59 lain, dengan tauke dan juga pemilik modal, kerena tanpa petani, tauke maupun pemilik modal
mereka tidak dapat melakukan aktivitas untuk mengembangkan usaha perkebunan yang selama ini dijadikan sebagai sumber penghidupan keluarganya. Adapun hubungan tersebut
juga terjalin berdasarkan mata pencahariannya masing-masing.
4.3.5. Hubungan Patron-Klien antara Petani Kelapa Sawit dengan Tauke Pemilik Modal
Pola pekerjaan petani kelapa sawit merupakan jenis pekerjaan yang keras dengan tingkat penghasilan yang tidak menentu jumlahnya tergantung hasil panen dan perawatan
perkebunan. Hal itu sangat menghawatirkan melihat banyaknya kebutuhan-kebutuhan hidup yang harus dipenuhi oleh petani sawit, ditambah lagi dengan situasi penurunan harga kelapa
sawit. Ketergantungan petani kelapa sawit terhadap tauke atau pemilik modal kemudian
terwujud dalam hubungan patron-klien atau hubungan bapak dan anak, antara tauke dan petani kelapa sawit. Secara tidak langsung dalam hubungan patron-klien ini telah terjadi
eksploitasi terhadap petani kelapa sawit, dimana pendapatan patron yang cukup tinggi sedangkan pendapatan klien rendah. Artinya, harga tandan buah kelapa sawit yang dibeli oleh
tauke dari para petani sawit cukup rendah sedangkan untuk harga penjualannya ke pasar atau pabrik cukup tinggi.
Namun, meskipun demikan harus disadari bahwa hubungan patron-klien cukup membantu petani kelapa sawit dalam upaya adaptasinya di tengah situasi pasca penurunan
harga kelapa sawit. Ketika harga kelapa sawit menurun sangat sedikit para tauke yang membeli buah kelapa sawit dari petani rakyat. Situasi seperti ini membuat para petani harus
pasrah merelakan buah kelapa sawitnya tidak di penen. Sebab, dengan harga yang cukup rendah atau sekitar Rp.150,- mana mungkin pihak tauke ingin melakukan aktivitas pasarnya
Universitas Sumatera Utara
60 yaitu membeli buah kelapa sawit. Karena akan berdampak pada kerugian, jika pun memiliki
untung, jumlahnya hanya sedikit, hal ini jauh dari yang diharapkan. Sementara itu mereka mesti membayar gaji para pekerjanya, dan biaya-biaya lainnya seperti kebutuhan terhadap
minyak solar untuk kendaraan truk, dan sebagainya. Akan tetapi, karena kedua belah pihak yaitu petani dengan tauke tersebut telah terjalin hubungan yang erat, maka pihak tauke harus
rela membantu para petani dengan pinjaman uang atau utangan. Dalam hal ini para petani akan merasa terikat menjadi langganan tetap atas taukenya meskipun harga kelapa sawit yang
ditawarkan oleh pihak tauke tersebut jauh lebih rendah dari pada tauke-tauke kelapa sawit lainnya. Para petani kelapa sawit akan merasa berhutang budi terhadap pihak tauke kerena
telah memberikannya pinjaman uang pada saat ia benar-benar membutuhkannya.
4.3.6. Hubungan Petani Kelapa Sawit dengan Sesama Petani