Metode Penelitian Persentase Diri Pemakai Batu Akik (Studi Fenomenologi dan Persentase Diri Pemakai Batu Akik di Kota Medan)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan alternatif akhir untuk menjawab dorongan ingin tahu terhadap suatu hal, dimana hal ini dianggap sebagai cara ilmiah karena tidak saja memusatkan perhatian pada kebenaran ilmiah, akan tetapi juga mempertimbangkan cara-cara untuk memperoleh kebenaran ilmiah tersebut Bungin, 2007:9. Penelitian mengenai kecemasan berkomunikasi dan ketidakpastian mahasiswa dalam interaksi komunikasi antarpribadi dosen dan mahasiswa dalam mengulangperbaikan nilai mata kuliah ini merupakan studi yang menggunakan metodologi kualitatif. Dalam tataran teoritik, ada beberapa asumsi yang menjadi landasan dalam penelitian kualitatif sebagaimana yang dikatakan Merriam dalam Creswell, 1994:145. Asumsi-asumsi tersebut adalah: 1. Peneliti kualitatif lebih memiliki perhatian pada proses dari pada hasil atau produk. 2. Peneliti kualitatif tertarik pada makna, yaitu bagaimana orang berusaha memahami kehidupan, pengalaman dan struktur lingkungan mereka. 3. Peneliti kualitatif merupakan instrumen utama dalam pengumpulan dan analisis data. Data diperoleh melalui instrumen manusia dari pada melalui inventarisasi inventories, kuesioner, ataupun melalui mesin. Universitas Sumatera Utara 4. Penelitian kualitatif sangat berkaitan dengan fieldwork. Artinya, peneliti secara fisik terlibat langsung dengan orang, latar setting, tempat atau institusi untuk mengamati atau mencatat perilaku dalam latar alamiahnya. 5. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif, dalam arti peneliti tertarik pada proses, makna, dan pemahaman yang diperoleh melalui kata-kata atau gambar-gambar. 6. Proses penelitian kualitatif bersifat induktif dalam arti peneliti membangun abstraksi, konsep, hipotesis dan teori. Berdasarkan asumsi-asumsi di atas, penelitian ini secara praktis berusaha untuk mengkaji peristiwa kehidupan yang nyata dialami oleh subjek penelitian ini mahasiswa secara holistik dan bermakna. Dalam uraian yang lebih lugas, penelitian ini berusaha untuk memberikan deskripsi dan eksplanasi terhadap kecemasan berkomunikasi dan ketidakpastian yang dialami mahasiswa dalam interaksi komunikasi dengan dosen dalam mengulangperbaikan nilai mata kuliah. Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam- dalamnya melalui pengumpulan data. Penelitian ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling, bahkan sampling sangat terbatas. Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya. Penelitian kualitatif lebih menekan pada persoalan kedalaman kualitas data bukan banyaknya kuantitas data. Kriyantono, 2009:56 Periset atau peneliti adalah bagian integral dari data, artinya peneliti ikut aktif dalam menentukan jenis data yang diinginkan. Dengan demikian peneliti menjadi instrumen penelitian yang harus terjun langsung di lapangan. Karena itu penelitian kualitatif bersifat subjektif dan hasilnya lebih kasuistik, bukan untuk digeneralisasikan. Desain penelitian dapat berubah atau disesuaikan dengan perkembangan penelitian. Secara umum penelitian yang menggunakan metodologi kualitatif mempunyai ciri-ciri: 32 Universitas Sumatera Utara 1. Intensif, partisipasi peneliti dalam waktu lama pada setting lapangan, peneliti adalah instrumen pokok penelitian. 2. Perekaman yang sangat hati-hati terhadap apa yang terjadi dengan catatan-catatan di lapangan dan tipe-tipe lain dari bukti-bukti dokumenter. 3. Analisis data lapangan. 4. Melaporkan hasil termasuk deskripsi detail, quotes kutipan-kutipan dan komentar-komentar. 5. Tidak ada realitas yang tunggal, setiap peneliti mengkreasi realitas sebagai bagian dari proses penelitiannya. Realitas dipandang dinamis dan sebagai produk konstruksi sosial. 6. Subjektif dan berada hanya dalam referensi peneliti. Peneliti sebagai sarana penggalian interpretasi data. 7. Realitas adalah holistik dan tidak dapat dipilah-pilah. 8. Peneliti memproduksi penjelasan unik tentang situasi yang terjadi dan individu-individunya. 9. Lebih pada kedalaman depth dari pada keluasan breadth. 10. Prosedur penelitian: empiris-rasional dan tidak berstruktur. 11. Hubungan antara teori, konsep dan data: data memunculkan atau membentuk teori baru. Kriyantono, 2009:57-58 Studi kasus adalah metode riset yang menggunakan berbagai sumber data sebanyak mungkin data yang bisa digunakan untuk meneliti, menguraikan, dan menjelaskan secara komperehensif berbagai aspek individu, kelompok, suatu program, organisasi atau peristiwa secara sistematis. Dengan berbagai metode, peneliti memilih untuk mempelajari sebuah kasus, yakni kasus kecemasan berkomunikasi dan ketidakpastian yang dialami mahasiswa dalam interaksi komunikasi antarpribadi dengan dosen dalam mengulangperbaikan nilai mata kuliah. Penelaah berbagai sumber data ini membutuhkan berbagai macam instrumen pengumpulan data. Karena itu, peneliti dapat menggunakan wawancara mendalam, observasi, dokumentasi-dokumentasi, kuesioner hasil survei, rekaman, bukti-bukti fisik, dan sebagainya Kriyantono, 2009:65. Dalam hal ini, Universitas Sumatera Utara peneliti menggunakan wawancara mendalam sebagai instrumen pengumpulan data. Adapun ciri-ciri studi kasus, antara lain: 1. Partikularistik, artinya studi kasus terfokus pada situasi, peristiwa, program atau fenomena tertentu. 2. Deskriptif, artinya hasil akhir metode ini adalah deskripsi detail dari topik yang diteliti. 3. Heuristik, artinya metode studi kasus membantu khalayak memahami apa yang sedang diteliti. Interpretasi baru, perspektif baru, makna baru merupakan tujuan dari studi kasus. 4. Induktif, artinya studi kasus berangkat dari fakta-fakta di lapangan, kemudian menyimpulkan ke dalam tataran konsep atau teori. Kriyantono, 2009:66

3.2. Lokasi Penelitian