6 Kamar VIP

Mina B = 1 Unit 3 Lt = 35 Kamar = 350 Orang Mina C = 1 Unit 4 Lt = 32 Kamar = 320 Orang Mina D = 1 Unit 4 Lt = 32 Kamar = 320 Orang

138 Kamar = 1. 380 Orang

2. Gedung Utama 3 (tiga) lantai yang terdiri dari : - Lantai 1 terdiri dari : 9 Kamar VIP Raudhah

2 Ruang Rapat Raudhah A dan B 1 Ruang Makan Raudhah

Ruang Kantor BPAH dan Loby - Lantai 2 terdiri dari : 8 Kamar tidur kapasitas 10 Orang

2 Ruang rapat Shofa Utama dan B 1 Ruang Makan Shofa

- Lantai 3 terdiri dari : 4 Kamar tidur Marwah

2 Ruang Rapat Marwah A dan B 3. Kelengkapan Bangunan

- Kamar Jama’ah (AC) = 138 Kamar

- Kamar Mandi khusus Jama’ah = 96 Kamar

- Dapur = 1 Unit


(57)

45

- Ruang Pertemuan/Rapat = 5 Unit

4. Aula Arafah = 1 Unit Kapasitas 1000 Orang

5. Aula Mudzalifah = 1 Unit Kapasitas 500 Orang 6 Unit Kamar Kapasitas 12 Orang

6. Dapur

1. Dapur Basah = 1 Unit

2. Dapur Kering = 1 Unit

7. Pos Keamanan = 1 Unit dan Kantin

8. Gudang Koper = 1 Unit

9. Masjid Kapasitas 1400 Jama’ah

10.Gardu Listrik Khusus Asrama Haji 3 (tiga) Unit + 450 kwh

11.Poliklinik = 1 Unit


(58)

G. Struktur Organisasi Badan Pengelola Asrama Haji (BPAH) Embarkasi Jakarta-Bekasi

Susunan organisasi terdiri dari Pembina, Pengendali, Unsur Pimpinan (Ketua dan Wakil Ketua), Unsur Pembantu Pimpinan (Sekretaris, Wakil Sekretaris dan Bendahara), Unsur pelaksana (Bidang Tata Graha, Bidang Akomodasi, Bidang Pemeliharaan dan Perlengkapan dan Bidang Keamanan).

Pengurus BPAH Embarkasi ditetapkan oleh Dirjen Bimas Islam dan penyelenggaraan Haji. Adapun jumlah keanggotaan BPAH disesuaikan dengan kebutuhan organisasi, sebanyak-banyaknya 23 orang untuk Asrama Haji Embarkasi .

SUSUNAN PENGURUS

BADAN PENGELOLA ASRAMA HAJI (BPAH) EMBARKASI JAKARTA-BEKASI

PERIODE 2009-2012

(SK. DIRJEN PENYELENGGARAHAJI DAN UMROH No. D/408/TAHUN 2009)

1. PEMBINA : DIREKTUR JENDRAL PENYELENGGARAAN

HAJI DAN UMRAH

2. PENGENDALI : 1. DIREKTUR PELAYANAN HAJI


(59)

47

3. KEPALA KANWIL KEMENTRIAN AGAMA PROVINSI JAWA BARAT

3. KETUA : KEPALA BIDANG PENYELENGGARAAN

HAJI, ZAKAT DAN WAKAF KANWIL KEMENTRIAN AGAMA PROVINSI JAWA BARAT

WAKIL KETUA : H. EDI ARIEF, S. Sos

WAKIL KETUA II : H. ABDUL ROSYID, SH. M. Pd 4. SEKRETARIS : Drs. H. DEDE SAEPUL UYUN, M. Ag

WAKIL SEK. I : Drs. H. FUAD NOOR YUSUF

5. BENDAHARA : Hj. SRI SIAGAWATI, S. Pd. I

6. BIDANG-BIDANG :

BIDANG TATA GRAHA : H. SUDIRMAN, S. Ag

Drs. ABDUL HAY, MM

BIDANG AKOMODASI : Drs. AJAM MUSTAJAM

HERI ARIFIN, S. Ag

BIDANG KEAMANAN : AKP. H. SAIMIN, S. Ag

Drs. H. DAULAT BIDANG PEMELIHARAAN : Drs. H. JAJA JAELANI


(60)

