Penegakan Hukum Terhadap Tempat Rekreasi dan Olahraga

h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi Daerah. i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi. j. Menghentikan penyidikan. k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. 3 Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasilnya kepada penuntut umum sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Pasal 27 dinyatakan bahwa : 1 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, akan diatur kemudian dengan Keputusan Kepala Daerah sepanjang mengenai pelaksanaannya. 2 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Medan No. 3 Tahun 1999 tentang Retribusi Tempat Rekreasi dan Oleh Raga dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 28 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Medan.

F. Penegakan Hukum Terhadap Tempat Rekreasi dan Olahraga

Hukum adalah sarana yang di dalamnya terkandung nilai-nilai atau konsep tentang keadilan, kebenaran dan kemanfaatan sosial dan sebagainya. Kandungan hukum itu bersifat abstrak. Menurut Satjipto Rahardjo sebagaimana di kutip oleh Ridwan H.R, penegakan hukum pada hakikatnya merupakan penegakan ide-ide Universitas Sumatera Utara atau konsep yang abstrak itu. Penegakan hukum adalah usaha untuk mewujudkan ide-ide tersebut menjadi kenyataan. 31 Masalah penegakan hukum merupakan masalah universal. Tiap Negara mengalaminya masing-masing, dengan falsafah dan caranya sendiri-sendiri, berusaha mewujudkan tegaknya hukum di dalam masyarakat. Tindakan tegas dengan kekerasan, ketatnya penjagaan, hukuman berat, tidak selalu menjamin tegaknya hukum. Apabila masyarakat yang bersangkutan tidak memahami hakekat hukum yang menjadi pedoman akan menghambat hukum dan disiplin hukum. 32 Secara konsepsional, maka inti dan arti penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaidah- kaidah yang mantap dan mengejawantah dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. Konsepsi yang mempunyai dasar filosofis tersebut, memerlukan penjelasan lebih lanjut, sehingga akan tampak lebih konkret. 33 Kegiatan penegakan hukum pertama-tama ditujukan guna meningkatkan ketertiban dan kepastian hukum dalam masyarakat. Dalam rangka usaha ini maka akan dimantapkan sistem koordinasi serta penyerasian tugas-tugas antara instansi penegak hukum. Usaha menegakan hukum juga meliputi kegiatan meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada hukum dan penegak-penegaknya. 34 Penegakan hukum sebagai suatu proses, pada hakikatnya merupakan penerapan diskresi yang menyangkut membuat keputusan yang tidak secara ketat diatur oleh kaidah hukum, akan tetapi mempunyai unsur penilaian pribadi. Dengan mengutip pendapat Roscoe Pound, maka La Favre menyatakan, bahwa pada hakikatnya diskresi berada di antara hukum dan moral etika dalam arti 31 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, UII Press, Cetakan Kedua, Yogyakarta, 2003, hal.229 32 Soedjono, Penegakan Hukum dalam Sistem Pertahanan Sipil, Karya Nusantara,Bandung, 1998, hal.1 33 Soerjono Soekanto, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakkan Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hal. 2 34 Ibid. hal 3 Universitas Sumatera Utara sempit. Atas dasar uraian tersebut dapatlah dikatakan, bahwa gangguan terhadap penegakan hukum mungkin terjadi, apabila ada ketidakserasian antara “tritunggal” nilai, kaidah dan pola perilaku. Gangguan tersebut terjadi apabila terjadi ketidakserasian antara nilai-nilai yang berpasangan, yang menjelma di dalam kaidah-kaidah yang bersimpang siur, dan pola perilaku tidak terarah yang mengganggu kedamaian pergaulan hidup. 35 Soerjono Soekanto, ada lima faktor yang mempengaruhi penegakkan hukum: Oleh karena itu dapatlah dikatakan, bahwa penegakan hokum bukanlah semata-mata berarti pelaksanaan perundang-undangan, walaupun di dalam kenyataan di Indonesia kecenderungannya adalah demikian, sehingga pengertian law enforcement begitu populer. Selain itu, ada kecenderungan yang kuat untuk mengartikan penegakan hukum sebagai pelaksanaan keputusan-keputusan hakim. Perlu dicatat, bahwa pendapat-pendapat yang agak sempit tersebut mempunyai kelemahan-kelemahan, apabila pelaksanaan perundang-undangan atau keputusan- keputusan hakim tersebut malahan mengganggu kedamaian di dalam pergaulan hidup. 36 1. Faktor hukumnya sendiri 2. Faktor penegak hukum, yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun yang menerapkan hokum 3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakkan hokum 4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan 5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan karsa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup. Sudikno Mertokusumo, dalam menegakan hukum ada tiga unsur yang harus selalu diperhatikan, yaitu: 37 35 Ibid. hal 9 36 Soerjono Soekanto, Op.Cit, hal.4-5 37 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Cetakan Kedua, Yogyakarta, 2005, hal.1. Universitas Sumatera Utara 1. Kepastian hukum Rechtssicherheit; Kepastian hukum merupakan perlindungan yustisiabel terhadap tindakan sewenang-wenang, yang berarti bahwa seseorang akan memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam keadaan tertentu. Masyarakat mengharapkan adanya kepastian hukum, karena dengan adanya kepastian hukum masyarakat akan lebih tertib. 2. Kemanfaatan Zweckmassigkeit; Hukum adalah untuk manusia, maka pelaksanaan hukum atau penegakan hukum harus memberi manfaat atau kegunaan bagi masyarakat. Jangan sampai justru karena hukumnya dilaksanakan atau ditegakan timbul keresahan di dalam masyarakat. 3. Keadilan Gerechtigkeit Masyarakat sangat berkepentingan bahwa dalam pelaksanaan atau penegakan hukum, keadilan diperhatikan. Dalam pelaksanaan atau penegakan hukum harus adil. Hukum tidak identik dengan keadilan. Hukum itu bersifat umum, mengikat setiap orang, bersifat menyamaratakan. Tegoeh Soejono, bagian yang sangat penting dalam pelaksanaan penegakan hukum adalah peranan dari penegak hukum untuk mencermati kasus posisi dengan segala kaitannya termasuk pihak-pihak yang terlibat dalam suatu kasus. Upaya tersebut membutuhkan suatu kecermatan yang terkait pada ketentuan perundang-undangan yang dilanggarnya. Apakah memang ada tindakan yang dikualifikasikan melanggar peraturan perundangundangan tertentu dan kalau benar sejauh mana. Dalam pelaksanaan tersebut tentunya harus dilakukan penafsiran interpretasi yang cukup mendalam dan karenanya diperlukan adanya dedikasi, kejujuran dan kinerja yang tinggi. 38 Dalam suatu negara hukum, pengawasan terhadap tindakan pemerintahan dimaksudkan agar pemerintah dalam menjalankan aktivitasnya sesuai dengan norma-norma hukum, sebagai suatu upaya preventif, dan juga dimaksudkan untuk mengembalikan pada situasi sebelum terjadinya pelanggaran norma-norma 38 Tegoeh Soejono, Penegakan Hukum di Indonesia, Prestasi Pustaka, Cetakan Pertama, Jakarta, 2006, hal.136-137 Universitas Sumatera Utara hukum, sebagai upaya represif. Di samping itu, yang terpenting adalah bahwa pengawasan ini diupayakan dalam rangka memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat. Sarana penegakan hukum itu di samping pengawasan adalah sanksi. Sanksi merupakan bagian penting dalam setiap peraturan perundang-undangan. Sangsi biasanya diletakkan pada bagian akhir setiap peraturan yang dalam bahasa latin dapat disebut in cauda venenum, artinya di ujung suatu kaidah hukum terdapat sanksi. 39 Arti sanksi adalah reaksi tentang tingkah laku, dibolehkan atau tidak dibolehkan atau reaksi terhadap pelanggaran norma, menjaga keseimbanganya dalam kehidupan masyarakat. 40 Dalam Huku m Adminisrasi Negara dikenal beberapa macam sanksi, yaitu : 41 a. Bestururdwang; b. Penarikan kembali keputusan ketetapan yang menguntungkan; c. Pengenaan denda administrative d. Pengenaan uang paksa oleh pemerintah dwangsom. Dwangsom dapat duraikan sebagai tindakan-tindakan yang nyata dari penguasa guna mengakhiri suatu keadaan yang dilarang oleh suatu kaidah hukum administrasi atau bila masih melakukan apa yang seharusnya ditinggalkan oleh para warga karena bertentangan dengan undang-undang. 42 Penarikan kembali suatu keputusan ketetapan yang menguntungkan. Pencabutan ini dilakukan dengan mengeluarkan suatu ketetapan baru yang isinya menarik kembali danatau menyatakan tidak berlaku lagi ketetapan yang terdahulu. Penarikan kembali ketetapan yang menguntungkan berarti meniadakan hak-hak yang terdapat dalam ketetapan itu oleh organ pemerintahan. 43 39 Ibid, hal.233 40 A.W Widjaja, Etika Administrasi Negara, Bumi Aksara, Cetakan Kedua, Jakarta, 1999, hal.21 41 Philipus M. Hadjon, et.all, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta,1993, hal.245 42 Ibid, hal.246 43 Ridwan HR, Op.Cit, hlm.243 Universitas Sumatera Utara Pengenaan denda adminsitratif dimaksudkan untuk menambah hukuman yang pasti, terutama denda administrasi yang terdapat dalam hukum pajak. Pembuat undang-undang dapat memberikan wewenang kepada organ pemerintah untuk menjatuhkan hukuman yang berupa denda terhadap seseorang yang telah melakukan pelanggaran peraturan perundang-undangan. 44 Pengenaan uang paksa dalam hukum admninistrasi dapat dikenakan kepada seseorang atau warga negara yang tidak mematuhi atau melanggar ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah, sebagai alternatif dari tindakan paksaan pemerintahan. 45 Kegunaan sanksi adalah sebagai berikut : 46 a. Pengukuhan perbuatan secara norma b. Alat pemaksa bertindak sesuai dengan norma c. Untuk menghukum perbuatantindakan diangap tidak sesuai dengan norma d. Merupakan ancaman hukuman terhadap pelanggaran norma. Satjipto Rahardjo, penegakan hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan hukum menjadi kenyataan. Yang disebut keinginan-keinginan hukum dalam hal ini adalah pikiran-pikiran badan pembuat undang-undang yang dirumuskan dalam peraturan-peraturan hukum itu. 47 Dengan demikian, apabila kita membicarakan penegakan hukum pada hakikatnya kita berbicara mengenai penegakan ide-ide serta konsep-konsep yang notabone bersifat abstrak. Apabila dirumuskan secara lain maka penegakan hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan tersebut menjadi kenyataan. Proses mewujudkan ide-ide inilah yang merupakan hakikat penegakan hukum. Apabila kita sudah mulai berbicara mengenai perwujudan ide-ide yang abstrak menjadi kenyataan, sebetulnya kita sudah memasuki bidang manajemen 48 44 Ibid, hal.247-248 45 Ibid, hal. 246 46 A.W Widjaja, Etika Administrasi Negara, Bumi Aksara, Cetakan Kedua, Jakarta, 1999, hal.21 47 Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum, suatu Tinjauan Sosiologis, Bandung : Sinar Baru, 1984 hal 24 48 Ibid. hal. 15 Universitas Sumatera Utara Penegakan hukum merupakan serangkaian aktivitas, upaya atau tindakan dengan mengorganisasikan berbagai instrument untuk mewujudkan apa yang dicita-citakan oleh pembentuk hukum. Sekaligus dapat dikatakan bahwa penegakan hukum bukan upaya yang terpisah dari proses hukum itu sendiri. Khususnya dibidang perizinan, penegakan hukum mestinya berkaitan dengan cita dasar pembentukan serangkaian ketentuan di bidang perizinan, perumusan cita hukum tersebut dalam norma hukum yang tentunya luas dan banyak sekali. Penegakan hukum tidak hanya dimaknai sebagai tindakan memaksa orang atau pihak yang tidak mentaati ketentuan yang berlaku supaya menjadi penuh, yaitu tindakan yang lebih bersifat represif. Penegakan hukum juga dapat dimaknai sebagai kemungkinan mempengaruhi orang atau berbagai pihak yang terkait pelaksanaan ketentuan hukum sehingga hukum dapat berlaku sebagaimana adanya dan sebagaimana mestinya. Kalau makna yang terakhir itu dimasukkan sebagai bagian dari pengertian penegakan hukum, maka sosialisasi, penyuluhan, pendidikan dan pemberian pemahaman di bidang perizinan bagi masyarakat menjadi hal yang tidak terpisahkan dari penegakan hukum dalam arti luas di bidang perizinan khusus tempat Rekreasi Dan Olahraga. Penegakan hukum preventif merupakan serangkaian upaya tindakan yang dimaksudkan sebagai pencegahan agar tidak terjadi pelanggaran atau penyimpangan ketentuan yang ada. Dalam hal ini, didasarkan pada pengandaian bahwa hukum yang dibuat dalam bentuk peraturan itu sekaligus mencerminkan kehendak pembuatnya. Kehendak pembuat, hukum merupakan hal yang selaras yang selaras dengan cita hukum yang akan diwujudkan. Penegakkan hukum preventif dapat dilakukan dengan memberikan bekal pemahaman dan kesadaran bagi masyarakat maupun pihak-pihak yang berkaitan dengan masalah perizinan agar memahami apa yang diinginkan oleh pembuat peraturan perundang-undangan. Hal itu dapat dilakukan dengan penyuluhan, sosialisasi dan motivasi tentang pelaksanaan ketentuan perizinan yang ada dan diinginkan oleh pembuat peraturan perundang-undangan. Di samping itu, penegakan hukum secara preventif juga dapat dilakukan dengan melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan, baik secara sistematis maupun tidak. Universitas Sumatera Utara Sebagai contoh, untuk untuk pengambilan keputusan tertentu di bidang perizinan. Sebelum dilakukan pengambilan keputusan terlebih dahulu diberikan kesempatan kepada masyarakat sekitar untuk memberikan pendapat, saran, masukan atau keberatan dan menolak keputusan dimaksud. Dengan adanya kesempatan bagi public untuk memberikan pendapat, saran, masukan dan sebagainya diharapkan kemungkinan adanya penyimpangan dalam praktik pelaksanaanya dapat diperkecil. Tidak harus menunggu ada sengketa dulu baru ditangani atau diselesaikan. Sebagaimana telah diketahui bahwa hukum adalah perilaku masyarakat, maka dalam pemberdayaan hukum nampak jelas kalau peraturan daerah retribusi tempat rekreasi dan olahraga tidak mempunyai kemampuan sebagai tata perilaku masyarakat, sehingga perlu diupayakan agar menjadi mampu menjadi tata perilaku masyarakat. Ada dua fungsi yang dapat dijalankan oleh hukum dalam masyarakat, yaitu sebagai sarana kontrol social dan sebagai sarana untuk melakukan rekayasa sosial. 49 Dalam proses pembentukan hukum tersebut maka partisipasi masyarakat luas perlu untuk mendapatkan perhatian dan ditingkatkan sebagai bagian penting dalam usaha untuk proses sosialisasi hukum dengan merata sebagai bagian dari pembentukan hukum. Sedangkan penegakan hukum pada hakekatnya berkaitan dengan suatu upaya penegakan ide-ide dan konsep-konsep sehingga menjadi kenyataan. Ide-ide yang dimaksud menyangkut tentang keadilan, kepastian hukum, serta kemanfaatan sosial, demikian dinyatakan Gustav Radbuch 50 Penegakan hukum pada dasarnya suatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan hukum menjadi kenyataan. Yang disebut sebagai pembuat undang-undang yang dirumuskan dalam peraturan-peraturan itu. Perlunya pembicaraan mengenai proses penegakkan hukum ini menjangkau pula mengenai pembuatan hukum. Perumusan pikiran pembuat hukum yang dituangkan dalam peraturan hukum akan menentukan bagaimana penegakan hukum dijalankan. 51 49 Soerjono, Soekanto, Pengantar Sosiologi Hukum, Jakarta : Bharata, 1999, hal 56 50 Satjipto Rahardjo, Mengajarkan Keteraturan Menemukan Ketidakteraturan Teaching Order Finding Disorder, Semarang : Fakultas Hukum UNDIP, 2000 hal 15 51 Satjipto, Op. Cit. hal 24 Universitas Sumatera Utara 52 BAB IV KENDALA-KENDALA YANG TIMBUL DALAM PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA

A. Kendala dalam Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan No. 31

Dokumen yang terkait

Prosedur Perolehan Izin Tempat Hiburan Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Peraturan Daerah Kota Medan Peraturan Daerah (Perda) Kota Medan No 37 Tahun 2002, Tentang Pendirian Lokasi Usaha Rekreasi Dan Hiburan Umum)

3 63 92

Implementasi Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan Ditinjau dari Hukum Administrasi Negara (Studi Kota Medan)

1 46 79

Prosedur Izin Pengelolaan Pelataran Parkir Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2002

1 2 7

Prosedur Izin Pengelolaan Pelataran Parkir Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2002

0 0 12

Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 31 Tahun 2002 Tentang Tempat Rekreasi dan Olahraga Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara

0 0 7

Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 31 Tahun 2002 Tentang Tempat Rekreasi dan Olahraga Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara

0 0 1

Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 31 Tahun 2002 Tentang Tempat Rekreasi dan Olahraga Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara

0 0 15

Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 31 Tahun 2002 Tentang Tempat Rekreasi dan Olahraga Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara

0 0 10

Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 31 Tahun 2002 Tentang Tempat Rekreasi dan Olahraga Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara

0 0 3

Prosedur Perolehan Izin Tempat Hiburan Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Peraturan Daerah Kota Medan Peraturan Daerah (Perda) Kota Medan No 37 Tahun 2002, Tentang Pendirian Lokasi Usaha Rekreasi Dan Hiburan Umum)

0 0 10