Penurunan Tren Batu Akik di Kota Medan

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Baudrillard, J (2004). Masyarakat Konsumsi. Yogyakarta: Kreasi Wacana

Bennet, Tonny. 1982 “Media, Reality Signification” dalam Michel Gurevitch (ed), Culture,Society and the Media. Metheun

Bourdieu, P. 1984 Distinction: A Social Critique of the Judgement of Taste. Cambridge: Harvard University

Bourdieu, Pierre. (1989).“Social Space and Symbolic Power”.Sociological Theory Vol.7(1)

Bungin, Burhan. (2007). Penelitaian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Featherstone, Mike. (2005). Postmodernisme dan Budaya Konsumen. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Fiske, John. (1989). Understanding Popular Culture, London: Unwin Hyman. Hamidi. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Malang : UMM Press.

Jameson, Fredric, “Notes on Globalization as a Philosophical Issue” dalam Jameson, Fredric & Miyoshi, Masao (eds.), The Cultures of Globalization, Duke University Press, London, 1998

Lewin, Haskell dan Jacob Morris. (1977). “Marx’s Concept of Fetishism”.Science and Society, Vol. 41(2), 172-190

Lloyd, Gareth. (2008). Thesis.Commodity Fetishism and Domination: The Contributions of Marx, Lukacs, Horkheimer, Adorno and Bourdieu. Rhodes University : School of Humanity.

Maltby, Richard (1989) “Introduction” dalam Dreams for Sale: Popular Culture in the 20th Century, disunting oleh Richard Malthy, London: Routledge

Martono, Nanang. (2011). Sosiologi Perubahan Sosial : Perspektif klasik, Modern,Postmodern dan Poskolonial. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Mulvey, Laura. (1996).Fetishism and Curiousity.London : British Film Institute. Nawawi, Hadari dan Hadari, Martini. (2006). Instrumen Penelitian Bidang Sosial.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.


(2)

Ritzer, George. (2003). Sosiologi Ilmu Pengetahun Berparadigma Ganda. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sarup, M. (2008). Postrukturalisme dan Posmodernisme. (Y. Murtanto, Ed., & M. A. Hidayat, Trans.) Yogyakarta.

Strinati, Dominic. (2007).Popular Culture:Pengantar Menuju Teori Budaya Populer. Terjemahan. Yogyakarta : Jejak.

Storey, John., (2003). Teori Budaya dan Budaya Pop Memetakan Lanskap Konseptual Cultural Studies. Penerbit: Qalam, Yogyakarta.

Suryani, Tatik. (2008). Perilaku Konsumen : Implikasi Strategi Pemasaran. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Turner, Jonathan H. 1998. The Structure of Sociological Theory. Sixth edition. Wardsworth Publishing Company, USA.

Yin, Robert K. (2003). Studi Kasus (Desain dan Mode). Jakarta: Rajawali Pers. Veeger, J. Karel. 1993. Pengantar Sosiologi, Buku panduan mahasiswa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Wirawan, I.B. 2012. Teori-teori Sosial dalam Tiga Paradigma. Jakarta: Kencana

Sumber Jurnal :

Demartoto, Argyo. "MEMBEDAH GAGASAN POST MODERNISME BAUDRILLARD : REALITAS SEMU." ISSN 21 (2009): 12-20.

Ekowati, T. (2009). Compulsive Buying : Tinjauan Pemasar dan Psikolog. Segmen Jurnal Manajemen dan Bisnis No. 08 Januari 2009. Diakses melalui http://ejournal.umpwr.ac.id tanggal 30 Mei 2015

Mardiana Pambudy, Ninuk. (2012). Gaya Hidup Suka Mengonsumsi dan Meniru : Beranikah Berinovasi. Jakarta : Prisma.

Nurhayati. (2015). KARAKTERISTIK KOLEKTOR BARANG ANTIK : Suatu Kajian Leisure Studies tentang Empat Elemen yang Mempengaruhi Karakter Kolektor. Jurnal, 4.

SSE Seda, Francisia. (2012). Kelas Menengah Indonesia : Gambaran Umum Konseptual. Jakarta : Prisma.


(3)

Vidyarini, Titi Nur. "BUDAYA POPULER DALAM KEMASAN PROGRAM." Jurnal Ilmiah SCRIPTURA 2 (January 2008): 29-37.

Boty, M. (2016). ANALISIS FENOMENA SOSIAL BATU AKIK (STUDI PADA MASYARAKAT (PENJUAL-PEMBELI) DI PUSAT PENJUALAN BATU AKIK PALEMBANG). Jurnal Ilmu Agama, 16(2), 81-102.

Sumber website :

Diandika, Arham. Membeli Strata Sosial Dengan Batu (diakses pada 20 Mei 2015)

http://www.cakrawalaide.com/2015/02/membeli-strata-sosial-dengan-batu/http://www.cakrawalaide.com/wp-content/uploads/2015/02/images1.jpg (diakses pada tanggal 20 Mei 2015 : 20.00 WIB)

Maghfira, Astari. Fenomena Batu Akik: Menyikapi Irasionalitas Berjamaah D:\Fenomena Batu Akik Menyikapi Irasionalitas Berjamaah Ziliun.htm (diakses pada tanggal 22 Mei 2015 : 14.00 WIB)


(4)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai pendekatan yang menghasilkan data, tulisan dan tingkah laku yang di dapat dari apa yang diamati. Adapun studi kasus tipe deskriptif dapat melacak urutan peristiwa hubungan antar pribadi, menggambarkan subbudaya dan menemukan fenomena kunci (Robert K, 2003 : 5). Pendekatan deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau melukiskan tentang apa yang diteliti dan berusaha mendapatkan data sebanyak mungkin sehingga dapat memberikan suatu gambaran yang jelas dan tepat tentang apa yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian. Dengan demikian peneliti akan memperoleh data atau informasi lebih mendalam mengenai penurunan tren akik di kota medan.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kawasan pusat pedangan batu akik di kota Medan yang terpusat di Grand Palladium Mall di jalan Kapten Maulana Lubis No.8, Petisah Tengah, Medan Petisah, Medan, Sumatera Utara. Alasan peneliti memilih judul ini adalah :

1. Peneliti cukup mengetahui perkembangan atau kondisi penggemar serta pedangan batu akik di kota medan sehingga memudahkan peneliti mencari tempat untuk meneliti dan proses pengambilan data karena


(5)

kemudahan mengambil data adalah hal yang terpenting dan signifikan dalam sebuah penelitian. Terlebih peneliti juga berdomisili di kota medan

2. Peneliti melihat bahwa fenomena batu akik belakangan ini sangatlah menghebohkan terlebih di kora medan, sehingga menimbulkan niat peneliti untuk memilih judul ini sebagai judul skripsi peneliti.

3.3 Unit Analisis dan Informan 3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis adalah satuan yang diteliti. Dalam penelitian biasanya yang menjadi unit analisisnya bisa berupa individu, kelompok yang kemudian disebut sebagai informan atau responden (Hamidi, 2010 : 59). Dalam penelitian ini yang menjadi unit analisisnya adalah Produsen batu akik dan Konsumen batu akik, yang termasuk penggemar/pemakai batu akik.

3.3.2 Informan

Informan merupakan subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian (Bungin, 2007 : 76). Dalam penelitian ini, penentuan informan pun dibagi menjadi Informan kunci dan Informan sekunder, yakni:

• Informan kunci

1. Masyarakat Kota Medan Produsen/Pedagang Batu Akik

2. Masyarakat Kota Medan Konsumen dan juga sebagai Penggemar Batu akik


(6)

• Informan sekunder

1. Masyarakat Kota Medan Pengrajin Batu Akik.

2. Masyarakat Kota Medan yang bukan

Penggemar/Kolektor/Pedagang/Pengrajin Batu Akik, tetapi mengetahui masalah tersebut.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan dua sumber data yaitu:

1. Data primer yaitu informasi yang diperoleh dari informan penelitian di lokasi penelitian. Untuk mendapatkan data primer dapat dilakukan dengan :

a. Observasi yaitu pengamatan oleh peneliti baik secara langsung ataupun secara tidak langsung. Namun, dalam penelitian ini metode observasi yang digunakan peneliti adalah metode observasi partisipan. Metode observasi partisipan hampir sama dengan observasi langsung di mana, melalui pengamatan gejala-gejala yang tampak pada obyek penelitian pada saat peristiwa sedang berlangsung (Nawawi, 2006: 67). Metode observasi langsung ini digunakan jika informan tidak dapat menjelaskan mengenai tindakan yang ia lakukan atau karena ia tidak ingin menjelaskan mengenai tindakannya. Oleh karena itu, data dari metode observasi langsung diharapkan dapat menjadi penunjang data dari metode


(7)

wawancara. Data yang diperoleh dari observasi ini adalah untuk melihat kondisi geografis lokasi penelitian.

b. Wawancara mendalam adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancari, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara (Bungin,2005 : 126). Pada penelitian ini, wawancara dilakukan apabila ada beberapa hal yang membutuhkan penjelasan sumber data secara khusus. Hal ini dilakukan untuk menggali informasi mengenai permasalahan penelitian lebih mendalam. Wawancara dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada informan secara spesifik dengan panduan interview guide. Wawancara dengan interview guide dilakukan denganmelakukan tanya jawab oleh peneliti dengan informan mengikuti pedoman pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu sebelum dilaksanakan (Nawawi, 2006:101).

2. Data sekunder yaitu data yang berkaitan dengan objek penelitian namun bukan dari penelitian di lapangan. Data sekunder dalam penelitian ini dapat diperoleh dari studi kepustakaan yakni dengan mencari data dari artikel, surat kabar, tabloid, buku, internet, buku ataupun sumber lainnya yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.


(8)

3.5 Interpretasi Data

Dalam penelitian kualitatif, peneliti dapat mengumpulkan banyak data baik dari hasil wawancara, observasi, angket maupun dari dokumentasi. Data tersebut semua umumnya masih dalam bentuk catatan lapangan, oleh karena itu perlu diseleksi dan dibuat kategori-kategori. Data yang telah diperoleh dari studi kepustakaan juga terlebih dahulu dievaluasi untuk memastikan keterkaitannya dengan permasalahan penelitian. Setelah itu data dikelompokkan menjadi satuan yang dapat dikelola, kemudian dilakukan interpretasi data mengacu pada tinjauan pustaka. Sedangkan hasil observasi dinarasikan sebagai pelengkap data penelitian. Akhir dari semua proses ini adalah penggambaran atau penuturan dalam bentuk kalimat-kalimat tentang apa yang telah diteliti sebagai dasar dalam pengambilan kesimpulan-kesimpulan.

3.6 Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Bulan Ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1. Pra Obsevasi

2. ACC Judul V

3. Penyusunan Proposal Penelitian

V V

4. Seminar Proposal Penelitian


(9)

5. Revisi Proposal Penelitian

V V V

6 Penyerahan Hasil Seminar Proposal

V

7 Operasional Penelitian

V

8 Bimbingan V V V

9 Penulisan Laporan Akhir

V

10 Sidang Mejah hijau

3.7 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini mencakup kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti untuk melakukan penelitian ilmiah. Selain itu terkait dengan instrumen wawancara mendalam. Kendala lain adalah keterbatasan waktu saat melakukan wawancara dengan informan, karena informan sarat kesibukan masing-masing. Karena informan yang diteliti adalah sebagain besar sudah pekerja, pedagang, dan juga pengunjung di lokasi penelitian, yang kesibukannya tidaklah bias kita prediksi. Dan yang menjadi masalah lain adalah banyak toko yang sudah tutup dan disegel oleh pihak pengelola di lokasi penelitian, dan juga


(10)

ketersediaan informan yang terbatas akan waktu dikarenakan lokasi penelitian adalah pusat perbelanjaan.

Terlepas dari permasalahan dengan teknis penelitian dan kendala di lapangan peneliti menyadari keterbatasan peneliti mengenai metode menyebabkan lambatnya proses penelitian yang dilakukan, dan masih terdapat keterbatasan dalam hal kemampuan pengalaman melakukan penelitian ilmiah serta referensi buku atau jurnal mengenai sosiologi lingkungan yang sedikit dikuasai oleh peneliti. Walaupun demikian peneliti berusaha melakukan semaksimal mungkin agar data dan tujuan yang ingin dicapai.


