Kendala dalam Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan No. 31

52 BAB IV KENDALA-KENDALA YANG TIMBUL DALAM PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA

A. Kendala dalam Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan No. 31

Tahun 2002 Tentang Tempat Rekreasi dan Olahraga Kota pada masa sekarang ini semakin tidak memperhatikan sisi-sisi kemanusiaan dan hubungan sosial dengan masyarakat sekitar,dengan semakin terbukanya lahan di kota yang dapat berfungsi sebagai tempat orang-orang dapat memanusiakan dirinya setelah melewati harinya yang monoton,penuh dengan persaingan dan berbagai macam tuntutan hidup yang menekan. Manusia dalam kehidupannya selalu memerlukan tiga hal yang paling pokok,yaitu : sandang,pangan,dan papan.Selain itu ada juga kebutuhan untuk menunjang kelangsungan hidup yaitu sekolah dan bekerja.Serta kebutuhan untuk keseimbangan hidup untuk setiap individu yaitu agama,sosialisasi,dan rekreasi.Didalam hidupnya,manusia memerlukan pemenuhan terhadap ketiga kebutuhan tersebut untuk mendapatkan keseimbangan rohani dan jasmani.Hal ini termasuk juga kebutuhan seseorang untuk beristirahat dan bersosialisasi dengan manusia lainnya. Kota pada masa sekarang ini semakin tidak memperhatikan sisi-sisi kemanusiaan dan hubungan sosial dengan masyarakat sekitar,dengan semakin terbukanya lahan di kota yang dapat berfungsi sebagai tempat orang-orang dapat memanusiakan dirinya setelah melewati harinya yang monoton,penuh dengan persaingan dan berbagai macam tuntutan hidup yang menekan. Manusia dalam kehidupannya selalu memerlukan tiga hal yang paling pokok,yaitu : sandang,pangan,dan papan.Selain itu ada juga kebutuhan untuk menunjang kelangsungan hidup yaitu sekolah dan bekerja.Serta kebutuhan untuk keseimbangan hidup untuk setiap individu yaitu agama,sosialisasi,dan rekreasi.Didalam hidupnya,manusia memerlukan pemenuhan terhadap ketiga kebutuhan tersebut untuk mendapatkan keseimbangan rohani dan jasmani.Hal ini Universitas Sumatera Utara termasuk juga kebutuhan seseorang untuk beristirahat dan bersosialisasi dengan manusia lainnya. Mengingat pelaksanaan suatu kebijakan merupakan kegiatan yang sifatnya interaktif, maka tidak bisa terlepas dari berbagai faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan maupun kegagalan dalam pelaksanaannya. Demikian pula halnya dalam pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan No. 31 Tahun 2002 tentang Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga. Beberapa faktor yang diidentifikasi menjadi kendala pelaksanaa Perda tersebut antara lain : 1. Sumber Daya Kendala yang terkait dengan sumber daya terutama disebabkan oleh terbatasnya dana. Terbatasnya dana mengakibatkan ada beberapa kegiatan yang tidak terlaksanakan secara maksimal, seperti penyuluhan dan monitoring. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa, ketersediaan dana secara memadai memegang peranan penting dalam pelaksanaan kebijakan karan mempengaruhi kinerja 52 2. Komunikasi Komunikasi merupakan elemen yang sangat penting dalam pelaksanaan Perda No. 31 Tahun 2002 tentang Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga, karena melalui komunikasi informasi yang berkaitan dengan kebijakan tersebut dapat diketahui oleh sasaran kebijakan. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa kurang lancarnya komunikasi yang terjalin antara aparat dengan masyarakat disebakan karena kurang maksimalnya pelaksanaan sosialisasi khususnya dalam bentuk penyuluhan. Hal ini mengakibatkan rendahnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya tempat rekreasi dan olahraga. Bahwa penyuluhan merupakan sarana sosialisasi yang sangat penting dalam pelaksanaan kebijakan. Karena melalui forum penyuluhan akan terjalin komunikasi dua arah antara aparat dengan masyarakat, sehingga berbagai informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan Perda yang belum dan ingin diketahui oleh masyarakat dapat ditanyakan langsung dan dapat segera 52 Samodra Wibawa, dkk, Evaluasi Kebijakan Publik, Jakarta : Raja Grafindo Persada, hal 19 Universitas Sumatera Utara memperoleh jawaban dari pihak yang kompeten. Pemahaman tentang substansi kebijakan akan meningkatkan dukungan masyarakat terhadap kebijakan. 