BAGAN ORGANISASI BADAN PENGELOLA ASRAMA HAJI (BPAH) EMBARKASI JAKARTA-BEKASI PERIODE 2006-2009

KETUA

KABID HAJI, ZAKAT & WAKAF

KETUA I/KETUA HARIAN

SEKRETARIS

SEKRETARIS I

1. KAUR TU & KEPEGAWAIAN

2. RUMAH TANGGA/URDAL

BENDAHARA

PENGENDALI

DIR YAN JI ASDA III PROP. JABAR KAKANWIL DEPAG JABAR

PEMBINA DIRJEN PHU BID. PEMELIHARAAN/ PERLENGKAPAN BID. KEAMANAN BID. AKOMODASI EMERGENCY & TEHNISI PERLENGKAPAN & PEMELIHARAAN ANGGOTA SATUAN KEAMANAN (SATPAM) KASI PENEMPATAN & PELAYANAN AKOMODASI KASI KEBERSIHAN GEDUNG & PERTAMANAN BID. TATA GRAHA


(61)

49

Berikut adalah tugas, wewenang dan tanggung jawab Badan Pengelola Asrama Haji6 :

1. Pembina, berfungsi memberikan pembinaan, bimbingan dan pengarahan atas kebijakan umum tentang Pengelolaan Asrama Haji sesuai dengan kebijakan pemerintah.

2. Pengendali, berfungsi mengendalikan pelaksanaan pengelolaan asrama haji sesuai dengan kebijakan Kementerian Agama.

3. Ketua Badan Pengelola Asrama Haji bertugas sebagai berikut

a. Melaksanakan kebijakan teknis administratif dan organisasi pengelolaan Asrama Haji sesuai kebijakan Direktur Jendral

b. Mengamankan kebijaksanaan teknis tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku

c. Membina ketatalaksanaan Badan Pengelola teknis maupun administrative

d. Melakukan usaha-usaha pemeliharaan dan pengembangan asrama haji sesuai kebijaksanaan Direktur Jenderal

4. Wakil Ketua Badan Pengelola Asrama Haji bertugas :

a. Mewakili dan bertindak atas nama ketua apabila ketua berhalangan b. Mengkoordinasikan tugas-tugas teknis harian

c. Melaksanakan tugas khusus yang ditetapkan Ketua d. Melaksanakan pengawasan Intern

6

Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Departemen Agama RI,

Petunjuk Teknis Pengelolaan Asrama Haji di Lingkungan Departemen Agama (Jakarta: Dirjen BMIPH, 2003), h. 9-11.


(62)

Wakil Ketua bertanggung jawab kepada Ketua BPAH. 5. Sekretaris Badan Pengelola Asrama Haji bertugas :

a. Mengkoordinasikan persiapan penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan Belanja (RAPB) dan program kerjasama serta mewakili Ketua dan Wakil Ketua bila berhalangan

b. Membina pelayanan administrative dan fasilitas bagi seluruh unit kerja

c. Mengelola dan membina kepegawaian atau personil dan

kesejahteraannya

d. Menyusun Statistik dan laporan pengelolaan

e. Mempersiapkan Naskah rencana surat-surat dan Keputusan Ketua BPAH yang berhubungan dengan pengelolaan

f. Melaksanakan koordinasi tugas-tugas dibidang perencanaan pengurusan surat dan kearsipan, keuangan, kepegawaian, promosi atau pengembangan, penyusunan data statistik dan pelaporan serta tugas-tugas umum lainnya

g. Memperhatikan saran dari para tamu. Sekretaris bertanggung jawab kepada ketua.

6. Wakil Sekretaris Bertugas :

a. Mewakili dan bertindak atas nama sekretaris dalam batas tertentu yang ditetapkan oleh sekretaris

b. Melaksanakan tugas ketata usahaan.

Dalam rangka melaksanakan tugasnya Wakil Saekretaris bertanggung jawab kepada sekretaris.


(63)

51

7. Bendaharawan bertugas :

a. Menerima, menyimpan, mengeluarkan dan membukukan serta menyusun laporan pertanggung jawaban

b. Menyimpan bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran uang kas sebagai bahan penyusunan pertanggung jawaban keuangan

c. Menyelenggarakan pembukuan penerimaan atau pengeluaran uang dalam buku kas dan buku bank

d. Menyetorkan penerimaan uang ke rekening BPAH. Dalam

melaksanakan tugasnya Bendaharawan bertanggung jawab kepada Ketua BPAH.


(64)

A. Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Perspektif (PEST) Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi

1. Perspektif Politik

Arah dan stabilitas faktor politik merupakan pertimbangan utama Pemerintah dalam membuat kebijakan. Aturan Pemerintah yang membatasi kuota Haji merupakan kesepakatan antara Negara-negara Islam yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), yang menegaskan bahwa Calon Haji ditetapkan berdasarkan perhitungan jumlah penduduk dibagi 1 permil atau perseribu Penduduk. Jika jumlah Penduduk Indonesia sesuai sensus adalah 235 juta, maka kuota Haji Indonesia berkisar antara 235 ribu. Hal ini berdampak pula terhadap jumlah kuota Haji Jawa Barat yang pada tahun 2010 ini Pemerintah Indonesia memberikan kuota Haji untuk Provinsi Jawa Barat sekitar 37620.

Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi memiliki kapasitas daya tampung sekitar 1. 700 Orang, yang terdiri dari 1. 350 untuk Jamaah Haji dan 350 untuk Petugas Jamaah Haji. Selama masa pemberangkatan Jamaah Haji, Asrama Haji dapat memberangkatkan 3-4 kloter perharinya. Jika 1 kloter berisi 450 Jamaah, berarti 3 kloter berjumlah 1350. Ini disesuaikan dengan jumlah Jamaah Haji Jawa Barat yang berjumlah 37620 dan setiap


(65)

53

harinya selama musim Haji sekitar 28 hari atau 1 bulan, Asrama Haji Jakarta-Bekasi memberangkatkan Jamaah Jawa Barat secara selektif sesuai dengan aturan Pemerintah, dalam hal ini Dirjen Pelayanan Haji dan Umrah.

Peningkatan pelayanan Haji merupakan salah satu tugas Pemerintah yang pelaksanaannya dibebankan kepada Kementerian Agama dalam hal ini Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji. Usaha-usaha yang telah dilakukan Pemerintah antara lain membangun Asrama Haji baik disetiap Provinsi tempat Embarkasi maupun di setiap Ibu Kota Provinsi Transit. Ini berarti bahwa Asrama-Asrama Haji tersebut adalah milik Pemerintah yang harus dikelola sebaik-baiknya sehingga pada saat musim Haji dapat digunakan oleh para Jamaah dalam kondisi yang lebih baik dan siap pakai.

Keberadaan Asrama Haji dimasing-masing Embarkasi dikelola oleh sebuah Badan Pengelola yang dibentuk oleh Menteri Agama dengan melibatkan unsur berbagai unit terkait. Perencanaan yang baik, pelaksanaan yang tepat dan terarah merupakan salah satu sistem yang sangat diperlukan dalam setiap organisasi termasuk Badan Pengelola Asrama Haji (BPAH) dalam mencapai tujuannya. Operasional pelaksanaan pemberangkatan dan pemulangan Haji tidak dilakukan oleh Badan Pengelola tersebut, akan tetapi oleh Panitia Penyelenggara yang ditetapkan oleh Menteri Agama.

Awalnya biaya perawatan dan renovasi gedung Asrama Haji dibebankan kepada Kementerian Agama, dalam hal ini Direktur Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umrah. Namun karena banyaknya Asrama Haji


(66)

Embarkasi bahkan Transit, keseluruhan biaya itu tidak semua akan ditanggung oleh Kementerian Agama. Melihat akan kebutuhan tersebut, akhirnya dibentuklah Badan Pengelola yang berfungsi untuk memelihara, mengelola dan mengembangkan Asrama Haji secara swakelola dan swadana.

Faktor politik menentukan parameter-parameter hukum dan aturan upah minimum bagi Karyawan. Para pekerja harian yang bertugas di Asrama Haji, diambil dari Karyawan Kontrak melalui proses seleksi umum layaknya pengangkatan Karyawan di Perusahaan. Namun gaji yang diperoleh dibawah rata-rata Upah Minimum Regional (UMR), berkisar antara Rp. 410.000 sampai dengan Rp. 792.000 perbulan. Ini disebabkan karena Badan ini bukan Badan yang benar-benar dikhususkan untuk mencari keuntungan (profit), namun lebih karena Badan yang dikelola adalah milik Pemerintah, maka saat musim Haji tiba, seluruh kegiatan swakelola dan swadana diluar musim Haji di non aktifkan sementara waktu untuk kemudian diganti dengan Penyeleggaraan Ibadah Haji .

Ketua Pelaksana Harian BPAH yang lokasinya diluar Ibu Kota Provinsi ditunjuk yaitu salah satu Wakil Ketua yang berdomisili di Wilayah Asrama Haji Embarkasi dan atau yang dapat bekerja full time. Sedangkan Pembantu Pelaksana Harian seluruhnya berdomisili di Wilayah Asrama Haji Embarkasi dan dapat bekerja secara full time.1

1

Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Departemen Agama RI,

Petunjuk Teknis Pengelolaan Asrama Haji di Lingkungan Departemen Agama (Jakarta: Dirjen BMIPH, 2003), h. 16.


(67)

55

2. Perspektif Ekonomi

Asrama Haji yang dibangun dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan non APBN dapat dimanfaatkan di luar musim Haji dan ini merupakan sumber penerimaan dana bagi pemeliharaan yang pengelolaan administrasi keuangannya harus diatur berdasarkan peraturan yang berlaku.

Beberapa fasilitas Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi yang bisa dikomersilkan untuk masyarakat umum, yaitu :

1. Aula

Aula Asrama Haji terdiri dari dua macam, yaitu Aula Arafah dan Aula Muzdalifah. Aula Arafah memiliki kapasitas daya tampung 1000 orang dengan fasilitas AC, 400 kursi lipat, sound system, 4 mic , 2 meja tamu, karpet jalan, 2 ruang rias untuk pernikahan, sedangkan fasilitas untuk rapat dan seminar terdiri dari meja sidang plus 5 kursi utama, podium dan 3 set kursi sofa VIP. Untuk Aula Muzdalifah memiliki kapasitas daya tampung 500 orang dengan fasilitas AC, 200 kursi lipat, sound system, 4 mic, 2 meja tamu, karpet jalan, 2 ruang rias untuk pernikahan, sedangkan fasilitas untuk rapat dan seminar terdiri dari meja sidang plus 4 kursi, podium dan 3 set kursi sofa VIP. 2. Ruang Rapat

Untuk ruang rapat, Asrama haji memiliki tipe-tipe ruangan sesuai dengan kapasitas yang akan digunakan. Adapun variannya terdiri dari Ruang Raudhah, Shofa, Multazam, Arafah dan Marwah.


(68)

Ruang Raudhah terdiri dari dua tipe, yaitu Raudhah A memiliki kapasitas 40 orang, berada di lantai 1 dengan fasilitas AC, wireless, kursi, meja model conference, white board dan screen. Sedangkan Raudhah Utama memiliki kapasitas 12 orang (small meeting), berada dilantai 1 dengan fasilitas AC, U-shape style, white board dan coffe break.

Ruang Shofa terdiri dari 2 tipe, yaitu Shofa Utama memiliki kapasitas 100 orang, berada di lantai 2 dengan fasilitas AC, mic tiap meja, kursi, U-shape style, ruang makan dan screen. Sedangkan Shofa A memiliki kapasitas 40 orang , berada dilantai 2 dengan fasilitas wireless, theatre style, kursi dan white board.

Ruang Multazam memiliki kapasitas 40 sampai dengan 75 orang, berada dilantai 1 dengan fasilitas AC, class room style / theatre style, kursi, wireless dan white board.

Ruang Arafah terdiri dari 3 tempat, yaitu : Arafah A, Arafah B dan Arafah C, berada di lantai 2, yang masing-masing memiliki kapasitas daya tampung 40 orang, memiliki fasilitas AC, wireless, theatre style, kursi dan white board.

Dan untuk Ruang Marwah terdiri dari dua tipe, Marwah A memiliki kapsitas 75 orang, berada dilantai 3 dengan fasilitas AC, wireless, theatre style, kursi dan white board. Sedangkan Marwah B memiliki kapasitas 40 orang, berada dilantai 3 dengan fasilitas wireless, theatre style, kursi dan white board.


(69)

57

3. Kamar Tidur (Penginapan)

Pada dasarnya Asrama Haji adalah asrama atau pemondokan yang dibangun oleh Departemen Agama sebagai tempat akomodasi pada waktu pemberangkatan dan pemulangan calon jamaah haji.2 Untuk itu pemakaian sarana dan prasarana Asrama haji diluar musim haji diperuntukan untuk masyarakat umum. Adapun penyediaan kamar tidur atau penginapan terdiri dari dua macam, yaitu :

1. Model Bed Single (Twin)

Untuk tipe ini terdiri dari beberapa varian, yaitu Raudhah VIP memiliki kapasitas 2 orang, tersedia 9 kamar, berada di lantai 1 dengan fasilitas AC, twin bed, televisi, kamar mandi di dalam dan dispenser. Mina C dan Mina D berada di lantai 1, memiliki kapasitas 4 orang, tersedia 16 kamar, dengan fasilitas AC, 4 bed single, Televisi, kamar mandi di dalam dan dispenser. Mina A berada di lantai 1 dan 2, kapasitas 2 orang, tersedia 6 kamar, dengan fasilitas AC, single bed, televisi, ruang tamu, kamar mandi didalam dan dispenser. Muzdalifah berada dilantai 1, memiliki kapasitas 12 orang, tersedia 6 kamar, dengan fasilitas AC, 12 bed single, televisi, dispenser dan 3 kamar mandi di dalam. Arafah X berada di lantai 1, kapasitas 12 orang, tersedia 6 kamar, dengan fasilitas AC, twin bed, kamar mandi di dalam, tv dan dispenser. Arafah lantai 2, kapasitas 2 orang, tersedia 6 kamar, dengan fasilitas single bed, kamar mandi diluar dan tv.

2

Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Departemen Agama RI,

Petunjuk Teknis Pengelolaan Asrama Haji di Lingkungan Departemen Agama (Jakarta: Dirjen BMIPH, 2003), h. 6.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)