(11)

BAB IV

HASIL DAN INTERPRETASI DATA

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Grand Palladium Mall terletak di pusat kota Medan yakni titik nol kota medan, yang berdekatan langsung dengan Kantor Walikota Medan dan Lapangan Merdeka. Secara geografis kota medan terletak pada 30 30’ – 30 43’ Lintang Utara dan 980 35’ – 980 44’ Bujur Timur. Kota Medan sendiri yang merupakan kota metropolitan di Propinsi Sumatera Utara yang sekaligus sebagai ibu Kota Propinsi Sumatera Utara, Kota Medan sendiri memiliki luas 26.510 hektar (265,10 km2) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian dibandingkan dengan kota/kabupaten lainnya, Medan memiliki luas wilayah yang relative kecil dengan jumlah penduduk yang cukup besar. Grand Palladium Mall merupakan salah satu pusat perbelanjaan modern di Indonesia dibawah naungan oleh PT.Lippo Mall Grup. di Sumatera Utara sendiri PT.Lippo Mall Grup terdiri atas Grand Palladium Mall, Sun Plaza, Plaza Medan Fair, Lippo Mall Plaza dan Binjai Super Mall.

Grand Palladium Mall adalah sebuah pusat perbelanjaan di berlokasi di jalan Kapten Maulana Lubis No.8, Petisah Tengah, Medan Petisah, Medan, Sumatera Utara. Grand Palladium dibuka pada bulan September 2005. Grand Palladium sendiri terdiri antara lain : Matahari Departement Store, Toko Buku Gramedia, Hypertmart, Palladium 21 dan Berbagai kios Gemstone. Pusat perbelanjaan ini terletak di pusat kota, mall ini terintegrasi dengan The Aryaduta Hotel Medan.


(12)

Saat ini dibawah pimpinan Dewi Panjaitan selaku Mall direktur, Grand Palladium Mall merupakan Pusat Pedagang Gemstone di Sumatera Utara dan semua pedagang menjajahkan batu mulia yang berasal dari seluruh Indonesia bahkan dari luar negeri, para pedagang juga terintergrasi dan bersertifikat demi menjaga tingkat keaslian dan kualitas batu. Seluruh pedagang juga tergabung dalam Asosiasi Pecinta Batu Permata Sumatera Utara. Grand Palladium Mall sendiri juga tetap bertahan hingga sekarang sebagai pusat Gemstone di Sumatera Utara.

4.2 Karakteristik Informan

Informan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam penelitian ini, yang merupakan salah satu kunci bagi peneliti untuk memperoleh informasi yang diperlukan dalam penelitian. Untuk lebih jelasnya maka peneliti akan mendeskripsikan karakteristik informan sebagai berikut:

4.2.1 Karakteristik Informan berdasarkan Umur Tabel 4.2.1

Karakteristik Informan berdasarkan Umur No Kategori Umur Frekuensi (n) Persentase (%) 1 < 30 tahun 5 orang 33

2 > 30 tahun 10 orang 67

Total 15 orang 100


(13)

Berdasarkan pada tabel 4.2.1 dari 15 informan penelitian, 5 orang (36.0%) berusia dibawah 30 tahun, 9 orang (64.0%) berumur diatas 30 tahun. Dengan demikian mayoritas informan adalah diatas 30 tahun (64.0%)

4.2.2 Karakteristik Informan Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.2.2

Karakteristik Informan Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Perempuan 3 20

2 Laki-laki 12 80

Total 15 100

Sumber : Hasil penelitian 2016 (data diolah)

Berdasarkan pada tabel 4.2.2 dari 15 informan penelitian Ditinjau dari faktor jenis kelamin, 3 orang (20.0%) adalah perempuan dan 11 orang (80.0%) adalah laki-laki. Dengan demikian, mayoritas informan adalah laki-laki (80.0%).

4.2.3 Karakteristik Informan Berdasarkan Suku Tabel 4.2.3

Karakteristik Informan Berdasarkan Suku

No Suku Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Batak 7 47

2 Melayu 1 7

3 Jawa 2 13


(14)

5 Tionghoa 2 13

6 India 1 7

Total 15 100

Sumber : Hasil penelitian 2016 (data diolah)

Berdasarkan pada tabel 4.2.3 dari 15 informan penelitian ada 7 orang suku Batak (47.0%), 1 orang (7.0%) suku Melayu, 2 orang (13.0%) suku Jawa, 2 orang (13.0%) suku Minang, 2 orang (13.0%) suku Tionghoa, 1 orang (7.0%) suku India, Dengan demikian, mayoritas informan adalah suku Baatak (47.0%).

4.2.4 Karakteristik Informan Berdasarkan Agama Tabel 4.2.4

Karakteristik Informan Berdasarkan Agama No Agama Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Kristen 7 47

2 Islam 6 40

3 Budha 2 13

Total 15 100

Sumber : Hasil penelitian 2016 (data diolah)

Berdasarkan pada tabel 4.2.4 dari 15 informan penelitian 7 orang (47.0%) beragama Kristen, 6 orang (40.0%) beragama Islam dan 2 orang (13.0%) beragama Budha. Dengan demikian, mayoritas informan adalah beragama Kristen (47.0%).


(15)

4.2.5 Karakteristik Informan Berdasarkan Pekerjaan Tabel 4.2.5

Karakteristik Informan Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Orang Tua Frekuensi (n) Persentase (%)

1 PNS 3 20

2 WIRASWASTA 8 54

3 KARYAWAN SWASTA 2 13

4 MAHASISWA 2 13

Total 15 100

Sumber : Hasil penelitian 2016 (data diolah)

Berdasarkan pada tabel 4.2.5 dari 15 informan penelitian 3 orang (20.0%) sebagai PNS, 8 orang (54.0%) sebagai WIRASWASTA, 2 orang (13.0%) sebagai KARYAWAN SWASTA, 2 orang (13.0%) sebagai MAHASISWA. Dengan demikian mayoritas informan bekerja sebagai WIRASWASTA (54.0%).

4.3 Profil Informan “Turunnya Tren Batu Akik di Kota Medan studi kasus “Grand Palladium Mall”

4.3.1 Muhammad Sidiq

Sidiq merupakan salah satu pedagang batu di Grand Palldium Mall, yang bertempat tinggal di Jalan Letda Sujono Medan. Lelaki beretnis India ini berusia 46 tahun dan telah berkeluarga. Beliau sendiri memiliki Toko bernama Muny Gems, ia telah 9 tahun berdagang Batu Akik, ia juga telah menyukai batu akik sekitar 9 tahun, ia memilih berdagang di Grand Palladium Mall sekitar 2 tahun.


(16)

Pada awalnya bermula karena menyukai batu sehingga ia berdagang tetapi karena tergiur omset ekonomi sehingga menimbulkan niatnya untuk berdagang batu, ada pun ia mendapatkan pasokan batu berasal dari wilayah Jakarta hingga luar negeri, di tokonya ia hanya menjual batu yang sudah jadi, ada pun jenis batu yang termahal adalah Ruby dan Safir yakni senilai hingga 60 juta rupiah dan termurah jenis akik biasa senilai ratusan ribu rupiah, sedangkan jenis batu terlaris adalah jenis Batu mulia seperti permata, dikarenakan batu akik telah jatuh pamornya.

Menurutnya peningkatan pamor Batu Akik belakangan tahun belakangan ini dikarenakan televisi ataupun berita – berita yang terus meliput tentang Batu Akik sehingga secara tidak langsung masyarakat pun mengetahui Batu Akik, ditambah seringnya diselenggarakan pameran – pameran tentang Batu Akik baik tingkat nasional ataupun sekota medan, dan di Grand Palladium Mall sendiri beberapa kali sering menyelenggarakan pameran batu taupun lomba batu terindah. Sidiq berpendapat faktor menurunnya tingkat ekonomi masyarakat merupakan penyebab terbesarnya jatuhnyaa tren batu akik, beliau sendiri memilih tetap bertahan dikarenakan telah berdagang cukup lama dan sudah menjadi mata pencarian pokok. Walaupun demikian beliau tetap memiliki pelanggan tetapnya.

Menurut Sidiq omset penjualan batunya telah menurun drastis, dikarenakan pada saat sekitar 2 tahun lalu pendapatannya bisa mencapai puluhan juta, tetapi sekarang hanya mencapai belasan juta perbulannya. Beliau berharap semoga perkembangan ekonomi dapat stabil kembali sehingga dapat mengembalikan daya jual batu.


(17)

4.3.2 Dyllian

Dyllian merupakan salah satu pedagang batu di Grand Palldium Mall, yang bertempat tinggal di Jalan Mas, Medan Area, Medan. Perempuan beretnis Tionghoa ini berusia 53 tahun dan telah berkeluarga. Beliau sendiri memiliki Toko bernama Dyllian, sejak Februari 2015 ia telah berdagang batu akik di Grand Palladium Mall.

Dyllian pada awalnya memilih berdagang batu dikarenakan keuntungan ekonomi yang cukup menjanjikan, beliau mendapatkan pasokan batu dari titipan pedagang yang lebih besar, disamping beliau juga berdagang cangkang cincin dan juga batu permata. Beliau sendiri memiliki Batu termahal yakni jenis Bacan senilai 5 juta rupiah, dan yang termurah juga jenis Bacan tetapi dengan kualitas yang lebih rendah yakni senilai 500 ribu rupiah, sedangkan jenis batu yang paling laris yakni Blue Topas senilai ratusan hingga juataan rupiah.

Menurutnya peningkatan Batu Akik sendiri berawal pada Presiden SBY yang dahulu sering memakai Batu Akik sehingga banyak yang menirunya, dan setelah itu menurutnya ada acara internasional perkempulan Negara-negara dan disitu Batu Akik dibuat sebagai cindera mata, sehingga ia rasa Kota Medan mendapat imbas dari kepopuleran Batu Akik melihat dari Koran dan sebagainya. Dyllian berpendapat menurunnya minat batu akik dikarenakan banyaknya beredar jenis batu palsu sehingga membuat konsumen dan pedagang juga lebih berhati-hati, yang membuat beliau masih berdagang merupakan faktor masih banyaknya barang dagangannya yang belum terjual, jika dibandingkan telah drastisnya menurun omset yakni yang awalnya sekitar 10 juta rupiah setiap bulannya sekarang hanya mencapai 50-100 ribu rupiah setiap harinya. Beliau


(18)

berharap agar peminat batu akik bisa kembali ramai, karena telah banyaknya toko yang sudah disegel karena tidak bayar sewa.

4.3.3 Yogi Alfajar

Yogi merupakan salah satu pedagang batu di Grand Palldium Mall, yang bertempat tinggal di Jalan Ikhlas, Bromo, Medan. Pria beretnis Minang ini berusia 18 tahun dan masih lajang. Beliau sendiri memiliki Toko bernama Antique Gemstone, sejak tahun lalu meneruskan usaha keluarga yang sudah berjualan sekitar 3 tahun berdagang batu akik di Grand Palladium Mall.

Yogi menyukai batu akik dikarenakan warna dan teksturnya yang indah, sehingga menimbulkan niatnya untuk berdagang, ia memperoleh pasokan batu dari pemasok pusat mereka, di tokonya mereka hanya menjual batu yang sudah jadi. Di tokonya Yogi memiliki koleksi yang paling mahal yakni Garut Pancawarna senilai 10 juta rupiah dan yang paling murah adalah jenis Kecubung India senilai 50 ribu rupiah, kecubuung dan blue safir merupakan jenis batu terlaris di tokonya yang bisa bernilai ratusan sampai jutan rupiah.

Yogi berpendapat awal peningkatan Batu Akik dimulai dari televisi ia pun juga sering melihat berita-beritanya, tetapi tanpa ia sadari sudah banyak di Kota Medan yang menjual Batu Akik di pinggir-pinggir jalan sampai ke pasa-pasar.

Menurutnya penyebab menurunnya minat batu akik dimulai sejak pergantian presiden dan faktor ekonomi yang menurun, ia memilih bertahan berdagang dikarenakan ini telah usaha yang turun temurun digeluti keluarganya meskipun telah terjadi penurunan omset, yang awalnya bisa mencapai 15 juta


(19)

rupiah setiap namun kini hanya 5 juta rupiah setiap bulannya. Ia pun juga berharap semoga banyak lagi orang meminati batu akik tidak seperti sekarang.

4.3.4 Norman

Norman merupakan salah satu pedagang batu di Grand Palldium Mall, yang bertempat tinggal di Jalan Puri, Medan. Pria beretnis Minang ini berusia 29 tahun dan telah berkeluarga. Beliau sendiri memiliki Toko bernama Rasyad, sejak 2 tahun lalu berdagang batu akik di Grand Palladium Mall.

Norman menyukai batu akik dikarenakan keindahan dan kecantikan serta memiliki warna yang bervariasi serta melihat celah ekonomi yang cukup menjanjikan sehingga ia memutuskan berdagang batu akik. Norman mendapatkan pasokan batu antara lain dari Aceh dan Kalimantan, di tokonya ia menjual jenis bongkahan ataupun yang sudah jadi. Batu temahal yang ia jual adalah jenis Ruby senilai 7 juta rupiah dan termurah jenis Akik cempaka senilai 150 ribu sampai 200 ribu rupiah, dan yang paling laris juga bervaariasi seperti Akik lumut, Giok aceh, Solar ataupun jenis Bacan.

Norman tidaklah terlalu mengetahui awal peningkatan pamor Batu Akik, tapi di Kota Medan sendiri ia melihat sering acara pameran-pameran batu, seperti di Pekan Raya Sumatera Utara pada saat sekitar 2 tahun yang lalu seingatnya, ditambah lagi menjamurnya tukang-tukang Batu Akik di pinggiran jalan raya Kota Medan.

Menurutnya peminat batu akik mengalami penurunan dikarenakan menurunnya tingkat daya beli masyarakat, memiliki langganan tetap merupakan faktor yang membuatnya bertahan berjualan, meskipun tidak sebanyak dulu tetapi


(20)

tetap ada pembeli, dan juga dikarenakan ia tidak memiliki mata pencarian yang lain. Sesuai dengan penurunan omset yang awalnya mencapai 20 juta rupiah setiap harinya sekarang hanya 150 ribu rupiah setiap harinya, ia berpendapat ini terjadi sekitar satu tahun terakhir. Norman berharap kiranya ekonomi semakin bagus dan daya beli makin tinggi, karena sesungguhnya peminat batu akik bertambah, yang dahulu hanya sebatas orangtua sekarang sampai ke anak muda.

4.3.5 Jasmin Hadi Wijaya

Jasmin merupakan salah satu pedagang batu di Grand Palldium Mall, yang bertempat tinggal di Jalan Sekip, Medan. Pria beretnis Tionghoa ini berusia 23 tahun dan masih berstatus lajang. Beliau sendiri memiliki Toko bernama Union Gemstone, sejak 2 tahun lalu berdagang batu akik di Grand Palladium Mall, pada awalnya ia mengawali bisnis dengan online.

Pada awalnya Jasmin mengawalinya dikarenakan hobby mengoleksi batu dikarenakan hobby, ia mendapatkan pasokan sebagian besar dari luar negeri, ia menjual batu dalam bentuk yang sudah jadi, batu yang temahal adalah Topaz senilai 7 juta rupiah. Batu yang paling laris adalah jenis Semi Precious.

Jasmin berpendapat sesungguhnya Batu Akik telah lama terkenal, hanya saja beritanya dibuat sangat sering dan besar, sehingga banyak orang mencari tahu bagaimana Batu Akik dan membelinya, padahal belum tentu ia suka atau tidak.

Menurutnya peminat batu sekarang menurun dikarenakan tingkat ekonomi masyarakat yang menurun dan banyaknya tindak penipuan akan batu akik. ia masih memilih bertahan berdagang dikarenakan omsetnya yang masih lumayan, ia pun juga memiliki pelanggan hingga sampai Cirebon. Setahun belakangan ini


(21)

Jasmin mengalami penurunan omset, yang dahulu bisa mencapai 2 juta rupiah setiap harinya sekarang hanya mencapai 500 ribu rupiah setiap harinya. Jasmin berharap adanya promosi yang dijalankan kembali agar orang lebih mengenal lagi batu-batu mulia khas Indonesia.

4.3.6 Robert Simanjuntak

Robert merupakan salah satu pembeli batu akik di Grand Palladium Mall, yang bertempat tinggal di Jalan Rakyat gg.pelajar no.3 . Pria beretnis Batak ini berumur 48 tahun dan berstatus lajang yang berprofesi sebagai Wiraswasta dengan penghasilan Rp.5.000.000,- setiap bulannya.

Robert menyukai Batu Akik sudah sekitar 2 tahun, ia menyukai baatu berawal dari ikut-ikutan teman dan melihat berita-berita serta banyak artis sampai pejabat yang memakai batu akik dan terlihat indah, hingga akhirnya menyukainya karena keindahan batu tersebut. Robert memiliki banyak koleksi berbagai macam jenis Batu Akik, Batu akik yang paling ia sukai adalah jenis Pancawarna, harga kisaran Batu Akik yang ia punya paling mahal yakni jenis Pancawarna senilai Jutaan rupiah dan termurah Kecubung senilai 150 ribu rupiah, ia lebih menyukai batu yang sudah jadi, tetapi tidak menutup kemungkinan menyukai yang bongkahan jika terlihat bagus. Ia memilih tempat berlangganan di Grand Palladium Mall dikarenakan tempatnya yang modern tetapi sangat disayangkan sudah banyak toko yang tutup.

Robert berpendapat kemunculan Batu Akik yang cukup fenomenal belakangan ini dikarenakan media yang memberitakan tentang kemunculan Batu Akik, sementara kita sudah tau Batu Akik sejak dulu sudah ada di Indonesia


(22)

ataupun di Kota Medan. Ia juga menambahkan faktor ekonomi yang menjanjikan dari Batu Akik baik penjualan aatau pun membelinya yang cukup terjangkau, ditambah lagi situasi ekonomi pada saat itu sedang menurun sehingga menimbulkan kesempatan bagi masyarakat.

Menurutnya perkembangan Batu Akik sekarang cukup bagus, karena bila dibandingkan dulu, hanya orangtua saja yang suka Batu Akik termasuk orangtua Robert, kalau sekarang sudah sampai anak muda, ia menambahkan ia tetap bertahan menggunakan batu akik dikarenakan sudah terlanjur suka dan sudah banyak koleksi, meskipun mengalami penurunan tetapi harga Batu Akik tetap naik meskipun sudah sedikit orang yang memakai, ia berpendapat kemungkinan dikarenakan pasokan Batu Akik yang sudah sedikit. Di daerah tempat tinggal Robert sendiri masih banyak pengguna Batu Akik sedangkan di rumahnya sendiri hanya ia yang memakai Batu Akik. Robert berharap agar Batu Akik bisa sepopuler pada saat kemarin.

4.3.7 Tengku Zulpayan

Tengku merupakan salah satu pembeli batu akik di Grand Palladium Mall, yang bertempat tinggal di Jalan Katamso Medan . Pria beretnis Melayu ini berumur 57 tahun dan berstatus telah berkeluarga yang berprofesi sebagai PNS dengan penghasilan Rp.4.500.000,- setiap bulannya.

Tengku menyukai Batu Akik sekitar 3 tahun yang lalu, bermula karena melihat corak dan daya tarik yang telihat mewah, ia pun tidak telalu banyak mengoleksi Batu Akik, tetapi ia paling suka dengan jenis Giok Aceh, ia juga memiliki koleksi batu dengan kisaran harga ratusan ribu sampai jutaan rupiah,


(23)

Tengku juga lebih menyukai batu yang sudah jadi karena tidak ingin merepotkan dirinya. Ia tidaklah memiliki tempat khusus dalam membeli Batu Akik tergantung barang yang ia cari ada dimana.

Pada awalnya menurut Tengku kemunculan Batu Akik cukup fenomenal belakangan ini meskipun sekarang sudah sangat menurun, tetapi ia juga berpendapat semua berawal karena sifat orang kita yang latah atau ikut-ikutan, sehingga tanpa mengetahui fungsi, kegunaannya, kepentingannya dan harganya. itu terjadi bukan hanya di jawa, tetapi di Kota Medan sendiri juga terjadi, kita bandingkan dengan kondisi sekarang yang sudah menurun.

Menurutnya Perkembangan Batu Akik sekarang sangat menurun, dikarenakan tidak setenar dulu, tetapi harga batunya semakin mahal, ia juga memilih tetap bertahan dengan Batu Akik dikarenakan sudah terlanjur menyukai dan juga tidak adanya terganggu dengan pendapatannya setiap bulan dikurangi kebutuhan rumah tangga, disekitar daerahnya juga sudah sedikit pemakai Batu Akik, hanya tinggal orangtua saja. Tengku berharap semoga Batu Akik bisa murah seperti dulu lagi.

4.3.8 Maju Gurusinga SE

Maju merupakan salah satu pembeli batu akik di Grand Palladium Mall, yang bertempat tinggal di Jalan Jamin Ginting no.174 Sembahe . Pria beretnis Batak ini berumur 52 tahun dan berstatus telah berkeluarga yang berprofesi sebagai Wiraswasta dengan penghasilan Rp.15.000.000,- setiap bulannya.

Maju menyukai Batu Akik sekitar tahun lalu, ia menyukai corak warna warni batu yang indah dan juga bila dibandingkan dengan emas dan permata


(24)

harganya lebih terjangkau. Maju juga tidak memiliki banyak batu akik, ia menyukai batu akik jenis Bacan dan Kecubung, harga batu yang ia punya sekitar ratusan ribu rupiah sampai 1 jutaan rupiah, ia pun lebih memilih menyukai membeli bongkahan dikarenakan lebih memiliki waktu luang untuk melihat proses pembuatannya. Ia membeli Batu Akik tidaklah dari satu tempat saja, tetapi tergantung ada tidak yang ia cari.

Menurut Maju, Awalnya Batu Akik sendiri terkenal belakangan ini dikarenakan banyaknya orang melihat dari tentang Batu Akik di televisi kemudian dinilai Batu Akik bisa dipakai sebagai gaya, baik yang tua maupun muda, terjadinya heboh Batu Akik ini juga bukan hanya di Kota Medan, tetapi seluruh Negeri.

Menurutnya penyebab perkembangan Batu Akik tidak lah seheboh dulu, sekarang sudah sedikit yang berdagang tidak seperti dahulu. Maju juga menambahkan ia tetap bertahan memakai Batu Akik dikarenakan ekonominya yang memadai dan juga sudah terlanjur menyukai Batu Akik meskipun pada nyatanya harga Batu Akik sebenarnya mengalami pasang surut, selain Maju, istrinya juga salah satu pemakai Batu Akik, di daerahnya juga masih banyak orangh-orang memakai Batu Akik. Maju memiliki harapan agar Batu Akik terus dikembangkan, karena Batu Akik merupakan ciri khas Indonesia.

4.3.9 Drs.Patas Silaban Msi

Patas merupakan salah satu pembeli batu akik di Grand Palladium Mall, yang bertempat tinggal di Jalan Bunga Bangsa Medan. Pria beretnis Batak ini


(25)

berumur 49 tahun dan berstatus telah berkeluarga yang berprofesi sebagai PNS dengan penghasilan Rp.7.000.000,- setiap bulannya.

Patas menyukai Batu Akik semenjak tahun 2014, menurutnya Batu Akik mempunyai hal mistis sebagai penarik, Batu Akik yang paling ia suka adalah Pancawarna Garut dan juga Bacan, Batu itu pula yang menjadi koleksinya di rumah, Pancawarna Gaarut berkisaran 5 juta rupiah sedangkan Bacan berkisaar 200 ribu rupiah. Patas sendiri lebih suka membeli dalam bentuk yang sudah jadi, ia juga sudah ada tempat berlangganan di salah satu toko di Grand Palladium Mall.

Patas berpendapat kemunculan Batu Akik bermula dari pemberitaan di Media, ia tidak begitu mengetahui pasti awalnya, tapi yang ia tau sangat cepat perkembangannya. Di Kota Medan sendiri perkembangan Batu Akik sering terdengar karena seringnya diselenggarakan pameran-pameran, bahkan pernah diselenggarakannya lomba oleh Pemda Kota Medan beberapa saat yang lalu. Menurutnya perkembangan Batu Akik sangatlah baik diawalnya bahkan hingga keseluruh daerah bahkan pelosok, tetapi belakangan ini menjadi menurun sangat pesat, ia juga berpendapat walaupun sekarang Batu Akik sudah anjlok tetapi ia akan terus bertahan memakai Batu Akik dikarenakan tidaklah begitu menganggu dalam pendapatan ekonominya ditambah juga ia sudah suka dengan Batu Akik, Patas juga menambahkan meskipun mengalami penurunan, tetapi tidak membuat harga Batu Akik juga jatuh, meskipun sebagian Batu Akik ada yang turun harganya, ditempat kerjanya sendiri masih banyak para pegawai-pegawai yang masih memakai Batu Akik. Patas juga berharap semoga penurunan Batu Akik ini cepat pulih kembali dan dapat bangkit lagi dan berkembang.


(26)

4.3.10 Agus Salim

Agus merupakan salah satu pembeli batu akik di Grand Palladium Mall, yang bertempat tinggal di Jalan Marelan Raya Pasar 2 Medan . Pria beretnis Jawa ini berumur 55 tahun dan berstatus telah berkeluarga yang berprofesi sebagai Wiraswasta dengan penghasilan Rp10.000.000,- setiap bulannya.

Agus telah menyukai Batu Akik sejak ia masih remaja, awalnya dikenalkan dari orangtua dan ditambah memang warnanya yang indah, ia pun memiliki banyak koleksi Batu Akik dari berbagai macam daerah. Agus mempunyai Batu Akik yang paling mahal dan juga yang paling ia suka yakni jenis Blue Safir yang harganya mencapai jutaan rupiah, Agus sendiri lebih suka membeli yang sudah jadi, dikarenakan dengan bongkahan ia bisa repot dan bisa menjadi penipuan saat menempah Batu Akik karena diambil sisanya. Ia juga memiliki tempat favorit yakni di Grand Palladium Mall dan juga di Kantor Pos Stasiun Kereta Api Medan.

Pada awalnya Batu Akik sangat terkenal dikarenakan membludaknya pedagang-pedagang Batu Akik sehingga membuat masyrakat penasaran ingin tahu sehingga banyak masyarakat yang membeli sampai menyukai Batu Akik, di Medan sendiri menurut saya puncak hebohnya berawal dari Grand Palladium Mall yang membuka pusat penjualan Batu Akik seKota Medan, apalagi satu lantai di khususkan untuk menjual batu saja.

Menurut Agus perkembangan Batu Akik sudah cukup baik tetapi janganlah hanya ramai-ramai diawal seperti dua tahun terakhir ini, karena sangat drastis menurunnya, dan kemungkinan merupakan karena faktor ekonomi yang menurun. Agus memilih tetap memakai Batu Akik dikarenakan sudah


(27)

menyukainya dari dulu dan dikaji dari pendapatan ekonomi juga ia termasuk kalangan yang mampu, meskipun ditengah turunnya minat orang memakai Batu Akik tetapi harga Batu Akik sebagian besar naik. Di daerah tempat tinggalnya sendiri sudah tidak ada lagi yang menggunakan Batu Akik. Agus berharap kiranya Batu Akik bisa ramai lagi seperti dahulu.

4.3.11 Berman Sembiring

Berman merupakan salah satu pembeli batu akik di Grand Palladium Mall, yang bertempat tinggal di Jalan Pales no.102b Medan Tuntungan. Pria beretnis Batak ini berumur 51 tahun dan berstatus telah berkeluarga yang berprofesi sebagai Pegawai Swasta dengan penghasilan Rp.5.000.000,- setiap bulannya.

Berman menyukai Batu Akik bermula pada tahun lalu pada saat banyak teman kantornya memakai Batu Akik, ia juga tertarik dikarenakan warna dan kemilaunya yang bermacam macam, Berman sendiri hanya memiliki beberapa jenis Batu Akik, diantaranya Bacan, Kecubung dan Batu Kalimantan. Kisaran harga Batu Akik yang ia miliki beragam dari puluhan ribu sampai satu juta rupiah. Berman sendiri lebih suka membeli Batu Akik yang sudah jadi, ia memliki langganan khusus membeli di Grand Palladium Mall.

Awalnya Batu Akik sangat fenomenal dikarenakan banyaknya masyarakat yang menjual Batu Akik, masyarakat menilai Batu Akik itu perhiasan mewah tetapi dengan harga yang cukup terjangkau, sehingga banyak membuat masyarakat mengikuti tren biar dianggap tidak ketinggalan jaman ditengah harga emas yang mahal, menurutnya di Kota Medan sendiri juga hal yang sama, apalagi


(28)

setelah muncul pusat-pusat penjualan Batu Akik dengan toko-toko yang cukup nyaman.

Menurutnya perkembangan Batu Akik sekarang sangat menurun, sudah banyak toko-toko yang tutup, menurutnya dikarenakan karena orang sudah bosan memakai Batu Akik. Berman sendiri bertahan menggunakan Batu Akik karena sudah telanjur jatuh cinta dan juga tidak ada larangan dari keluarga. Di sekitar daerahnya juga masih banyak yang memakai Batu Akik. Berman sendiri berharap banyak kepada pemerintah agar bisa kembali mempopulerkan Batu Akik.

4.3.12 Susanto

Susanto merupakan salah satu pembeli batu akik di Grand Palladium Mall, yang bertempat tinggal di Jalan Seksama no.28 Medan Amplas . Pria beretnis Jawa ini berumur 50 tahun dan berstatus telah berkeluarga yang berprofesi sebagai PNS dengan penghasilan Rp.4.500.000,- setiap bulannya.

Susanto sudah menyukai Batu Akik sejak lama, ia menyukai Batu Akik karena warnanya yang indah dan bagus dipakai. Susanto memiliki banyak koleksi Batu Akik seperti Mata Kucing, Kecubung dan Solar, tidak ada harga yang signifikan mahal dari Batu Akiknya karena hampirlah sama dissekitaran ratusan ribu rupiah, ia juga menyukai Batu dalam bentuk bongkahan dan sudah jadi. Susanto sudah mempunyai tempat menetap dalam belanja batu, yakni di Grand Palladium Mall tetapi sekarang sudah tidak ada lagi menjual Bongkahan Grand Palladium Mall. Ia juga memiliki komunitas pecinta Batu Akik dikalangan teman-teman kantornya.


(29)

Susanto berpendapat awal kemunculan Batu Akik belakangan ini dikarenakan liputan media yang cukup luar biasa, apalagi kita tahu masyarakat sangatlah sering menonton televisi sehingga berita-berita cepat sampai, di Kota Medan sendiri juga hal yang sama, seperti kita lihat sangat banyaknya menjamur pedagang-pedangan Batu Akik, ia juga berpendapat kemungkinan karena lowongan pekerjaan yang tidak ada sehingga banyak masyarakat memilih berdagang Batu Akik.

Menurutnya perkembangan Batu Akik sudah bagus, tapi sekarang menurun jika dibandingkan dulu sebelum heboh perkembangan Batu Akik cenderung meningkat, yang awalnya hanya orangtua dan kakek-kakek sekarang anak muda juga ikut dalam memakai Batu Akik. Susanto berpendapat salah satu penyebab turunnya Batu Akik adalah sudah bosannya masyarakat dengan Batu Akik, sebaliknya yang membuat Susanto bertahan adalah karena sudah suka dengan keunikannya dan juga tidak ada pihak keluarga yang melarang dalam mengkonsumsi Batu Akik, meskipun harga Batu Akik naik, dikarenakan tidak adanya saingan lagi. Harapan Susanto sendiri agar semoga batu-batu ini lebih dikenal sampai ke luar negeri, jangan di awal-awal saja.

4.3.13 Ester Sinaga

Ester merupakan salah satu pengunjung di Grand Palladium Mall, yang bertempat tinggal di Jalan Karya April Medan Johor . Wanita beretnis Batak ini berumur 25 tahun, berstatus lajang dan berprofesi sebagai Mahasiswa disalah satu universitas swasta di Medan.


(30)

Menurutnya di awal Batu Akik sangat menghebohkan sehingga banyak orang berbondong-bondong membeli batu, ditambah lagi yang ia tahu harga batu tidaklah begitu mahal bila dibandingkan dengan perhiasan yang lain. Di Kota Medan sendiri ia melihat awalnya sangat banyak penjual-penjual Batu Akik di pinggir-pinggir jalan, bahkan di pusat perbelanjaan seperti Grand Palladium Mall dan Plaza Medan Fair

Ester berpendapat perkembangan Batu Akik beberapa tahun terakhir sangat pesat, tetapi belakangan mengalami penurunan yang tajam dan sudah jarang terlihat, yang dahulu sampai ke pelosok kita selalu menemukan penjual Batu Akik, ia menganggap karena ketidak fenomenal lagi seperti yang ia lihat toko Batu Akik di Grand Palladium Mall sudah sedikit. Ester sendiri tidaklah suka dengan Batu Akik dikarenakan bentuknya lebih cocok untuk orangtua, karena orangtuanya sendiri memakai Batu Akik. Ester juga berharap semoga pemertintah ikut andil dalam memperhatikan nasib-nasib pedagang yang sudah semakin sedikit dan gulung tikar.

4.3.14 Gracia Apriani Simangunsong

Gracia merupakan salah satu pengunjung di Grand Palladium Mall, yang bertempat tinggal di Jalan Kiwi Raya no. blok G-6 Perumnas Mandala. Wanita beretnis Batak ini berumur 21 tahun, berstatus lajang dan berprofesi sebagai Mahasiswa disalah satu universitas negeri di Medan.

Menurutnya awal mula kemunculan Batu Akik adalah Presiden SBY yang memberikan cindera mata kepada Presiden Amerika Serikat Barack Obama saat kunjungannya ke Indonesia, ia tidak mengetahui pasti berita itu, tetapi juga karena


(31)

banyaknya media yang meliput berita tentang Batu Akik bahkan tindakan kriminal pencurian Batu Akik hingga penembangan gelap. Di Kota Medan sendiri banyak pada saat itu meskipun sekarang berkurang, yang tersisa tinggal di Grand Palladium Mall menurutnya.

Gracia berpendapat perkembangan Batu Akik beberapa tahun terakhir awalnya sangat meningkat tetapi satu tahun terakhir mengalami penurunan drastis, ia beralasan kemungkinan masyarakat sudah mulai jenuh dengan Batu Akik ditambah lagi banyaknya tindakan penipuan akan keaslian Batu Akik, hingga kriminal karena fenomena Batu Akik ini. Gracia sendiri kurang tertarik dengan Batu Akik karena ia menganggap bentuknya yang kampungan karena besar dibandingkan perhiasan biasanya, Gracia sendiri memiliki teman yang menyukai Batu Akik di kampusnya sedangkan keluarga Gracia sendiri tidak ada yang menyukai Batu Akik. Ia berharap perkembangan Batu Akik terkhusus di Grand Palladium Mall agar lebih baik lagi, karena sudah banyak toko Batu Akik yang sudah tutup kemungkinan besar karena bangkrut.

4.3.15 Albert Simanjuntak

Albert merupakan salah satu pimpinan di Grand Palladium, yang bertempat tinggal di daerah Marindal. Pria beretnis Batak berumur 45 tahun dan berstatus sudah berkeluarga ini menjabat sebagai Manager Operasional.

Menurutnya belakangan sebelumnya peningkatan Batu Akik disebabkan karena Masyarakat yang terlalu mengkonsumsi berita yang beredar, sehingga mencari tahu tentang Batu Akik bahkan menjadi ketagihan. Tetapi bila kita lihat tidak semua masyarakat yang benar-benar menyukai Batu Akik ada saja yang


(32)

Cuma ikut-ikutan, ia juga menambahkan terkadang masyarakat tidak melihat dari kemampuan ekonominya, di Kota Medan sendiri yang ia ketahui Pemko Medan yang memanfaatkan kondisi yang ada sehingga membuat acara pameran Batu Akik yang menurutnya juga sebagai pemanfaatan momen. Grand Palladium Mall sendiri juga melihat ada celah dan media untuk mempopulerkan Batu Akik di Kota Medan, dan juga tempat yang nyaman dalam berdagang sehingga mengkhususkan satu lantai untuk menjual Batu Akik saja, dan ditambah adanya kebijakan untuk menggratiskan satu bulan pertama penyewaan kios.

Beliau berpendapat Perkembangan Batu Akik beberapa tahun terakhir menurun secara perlahan, tetapi dari segi peminat beliau berpendapat bahwa peminat Batu Akik mengalami peningkatan sekarang, yang dahulu belumlah terlalu tenar namun sekarang sudah dapat kita temukan banyak di Grand Palladium Mall, di Grand Palladium Mall sendiri membuka kios-kios penjual Batu Akik sejak Januari 2014, pada saat itu pedagang yang awalnya memanfaatkan momen atau tren ini sehingga membentuk suatu asosiasi, adapun semua pedagang Batu Akik di Grand Palladium Mall merupakan anggota asosiasi perkumpulan pedagang Batu Akik yang sudah memiliki sertifikat akan keaslian Batunya demi menjaga nilai kualitas dan kepercayaan konsumennya karena di Grand Palladium Mall sendiri tidak terbatas hanya menjual, tetapi adanya proses jual beli, baik itu pedagang maupun konsumen.

Beliau berpendapat perkembangan Batu Akik akan bangkit kembali, pecinta Batu Akik telah melalui proses seleksi alam dan mengalami peningkatan, mungkin diawal sebelumnya sebagian masyarakat hanya ingin tahu akan fenomena Batu Akik sehingga membeli tetapi tidak sebatas meminati atau


(33)

menggemari, tetapi dari proses itu akhirnya ada masyarakat yang ternyata menyukai Batu Akik, maka bila dibandingkan dengan dahulu sebelum Batu Akik mengalami ketenaran dan kita bandingkan dengan sekarang, Penggemarnya sudah jauh meningkat.

4.4 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penurunan Tren Batu Akik di Kota Medan

4.4.1 Menurunnya tingkat ekonomi masyarakat

Ekonomi merupakan salah satu tonggak dasar terpenting masyarakat dalam berkehidupan dimana turun naiknya tingkat ekonomi seseorang dapat mempengaruhi segala aspek, baik itu sosial maupun pola konsumsi masyarakat. Kemampuan kita mengontrol pola konsumsi dapat berpengaruh baik jika tingkat ekonomi sedang menurun, lebih mengendalikan kebutuhan ekonomi yang tidaklah terlalu penting dibandingkan kebutuhan yang pokok sendiri.

Masuknya pengaruh kapitalis tentunya sangat berpengaruh akan pola pikir masyarakat, dimana masyarakat melihat adanya celah peluang ekonomi tetapi tidak melihat kemampuan ekonominya ia sendiri, komoditas-komoditas yang menjadi primer oleh masyarakat dan proses bertahan yang akan ia hadapi. Cara yang dilakukan kapitalis untuk mempertahankan eksistensinya melalui fetisisme komoditas ialah mendominasi kebutuhan-kebutuhan riil manusia dengan ‘kebutuhan’ semu untuk melakukan pertukaran yaitu dengan mengkonsumi berbagai komoditas yang dihasilkan para produsen kapitalis tersebut. Dengan demikian, dalam fetisisme komoditas, asas pertukaran mengaburkan sekaligus


(34)

mendominasi asas manfaat dengan cara menyamarkan dirinya sebagai objek kenikmatan (Strinati, 2007).

Tidak dapat dipungkiri masyarakat telah dibutakan oleh tren-tren yang masuk sehingga tidak lagi bisa dibedakan mana kebutuhan yang primer maupun tidak, sehingga menyebabkan tingkat konsumsi yang berlebihan pada masyarakat. Tren batu akik sendiri yang awalnya hanya sebagai kebutuhan tambahan atau kita katakan tidaklah terlalu penting dikarenakan hanya sebagai penghias atau perhiasan bagi seseorang, tetapi ditengah peliputan media massa yang berlebihan ditambah lagi tingkat ekonomi masyarakat yang tengah goyah ditengah tidak adanya mata pencarian sehingga semakin menjamurnya orang-orang yang mencoba keuntungan dari batu akik dengan cara berdagang tetapi tidak melihat kemampuan komoditas ini dapat bertahan lama, dan apakah seluruh tingkat ekonomi masyarakat dapat menyentuhnya.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam Informan yang juga sebagai pedagang batu akik mengatakan tingkat ekonomi menjadi faktor penurunan tren batu akik. Hal ini terungkap dari Informan bernama Norman (29 Tahun) :

”...awalnya orang-orang kan enggak tau harga batu itu mahal atau murah. pertama memang kalo kita penjual ini untuk mengenalkan yang murahlah pertama kita jual, tapi kan sedikit untungnya trus yang agak mahal kita jual awalnya masih bisa orang beli masih banyak yang beli, Cuma lama-lama kan kita lihat udah makin berkurang apalagi kek sekarang sedikit kali sekali, ditambah mungkin memang ekonomi masyarakat yang udah menurun, orang-orang juga udah sadar batu akik sebenarnya tidak nya terlalu penting untuk banyak-banyak dibeli, kalo kami penjual ya nerima-nerima ajanya, namanya juga jualan”


(35)

Kesimpulannya faktor turunnya tingkat ekonomi masyarakat sehingga menyebabkan terjadinya penyadaran pola pikir akan konsumsi komoditas batu akik yang diman sebenarnya penting ataupun tidak telalu penting untuk dikonsumsi secara berlebihan.

Hal ini juga ditambahkan oleh salah satu informan yang juga sebagai pembeli batu akik yang juga mengemukakan mengapa turunnya tren batu akik. Hal ini terungkap dari Informan bernama Agus Salim (55 Tahun) :

”...orang-orang awalnya kan coba-coba tentang batu ini, tanpa ia tau berapa penghasilannya cukup atau tidak, kekmana besok ada gak lagi uangnya atau tidak, banyak memang masyarakat ini gak sadar, kayak saya sendiri aja pun mengalami kalau dikatakan bukan tidak mampu, tapi kita mengalami juga ekonomi ini menurun, kayak dia awal saya beli batu sering, bahkan dengan harga yang cukup mahal, tapi sekarang udah gak bisa lagi, apa-apa sekarang mahal uang sekolah anak pun mahal, bukan karena saya bosan ya, tapi ya itu tadi ya mungkin kalau saya banyak uang sanggup saya beli terus-menerus ya namanya saya suka dari dulu, sudah hobi. Gak tau lah kalau orang-orang lain yang saya rasa Cuma ikut-ikutan tapi terakhir ekonominya pun gak sanggup” (Hasil wawancara 12 Juli 2016)

Tidaklah terlau banyak perbedaan pendapat dengan informan sebelum nya yang juga sebagai pedagang batu akik, sehingga keseluruhan dapat kita simpulkan penurunan tingkat ekonomi merupakan faktor yang penting dalam naik turunnya tingkat konsumsi suatu komoditas apalagi komoditas itu bukan merupakan komoditas yang primer seperti batu akik.


(36)

4.4.2 Kurangnya promosi

Promosi merupakan faktor penting dalam peningkatan suatu tren komoditas, ditengah diperuntukkan untuk kepentingan para pedagang, juga diuntungkan oleh para pembeli sehingga lebih mengenal komoditas yang ingin dibelinya. Promosi pada batu akik sendiri sering dilakukan seperti acara pameran serta lomba batu akik, baik dari aspek keindahan maupun kerumitan suatu batu. Ditengah penurunan tren belakangan ini sangat jarang kita dengar ada lagi melakukan hal-hal yang bersifat promosi tersebut.

Hal ini juga ditambahkan oleh salah satu informan yang mengatakan promosi merupakan salah satu faktor penurunan tren pada batu akik. Hasil ini terungkap dari salah satu informan yaitu Jasmin Hadi Wijaya (23 Tahun) :

”...sekarang memang sudah gak ada lagi promosi-promosi batu, seperti dulu kan banyak itu ada pameran, lomba, sampe lelang macam-macamlah. Kayak di palladium ini sendiri dulu sering kali pameran hampir setiap bulan, di plaza medan fair juga begitu, bahkan lomba-lomba batu juga sering kita lihat dulu. Sampai ada yang diadakan pemerintah, Cuma memang tidak tau kenapa sudah gak ada lagi promosi-promosi seperti itu, kena juga sama kita pedagang-pedagang ini jadinya kan jualan gak laku lagi orang pun mengira udah gak ada lagi batu akik”

(Hasil wawancara 15 Juli 2016)

Hal ini juga dikemukakan oleh salah satu pembeli batu akik yang menjelaskan mengapa faktor promosi juga menjadi penurunan tren batu akik. Hasil ini terungkap dari salah satu informan yaitu Susanto (50 Tahun) :


(37)

mempopulerkannya melalui itu lomba, pameran acara-acara besar yang berguna untuk mengenalkan batu akik kepada oran-orang, perbedaannya mencolok kalau kita bandingkan sekarang sudah senyap. Bapak tidak menyalahkan ini salah pemerintah atau para pedagang atau pun pihak pengelola penjualan seperti mall ini. Cuma itu lah yang paling mendasar menurut saya.”

(Hasil wawancara 17 Juli 2016)

4.4.3 Menurunnya peliputan media massa

Media massa merupakan salah satu tonggak penting informasi atau pun berita, baik itu media elektronik maupun cetak. Media massa merupakan salah satu penyebab awal meningkatnya tren batu akik dimana hampir setiap waktu kita lihat ada saja pemberitaan tentang batu akik, nama batu akik sendiri adalah nama pembentukan dari media, dimana berimbas kepada seluruh jenis batu mulia bukan hanya batu alam. Media juga sempat memberitakan tentang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang sering memakai batu akik dan juga pemberitaan tentang penambangan batu akik sampai pada tindakan kriminal mengenai batu akik baik penambangan ilegal yang pernah terjadi di aceh hingga pencurian batu akik di toko-toko ditengah acara-acara televisi yang menampilkan para pesohor-pesohor tanah air yang mamakai batu akik.

Promosi tentang batu akik juga sering menjadi pemberitaan seperti pameran, lomba dan lain-lain. Seperti kita bahas terdahulu promosi merupakan hal yang penting dalam meningkatkan komoditas batu akik, tetapi media merupakan salah satu alat promosi dalam komoditas batu akik. Tetapi kita lihat sekarang jarang bahkan hampir tidak ada lagi ada pemberitaan tentang batu akik.


(38)

Hal ini juga dikemukakan oleh salah satu informan yang juga penjual batu akik, Hal ini terungkap oleh salah satu informan yaitu Yogi Alfajar (18 Tahun) :

”...dulu saya bang sering lihat berita asal saya lihat selalu tentang batu akik, ada yang berita bagus tentang pameran, kemunculan batu lain, sampai artis-artis yang pakai batu akik seperti band wali, dan artis-artis lain lah, belum lagi tentang orang penambang batu seperti di aceh, sewaktu heboh-heboh giok aceh bang. Adalagi yang orang mencuri batu, merampok sampai ditangkap polisi. Mungkin hal-hal kekgitu yang buat orang pengen tau tentang batu bang. saya sendiri pun tau jenis batu bang ya dari televisi salah satunya”

(Hasil wawancara 17 Juli 2016)

Hal ini juga ditambahkan oleh salah satu informan yang juga pembeli batu akik, Hal ini terungkap pada salah satu informan yaitu Maju Gurusinga (52 Tahun) :

”... awalnya batu akik sendiri menurut saya terkenal belakangan ini dikarenakan banyaknya orang melihat dari tentang batu akik di televisi kemudian dinilai batu akik bisa dipakai sebagai gaya, baik yang tua maupun muda, terjadinya heboh batu akik ini juga bukan hanya di medan, tetapi seluruh negeri semua yak arena siaran televise, baik film maupun acara acara berita. Dibandingkan dengan sekarang sudah tidak ada lagi saya lihat”

(Hasil wawancara 17 Juli 2016)

Pendapat diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa faktor media merupakan memiliki peran yang vital di masyarakat dalam mengenalkan dan mempromosikan suatu komoditas.


(39)

4.4.4 Adanya penggemar semu

Penggemar merupakan seseorang yang menggandrungi ataupun menyukai suatu barang ataupun komoditas yang bersifat materil dan juga sesuatu yang bersifat non materil. Tetapi terkadang ada saja kita lihat penggemar yang bersifat semu atau latah. Seperti pada penggemar batu akik sering kita temui belakangan terakhir, mengapa dikatakan penggemar semu karena adanya kisaran waktu yang tidak terlalu lama yang menyebabkan tingkat kebosanan masyarakat sehingga tidak lagi menyukai batu akik.

Dapat dikatakan lagi penggemar semu tidaklah dapat kita bedakan secara kasat mata pada waktu batu akik diatas trennya, tetapi dapat kita lihat sekarang dikala batu akik tidak lah menjadi tren lagi. Mulai dari tingkat konsumsinya yang sudah menurun bahkan sudah tidak lagi menggunakan batu akik.

Hal ini ditambahkan Pada fetisisme komoditas, kebutuhan seorang individu didominasi dan dikaburkan oleh suatu objek kenikmatan atau kepuasan semu yang diperoleh dari komoditas tersebut (Ripstein, 1987). Dalam relevansinya dengan kapitalisme, fetisisme menjadi salah satu pondasi yang menyebabkan kapitalisme tetap bertahan dan abadi. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Bourdieu (1989) melalui teori distingsi sosialnya bahwa status quo kapitalisme dipertahankan oleh perilaku individu-individu di dalamnya melalui cara konsumsi mereka dalam kehidupan sehari-hari. Akar konseptual Teori Fetisisme Komoditas berasal dari pemikiran Karl Marx. Komodifikasi bisa berfungsi mengamankan dominasi modal ekonomi.


(40)

Dengan kata lain pendapat ini lebih menguatkan akan keberadaan penggemar semu. Adapun hal ini juga terungkap dari salah satu informan yakni Tengku Zulpayan (57 Tahun) :

“…kemunculan batu akik cukup fenomenal belakangan ini meskipun sekarang menurut saya sudah sangat menurun, semua memang berawal karena sifat orang kita yang latah atau ikut-ikutan, sehingga tanpa mengetahui fungsi, kegunaannya, kepentingannya dan harganya. itu terjadi bukan hanya di jawa, tetapi di medan sendiri juga terjadi, kita bandingkan dengan kondisi sekarang yang sudah menurun, nah orang-orang yang menyukai diawal itu lah yang gak bisa kita prediksi, kita lihat dia menggemari ternyata tidak, Cuma ikut-ikutan saja.”

(Hasil wawancara 14 Juli 2016)

Hal demikian juga ditambahkan oleh salah satu informan yang juga merupakan pimpinan di Grand Palladium Mall yakni Albert Simanjuntak (45 Tahun) :

”...pada awal kita memang terkejut melihat peningkatan batu akik, kita juga melihat mesyarakat cenderung ketagihan batu, tapi tidak semua masyarakat menyukai, banyak yang Cuma ikut-ikutan saja, masyarakat dibutakan oleh batu akik tanpa melihat kemampuan mereka sehingga berdampak ke sekarang batu akik sangat menurun drastis, menurut saya kemarin banyak yang Cuma ikut-ikutan saja, ikut tren dan sebagainya tetapi kita lihat sekarang terjadi seperti seleksi alam yang tersisa ya Cuma orang yang benar-benar menggemari, meskipun ada saja yang bertambah dari sebelum batu akik populer.”


(41)

Dari pendapat diatas dapat kita simpulkan bahwa diawal kepopuleran batu akik banyak dari kita tertipu oleh kasat mata, dimana banyak orang yang kita lihat menggemari batu akik, ternyata hanyalah penggemar semu, yang cenderung ikut-ikutan dalam tren batu akik.

4.4.5 Banyak ditemukannya batu akik palsu

Kepopuleran tren batu akik tentunya sangat mengejutkan semua pihak ditambah lagi membludaknya para pedagang batu akik yang menjual berbagai jenis batu akik, dari segi kualitas hingga harga. Belakangan pada saat kepopuleran batu akik sering kita melihat orang-orang menggunakan senter dan melihat batu akiknya asli atau palsu dan berbagai cara untuk memastikan keasliannya.

Terlepas dari kepopuleran batu akik pada masa itu, disaat kita melihat banyaknya pedagang batu akik yang menjamur membuat kita sulit membedakan mana batu akik yang berkualitas dan tidak, bahkan mana yang asli dan tidak.

Hal ini ditambahkan salah satu informan yang juga pedagang batu akik mengungkapkan banyaknya beredar batu akik yang palsu sehingga menyebabkan penurunan tren batu akik. Hal ini dikemukakan oleh Dyllian (53 Tahun) :

”...banyak saya merugi kemungkinan ini juga bisa salah satu penyebabnya kenapa batu akik menurun, sering saya tertipu pedagang-pedagang lain juga sering tertipu, batu akik yang sudah kami beli mahal dari pemasok ternyata batu palsu, kalau saya tidak berani menjual batu yang palsu, tapi ada juga pedagang yang menjual palsu, kadang gak ketahuan, kadang ada yang ketahuan. Apalagi kalau di palladium ini kan semua pedagang harus menjual yang asli, tapi bukan hanya pedagang saja, konsumen juga ada yang menjual ke pedagang disitu terkadang


(42)

bisa dilaporkan ke petugas, kalau pedagang disini bisa ditutup tokonya, karena disini sudah ada agrement sama semua pedagang”

(Hasil wawancara 15 Juli 2016)

4.5 Alasan masyarakat masih dengan batu akik 4.5.1 Penggemar batu akik

Di lihat dari sisi estetika batu akik memiliki ciri khas dan ciri keindahan tersendiri dari jenis batu yang lain bahkan permata, kita tahu penggemar batu akik sudah ada jauh sebelum hingar-bingar batu akik sekitar 2-3 tahun yang lalu. Tetapi seperti yang kita lihat sebelumnya penggemar batu akik kebanyakan hanyalah pada kalangan orang tua ataupun lansia.

Batu akik sekarang kita lihat tidak hanya dipakai oleh kalangan orang tua saja, tetapi juga disukai kalangan anak muda meskipun secara kasat mata kita melihat lebih banyak disukai oleh kalangan orang tua. Penggemar batu akik pun dapat kita bagi dua klasifikasi yakni :

1. Penggemar lama batu akik

Penggemar lama batu akik diartikan sebagai penggemar yang sudah menggemari batu akik jauh sebelum batu akik mulai populer sekitar 2-3 Tahun yang lalu, pada kalangan penggemar lama batu akik kebanyakan merupakan kalangan orang tua, mereka menggemari batu akik kebanyakan karena keturunan dari orangtua, apapun itu jauh dari pengaruh media massa.

Hal ini juga ditambahkan oleh salah satu informan yang juga penggemar lama batu akik, yakni Agus Salim (55 Tahun) :


(43)

”...saya menyukai batu akik sudah lama, sejak masih muda karena orangtua saya juga suka, dan punya banyak batu akik sehingga saya pun memakai batu akiknya dan juga orang tua saya banyak memberi saya batu akik dulu berupa cincin dan kalung. Cuma saya melihat sekarang cukup senang batu akik populer meskipun sekarang sudah agak menurun, tapi paling tidak saya merasa bangga karena sudah menyukai batu akik cukup lama”

(Hasil wawancara 12 Juli 2016)

2. Penggemar baru batu akik

Penggemar baru batu akik merupakan penggemar yang menggemari batu akik sekitar 2-3 Tahun yang lalu dalam jangka waktu yang maksimal, ini dikarenakan penggemar baru batu akik adalah mereka yang mengenal batu akik dari proses-proses seperti media massa dan sebagainya. Penggemar baru batu akik juga telah melewati proses seleksi alam yang cukup lama sehingga sampai sekarang mereka masih bisa bertahan dengan batu akik meskipun sudah tidak lagi menjadi suatu tren yang populer, dengan demikian kemunculan penggemar baru batu akik menepis kemungkinan bahwa penggemar batu akik telah hasbis, bahkan penggemar batu akik semakin bertambah ditengah kemunculan penggemar baru batu akik.

Hal ini ditambahkan oleh salah satu informan yang juga penggemar baru batu akik, yakni Robert Simanjuntak (48 Tahun) :


(44)

”...sebenarnya saya bisa dibilang baru memakai batu akik baru sekitar 2 tahun, tapi 2 tahun itu saya juga melihat teman-teman saya yang dahulu menyukai batu akik, tidak lagi memaki batu akik, saya sendiri mengenal batu akik dari berbagai media tv ataupun internet. Mengetahui jenis-jenis batu juga dari tv dan internet, saya masih suka membeli batu akik sampai sekarang mungkin memang karena saya sudah jatuh cinta, ya walaupun orang bilang batu akik sudah tidak jaman lagi, tapi saya tetap memilih karena mungkin sudah suka itu ya, padahal saya lihat juga sudah jadi ada saja anak muda yang memakai batu akik bukan hanya orang seperti saya aja.”

(Hasil wawancara 14 Juli 2016)

Berdasarkan beberapa hal tadi dapatlah kita simpulkan kemunculan penggemar batu akik merupakan salah satu penyebab mengapa mereka masih bertahan dengan batu akik. Setelah kita bandingkan jauh sebelum batu akik dikenal dan dengan sekarang sudah lebih banyak yang mengetahui batu akik bahkan menyukainya dari berbagai kalangan.

4.5.2 Pengganti perhiasan

Perhiasan merupakan suatu yang lazim dipakai kita orang indonesia sebagai pemanis dalam berpenampilan, perhiasan juga dipakai sebagai simbol melambangkan kelas dari jenis perhiasan dan besar kecilnya perhiasannya.

Makna perhiasan sering sekali hanya dikatakan pada sebagian jenis yakni Emas, perak dan berlian. Tetapi di pasca trennya batu akik terjadi pergeseran makna akan perhiasan dari yang semula emas, perak, dan berlian menjadi batu akik. Tetapi terdapat kelemahan dari itu dikarenakan tidak adanya standar harga


(45)

yang pasti mengenai batu akik, berbeda dengan emas yang memiliki standar harganya tersendiri. Tetapi terlepas dari itu dikarenakan juga harga batu akik yang sebagian besar bersifat ekonomis atau lebih murah daripada emas dan sejenisnya. Sehingga menyebabkan sebagian masyarakat mulai menggunakan batu akik sebagai perhiasan.

Hal ini juga ditambahkan oleh salah satu informan yang juga pemakai batu akik sebagai perhiasan, yakni Berman Sembiring (51 Tahun) :

”... Batu akik itu perhiasan yang bisa dibilang mewah tidak kalah dengan emas apalagi dengan harga yang cukup terjangkau, sehingga banyak membuat masyarakat mengikuti tren biar dianggap tidak ketinggalan jaman ditengah harga emas yang mahal. Saya sendiri lebih menyukai batu akik sebagai perhiasan karena keunikannya warna-warni dan juga tidak memancing kejahatan, Karena orang kan kalau liat emas ini ada aja langsung timbul niat jahat, itu terlepas dari kemampuan ekonomi saya mampu membeli emas atau tidak, kalau emas sebenarnya saya sanggup Cuma kalau untuk dipakai saja lebih praktis saya pakai batu akik”

(Hasil wawancara 14 Juli 2016)

Dengan itu kita dapat menyimpulkan bahwa pola pikir masyarakat yang telah berubah terhadap makna perhiasan yang seolah sudah menjadi lebel tetapi kemunculan batu akik mengubah itu semua. Apalagi batu akik dapat dijangkau oleh berbagai kalangaan, baik atas maupun bawah.

4.5.3 Nilai ekonomi yang menjanjikan

Nilai ekonomi merupakan faktor yang dapat membuat kebertahanan suatu komoditas baik dari segi harga jual maupun sebaliknya. Nilai ekonomi yang


(46)

menjanjikan terlihat pada komoditas batu akik, meskipun dahulu luar biasa tetapi masih saja menjadi faktor kebertahanan pedagang sampai sekarang, bukan hanya pedangang tetapi konsumen yang ingin menjual batu akiknya juga.

Meskipun tidaklah sebanyak yang dahulu, tetapi masih ada pedagang dan konsumen yang memilih bertahan, ditengah permintaan yang sudah tidak telalu meningkat, tetapi berimbas pada harga batu akik yang tidak stabil.

Hal ini juga dikemukakan salah satu informan yang juga pedagang batu akik, yakni M.Sidiq (46 Tahun) :

”... karena menyukai batu sehingga saya berdagang tetapi karena tergiur omset ekonomi sehingga menimbulkan niatnya untuk berdagang batu, saya mendapatkan pasokan batu berasal dari wilayah Jakarta hingga luar negeri, saya memilih tetap bertahan dikarenakan telah berdagang cukup lama dan sudah menjadi mata pencarian pokok ya cukup menjanjikan lah dari keuntungannya walaupun tidak sebesar dulu tapi karena saya sudah punya langganan sendiri saya tidak khawatir tidak laku. Meskipun dahulu keuntungan saya bisa mencapai puluhan juta perbulannya dan sekarang hanya belasan juta perbulannya”

(Hasil wawancara 15 Juli 2016)

Dengan demikian hal ini dapat memperkuat kebertahanan para pedagang batu akik maupun konsumen batu akik yang memilih bertahan pada batu akik dari sisi ekonominya.

4.5.4 Nilai estetika dan mistis


(47)

hal ini merupakan salah satu budaya kita di Indonesia terlepas dengan kebenarannya tapi ini merupakan salah satu dari wujud kearifan lokal yang ada.

Terdapat juga pada salah satu informan yang juga salah satu pengguna dan pembeli batu, yakni Patas Silaban (49 Tahun) “

“…dahulu saat orang tua dulu memakai batu akik mereka berkata ke kita bahwa setiap batu akik baik berupa cincin atau pun tidak memiliki kekuatan atau kegunaan masing-masing batu, seperti pemanis dan lain-lain disamping nilai estetika dari batu yakni keindahan warnanya. Saya sebenarnya antara percaya dengan tidak tapi ada salah satu batu yang bisa panas dan berdiri tiba-tiba, saya lupa batu apa itu namanya. Saya sendiri punya batu, diberi saudara dari kampong katanya bisa berguna menolak santet atau guna-guna, ya percaya tidak percaya, tapi karena pemberian saudara, saya menghormatinya.”

(Hasil Wawancara 14 Juli 2016)

Kesimpulannya ia menanggap bahwa telepas dari sisi yang lain, batu akik memiliki penarik yang lain yakni nilai mistis dan estetika keindahan batu.

4.5.5 Dapat dijangkau semua kalangan

Berbeda dengan komoditas yang lain yang mungkin hanya dapat dipakai oleh kalangan tertentu saja seperti anting-anting emas dan berlian yang biasanya dipakai oleh wanita berbeda dengan batu akik, meskipun pada awalnya hanya dikonsumsi kebanyakan oleh kaum pria orangtua, tetapi sekarang sudah dapat dikonsumsi oleh para wanita dan juga pemuda. Bentuk batu akik yang sudah disesuaikan dengan era sekarang sehingga terlepas dari kesan kampungan, apalagi


(48)

Selain itu keberadaan batu akik gampang kita temui tidak terlepas harus ditempat mewah dan mahal, ataupun sebaliknya tidak hanya dipasar dan dipinggiran jalan.

Hal ini ditambahkan oleh salah satu informan yang juga pembeli batu akik, yakni Maju Gurusinga (52 Tahun) :

“…saya menggunakan batu akik salah satunya memang karena gampang didapat dan dijumpai, istri saya juga menggunakan batu akik ia melihat batu akik sudah cantik dan bisa dipakainya, meskipun sebelumnya ia tidak memakai batu akik, tapi karena sekarang sudah banyak model-model batu akik yang bagus seperti cincin, kalung dan ating. Saudara-saudara saya juga kalau berkumpul banyak yang menggunakan batu akik, mau yang muda sampai yang tua, meskipun tidak disemua tempat kita lihat hal yang sama. Kalau sekarang siapa saja bisa punya dan pakai batu akik, gak harus orang kaya atau orang miskin.”

(Hasil wawancara 16 Juli 2016)

Dari hal diatas dapat kita simpulkan bahwa sekarang semua orang bisa memakai batu akik, baik sebagai perhiasan ataupun hanya sekedar memakai, ditambah batu akik tidaklah terlepas pada satu kalangan ataupun gender baik kelas atas menengah maupun kelas bawah. Dengan kata lain kemunculan batu akik dapat kita katakana lebih merakyat.


(49)

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan tentang turunnya tren batu akik di kota medan pada studi kasus di grand palladium mall, dapat disimpulkan bahwa :

1. Penurunan tren batu akik sekarang ini berimbas kepada semua pihak, termasuk para pedagang dalam mencari nafkah.

2. Tingkat perekonomian masyarakat sangat mempengaruhi dalam kebertahanan suatu komoditas, seperti batu akik.

3. Media massa merupakan hal yang paling penting pada peningkatan suatu komoditas, baik secara promosi maupun sosialisasi.

4. Keberadaan batu akik palsu juga merupakan salah satu penyebab turunnya minat masyarakat dalam mengkonsumsi batu akik, hal ini terjadi karena adanya celah ekonomi dan adanya sebagian masyarakat minim pengetahuan tentang batu akik.

5. Penggemar batu akik sesungguhnya telah mengalami peningkatan pesat, bila kita menarik kembali sebelum gejolak batu akik pada tahun 2013-2014 kemarin.

6. Penggemar batu akik juga dibagi dua yakni, Penggemar lama batu akik dan Penggemar baru batu akik.

7. Penggemar lama batu akik merupakan pengklasifikasian pada penggemar batu akik yang sudah lama menggemari jauh sebelum gejala tren batu akik sekitar tahun 2013-2014.


(50)

8. Penggemar baru batu akik merupakan pengklasifikasian pada penggemar batu akik yang menggemari batu akik paling lama dimulai sejak tahun 2013-2014.

9. Batu akik juga sering digunakan sebagai alternatif pengganti perhiasan. 10.Nilai ekonomi yang menjanjikan juga merupakan salah satu faktor

mengapa batu akik masih bertahan hingga sekarang

11. Sebagian kalangan menilai batu akik memiliki kemampuan mistis, kepercayaan kekuatan mistis ini juga sudah terjadi lama, tetapi masih dipercayai dan dianut oleh sebagian masyarakat.

12.Batu akik memiliki keunikan yakni dapat dimiliki dan dikonsumsi oleh semua kalangan baik orangtua maupun anak muda, baik pria maupun wanita. Batu akik juga dapat kita temui disegala tempat.

5.2 Saran

Melihat dari hasil penelitian, adapun peneliti menampilkan saran yang dianjurkan demi meretas masalah gejala sosial yang ada. Yakni:

1. Masyarakat haruslah lebih cerdas dalam menanggapi gejala-gejala sosial ataupun tren-tren yang datang, jika ingin ikut berpartisipasi dalam konsumsi suatu komoditas haruslah didalami penting atau tidak nya komoditas itu bagi dirinya.

2. Masyarakat haruslah lebih selektif dalam keikutsertaannya pada suatu komoditas, selain melihat dari sisi ekonomi tentunya masyarakat harus lebih melihat seberapa lama komoditas ini dapat bertahan dalam pasar.


(51)

3. Kepada pemerintah daerah maupun pusat, diharapkan dapat menjadi pengontrol dalam suatu gejala atau tren, seperti pada kasus batu akik sesungguhnya ini merupakan hal positif bila pemerintah terus tanpa henti mengadakan promosi dan sosialisasi akan batu akik, apalagi batu akik merupakan kekayaan alam kita.

4. Pemerintah lebih memperhatikan nasib pedagang batu akik yang sudah terlanjur membuka toko batu akik, karena secara tidak langsung pemerintah ikut andil dalam promosi batu akik diawal, sehingga terkesan tidak bertanggung jawab akan promosi dan sosialisasi komoditas batu akik.

5. Diharapkan kepada masyarakat agar juga lebih berinovasi dalam berdagang batu akik, apalagi kita tahu tren batu akik sekarang yang tengah menurun, guna tetap membuat pedagang bertahan akan dagangannya.

6. Kepada peneliti lain, disarankan untuk melakukan penelitian sejenis dengan skala penelitian yang lebih luas untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih akurat dan kredibel.


(52)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Sosial Sebagai Suatu Paradigma

Paradigma perilaku sosial yang berbeda dengan paradigma fakta sosial dan paradigma defenisi sosial. Menurut Skinner (George, 2003 :69-72), paradigma definisi sosial dan fakta sosial memiliki sifat sulit untuk dijelaskan secara rasional. Setiap realita dan fenomena yang terdapat pada kedua paradigma tersebut, tidak mudah untuk dipecahkan dengan kerasionalan pikiran manusia. Skinner menyebut persoalan ini dengan istilah “mistik”. Hal ini dikarenakan, paradigma fakta sosial memiliki struktur sosial dan pranata sosial yang menjadi obyek studi. Ketika terjadi suatu rangsangan atau stimulus dari luar diri, keberadaan paradigma defenisi sosial merupakan sebagai penyelidik bagi hal-hal yang terjadi dalam pemikiran manusia berupa “tanggapan kreatif”. Jadi, bagi Skinner, paradima perilaku sosial merupakan obyek studi sosiologis yang konkrit-realistis (kelihatan dan terdapat peluang untuk terjadi pengulangan).

Paradigma perilaku sosial memusatkan perhatiannya kepada hubungan antara individu dan lingkungannya yang terdiri atas :

1. Beragam obyek sosial.

2. Beragam obyek non-sosial.

Paradigma ini, memiliki prinsip untuk menguasai hubungan antara individu dengan obyek sosial dan hubungan antara individu dengan obyek non-sosial. Dapat ditarik kesimpulan secara singkat, bahwa pada intinya paradigma perilaku sosial merupakan tingkah laku individu yang berlangsung dalam


(53)

hubungannya dengan faktor lingkungan yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam faktor lingkungan yang menimbulkan perubahan terhadap tingkah laku.

Dalam paradigma ini, interaksi adalah media terjadi perubahan tingkah laku dalam lingkungan aktor,di mana hubungan fungsional terjadi pada proses tersebut. Hanya saja, pada paradigma ini, sifatnya lebih mekanik, yakni kurang memiliki kebebasan, dibandingkan dengan paradigma lain, seperti paradigma defenidi sosial yang lebih dapat menginterpretasikan stimulus yang diterima dan paradigma fakta sosial lebih kepada norma-norma, nilai-nilai, serta struktur sosial yang terdapat pada tingkah laku.

2.2 Gaya Hidup Pada Masyarakat Postmodern

Di era globalisasi saat ini, manusia tidak hanya sekedar sebagai pelaku ekonomi primer, sekunder dan tersier biasa. Akan tetapi hampir dalam ketiga kebutuhan utama tersebut, manusia harus mengontrol setiap kegiatan ekonomi mereka. Namun, tidak jarang kita melihat, bahwa sebagian individu mengonsumsi secara berlebih dan memiliki barang dan jasa yang berbeda sesuai dengan kebutuhannya serta mengikuti fenomena yang muncul atau “booming” belakangan ini. Manusia tidak bisa lepas sebagai konsumen utama dalam setiap proses kegiatan ekonomi. Hal ini dikarenakan manusia merupakan makhluk hidup yang terus maju dalam pencapaian kebutuhan, untuk kelangsungan hidupnya. Sebagai konsumen, manusia akan mengalami perubahan sosial, terutama dalam tingkah laku dalam kehidupannya.


(54)

Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (Tatik, 2008 : 5), hal tersebut merupakan perilaku konsumen, di mana konsumen secara langsung melakukan tindakan dalam hal mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan tersebut.

Dari sisi pemenuhan kebutuhan, konsumen memilih jenis kebutuhan yang disesuaikan dengan gaya hidup mereka. Gaya hidup menunjukkan pada bagaimana seseorang mengalokasikan pendapatannya, dan memilih produk maupun jasa dan berbagai pilihan lainnya ketika memilih alternative dalam satu kategori jenis produk yang ada, berdasarkan perspektif ekonomi. sedangkan melihat dari perspektif pemasaran, tampak jelas bahwa konsumen yang memiliki gaya hidup yang sama akan mengelompokkan dengan sendrinya ke dalam satu kelompok berdasarkan apa yang mereka minati untuk menghabiskan waktu senggang dan bagaimana mereka membelanjakan uangnya. Seiring dengan perkembangan waktu, gaya hidup terus mengalami perubahan baik di masyarakat yang masih tradisional sampai kepada masyarakat modern, terutama pada masyarakat postmodern, ataupun gaya hidup akan barang konsumsi yang cenderung modern ataupun berbalik ke tahap tradisional. Bagi pemilik modal, perubahan gaya hidup merupakan kesempatan bagi mereka untuk menciptakan inovasi baru seperti produk-produk dan menyesuaikan produknya sesuai dengan gaya hidup pasar yang dituju (Tatik, 2008 : 73).

Menurut Kamar, istilah postmodernitas menunjuk pada suatu epos, jangka waktu, zaman atau masa, sosial dan politik yang biasanya terlihat mengiringi era modern dalam suatu pemahaman sejarah. Postmodernisme sebagai bagian dari era


(55)

globalisasi, mengarahkan manusia kepada budaya yang baru. Perkembangan postmodernisme tidak hanya mengarahkan pada sisi budaya, akan tetapi intelektual, artistik dan akademik secara spesifik (Mike, 2005 : 87-103). Postmodernisme menunjuk pada satu produk budaya (dalam seni, arsitektur dan sebagainya) yang terlihat berbeda dengan produk budaya manusia modern. Jadi, definisi postmodern meliputi suatu epos sejarah baru, produk budaya baru, serta tipe teori baru yang menjelaskan dunia sosial (Nanang, 2011: 112).

Menurut Gidden (Mike, 2005 : 69), budaya postmodern dapat dihubungkan dengan pilihannya dengan strategi menengah yang mencoba untuk melebihi dualitas objektifisme dan relativisme melalui perkembangan ‘ontologi potensial’ sebagai bagian dari teori strukturasinya.

Bagi Vattimo (Mike, 2005 : 80), menekankan bahwa postmodern tidak hanya difahami sebagai yang mengartikan suatu perpecahan sejarah yang menunjuk pada suatu gerakan di atas modernitas. Postmodernime melibatkan berbagai gagasan mengenai epoch postmetafisik dan epoch postmodern, dengan penolakkan terhadap ide para modernis tentang perkembangan sejarah, atau titik pandang yang menyatukan yang dapat dihadapkan pada sejarah. Akibatnya selalu ada akhir dari sejarah dan baru sekarang inilah kita dapat mengakui dan menerimanya. Kritik postmodernisme dan penolakkan atas meta-naratif modernitas yang kesemuanya mencoba untuk memasukkan pengertian tentang koherensi dan daya meyakinkan dalam sejarah, menjauhkan kita dari universalisasi menuju kekhususan pengetahuan lokal.


(56)

Modernisme merupakan tahap awal yang dilalui sebelum memasuk babak awal postmodern. Hal ini dikemukakan oleh Smart (George, 2007 : 629) ketika membedakan tiga pendirian pemikiran mengenai postmodern, diantaranya :

1. Pendirian yang ekstrem menyatakan bahwa masyarakat modern telah

terputus dan sama sekali telah digantikan oleh masyarakat postmodern.

2. Pendirian yang menyatakan bahwa meski telah terjadi perubahan,

postmodernisme muncul dan terus berkembang bersama dengan modernism.

3. Pendirian Smart sendiri yang lebih memandang modernisme dan

postmodern sebagai zaman.

Dampak dari modernisasi itu sendiri membawa perubahan terhadap masyarakat tradisional, ditandai dengan masuknya teknologi dan media massa. Serta membentuk sistem startifikasi di dalam masyarakat. Pada masyarakat modern telah terjadinya pergeseran dalam peluang hidup di berbagai strata sosial. Masyarakat modern mengalami proses diferensiasi dalam kelas sosial. Ketika sistem stratifikasi sosial terbentuk, maka kita tidak dapat memungkiri bahwa terbentuk juga gengsi sosial di dalam masyarakat. Gengsi sosial atau prestise dapat diwujudkan dalam berbagai cara pada masyrakat modern. Gengsi sosial tidak hanya sekedar dari cara berpakaian atau melalui berbagai atribut yang melekat di dalam diri seseorang, tetapi juga melalui bahasa yang dipakai dalam berkomunikasi, tempat rekreasi, tempat belanja, tempat makan, serta merek baju yang digunakan (Nanang, 2011: 96).


(57)

Menurut Baudrillard, ini dikarenakan setiap individu dalam suatu masyarakat mengalami diferensiasi, diskriminasi sosial dan di setiap organisasi struktural akan mendasarkan pada penggunaan dan distribusi harta kekayaan.

Posmodernitas menurut Baudrillard adalah dunia yang penuh dengan simbol dan citra. Termasuk dalam konsumsi. Ketika orang mengkonsumsi, maka yang dikonsumsi sebenarnya bukan nilai barang, namun citra atas barang tersebut. Citra atas suatu barang yang dimaksudkan dalam hal ini adalah bagaimana barang tersebut dapat mempengaruhi diri individu atau kelompok ketika menggunakannya, dengan kata lain membawa status bagi orang yang memakainya. Dalam pandangan Baudrillard, kapitalisme akhir memanfaatkan mesin hasrat tersebut untuk terus membelenggu masyarakat dalam jerat konsumerisme. Praktik-praktik konsumsi selanjutnya menjadi gaya hidup masyarakat. Konsumsi menjadi cara pandang (baru) masyarakat.

Menurut Baudrillard, masyarakat konsumsi merupakan konsep kunci dalam pemikirannya untuk menunjukkan gejala konsumerisme yang sangat luar biasa dan telah menjadi bagian dari gaya hidup manusia modern melalui yang menjadi objek konsumsi, yakni barang dan jasa. Masyarakat konsumsi menjadi topik diskusi oleh Baudrillard dengan melihat dampak dari globalisasi yang semakin meluas di seluruh dunia. Terjadinya globalisasi, dipicu oleh adanya sistem kapitalisasi di berbagai sektor kehidupan, seperti ekonomi, sosial, politik, pendidikan dan lain sebagainya. Namun, dalam pembahasan kali ini paham kapitalisme diangkat berdasarkan sektor ekonomi, yang mempengaruhi pangsa pasar di dunia (Nanang, 2011 : 130).


(1)

• Bapak Drs. Junjungan Simanjuntak SBP Simanjuntak, M.Si, selaku dosen pembimbing sekaligus dosen wali penulis yang dengan kesabaran meluangkan waktu, pikiran, serta perhatian dalam membimbing penulis dalam menyelesaikan perkuliahan sekaligus skripsi ini.

• Para dosen Sosiologi dan dosen FISIP USU, yang selama ini telah mengajarkan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjalani perkuliahan

• Seluruh staf administrasi di Departemen Sosiologi dan FISIP USU

• Bapak Albert Ragam Simanjuntak, selaku Manager Operasional Grand Palladium Mall, yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di daerah ini.

• Seluruh informan, yang telah menyediakan waktu untuk memberikan semua informasi yang penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi ini. • Untuk seluruh rekan-rekan juang GMNI FISIP USU dan juga GMNI

sejajaran Kota Medan yang senantiasa tiada henti setia dan tulus berjuang bersama-sama selama ini

• Untuk seluruh sahabat-sahabat Sosiologi 2010 yang selalu bersama-sama selama ini, Adian, Agusta, Riswan, Indra, Ribel,Yamin, Tri, Lambok, Hivo, Natalia, Johan, Veby, Imam, Angel, Melisa, Wensdy, Ari, Adi dan kawan-kawan yang lainnya. Terima Kasih atas semua dukungan dan semangat kalian, kalian adalah sahabat-sahabat yang tidak pernah penulis lupakan.


(2)

• Untuk seluruh adik-adik Sosiologi 2011 sampai 2014 Ega, Econ, Theo, Bany, Holong, Ivo, Frangky dan adik-adik yang lain yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu.

• Buat rekan bermusik penulis, Jona, Redwin, Candro yang sudah 7 tahun bersama-sama bekerja keras dan menyemangati penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata, penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih mengandung kekurangan. Oleh karena itu dengan rendah hati, penulis menerima segala saran-saran, masukan-masukan dan kritikan yang membangun dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua, baik langsung maupun tidak langsung.

Medan, Oktober 2016


(3)

ABSTRAK

Tren merupakan gaya ataupun mode yang sedang populer atau dipakai pada saat ini. Kemunculan batu akik merupakan sesuatu tren yang menghebohkan seluruh tanah air pada saat itu. Meskipun penurunan tren sudah terjadi sekarang. Oleh karena itu peneliti mulai memfokuskan sebab menurunnya tren batu akik, secara lingkup peneliti mengambil contoh kasus di pusat penjualan batu akik di kota medan.

Didalam penelitian ini memiliki tujuan agar kita lebih mengetahui faktor-faktor apa yang menyebabkan penurunan suatu tren pada umunya disamping juga menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya dimasyarakat, dan juga peneliti berharap adanya penelitian yang melanjutkan penelitian ini guna tujuan akademik yang lebih baik.

Dari hasil penelitian, peneliti banyak melihat faktor-faktor yang baru dimana membuat batu akik tidak lagi menjadi suatu tren tetapi masih saja ada sebagian kalangan yang masih setia dengan batu akik. Hasil penelitian ini juga membahas bagaimana pasang-surut pedangan batu akik dalam mempertahankan dagangannya walaupun bisa dikatakan tidak lagi menjadi tren.


(4)

ABSTRACT

A trend or fashion styles that are currently popular or used at present. The emergence of agate is something horrendous trend throughout the country at the time. Despite the downward trend is already happening now. Therefore, researchers have begun to focus because the declining trend of agate, In the scope of researchers took a case in the sales center of agate in Medan city.

In this study has the aim that we would know what factors are causing a decline in the trend in general while also explaining what actually happened in the community, and also researchers hope their study that further research to better academic purposes.

From the research, the researchers saw a lot of new factors which make agate no longer a trend but there are still some people who are still loyal to the agate. The results of this study also discusses how the tidal pedangan agate in maintaining merchandise although it can be said is no longer a trend.


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK……….. i

KATA PENGANTAR ……… iii

DAFTAR ISI……… vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………..……… 1

1.2 Rumusan Masalah………. 8

1.3 Tujuan Penelitian….………. 8

1.4 Manfaat Penelitian….……… 9

1.5 Definisi Konsep….……… 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Sosial Sebagai Suatu Paradigma….……….….... 12

2.2 Gaya Hidup Pada Masyarakat Postmodern….……… 13

2.3 Budaya Populer….……….. 20

2.4 Teori Fetisisme Komoditas….……… 25

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian….……….. 28

3.2 Lokasi Penelitian….……… 28

3.3 Unit Analisis Dan Informan….………... 29

3.3.1 Unit Analisis….……….. 29

3.3.2 Informan….………. 29

3.4 Teknik Pengumpulan Data….……….. 30

3.5 Interpretasi Data….……….. 32


(6)

3.7 Keterbatasan Penelitian….………... 33

BAB IV HASIL DAN INTERPRETASI DATA 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian….………. 35

4.2 Karakteristik Informan….……… 36

4.2.1 Karakteristik Informan Berdasarkan Umur….………... 36

4.2.2 Karakteristik Informan Berdasarkan Jenis Kelamin………... 37

4.2.3 Karakteristik Informan Berdasarkan Suku……….. 37

4.2.4 Karakteristik Informan Berdasarkan Agama…….…………. 38

4.2.5 Karakteristik Informan Berdasarkan Pekerjaan……….. 39

4.3 Profil Informan….….………... 39

4.4 Faktor-Faktor Yang Memperngaruhi Penurunan Tren Batu Akik Di Kota Medan….……… 57

4.4.1 Menurunnya Tingkat Ekonomi Masyarakat……… 57

4.4.2 Kurangnya Promosi………. 60

4.4.3 Menurunnya Peliputan Media Massa……….. 61

4.4.4 Adanya Penggemar Semu………... 63

4.4.5 Banyak Ditemukannya Batu Akik Palsu……… 65

4.5 Alasan Masyarakat Masih Dengan Batu Akik……… 66

4.5.1 Penggemar Batu Akik……… 66

4.5.2 Pengganti Perhiasan……… 68

4.5.3 Nilai Ekonomi Yang Menjanjikan……….. 69

4.5.4 Nilai Estetika Dan Mistis……… 70

4.5.5 Dapat Dijangkau Semua Kalangan………. 71

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan……… 73

5.2 Saran….….……… 74