3. Sikap Aparat Dalam pelaksanaan pelayanan tempat rekreasi dan olahraga aparat belum sepenuhnya memenuhi komitmennya, yaitu memberikan pelayanan yang mudah, murah dan memuaskan. Hal ini terlihat dari penetapan prosedur dan persyaratan pengurusan tempat rekreasi dan olahraga yang dirasakan oleh masyarakat cenderung sulit dan berbelit-belit sehingga justru mengakibatkan pelayanan menjadi sulit, mahal dan lama. Bahwa pelaksanaan kebijakan, tidak terlepas dari kesanggupan aparat dalam melaksanakan apa yang sudah menjadi komitmennya. Karena jika tidak, akan menyebabkan munculnya kekecewaan dari masyarakat yang berdampak pada rendahnya dukungan mereka terhadap kebijakan. 4. Sistem dan Kelembagaan Perizinan Sistem yang digunakan dalam penanganan perizinan di satu daerah dapat berbeda dengan di daerah lain. Suatu sistem selalu diikuti oleh struktur dan eksitensi kelembagaan yang membersikan wadah penanganan terpadu belum mendesak. Apabila sistem yang dipilih dalam penanganan perizinan bersifat terpadu, mau tidak mau harus ada lembaga yang secara khusus menangani perizinan. Adanya kelembagaan yang baru dibentuk acap kali membawa konsekuensi yang tidak sedikit. Bahkan, konsekuensi itu sudah terasa sebelum institusi tersebut benar-benar terbentuk, misalnya soal bentuk instansi yang berwenangan menangani izin, apakah kantor, dinas, atau yang lain? Pemilihan bentuk dari sekian pilihan akan membawa konsekuensi tertentu. Apabila berbentuk kantor, tingkatan jenjang jabatan pimpinannya kadang kala dapat mengganggu apabila harus berkoordinasi dengan instansi teknis yang jenjang jabatan pimpinannya lebih tinggi. Sebaliknya, apabila dipilih bentuk dinas, akan ada tingkat yang sama dengan dinas teknis lainnya, namun apakah ini bias menimbulkan kecemburuan baru atau tidak, harus diperhatikan. Universitas Sumatera Utara Kelembagaan tersebut tentu diarahkan untuk dapat menangani sejumlah izin yang ada di provinsikabupatenkota yang bersangkutan. Ada daerah tertentu yang jenis perizinannya begitu banyak, ada pula yang sedikit. Ada lagi yang secara normatif tertulis jenis izinnya begitu banyak, tetapi yang sering dimohonkan oleh warga dan ditangani pemerintah sesungguhnya hanya sedikit. Kiranya pemerintahan daerah perlu mempertimbangkan hal ini. 5. Kondisi dan Tuntutan Masyarakat Di daerah-daerah tertentu yang frekuensi permohonan izinya rendah, pemerintah daerah tidak terlalu terbebani untuk memikirkan waktu penyelesaian dan prioritas penyelesaian permohonan izin, tidak mau harus ada solusi untuk menanganinya. Masyarakat tentu menghendaki pelayanan di bidang perizinan yang cepat, murah, sekaligus segera dapat dimanfaatkan. Hanya harus diingat bahwa instansi yang menangani perizinan tidak bekerja sendirian. Tidak jarang mereka harus berkoordinasi dengan instansi lain, dengan menunggu rekomendasi dari instansi lain, yang tidak selalu di mengerti oleh masyarakat. Masyarakat memahami bahwa untuk memperoleh izin cukup dengan mengajukan permohonan. Yang kadang-kadang luput dari pemahaman masyarakat adalah kemungkianan permohonan itu tidak dikabulkan, entah karena persyaratan tak terpenuhi, kesalahan memenuhi syarat, atau memang karena izin yang dimohonkan itu bertentangan dengan peraturan yang ada. Pemerintahan di sejumlah daerah telah berusaha memnuhi tuntutan warganya, tetapi tidak semuanya dapat memberikan pemahaman yang meyakinkan kepada warga masyarakat mengenai upaya yang mereka lakukan. 6. Sarana dan Prasarana Pendukung Sarana dan prasarana pendukung kegiatan untuk menjalankan sistem perizinan cukup banyak. Apabila penanganan perizinan dilakukan oleh suatu dinas, misalnya, mau tidak mau harus disediakan perlengkapan kantor, gedung, penunjangan, dan sebagainya, juga sarana transportasi akomodasi untuk pengecekan lapangan. Belum semua daerah dapat mewujudkan harapan dari tuntutan ideal mengenai sarana dan prasarana. Bahkan, sejumlah daerah mengeluhkan hal-hal Universitas Sumatera Utara kecil seperti rak buku, lemari, meja, termasuk papan untuk memasang publikasi di front office. Tidak ketinggalan saran trasportasi, meskipun instansinya baru berdiri, kendaraan yang disediakan sudah tua yang rewel di lapangan. Beruntunglah sejumlah daerah yang telah mampu memenuhi tuntutan sarana dan prasarana ini. Bahkan ada daerah yang telah melengkapi saran informasi publikasi secara lengkap dengan website, call center, layanan SMS, leaflet, layanan dengan teknologi layar sentuh, dan sebagainya. 7. Sumber Daya Manusia Keluhan yang tidak jarang terdengar di kantor pemerintahan daerah adalah soal sumber daya manusia. Banyaknya pegawai pemerintah daerah tidak menjadi jaminan bahwa pekerjaan, tugas, dan tanggung jawab di instansi tersebut akan beres. Di beberapa daerah, soal jumlah pegawai tidak menjadi masalah, soal keahlian dan kecakapanlah yang menjadi masalah. Sebagai contoh, yang sekarang membutuhkan banyak tenaga yang memadai, tetapi belum terpenuhi adalah bidang teknologi informasi dan data. Di sejumlah daerah bagian ini kerap disebut “bagian data dan TI”. Idealnya, yang menangani bidang tersebut adalah mereka yang mempunyai keahlian memadai, bahkan kalau bisa yang mempunyai latar belakang pendidikan di bidang tersebut. Kenyataannya dilapangan sering terjadi bidang data TI diisi oleh pegawai yang tidak mempunyai keahlian yang seharusnya. Ada yang berasal dari disiplin hukum, teknologi lingkungan, sejarah, sastra, ekonomi, dan sebagainya. Mereka terpaksa harus dibekali keterampilan secara kilat untuk menangani bidang itu, yang tentu hasilnya belum bisa optimal. Kenyataan tersebut tidak jarang disebabkan kesalahan rekrutmen atau karena kebijakan di bidang kepegawaian kurang tepat. Mengenai penempatan pegawai dalam rangka manajemen kepegawaian, tidak selayaknya hanya mengejar tempat kerja, tetapi juga harus dilihat kapasitas dan kapabilitasnya. Kebijakan di bidang kepegawaian yang menampung pegwai yang dimutasi agar tidak berhenti menjadi pegawai memang ada baiknya dari sisi ketenagakerjaan, tetapi menjadi persoalan tersendiri dalam penanganan pekerjaan. Universitas Sumatera Utara 8. Ketersediaan Dana Kesuksesan yang dialami oleh sejumlah pemerintah daerah dalam memberikan layanan kepada warganya memang layak mendapatkan apresiasi, tetapi tidak semua upaya itu dapat berjalan mulus. Idealisme yang bagus dalam hal perizinan tidak akan dapat berjalan tanpa ketersediaan dana yang memadai. Oleh karena itu, hal ini menjadi persoalan tersendiri. Tidak mudah kalau tidak dikatakan mustahil, membuat program layanan publik tanpa pendanaan. Sejumlah daerah mempunyai potensi alam yang melimpah dapat digunakan untuk mendukung program kerja mereka, termasuk dalam penanganan perizinan, sedangkan daerah yang potensi pendapatan daerahnya terbatas oleh jadi terpikir ulang dalam hal anggaran. Mereka tentu akan memberikan prioritas kepada masalah-masalah yang lebih mendasar, seperti penanganan pangan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Soal perizinan yang lebih bersifat layanan administrasi mendapatkan perhatian berikutnya. Disamping persoalan-persoalan tersebut, ada potensi permasalahan dalam penanganan perizinan. Soal tarik-menarik kepentingan antardaerah atau daerah dan pusat merupakan persoalan yang sering terjadi. Persoalan tentang kebijakan yang tidak melihat ke depan dalam jangka panjang, misalnya soal kelestarian lingkungan, ketersediaan dan keberlangsungan sumber daya alam, keutuhan alur sejarah dan budaya, dan lain-lain. Setiap daerah dituntut untuk memahami dan mampu mengatasi setiap persoalan-persoalan tersebut dengan baik. a. Sarana transportasi terlalu jauh letaknya, sehingga orang yang ingin menyewa merasa malas untuk menyelenggaran event di Gelanggang olahraga di Kota Medan. b. Tempat Gelanggang olahraga terkadang letaknya tidak strategis serta fasilitas yang tidak memadai dan struktur bangunannya terkadang tidak sesuai untuk penyelenggaraan event-event tertentu. c. Adanya stadarisasi lapangan dari lembaga lain yang bergerak di bidang olahraga misalnya di lapangan stadion teladan untuk di gelarnya suatu pertandingan harus memenuhi syarat tertentu agar pertandingan sepakbola skala internasional maupun nasional bisa laksanakan di kota Medan. Universitas Sumatera Utara d. Rumput dan lampu stadion teladan belum sampai pada stadar untuk digelarnya pertandingan sepakbola sekala internasional e. Adanya aksi para pengunjung yang dirasa tidak nyaman diarea lokasi tempat pelaksanaan acara di gelanggang olah raga tersebut, misal membuat onar atau kegaduhan, dan merusak fasilitas yang ada diacara tersebut, seperti kemarahan supporter yang berujung pada pengerusakan fasilitas stadion dan lain sebagainya. f. Sarana Olahraga lainya; 1. Vellodrome tempatnya jauh dari kota sehingga sarana transportasi menjadi kendala bagi pihak-pihak yang mau menyewa tempat tersebut. 2. Lapangan lainya misalnya lapangan di kebun bunga dan lapangan kecil lainnya tarif yang di tetapkan dalam perda untuk penggunaan lapangan tersebut masih tidak sesuai apabila diterapkan, karena dengan tarif yang kecil itu tidak cukup apabila digunakan sebagai perawatan. Upaya pelaksanaan pembangunan atau penyediaan sarana dan penataan lingkungan dibidang tempat rekreasi dan olahraga yang ada di Kota Medan diarahkan kepada hal-hal yang menunjang untuk pengelolaan dan perawatan dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan sarana atau fasilitas disetiap obyek tempat rekreasi dan olahraga tersebut, meningkatkan partisipasi masyarakat dan pengusaha di Kota Medan, meningkatkan minat investasi baik dari pihak pemerintah maupun pihak swasta yang bergerak di bidang jasa retribusi dan meningkatkan koordinasi dengan dinas atau Instansi dalam penyelenggaraan pembangunan obyek sarana tempat rekreasi dan olahraga sehingga pendapatan yang masuk dari sektor retribusi tempat rekreasi dan olahraga dapat meningkat. 53 a. Terwujudnya peningkatan dan pengembangan sarana atau fasilitas di setiap obyek tempat rekreasi dan olahraga. Sasaran kegiatan pengembangan sarana tempat rekreasi dan olahraga di Kota Medan sebagai berikut : 53 http:ardhityaeintrekreasior.blogspot.com201210pengertian-olahraga-rekreasi.html, diakses tanggal 1 Juni 2013 Universitas Sumatera Utara b. Terwujudnya peningkatan penataan dan pengelolaan lingkungan tempat rekreasi yang ada di Velodrome, Stadion Teladan, Lapangan Merdeka dan sarana olahraga lainya. c. Terciptanya respon masyarakat dan pengusaha yang turut serta dalam menciptakan sarana tempat rekreasi yang menarik perhatian para pengunjung Velodrome, Stadion Teladan, Lapangan Merdeka dan sarana olahraga lainya. d. Terciptanya minat investasi atau orang dan lembaga lain yang mau menyewa tempat baik dari pihak pemerintah maupun pihak swasta yang berkaitan dengan event-event yang diadakan. e. Terciptanya peningkatan koordinasi dengan Dinas atau Instansi maupun UPT Dinas kepemudaan dan olahraga dalam penyelenggaraan event tempat rekreasi di Velodrome, Stadion Teladan dan sarana olahraga lainya. Agar sasaran tersebut dapat tercapai maka program yang diambil adalah melengkapi sarana dan prasarana di setiap obyek tempat rekreasi dan olahraga, sosialisasi yang intensif terhadap para pelaku jasa usaha dibidang event penyelenggaraan yang ada di tempat rekreasi dan olahraga, untuk lebih mematuhi segala kewajibannya dalam melaksanakan usahanya, Sosialisasi Badan atau Lembaga pemerintah dan swasta lingkup pemerintah Kota Medan agar mengetahui pentingnya mendukung keberhasilan sektor sarana tempat rekreasi dan gelanggang olahraga yang ada di Kota Medan, serta dapat meningkatkan kerjasama dengan Sekolah, kampus, perusahaan, Dinas, Instansi, lembaga, Badan pemerintah maupun swasta, terbukti dengan adanya upaya yang dilakukan oleh Dinas Kepemudaan dan Olahraga Kota Medan, obyek tempat rekreasi dan olahraga mengalami perkembangan baik segi fisik maupun jumlah pengunjung yang pada akhirnya berpengaruh pada peningkatan pendapatan retribusinya, retribusi jasa usaha memberikan sumbangan tidak sedikit terhadap pendapatan asli daerah khusus untuk retribusi jasa usaha kota Medan selama 3 tahun terakhir ini selalu meningkat. Universitas Sumatera Utara

B. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan

Dokumen yang terkait

Prosedur Perolehan Izin Tempat Hiburan Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Peraturan Daerah Kota Medan Peraturan Daerah (Perda) Kota Medan No 37 Tahun 2002, Tentang Pendirian Lokasi Usaha Rekreasi Dan Hiburan Umum)

3 63 92

Implementasi Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan Ditinjau dari Hukum Administrasi Negara (Studi Kota Medan)

1 46 79

Prosedur Izin Pengelolaan Pelataran Parkir Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2002

1 2 7

Prosedur Izin Pengelolaan Pelataran Parkir Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2002

0 0 12

Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 31 Tahun 2002 Tentang Tempat Rekreasi dan Olahraga Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara

0 0 7

Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 31 Tahun 2002 Tentang Tempat Rekreasi dan Olahraga Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara

0 0 1

Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 31 Tahun 2002 Tentang Tempat Rekreasi dan Olahraga Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara

0 0 15

Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 31 Tahun 2002 Tentang Tempat Rekreasi dan Olahraga Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara

0 0 10

Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 31 Tahun 2002 Tentang Tempat Rekreasi dan Olahraga Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara

0 0 3

Prosedur Perolehan Izin Tempat Hiburan Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Peraturan Daerah Kota Medan Peraturan Daerah (Perda) Kota Medan No 37 Tahun 2002, Tentang Pendirian Lokasi Usaha Rekreasi Dan Hiburan Umum)

0 0 10