60 yaitu membeli buah kelapa sawit. Karena akan berdampak pada kerugian, jika pun memiliki
untung, jumlahnya hanya sedikit, hal ini jauh dari yang diharapkan. Sementara itu mereka mesti membayar gaji para pekerjanya, dan biaya-biaya lainnya seperti kebutuhan terhadap
minyak solar untuk kendaraan truk, dan sebagainya. Akan tetapi, karena kedua belah pihak yaitu petani dengan tauke tersebut telah terjalin hubungan yang erat, maka pihak tauke harus
rela membantu para petani dengan pinjaman uang atau utangan. Dalam hal ini para petani akan merasa terikat menjadi langganan tetap atas taukenya meskipun harga kelapa sawit yang
ditawarkan oleh pihak tauke tersebut jauh lebih rendah dari pada tauke-tauke kelapa sawit lainnya. Para petani kelapa sawit akan merasa berhutang budi terhadap pihak tauke kerena
telah memberikannya pinjaman uang pada saat ia benar-benar membutuhkannya.
4.3.6. Hubungan Petani Kelapa Sawit dengan Sesama Petani
Setiap individu yang berada dalam suatu lingkungan kelompok atau masyarakat pasti memerlukan individu lainnya untuk dapat bertahan hidup. Karena individu tersebut
merupakan mahluk sosial yang saling tergantung satu sama lainnya. Hubungan yang terjadi antara sesama petani juga terjalin sangat baik. Petani kelapa sawit di desa Bakti Mulya
memegang prinsip saling menghargai,saling menghormati, menjunjung rasa solidaritas diantara sesama petani.mereka tidak pernah membeda-bedakan status baik mereka petani
lapisan atas ataupun petani lapisan bawah. Kerena mereka sepakat untuk menganggap bahwa petani yang bekerja di kebun itu adalah seperti keluarga sendiri, satu nasib dan
sepenanggungan. Hubungan yang harmonis tersebut bukan hanya terjalin dalam lingkungan tempat mereka bekerja, akan tetapi di luar lingkungan kerja juga harus dijaga, apalagi
sebagian dari mereka juga ada yang tinggal berdekatan.
4.3.7. Kehidupan Sehari-hari Petani dan Peranan Keluarga
Universitas Sumatera Utara
61 Bekerja sebagai petani sawit dan menjalani kehidupan sehari-hari tidak dapat
dipisahkan dari peranan keluarga petani. Petani sawit yang ada di Desa Bakti Mulya umumnya adalah pendatang ataupun mendapatkan ladang dari pemerintah terdahulu dan
sisanya mereka beli sendiri. Seiring dengan berjalannya waktu petani sawit tersebut ada yang memiliki tambahan lahan sawit dan ada pula yang tidak. Harga lahan kelapa sawit yang
semakin mahal, membuat petani kesulitan untuk membeli lahan sawit baru. Rumah yang petani tempati adalah rumah sendiri, ada yang didapatkan dari pemberian orang tua mereka,
dan ada juga yang mereka bangun sendiri serta sebagian kecill ada yang masih menumpang kepada orang tua.
Meskipun sebagian petani sawit di Desa Bakti Mulya merupakan pendatang, mereka sudah tinggal cukup lama di Desa Bakti Mulya, dan menekuni pekerjaan sebagai petani
bukan hanya pada saat itu saja tetapi telah dikuasai dan ditekuni sejak mereka kecil. Bertani di ladang dilakukan oleh mereka setiap hari dimulai dari pagi hari pada pukul 07.00 WIB
hingga sore hari pukul 05.00 WIB, petani beristirahat dan pulang ke rumah beberapa jam saja hanya pada waktu makan siang sekaligus hanya untuk melaksanakan shalat zuhur. Pada
setiap hari minggu merupakan hari libur penuh bagi petani sawit dan sering digunakan petani untuk beristirahat dan berkumpul bersama keluarga.
Berbagai macam kondisi sering dihadapi oleh petani dalam melakukan pekerjaanya sebagai petani, jika hambatan yang dialami mereka itu cukup besar tentunya akan
mempengaruhi hasil penen dan berdampak lebih lanjut pada kehidupan keluarga petani. Contoh-contoh hambatan yang dialami oleh petani sawit adalah ketika datangnya musim
kemarau panjang yang tiba-tiba melanda atau serangan hama seperti ulat-ulat yang merusak pelepah kelapa sawit dan ini mempengaruhi hasil panen petani sawit. Petani dan keluarga
mampu bersikap dinamis dan beradaptasi pada setiap kondisi, hambatan yang dialami tidak
Universitas Sumatera Utara
62 mampu menyurutkan keluarga petani, meskipun harus berada pada kondisi sulit tetapi petanin
dan keluarga perlahan-lahan mampu bangkit dan memperbaiki keadaan. Kesulitan untuk mencari pupuk untuk kebutuhan petani saat menanam dan menambah
hasil panen, terkadang harga pupuk di pasaran menjadi tinggi ketika ketersediaan pupuk terbatas. Sarana yang digunakan oleh petani sawit masih sederhana dan ada juga yang
modern, seperti membersihkan rumput mereka menggunakan babat,parang dan peralatan pemotong rumput yang menggunakan mesin dan untuk memanen petani sawit menggunakan
egrek atau dodos. Umumnya keluarga juga memiliki peranan dalam membantu pekerjaan petani di
ladang. Anak laki-laki semenjak kecil telah diajak oleh orang tua mereka untuk membantu bekerja di ladang agar sang anak terbiasa untuk bekerja keras dan mengetahui apa yang
dikerjakan oleh orang tua mereka untuk kehidupan mereka. Setiap siang hari pulang sekolah hingga sore hari atau pada saat libur sekolah sang anak diwajibkan untuk bekerja di ladang
membantu orang tua mereka, meskipun tidak terlalu lama waktu di ladang tetapi telah membuat mereka terbiasa dan mereka cukup terbiasa dan mereka cukup menguasai pekerjaan
tersebut. Keterlibatan istri dalam membantu pekerjaan di ladang juga tidak dapat dipisahkan.
Sebagian dari istri petani cuku aktif membantu suami mereka di ladang, mereka mambantu ketika saat menunas pelepah, sang istri biasanya menyingkirkan pelepah yang berserakan di
sekitar pokok kelapa sawit dan mengumpulkan dengan rapi di pinggir pokok kelapa sawit dan pada saat panen biasanya istri membantu mengumpulkan brondalan yang berserakan dan
dimasukan ke dalam karung. Sebagian dari istri petani terdapat yang tidak turut aktif dalam membantu di ladang, tetapi umumnya mereka memiliki aktivitas lain yang juga dapat
membantu perekonomian keluarga. Upaya pengehematan dalam pengeluaran sehari-hari
Universitas Sumatera Utara
63 dilakukan sang istri agar keuangan yang dimiliki dapat mencukupi kebutuhan keluarga
mereka, apalagi disaat hasil panen mangalami trekpenyusutan.
Universitas Sumatera Utara
64
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan