3.2 Objek Penelitian
Objek penelitian pada penelitian kualitatif menjelaskan tentang apa yang menjadi sasaran penelitian yang secara konkret tergambar dalam fokus masalah
penelitian. Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah tingkat pemahaman mahasiswa Ilmu Komunikasi terhadap literasi media.
3.3 Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian kualitatif disebut sebagai informan, yaitu orang pada latar penelitian yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi
mengenai situasi dan kondisi latar penelitian Moleong, 2010:132. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Sumatera Utara. Adapun kriteria subjek penelitian, yaitu:
1. Subjek penelitian adalah mahasiswa aktif Departemen Ilmu Komunikasi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. 2.
Subjek penelitian merupakan mahasiswa angkatan 2014. 3.
Subjek penelitian aktif dalam media sosial. 4.
Subjek penelitian mengakses media sosial minimal 5 kali dalam sehari.
5. Subjek penelitian mengakses berita online minimal 1 kali dalam sehari.
3.4 Kerangka Analisis
Berdasarkan bagan diatas, peneliti mengambil beberapa mahasiswa Ilmu Komunikasi angakatan tahun 2014 sebagai informan dalam penelitian. Fokus
Mahasiswa Kesadaran Kritis
Isi pesan media baikburuk
Literasi Media
Universitas Sumatera Utara
utama yang ingin diteliti adalah untuk mengetahui bagaimanakah kesadaran kritis mahasiswa Ilmu Komunikasi dalam media sosial dalam konteks literasi media.
3.5 Unit Analisis
Menurut Spradly unit analisis pada umumnya dilakukan untuk memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh tentang situasi sosial yang
diteliti oleh objek penelitian. Unit analisis dalam penelitian ini meliputi tiga komponen Sugiyono, 2005: 68, yaitu;
1. Tempat Place, dimana interaksi dalam penelitian ini berlangsung.
Tempat berlangsungnya adalah di kota Medan, Sumatera Utara. 2.
Pelaku Actor, pelaku dalam penelitian ini adalah subjek penelitian sebagai informan yang sesuai dengan penelitian ini. Dalam hal ini adalah
mahasiswa Ilmu Komunikasi stambuk 2014 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
3. Kegiatan Activity, kegiatan yang dilakukan oleh pelaku dalam situasi
yang sedang berlangsung dalam hal memiliki kesadaran kritis terhadap sosial media.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data adalah cara-cara atau upaya yang ditempuh peneliti dalam mengumpulkan data-data yang relevan dengan masalah penelitian.
3.6.1 Metode Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a.
Metode wawancara mendalam Merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan
cara tanya jawab sambil menatap muka antara pewawancara dengan informan, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana
pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama Bungin, 2010: 108.
Universitas Sumatera Utara
b. Pengamatan atau observasi
Pengamatan adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatanya melalui hasil kerja pancaindra mata dibantu oleh
pancaindra lainnya. Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan
dan pengindraan.
3.6.2 Keabsahan data
Penelitian kualitatif menghadapi persoalan penting mengenai pengujian keabsahan hasil penelitian. Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan
kebenarannya karena beberapa hal Bungin, 2008: 253:
1. Subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian
kualitatif. 2.
Alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi. 3.
Sumber data kualitatif yang kurang kredibel akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian.
Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a.
Perpanjangan Keikutsertaan Kehadiran peneliti dalam setiap tahap penelitian kualitatif membantu
peneliti untuk memahami semua data yang dihimpun dalam penelitian. Peneliti kualitatif adalah orang yang langsung melakukan wawancara
dan observasi dengan informan-informannya. Karena itu peneliti kualitatif adalah peneliti yang memiliki waktu yang lama bersama
dengan informan dilapangan, bahkan sampai kejenuhan pengumpulan data yang tercapai Bungin, 2008: 254.
b. Ketekunan Pengamatan
Untuk memperoleh derajat keabsahan yang tinggi, maka jalan penting lainnya adalah dengan meningkatkan ketekunan dalam pengamatan di
lapangan. Pengamatan bukanlah suatu teknik pengumpulan data yang hanya mengandalkan kemampuan pancaindra, namun juga
menggunakan semua pancaindra termasuk adalah pendengaran, perasaan, dan insting peneliti. Dengan meningkatkan ketekunan
Universitas Sumatera Utara
pengamatan di lapangan maka derajat keabsahan data telah ditingkatkan pula Bungin, 2008: 256.
3.6.3 Teknik Analisis Data
Bogdan dan Biklen Moleong, 2010:248 menjelaskan bahwa analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengeorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang bisa dikelola, mensistesiskannya, mencari dan sampai menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan yang dipelajari, dan memutuskan apa yang bisa diceritakan kepada orang lain. Peneliti mendapat data dari informan yang memiliki kriteria sesuai
dengan yang ditetapkan oleh peneliti dalam penelitian ini. Kemudian peneliti menggunakan teknik analisis data dengan model yang disebutkan oleh Miles dan
Huberman Sugiyono, 2005: 92 dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1.
Melakukan reduksi data yaitu merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan hal yang dianggap penting untuk penelitian. Data yang
diperoleh di lapangan memiliki jumlah yang cukup banyak sehingga diperlukan analisis data melalui teknik reduksi. Dengan demikian akan
terlihat jelas gambaran dari penelitian yang bertujuan untuk mempermudah peneliti dalam melakukan pengumpulan data selanjutnya
bila diperlukan. 2.
Penyajian data. Data didapatkan dari pengamatan dan metode lainnya akan disajikan dalam bentuk berupa teks naratif, grafik, dan lain sebagainya.
3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan
masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti- bukti yang kuat dan mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada awal didukung oleh data-data yang valid maka kesimpulan yang dikemukakan adalah
kesimpulan yang valid. Analisis dataa pada penelitian ini akan dimulai dengan pengumpulan data-
data, dan kemudian menelaah semua data yang terkumpul baik data primer maupun data sekunder. Hasil dari data yang diperoleh dengan teknik
Universitas Sumatera Utara
pengumpulan data kemudian selanjutnya disusun membentuk hasil laporan yang sistematis, dan selanjutnya data yang disusun akan dibagi menjadi data yang
utama dan data penjelas serta diklasifikasikan untuk membuat ikhtisar dan untuk mendapatkan kesimpulannya. Setelah itu, hasil dari penelitian kemudian disajikan
didalam pembahasan secara deskriptif yang didukung teori.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil Penelitian
Hasil penelitian adalah hasil yang diperoleh peneliti yang berupa hasil dari wawancara, observasi dan data yang didapat oleh peneliti selama dalam proses
penelitian. Pada penelitian ini, proses wawancara dilakukan dengan empat orang informan yang merupakan mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan tahun 2014.
Pada bab ini akan dijelaskan hasil dari penelitian yang diperoleh peneliti disertai dengan pembahasan berdasarkan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui
kesadaran kritis mahasiswa Ilmu Komunikasi terhadap media sosial ke dalam bentuk narasi.
4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, yang merupakan salah satu fakultas yang ada di Universitas Sumatera Utara. Tempat
berlangsungnya wawancara terbagi menjadi dua bagian, yaitu gedung sekretariat Presma Pijar, dan koridor yang berada di depan gedung D, Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik. Lokasi tersebut berada di Jalan DR. A. Sofyan, No. 1, di samping gedung H. Anif dan Fakultas Pertanian. Gedung sekretariat Presma Pijar
sendiri berada di gedung yang sama dengan Laboratorium Ilmu Komunikasi dan Antropologi, tepatnya di lantai dua. Posisi gedungnya tepat berada di belakang
gedung Dekan, dan di samping gedung E. Proses wawancara sendiri dilakukan tepatnya di teras sekretariat pijar, yang berada di luar ruangan.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik merupakan fakultas ke sembilan yang dibangun di Universitas Sumatera Utara USU dengan delapan departemen
yang disediakan, yaitu Ilmu Komunikasi, Ilmu Politik, Ilmu Kesejahteraan Sosial, Ilmu Sosiologi, Antropologi, Administrasi Negara, Administrasi Bisnis, dan
Perpajakan. Lokasi kampus USU sendiri berada di Jalan Dr. Mansur No. 1 yang berada di antara Jalan Jamin Ginting, dan Jalan Setia Budi. Jalur masuk untuk
menuju Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ini bisa dari berbagai jalur pintu
Universitas Sumatera Utara
masuk yang ada di USU, dikarenakan posisinya yang berada di paling ujung dari komplek kampus. Jalur pertama bisa melalui pintu satu, yang kedua bisa dari
pintu dua, yang ketiga bisa dari pintu empat, dan bisa juga dari jalur alternatif seperti sumber dan pintu doraemon, begitu mahasiswa biasa menyebutnya.
Seluruh informan yang didapat oleh peneliti memilih untuk melakukan wawancara di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dikarenakan kepadatan
jadwal kegiatan informan yang memakan banyak waktu di dalam kampus membuat mereka lebih nyaman untuk melakukan wawancara di area kampus
dibandingkan di tempat lain.
4.1.2. Proses Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian ini, proses pengumpulan data dilakukan peneliti di non- lapangan dan di lapangan saat penelitian. Non-lapangan maksudnya adalah
peneliti mengamati media sosial beberapa mahasiswa dari Departemen Ilmu Komunikasi angkatan tahun 2014, dan mendapati mereka ternyata cukup aktif
dalam media sosial, selain itu, peneliti juga mengamati fenomena-fenomena yang sering terjadi di media sosial. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana kesadaran kritis yang dimiliki oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi terhadap media sosial.
Informan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan purposive sampling, yaitu informan adalah yang terpilih didasarkan kriteria yang ditemukan oleh
peneliti, dalam penelitian ini informan berjumlah empat orang. Informan di dalam penelitian ini merupakan mahasiswa Ilmu Komunikasi yang aktif angkatan tahun
2014, aktif dalam media sosial, mengakses media sosial minimal 5 kali dalam sehari, dan mengakses berita online minimal satu kali dalam sehari. Jumlah
informan dalam penelitian ini berjumlah empat orang saja, dikarenakan data dari keempat informan ini sudah cukup jenuh, artinya tidak lagi ditemukannya
perbedaan dari informasi seluruh informan. Tahapan pertama dalam penelitian yaitu peneliti menghubungi beberapa
mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2014, untuk melakukan wawancara, dan peneliti memberikan penjelasan mengenai alasan memilihya sebagai informan dan
Universitas Sumatera Utara
beberapa hal terkait dengan penelitian yang dilakukan . Proses wawancara dengan informan pertama dilakukan pada tanggal 25 Juli 2016 pada pukul 14.40 WIB
dengan Lucky Andriansyah yang biasa disapa Lucky, di luar ruangan sekretariat Presma Pijar. Saat itu kebetulan adalah waktu luang informan sehingga dapat
melakukan wawancara. Sebelum memulai wawancara, peneliti menyiapkan sebuah alat perekam, sehingga wawancara dapat berjalan dengan lancar.
Suasana saat wawancara berlangsung cenderung tidak kondusif, sehingga peneliti beberapa kali mengubah posisi alat perekam, agar suara informan
nantinya dapat terdengar dengan baik. Lucky merupakan seorang mahasiswa yang sangat aktif, karena tidak hanya tekun saat mengikuti perkuliahan, namun ia juga
mengikuti beberapa organisasi dan merupakan salah satu wartawan di media massa digital mahasiswa, yaitu Prema Pijar. Postur tubuh Lucky tidak terlalu
tinggi dan suaranya juga tidak terlalu keras, namun ia memiliki paras yang manis bagi seorang laki-laki sehingga terkesan baby face. Peneliti dan informan juga
sempat berbagi tawa saat ada jawaban nyeletuk yang dilontorkan oleh informan. Sebagai informan, Lucky sangat koperatif dan wawancara yang dilakukan juga
berjalan dengan sangat baik. Informan kedua adalah Rizka Sitanggang, dan wawancara dilakukan pada
tanggal 26 Juli 2016 di luar ruangan sekretariat Presma Pijar pada pukul 12.03 WIB. Saat itu informan yang akrab disapa Rizka ini menyambut peneliti dengan
hangat sehingga peneliti langsung dapat merasa akrab dengan informan. Rizka merupakan seseorang yang berpostur tubuh cukup tinggi berparas manis dengan
hijab panjangnya, dan ia juga memiliki suara yang lantang saat berbicara yang mencerminkan ketegasan dalam dirinya. Rizka sering menjadi
perwakilandelegasi beberapa konferensi yang ada di dalam maupun luar negeri, sehingga sosok Rizka dikenal oleh teman-temannya sebagai mahasiswa yang
cerdas. Rizka menjawab semua pertanyaan yang ditujukan peneliti dengan lancar dan ia juga sangat terbuka saat menjawab pertanyaan yang berkenaan dengan
dirinya pribadi. Sosok murah senyum Rizka membawa proses wawancara tidak terasa kaku dan terasa seperti obrolan dengan teman biasa, bukan dengan
informan untuk sebuah penelitian.
Universitas Sumatera Utara
Informan ketiga adalah Muhammad Arief, dan wawancara yang dilakukan berlangsung pada tanggal 26 Juli 2016 pada pukul 15.22 WIB di koridor depan
gedung D, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Informan yang biasa disapa Arief ini merupakan seorang laki-laki yang cukup pendiam dan kaku saat
diwawancara, meskipun begitu ia beberapa kali melontarkan beberapa candaan yang tidak disangka oleh peneliti. Arief merupakan seorang perantau dari Pakam,
dan ia ke kampus hanya saat ada urusan penting, sebab itulah peneliti memakai waktu Arief yang cukup padat untuk melangsungkan wawancara dengannya
dikarenakan sehabis selesai dari urusan-urusan dikampus, Arief harus segera kembali ke Pakam. Arief memiliki postur tubuh yang sedikit besar, namun ia
memiliki wajah yang manis, sama seperti informan pertama, ia memiliki wajah yang baby face. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti juga dijawab
dengan singkat dan padat, tanpa ragu. Wawancara keempat dilakukan dengan Laura Arya Wienanta di koridor
depan gedung D, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, USU. Laura merupakan seorang guru les privat di samping jam kegiatan kampusnya sehingga peneliti
sedikit menemukan kesulitan saat mencari waktu yang pas untuk melakukan penelitian. Pada hari Selasa, 26 Juli 2016, informan memberi kabar kepada
peneliti bahwa ia memiliki waktu luang di hari Rabu siang, dan wawancara pun dilakukan pada hari Rabu, 27 Juli 2016, pukul 13.32 WIB. Saat mau menemui
informan, peneliti sempat kesulitan menemukannya di koridor dan sempat beberapa kali berkeliling hingga informan lah yang mendatangi peneliti. Laura
adalah seorang yang berpostur ideal, dengan tinggi sekitar 160 cm dan berkulit kuning, karena ia merupakan seorang keturunan Tionghoa. Rambutnya lurus
tergerai dengan warna hitam yang panjangnya melewati bahu, namun tidak sampai sepinggang, selain itu ia juga berparas manis dengan bentuk wajah yang
bersegi. Saat wawancara berlangsung, peneliti dan informan sempat mengganti posisi duduk dari tempat duduk merah yang ada d koridor ke bagian pinggiran
koridor dikarenakan cuaca yang sangat panas. Sebelum memulai wawancara, peneliti sedikit bertanya mengenai pekerjaan Laura yang sebagai guru les privat.
Informan sudah menjadi guru les privat sejak ia memasuki Sekolah Menengah Pertama SMP dengan mengajar siswa Taman Kanak –Kanak sebagai muridnya
Universitas Sumatera Utara
dan berlangsung hingga sekarang dengan beragam tingkatan siswa. Setelah itu, proses wawancara dengan informan berjalan dengan sangat baik dan informan
menjelaskan dengan gaya penyampaian yang sedikit mirip dengan Arief, yaitu singkat dan padat, namun meskipun begitu sesekali keluar canda dan tawa yang
memecah ketegangan antara informan dengan peneliti.
4.1.3. Deksripsi Informan
4.1.3.1.Lucky Andriansyah
Lucky Andriansyah merupakan seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan tahun 2014. Ia merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari
pasangan Yaya Mulyana dan Farida Hanum. Ayahnya sudah tiada sejak ia masih bersekolah, sehingga saat ini Ibu lah yang menjadi tulang punggung keluarganya
yang bekerja sebagai seorang wiraswasta dengan pendapatan kurang lebih satu hingga dua juta rupiah. Lucky mengakses media dengan beberapa perangkat
seperti televisi, laptop, smartphone, dan komputer. Lucky, begitu sapaan akrabnya, termasuk sebagai pendatang di Kota Medan karena daerah asalnya
adalah Bandung, Jawa Barat. Sejak memasuki Sekolah Menengah Pertama SMP, Lucky sudah mulai pindah ke Medan, sehingga terkadang masih tersisa
logat asli Jawa Barat terkilas dari ucapannya. Pria kelahiran Bandung, 19 November 1996 ini sangat menyukai jalan-
jalan dan main media sosial. Bagi Lucky, jalan-jalan sudah menjadi hal yang sangat penting baginya, yang jika tidak dilakukan maka sesuatu akan terasa
kosong dan kurang. Hingga saat ini tidak sedikit tempat wisata ataupun kota yang sudah dijajaki oleh Lucky, seperti ia sudah menjelajahi seluruh kota yang ada di
Sumatera Utara, dan sebagian provinsi yang ada di Pulau Sumatera seperti Aceh, Sumatera Barat, Pekanbaru, Palembang, Jambi, dan beberapa kota lainnya. Untuk
wilayah Pulau Jawa, ia baru menjelajah daerah Bandung, Jakarta, dan Banten. Alasannya mengunjungi berbagai daerah tersebut juga bukan semata-mata
karena traveling, tetapi juga sebagai perwakilan untuk beberapa kegiatan seperti di Padang, Sumatera Barat, ia menjadi perwakilan untuk Pelatihan Jurnalistik
Tingkat Lanjut Nasional, dan Lucky juga mengikuti beberapa kegiatan yang
Universitas Sumatera Utara
berada daerah Sumatera Utara sebagai penyuluh khusus untuk siswa-siswi Sekolah Menengah Atas SMA. Lucky melakukan berbagai kegiatan seperti itu
dikarenakan ia memang ingin menjadi seorang motivator. Lucky menjalani Sekolah Dasar di kota kelahirannya, Kota Bandung, di
Sekolah Dasar Negeri Sukamenak 1 Bandung, dan lulus pada tahun 2008, kemudia ia melanjutkannya ke Madrasah Tsanawiyah Swasta Nurhasanah Medan.
Pada tingkat SMA, Lucky melanjutkan sekolahnya ke Madrasah Aliyah Negeri MAN 2 Medan, yang berada di Jalan Williem Iskandar. Semasa sekolah di
MAN 2, Lucky sempat mengikuti beberapa organisasi dan salah satunya salah Dokter Remaja. Ia dikenal sangat aktif dan memiliki jiwa kepemimpinan. Lucky
lulus tingkat SMA pada tahun 2014, dan langsung diterima masuk Universitas Sumatera Utara pada tahun itu juga di jurusan Ilmu Komunikasi. Masa kuliah
Lucky diisi oleh berbagai organisasi dan komunitas yang membuatnya menjadi aktif sehingga menjadikannya admin untuk beberapa akun official dan
mengharuskannya untuk tetap update dalam berbagai situasi, selain itu beberapa organisasi yang ia ikuti membuat Lucky semakin menempa dirinya untuk terampil
berbicara di depan umum. Organisasi yang ia ikuti antara lain Koalisi Pemuda Hijau, Presma Pijar,
Doodle Art Medan, dan beberapa kegiatan lainnya. Pada awal sebelum masuk ke masa kuliah, Lucky belum terlalu yakin untuk memilih jurusan apa yang tepat
baginya hingga setelah mencari tahu dan memikirkannya dengan cukup matang, ia memutuskan untuk masuk ke Departemen Ilmu Komunikasi. Ia merasa bahwa
jurusan tersebut sangat cocok baginya karena bakat yang dimilikinya adalah berbicara di depan banyak orang public speaking. Dalam pemilihan jurusan,
Lucky sendiri masih belum bisa menentukan karena ia merasa bimbang antara memilih humas yang sesuai dengan cita-citanya, atau sebagai jurnalis.
Cita-cita yang dimiliki oleh pemuda berusia belum genap 20 tahun ini hampir sama dengan hobinya, yaitu jalan-jalan berkeliling Indonesia, hanya saja
ia berkeinginan untuk mengelilingi seluruh daerah di Indonesia sebagai seorang motivator, bukan sebagai traveler. Untuk mengasah kemampuan berpikirnya
dalam memotivasi, ia sering membaca buku-buku motivasi. Kegiatan-kegiatan
Universitas Sumatera Utara
Lucky yang padat mengharuskannya untuk tetap berorganisasi meskipun itu pada akhir pekan. Ia melaksanakan berbagai rapat seperti organisasi Presma Pijar, yang
mengadakan rapat khusus di hari Sabtu dan Minggu, selain itu ia juga menyempatkan diri untuk membagi waktunya berkumpul dengan komunitas lain
yang diikutinya, seperti Doodle Art Medan.
4.1.3.2.Rizka Gusti Sitanggang
Informan kedua dalam penelitian ini adalah Rizka Gusti Sitanggang, yang biasa akrab disapa Rizka. Rizka merupakan anak dari pasangan Alm. Agusman R.
Sitanggang dan Yusria Ningsih yang bertempat tinggal di Jalan Besar Namo Rambe Gang Sejarah Dusun IV Desa Deli Tua Kecamatan Namo Rambe. Saat ini
Rizka tinggal bersama nenek dan ibunya karena ayahnya telah meninggal dunia, sehingga Ibu Rizka menjadi tulang punggung keluarga setelah ayahnya
meninggal dunia dengan bekerja sebagai pedagang sembako. Penghasilan ibu Rizka juga tidak tetap. Di rumah Rizka memiliki televisi berbayar, komputer,
radio, dan smartphone yang digunakan untuk mengakses media. . Gadis kelahiran Medan tanggal 5 Januari tahun 1997 ini sangat aktif
bermedia sosial dan juga aktif di beberapa kegiatan luar dan dalam kampus, selain itu ia juga sering menjadi delegasi berbagai konferensi hingga tingkat
internasional, seperti Delegasi Youth Excursion 2016 di Thailand, Delegasi 3
rd
ASEAN Youth Leader Association Advocacy Camp AYLA di Philipina, dan berbagai kegiatan lainnya.
Rizka memilih untuk masuk ke Departemen Ilmu Komunikasi karena berbagai hal yang tidak ia sangka sebelumnya. Pada awal SMA, Rizka masuk
jurusan IPA karena ia berpikir bahwa jurusan IPA mudah untuk masuk ke jurusan apa saja saat kuliah nanti, namun selama ia berada di jurusan tersebut Rizka
merasa bosan dan penat dengan semua pelajaran kelasnya. Aktif di organisasi memang sudah dilakukan Rizka sejak di masa sekolahnya, seperti masuk dalam
organisasi kesiswaan OSIS. Itulah yang membuat Rizka menjadi sosok yang senang mengemukakan pendapatnya secara langsung, dengan komunikasi lisan
maupun tulisan. Setelah lulus sekolah, ia mencari-cari jurusan kuliah yang tepat
Universitas Sumatera Utara
dengan minat yang ia punya, hingga ia menemukan dua jurusan yang sesuai yaitu Ilmu Komunikasi dan Kesejahteraan Sosial. Setelah memikirkan ulang mengenai
jurusan yang paling tepat baginya, Rizka pun memutuskan untuk masuk ke Ilmu Komunikasi, karena menurutnya Ilmu Komunikasi bisa berbaur ke segala aspek,
dan tidak terbatas, sementara Ilmu Kesejahteraan Sosial bagi Rizka tidak jauh dari hal-hal yang berkaitan dengan sosial saja. Untuk penjurusan nanti, Rizka sudah
memutuskan untuk memilih jurnalistik. Menurut Rizka, jurnalistik merupakan sesuatu yang menantang, sehingga
setiap hari ada sesuatu yang baru untuk dihadapi, selain itu, dengan mendalami jurnalistik, seseorang tidak akan pernah berhenti belajar untuk belajar, karena
ilmu akan terus digali, untuk mencari tahu tentang segala sesuatunya dan menggali informasi sampai ke pokok permasalahan, selain itu menjadi jurnalis
bagi Rizka adalah sebuah pembuktian diri kepada orang tuanya bahwa perempuan dapat menjadi seorang jurnalis.Perempuan berdarah Batak Toba ini
menyelesaikan di Sekolah Dasar Swasta Sriwijaya Medan, dan melanjutkannya ke SMP Kemala Bhayangkari 1 Medan, kemudian ia mengambil pendidikan
lanjutannya di SMA Angkasa 1 Lanud Medan. Sejak masa sekolahnya, Rizka memang sudah sering meraih berbagai penghargaan dari berbagai perlombaan
yang diikutinya seperti Juara 1 Best Student Competition of Abacus tingkat nasional pada tahun 2005.
Kegiatan yang Rizka ikuti tidak membuatnya melewatkan waktu khusus bersama keluarganya di akhir pekan. Biasanya ia menghabiskan waktu libur
ataupun akhir pekan bersama dengan ibunya atau sesekali ia akan pergi ke toko buku atau menonton film bioskop jika ada film yang disukainya, selain itu ia juga
suka membaca berbagai berita online seperti Kompas.com, Remotivi.com, BBC.com, Detik.com dan Kompasiana. Menurutnya, mengisi waktu yang ada
dengan membaca itu sangat penting, karena selain menambah informasi dan meluaskan wawasan, juga bisa membantunya dalam menulis.
Universitas Sumatera Utara
4.1.3.3.Muhammad Arief
Informan ketiga dalam penelitian ini adalah seorang mahasiswa Ilmu Komunkasi angkatan tahun 2014 bernama Muhammad Arief. Pria yang
merupakan anak ketiga dari pasangan Nurleni Bahar dan Refrijon Tanjung ini bertempat tinggal di Komplek Griyah Sunda, Lubuk Pakam. Arief, begitu ia biasa
disapa, adalah kelahiran Medan, tanggal 5 Maret tahun 1996. Ia merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Kedua orang tuanya bekerja sebagai wiraswasta dan
memiliki penghasilan dua dan lima juta rupiah dalam sebulan. Arief dan keluarga memiliki televisi kabel, smartphone, dan koran untuk mengakses media. Arief
menempuh pendidikan dasarnya di Sekolah Dasar 1 Lubuk Pakam, kemudian ia melanjutkannya di Sekolah Menengah Pertama Lubuk Pakam. Tingkat lanjutan
atasnya ditempuhnya di Sekolah Menengah Atas 1 Lubuk Pakam. Ia memiliki beberapa prestasi baik sejak sekolah hingga memasuki masa kuliah, yaitu Juara
Pidato Bahasa Inggris SMA Negeri 1 Lubuk Pakam, Juara Debat Sosial Politik di Kegiatan Porseni FISIP USU, dan beberapa prestasi lainnya
Arief sangat aktif di luar jam kuliahnya, ia mengikuti beberapa organisasi yang membantunya mengasah kemampuan public speaking, seperti, PRASTA,
IMAJINASI, dan beberapa kegiatan lainnya yang nantinya dapat ia manfaaatkan untuk mencapai cita-citanya yang ingin menjadi seorang Duta Besar.
Keputusannya untuk mengambil Ilmu Komunikasi sebagai jurusannya di pendidikan perguruan tinggi tidak jauh dari apa yang dicita-citakanya. Ketika
penjurusan, Arief akan memilih untuk menjadi seorang Public Relations atau biasa disebut Humas, karena pada akhir masa sekolah, Arief sangat ingin
mengambil jurusan Hubungan Internasional, namun berhubung di Kota Medan belum ada jurusan tersebut, maka ia memutuskan untuk menjadi seorang PR yang
menurutnya memiliki tugas yang hampir mirip dengan menjadi seorang Dubes yang merupakan impian Arief sejak awal. Sebelum mengambil jurusan Ilmu
Komunikasi, Arief juga sempat berpikiran untuk mengambil jurusan Hukum, namun kembali izin orang tua menjadi kendala Arief, sehingga mengharuskannya
untuk masuk jurusan Ilmu Komunikasi.
Universitas Sumatera Utara
Arief memiliki beberapa hobi seperti fotografi, membaca dan menulis. Biasanya Arief memilih untuk membaca novel dibandingkan yang lain, selain itu
Arief juga membaca berita online yang biasa dibacanya seperti Tribun dan Analisa. Di akhir pekan, Arief tidak memiliki agenda khusus yang
mengharuskannya melakukan sesuatu, ia lebih menghabiskannya dengan kegiatan rutin yang sama seperti hari-hari lainnya.
4.1.3.4.Laura Arya Wienanta
Informan keempat ini bernama Laura Arya Wienanta, yang merupakan salah satu mahasiswa di Ilmu Komunikasi FISIP USU angkatan tahun 2014.
Laura, begitu ia akrab disapa, adalah anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Burhan Agus dan Yurike Artika yang bertempat tinggal di Jalan
Sunggal Pekan, No. 437 Medan. Perempuan berdarah Tionghoa ini lahir di Medan, pada tanggal 26 Februari 1997. Ayahnya merupakan berprofesi sebagai
seorang supir dengan pendapatan sekitar satu setengah juta hingga dua juta perbulan, dan ibunya merupakan seorang ibu rumah tangga. Laura dan
keluarganya memiliki televisi dan smartphone untuk mengakses media. Laura menempuh pendidikan tingkat dasar hingga menengah atasnya di sebuah yayasan
bernama Yayasan Supriyadi. Laura sangat aktif di berbagai kegiatan kampusnya selain di jam kuliah. Ia mengikuti beberapa oraganisasi kampus seperti Persma
Pijar, USU Chanel, Mepro USU, dan ia juga aktif di IMAJINASI. Selain itu, Laura juga merupakan seorang guru les privat yang sudah ia mulai sejak masuk
sekolah menengah pertama. Ia memiliki murid-murid dari berbagai tingkatan, dari mulai tingkat dasar, hingga tingkat menengah atas.
Laura menjelaskan bahwa alasan memilih untuk masuk Ilmu Komunikasi itu pada awalnya tidak terduga. Pada awalnya Laura tidak berpikir untuk masuk
jurusan Ilmu Komunikasi sampai ia melihat tayangan Net TV. Ia mengamati berbagai hal seperti produksi, dan kualitas dari film-film yang ada di Net TV,
sehingga Laura memutuskan untuk memilih Ilmu Komunikasi sebagai jurusannya di dunia perkuliahan. Dalam memilih jurusan konsestrasi nanti, Laura mengatakan
bahwa ia masih bingung dalam menentukan apakah akan memilih jurnalistik atau public relations hubungan masyarakat. Hal ini dikarenakan Laura merasa bahwa
Universitas Sumatera Utara
ia memiliki kemampuan di bidang hubungan masyarakat, dan juga banyak orang- orang yang sudah ia kenal di bidang tersebut, sedangkan untuk keinginan pribadi
Laura ingin mengambil jurnalistik, namun ia masih ragu karena jurnalistik dikenal memiliki sisi yang keras baginya.
Laura yang memiliki hobi membaca ini sering menghabiskan waktu akhir pekannya bersama saudaranya di Glugur, dan menginap. Ia lebih mengutamakan
quality time bersama keluarga. Laura juga sering membaca beberapa berita online seperti Hipwee, Media Pijar, dan Nyunyu, terkadang ia juga sering membuka link
yang ada di Twitter yang terhubung langsung ke sebuah website berita.
4.1.4. Penggunaan Media Sosial Mahasiswa
Pada informan pertama, yaitu Lucky Andriansyah, pertama kali menggunakan media sosial yaitu saat memasuki Sekolah Menengah Pertama
SMP kelas satu. Akun pertama yang ia buat saat itu adalah Facebook, yang pada saat itu sedang populer karena belum lama dirilis, namun pada saat itu ia belum
begitu aktif menggunakannya hingga ia memasuki Sekolah Menegah Atas SMA. Lucky bersekolah tingkat SMP di Madrasah Tsanawiyah Swasta Nurhasanah
Medan, dan melanjutkan tingkat SMA di Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Medan. Sejak dari masa sekolah, Lucky memang aktif di beberapa organisasi
sekolah dan menjadikannya seorang yang bijak ketika berbicara di depan orang banyak. Salah satu oraganisasi yang diikuti Lucky pada saat SMA adalah Dokter
Remaja. Jumlah jam pemakaiannya untuk mengakses media sosial cenderung tidak
tetap, hal ini dikarenakan Lucky hanya mengakses media sosial ketika ia memiliki waktu luang atau di saat yang mengharuskannya untuk membuka media sosial,
seperti bertugas sebagai admin dari sebuah komunitas atau organisasi, atau ketika ia sedang chatting dengan saudara atau temannya. Di waktu luang yang ia miliki,
Lucky lebih memilih untuk mencari informasi-informasi terbaru, karena ia beranggapan bahwa ia harus update karena ia merupakan anggota salah satu situs
berita online kampus dan mendapat tugas sebagai humas di beberapa organisasinya. Ia juga merasa bahwa ketika zaman semakin canggih dan
Universitas Sumatera Utara
mengharuskan orang-orang untuk saling berkomunikasi via media sosial, maka seseorang yang tidak memiliki media sosial akan dianggap ketinggalan zaman.
Hal tersebutlah yang melatarbelakangi Lucky untuk memiliki media sosial. Perangakat yang Lucky gunakan untuk mengakses media sosial adalah
smartphone, laptop, dan komputer. Perkembangan akun yang dimiliki oleh Lucky sekarang tidak hanya Facebook saja, namun sekarang ia memiiki beberapa akun
media sosial seperti Instagram, Twitter, Path, Line, Blackberry Messenger, dan Ask.fm.
Lucky mengatakan bahwa saat ini media sosial yang paling sering digunakannya untuk menyebarkan dan memperoleh informasi adalah Line dan
Instagram, namun Instagram sendiri lebih banyak ia gunakan untuk sekedar hobi dan membagikan informasi dari berbagai akun official grup yang ia kelola. Akun
instagram pribadinya lebih ia gunakan dalam hal berbagi foto-foto momen tertetu, selain itu dalam penulisan caption, Lucky lebih menggunakan bahasa buku,
sedangkan untuk Line ia mengaku lebih sering membagikan info-info dari grup yang satu ke grup yang lain. Seperti informasi lowongan pekerjaan, info acara,
perlombaan, dan lain-lain. Informasi-informasi yang ada di media sosial yang sering muncul di beranda Line dan Instagram, Lucky mengatakan bahwa ia sering
memberikan like terhadap informasi tersebut, namun ia sangat jarang memberikan komentar, meskipun begitu ia sangat memilah informasi apa yang
pantas ia like karena ketika sebuah kiriman mendapat like, maka kiriman itu akan muncul di beranda milik sendiri.
Lucky sebagai pengguna media sosial sejak SMP mengaku hingga saat ini ia telah menghapus beberapa fotonya di Facebook dan di beberapa akun media
sosial yang lain, karena baginya foto-foto tersebut tidak berguna untuk ia bagikan. Ada beberapa pertanyaan yang ada di dalam dirinya yang harus ia jawab jawab
ketika ingin membagikan sebuah kiriman, atau membagikan sebuah foto, agar kiriman yang ia bagikan tidak sia-sia. Hal ini dikarenakan Lucky pernah
membagikan sebuah postingan mengenai lowongan kerja sebuah perusahaan swasta, namun ternyata kabar tersebut adalah hoax, dan sejak itu ia belajar agar
selalu memastikan kejelasan informasi.
Universitas Sumatera Utara
Informan kedua, yaitu Rizka Gusti Sitanggang, awal mula ia menggunakan media sosial adalah saat kelas tiga Sekolah Menengah Pertama
dengan akun pertama yang dibuatnya yaitu Facebook, namun hingga saat ini, akun media sosial yang digunakan oleh Rizka tidak hanya Facebook saja, tetapi
ada Twitter, Line, Path, Ask.fm, dan Blogger. Ia juga memiliki akun Youtube, namun Rizka mengaku bahwa ia sangat jarang menggunakan akun media sosial
tersebut. Ia lebih sering menggunakan Line dibandingkan dengan akun-akun media sosial lain yang ia miliki. Rizka menjelaskan alasannya dalam
menggunakan media sosial-media sosial tersebut adalah karena untuk memberikan kuliah singkat di media sosial yang sama seperti tren kultweet yang
sempat populer beberapa waktu yang lalu dan juga untuk mencari informasi- informasi yang dibutuhkannya, selain itu ia juga menggunakan media sosial
sesuai dengan karakter dari media sosial tersebut, seperti Line, banyak orang menyukainya dikarenakan adanya stiker-stiker lucu yang membuat pembaca lebih
bersemangat. Rizka lebih melihat apa media sosial yang sedang diminati oleh anak muda.
“Jadi sebenernya, karena mikir apa sih kebutuhan yang sekarang lagi diganderungin sama anak-anak sekarang, gitu. Misalnya Facebook, anak-anak
sekarang malas baca kan, jadi lebih ke yang sifatnya singkat-singkat. Terus kalau line kan karena ada stikernya kan, jadi lucu. Jadi kalau baca chat ada stikernya
jadi semangat, jadi ngikutin apa yang lagi diganderungin sama anak-anak muda sekarang.”
Waktu yang digunakan Rizka dalam mengakses media sosial dalam sehari- hari juga tidak terlalu intens, ia mengaku bahwa hanya sekitar empat sampai lima
jam perharilah ia menghabiskan waktunya untuk bermedia sosial. Penulisan dan kiriman yang Rizka bagikan di media sosial biasanya hal-hal yang dibutuhkan
oleh banyak orang seperti informasi tentang beasiswa, dan informasi yang bermanfaat lainnya. Rizka sendiri jarang menuliskan mengenai kehidupan atau
status pribadinya di media sosial, paling tidak ia menuliskannya lebih ke dalam bentuk dakwah. Jadi sebelum membagi kiriman apapun, biasanya Rizka
memikirkan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kirimannya, seperti pemilihan kata-kata yang lebih bersifat sastra, dan bagaimana agar orang tidak
langsung mengetahui apa yang sedang ia rasakan saat menuliskan tulisan atau
Universitas Sumatera Utara
kiriman tersebut. Lebih tepatnya , Rizka menempatkan dirinya saat menuliskan sesuatu sama seperti bagaimana seorang pembaca melihat tulisannya, agar orang
lain juga bisa mengambil makna dari tulisan tersebut dan tidak begitu terlihat satu arah. Hal itu lah yang membuatnya sangat memperhatikan tulisan ataupun
kirimannya. “Rizka pikir dulu sih, terus Rizka perhatiin itu kan dibaca banyak orang, jadi
sebelum diposting tuh Rizka baca berulang-ulang. Itu Rizka menempatkan diri Rizka sebagai seorang pembaca, yang gak melihat dari sisi apa yang Rizka
rasain, gitu. Jadi Rizka buat gimana caranya supaya orang gak langsung tahu apa Rizka rasain. Jadi Rizka mikir gimana caranya agar aku sebagai penulis
sekaligus pembaca bersikap netral terhadap apa yang aku posting, dan dalam pemilihan kata, aku lebih gunain kata-kata yang bersifat sastra. Supaya lebih
slow, lebih enak dibaca juga gak ngebosenin juga, tapi buat orang mikir, gitu.”
Informan ketiga, yaitu Muhammad Arief, ia menggunakan media sosial sejak ia memasuki tahun ketiganya di bangku Sekolah Mengah Pertama, dan akun
yang pertama kali ia gunakan adalah akun Facebok , yang memang selalu menjadi media sosial paling populer di masa tersebut, namun saat ini akun media sosial
yang dimiliki oleh Arief tidak hanya Facebook saja, melainkan ada beberapa akun media sosial lain yang sudah berkembang di masa sekarang seperti Twitter,
Instagram, Path, Line, Blackberry Messenger, dan yang terkahir adalah Ask.fm. Akun-akun media sosial tersebut dikenal memang sangat diminati oleh kaum
muda, khususnya mahasiswa seperti Arief. Alasan Arief menggunakan akun-akun media sosial tersebut adalah karena kebutuhan akan komunikasi sesama rekan
mahasiswa, selain itu seperti akun Instagram, ia menggunakannya hanya karena ia suka fotografi, sedangkan akun media sosial yang berbasis chat seperti Line, ia
menggunakannya untuk mengobrol dengan teman-temannya, dan mencari informasi yang bermanfaat. Blackberry Messenger sendiri Arief mengaku jarang
menggunakannya. Media sosial juga merupakan tempat untuk mengekspresikan diri bagi
penggunanya, sehingga banyak yang melebih-lebihkan dan tidak menjadi diri sendiri saat di media sosial, namun menurut Arief, dalam bermedia sosial ia
berusaha untuk selalu menjadi dirinya sendiri dan sama dengan di dunia nyata, karena ia beranggapan bahwa ketika pengguna media sosial tidak sepenuhnya
menjadi dirinya yang sebenarnya, maka hal itu bukanlah hal yang seharusnya
Universitas Sumatera Utara
dilakukan dan bukanlah hal yang patut untuk ditiru. Ia mengatakan bahwa menjadi diri sendiri itu contohnya ketika di Path, beberapa orang terkadang suka
membuat check in palsu agar terlihat berkelas dan keren di kalangannya, sedangkan Arief mengaku sejauh ini ia tidak melakukan hal-hal yang seperti itu.
“Cara mengekspresikannya dengan bagaimana diri saya di dunia nyata. Kadang kan orang menggunakan media massa berubah 60 persen dari diri dia di dunia
nyata kak. Nah, hal ini tuh yang gak seharusnya, dan bukan hal yang bagus juga untuk ditiru.”
Beragam kiriman dan informasi yang ada di media sosial dari setiap orang berbeda-beda isinya, begitu pula dengan Arief. Ia mengatakan bahwa hal-hal yang
sering ia bagikan di media sosial tidak jauh apa yang menjadi hobinya, yaitu foto. Biasanya Arief membagikan foto tersebut di akun Instagram dan Path, dan foto-
foto yang sering di post oleh Arief merupakan foto-foto yang dimana ada sebuah momen atau kenangan dalam kiriman fotonya tersebut, sedangkan untuk akun
Line, ia mengaku juga sering membagikan kiriman berupa informasi-informasi yang menarik yang bahkan ia beri tanda like di kiriman tersebut. Hal-hal yang
sering dibagikan oleh Arief di media sosial cenderung kepada akun-akun yang berisikan cerita dan nasehat, seperti Love Islam, Quotes, dan informasi-informasi
yang ada di akun official organisasinya. Penulisan informasi yang biasa dibagikan dan dikirimkan Arief di media sosial lebih ke penulisan yang yang sewajarnya,
tidak dengan menggunakan kata-kata gaul yang biasa disebut alay. Sebagai pemakai yang aktif di media sosial sendiri Arief sendiri mengaku bahwa ia
menggunakan media sosial dalam sehari yaitu relatif, ia juga terkadang menghabiskan waktu selama lima jam untuk bermedia sosial.
“Kalau tulisan, biasanya yang diperhatiin sih kata-kata yang dipakai engga alay. Yang di share itu ya kayak video-video keren dari akun-akun awesome. Cerita-
cerita dan nasehat-nasehat dari akun Love Islam, Quotes, terus akun kayak Imajinasi itu sering di share juga kak.”
Informan terakhir, yaitu Laura Arya Wienanta mengatakan bahwa ia memiliki akun media sosial sudah sejak ia memasuki tahun pertamanya si sekolah
menengah pertama dengan Facebook sebagai akun pertama yang dibuat olehnya, sedangkan untuk saat ini Laura memiliki beberapa akun media sosial yang
digunakannya selain Facebook, yaitu Twitter, Instagram, Line, Ask.fm dan Path.
Universitas Sumatera Utara
Dari seluruh akun media sosial yang dimilikinya, Laura mengatakan bahwa Twitter adalah akun media sosial yang paling sering digunakannya. Alasan Laura
menggunakan media sosial tidak lain adalah untuk memenuhi kebutuhannya akan informasi, selain itu ia juga membutuhkannya untuk saling terhubung dengan
orang-orang sekitar dan terdekatnya. Ia menekannya bahwa media sosial adalah tempat yang disana terdapat kebutuhan dan juga keinginan. Laura mengatakan
bahwa ia menggunakan media sosial hanya di waktu luang dan saat ada waktu bebas saja, ia menghabiskan waktu lebih dari dua jam dalam menggunakan media
sosial. “Karena nyari informasi dari sana, berhubungan dengan banyak orang
dari sana, kayak Line, gitu juga. Ada kebutuhan dan ada keinginan disana. Dimana ada waktu luang, kayak lagi nunggu-nunggu, akses. Kalau misalnya ada
waktu bebas aja. Kira-kira ya lebih dari dua jam lah.”
Laura mengatakan bahwa ia mengekspresikan diri di media sosial lebih kepada apa yang dialaminya sehari-hari seperti apa yang dialaminya saat kuliah,
dan untuk menuliskannya Laura juga memperhatikan penulisanya agar tidak alay, namun dikarenakan ia juga anggota dari organisasi Pijar, merupakan keharusan
bagi Laura untuk menuliskan berita yang nantinya ia bagikan tulisannya tersebut di media sosial. Laura menyesuaikan gaya penulisannya dengan ketetentuan
organisasinya tersebut, yaitu informatif, jujur, dan transparan, selain itu Laura juga menggunakan bahasa yang normal dan tidak pula menggunakan bahasa-
bahasa gaul yang tidak resmi. Disamping itu, Laura juga memberikan like dan bahkan membagikan berita-berita atau informasi yang menurutnya orang lain
perlu mengetahui hal itu juga. “Kalau di media sosial lebih nulis ke apa yang saya alami sehari-hari dan apa
yang menurut saya orang perlu tahu juga, kayak info-info gitu. Tapi saya ada organisasi di Media Pijar, disitu saya nulis berita, dan berita itu biasanya saya
informasikan ke Twitter dan Instagram. Terus gaya penulisan saya juga sesuaikan dengan ketentuan Media Pijar sendiri, yang pertama informatif, terus
jujur, transparan terus bahasa yang digunakan ya standar lah, gak menggunakan bahasa gaul gitu. Selain dari itu ya cuma buat tentang , apa yang dirasain
tentang kuliah, tapi saya biasanya nulis itu juga perhatiin penulisannya sih supaya gak alay, ataupun kalau ada informasi ya di like atau dishare aja. Kayak
berita-berita atau informasi yang saya setuju atau yang saya rasa orang lain perlu tahu.”
Universitas Sumatera Utara
4.1.5. Kesadaran Kritis Mahasiswa Terhadap Isi Pesan Media Sosial
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan keempat informan, maka hasil yang didapat pada informan pertama yaitu Informasi-
informasi yang ada di dalam media sosial memang selalu menciptakan kontroversi yang membuat penggunanya cenderung melakukan hal-hal yang tidak seharusnya.
Menurut Lucky, segala informasi yang ada di media sosial apakah bermanfaat atau tidaknya tergantung dari bagaimana pengguna dapat memilih antara
informasi yang positif atau negatif. Pengguna media sosial bagi Lucky adalah penentu bagaimana isi pesan dari berbagai informasi tersebut dapat dipilah dan
diambil mana yang bermanfaat bagi si pengguna. Seperti yang dipaparkan Lucky, “Kita ibaratkan kita makan satu bakul istilahnya gitu kan, kita akan kaya akan
informasi, tapi ya tergantung intformasinya itu, informasi yang seperti apa gitu. Jadi informasinya kalau menurut Lucky itu ya ada yang baik dan ada yang
enggak, gitu.”
Menurutnya, informasi dengan isi pesan yang negatif itu bukan tidak ada manfaatnya secara keseluruhan, tetapi ada juga pesan yang dinilai negatif atau
tidak memiliki nilai seperti meme, yang bisa menjadi guyonan atau bahan hiburan, namun ada juga pesan yang sama sekali tidak ada manfaatnya seperti tentang
porografi dan tentang tindak kriminal. Sebagian orang menjadikan informasi mengenai kriminalitas sebagai sebuah contoh untuk ditiru dan sebagian lagi
menjadikannya menjadi sebuah ajang untuk saling beradu komentar yang berakhir dengan debat kusir pro dan kontra. Menurut Lucky, hal ini disebabkan oleh
semakin mudahnya penyebaran informasi yang dapat dilakukan di internet sehingga konten-konten negatif semakin banyak ada di media sosial.
Penyebaran informasi di media sosial dapat dilakukan oleh siapa saja dan dimana saja, dan membuat orang-orang melupakan etika yang harus dijaga ketika
akan menyebarkan sebuah informasi. Lucky mengatakan bahwa sebagian besar pengguna media sosial memanfaatkan media sosial hanya untuk menaikkan
popularitas yang dimilikinya tanpa memandang berbagai aturan yang ada. Seperti menyebarkan berita palsu atau hoax, hal seperti itu sudah sangat umum ditemukan
di berbagai media sosial yang ada. Lucky menjelaskan,
Universitas Sumatera Utara
“Dengan menyebar informasi yang gak jelas gitu itu sama aja kayak membunuh karakter dia, dengan hal yang kayak gitu kan otomatis dia dicap gak jelas. Dia
memang eksis tapi eksisnya ke arah yang negatif.”
Sebagai seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi, Lucky mengaku bahwa ia sudah cukup kritis dalam menggunakan media sosial, sehingga ia tahu mana
informasi yang palsu dan yang tidak, mana akun yang bisa diikuti, dan mana yang tidak. Ia memastikan kebenaran dari sebuah informasi dengan mencari tahu lebih
dulu ke berbagai sumber yang relevan untuk benar-benar memastikan bahwa informasi tersebut dapat dipercaya dengan mencarinya di beberapa berita online
dan mencocokkan segala informasi yang berkaitan, kalau memang benar adanya maka ia pun percaya, namun untuk kembali menyebarkan informasi tersebut ia
memikirkan kembali apakah informasi tersebut berguna bagi orang banyak atau tidak.
“Tapi kita lihat juga kalau mau share ulang, kira-kira menimbulkan manfaat gak, bagi kita atau bagi orang lain. Kalau misalnya benar informasinya, tapi gak ada
manfaatnya ya untuk apa di-share lagi. Jadi ya untuk menyebar informasi kayak gitu ya kita lihat-lihat juga infornya tentang apa.”
Ia terkadang juga geram melihat orang-orang yang mudah tertipu dengan informasi-informasi yang ada di media sosial, karena mereka hanya menjadi
menjadi korban pembodohan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, namun Lucky yang melihat hal-hal seperti itu hanya berkomentar pada dirinya
sendiri tidak mengatakannya dengan memberikan komentar di akun-akun media sosial tersebut, karena mengomentari hal-hal seperti itu hanya akan memperburuk
keadaan. Hal ini juga sama seperti banyaknya foto-foto dari korban sebuah peristiwa diunggah oleh banyak orang. Lucky berkomentar bahwa tindakan dari
orang-orang yang melakukan hal yang seperti tidaklah pantas, karena jelas melanggar etika jurnalistik. Ia pun baru mengetahui hal ini ketika masuk Ilmu
Komunikasi dan bergabung di Presma Pijar. Menurutya, penyebaran foto yang mengandung unsur sadis dan berdarah merupakan perbuatan yang tidak sesuai
dengan keperimanusiaan, karena korban juga memiliki hal yang sama untuk dijaga privasinya, bukan untuk diumbar.
“Itu kan udah menyalahi sih sebenernya orang yang nyebarin foto-foto, istilahnya kayak berdarah gitu. Kayak maling di pertanian kan, itu orang yang gak berotak
Universitas Sumatera Utara
aja sih. itu kan manusia, mereka juga punya hak gitu kan, dan Lucky gak suka aja sih sama yang kayak gitu. Makanya Lucky juga gak pernah nyebar informasi
misalnya informasi kecelakaan, informasi tragedi kayak maling di Pertanian, Lucky gak suka.”
Berita online juga sering menjadi bahan untuk Lucky dalam mencari informasi, hal ini ia lakukan untuk mengklarifikasi beberapa informasi yang ia
dapatkan di media sosial untuk mendapatkan kebenarannya seperti yang dijelaskan di atas. Beberapa berita online yang sering dijadikan bahan referensi
oleh Lucky antara lain, Mediapijar.com, Imajinasi USU, Okezone, Kompas, dan Kompasiana. Saat ini media sosial juga menyediakan layanan berita onlinenya
sendiri seperti Line Today. Lucky sendiri mengatakan kalau ia lebih sering membaca Line Today, karena informasi yang disajikan faktual dan aktual.
“Yang pastinya Mediapijar.com, Imajinasi USU, kalau berita online mungkin kalau sekarang lebih mudah dari Line Today sih ya, karena kan update tuh setiap
informasinya. Tapi, dipilih-pilih juga, gak semua harus dikonsumsi, terus Okezone lumayan juga, tapi gak sering sih. Terus lebih ke Kompas, dan
Kompasianan juga, itu aja.”
Seiring berjalannya waktu, jumlah cyberbully dan cybercrime juga semakin meningkat. Berbagai tindak kriminal juga sering berawal dari media
sosial yang memicu terjadinya pertemuan di dunia nyata yang berakhir dengan pembunuhan ataupun pencurian, namun dalam hal ini Lucky mengatakan bahwa
sejauh ini ia bersyukur tidak pernah dan tidak ingin mengalami salah satu bentuk kejahatan di dunia maya tersebut.
Berdasarkan keterangan informan kedua, pada dasarnya media sosial itu memiliki nilai positif ketika penggunanya memang menggunakan secara positif.
Ia sendiri menggunakan media sosial sejak awal memang bertujuan untuk hal-hal yang positif, oleh karena itu ia bisa mengatakan bahwa media sosial banyak sisi
positifnya, namun juga tidak menutup kemungkinan ada sisi negatifnya ketika seseorang menggunakan media sosial bukan untuk yang yang baik. Rizka
mengatakan bahwa salah satu contoh sisi negatifnya itu adalah ketika seseorang tidak mengingat seberapa banyak waktu yang dihabiskan seseorang ketika berada
di media sosial dibandingkan dengan di dunia nyata. Manajemen waktu yang kurang disiplin juga merupakan salah satu dampak buruk dari media sosial. Rizka
Universitas Sumatera Utara
pribadi juga sempat mengalami hal yang seperti itu, ketika ia terlalu lama berada di media sosial, namun sekarang ia lebih bisa menyeimbangkan waktu yang
dipakai untuk media sosial maupun di dunia nyata. Untuk isi pesan yang yang ada di media sosial saat ini menurut Rizka justru semakin tidak bermanfaat dan
mengandung konten-konten yang berbahaya. Banyak hal-hal yang tidak pantas untuk di lihat dan dibaca, karena banyaknya pengguna media sosial yang
sembarangan dalam membagikan kiriman. Hal-hal yang tidak berguna juga banyak di bagikan kepada setiap
pengguna media sosial yang lain sehingga hanya menimbulkan sensasi demi menaikkan nama di mesin pencarian. Adapula yang membagikan video yang
berisi pornografi yang sangat meresahkan, dan bahkan ada yang menggunakan cara kotor dengan menggunakan link dengan judul yang menarik, padahal ketika
diklik maka yang akan terbuka adalah video dewasa, dan akan muncul di beranda milik sendiri. Rizka merasa sangat terganggu dengan isi-isi pesan yang seperti itu,
kemudian ia juga kecewa dengan tindakan para hacker yang merusak akun milik orang lain demi mendapatkan keuntungan bagi dirinya sendiri.
“Kalau isinya aku menilai sih enggak. Malah kalau melihat dari semakin kemari, itu makin banyak yang gak bagu sebenernya, tapi di sisi lain kayak misalnya yang
gak bagus tuh banyak netizen-netizen yang ngeshare hal-hal yang harusnya itu gak perlu di share lah, misalnya kayak video-video yang dibuat hany untuk
menghebohkan netizen aja misalnya video-video yang usia keatas, tapi dishare secara luas gitu, di Facebook kan ada tuh link yang isinya gimana-gimana gitu
kan, kalau misalnya kita klik gak sengaja, ya jadinya kayak gitu. Terus kecewa juga sih kalau sekarang tuh media sosial lagi dijajah sama hacker-hacker gak
bertanggung jawab itu, jadi sedih aja sih lihat kondisi media sosial kayak gitu.”
Isi pesan yang ada di media sosial banyak yang telah menyalahi aturan dalam penyebaran informasi atau lebih tepatnya disebut penyalahgunaan
penyebaran informasi. Rizka menjelaskan bahwa sebaiknya para pengguna media sosial lebih bijak dalam dalam berbagai aktivitas yang ada di media sosial seperti
membagikan informasi, tidak hanya sekedar untuk mendapat banyak perhatian pengguna lain, seperti like, komentar ataupun agar banyak yang membagikan
kiriman tersebut, karena masyarakat sangat mudah mempercayai segala informasi yang dilihatnyaa, tentu sangat disayangkan apabila masyarakat tertipu dengan isi
informasi yang disampaikan adalah yang tidak berguna dan Rizka juga
Universitas Sumatera Utara
mengatakan bahwa hal semacam itu seperti memcuci otak pengguna media yang lain. Bahkan sebagian pihak menggunakan akun media sosial untuk menaikkan
nama yang nantinya menguntungkan diri mereka pribadi. Mengatasi hal tersebut menurut Rizka dengan cerdas memilih sumber informasi dan informasinya yang
jelas dan kridibel, serta layak untuk dikonsumsi. “Karena yang namanya masyarakat ini kan apa yang dia lihat itu yang dia
percaya gitu kan, rasanya sayang aja gitu yang seharusnya mereka mendapat informasi yang berguna tapi dengan hanya gara-gara itu, jadinya kontaminasi
otak juga sih kalau misalnya penyalahgunaan informasi. Kadang mereka kan juga buat akun official supaya menaikkan nama mereka juga, ya harus pinter-
pinter milih sumber sama informasi yang jelas dan bisa dipercaya sih. Ya intinya, harus pinter-pinter milih sumber sama informasi yang bisa dipercaya sih.”
Penyalahgunaan informasi yang seperti menunjukkan kondisi korban dari sebuah peristiwa menurut Rizka juga seharusnya bisa lebih dijaga kerahasiaan dan
tidak untuk disebarluaskan, karena hal seperti itu dapat mencemarkan baik dari pihak korban dan dari kerabat terdekat korban, meskipun bagi sebagian orang hal
tersebut merupakan bentuk dari keprihatinan dan simpati, tapi dampak yang ditimbulkan nantinya malah akan sebaliknya. Kejadian seperti ini sering terjadi di
beberapa kejadian seperti saat disebarkannya korban dari peristiwa jatuhnya pesawat Hercules di Padang Bulan, dan saat peristiwa pembunuhan dosen di salah
satu perguruan tinggi swasta Kota Medan. Kesadaran kritis pada informan ketiga, yaitu Arief, ia menjelaskan bahwa
pesan-pesan yang ada di media sosial memiliki dua sisi yang berbeda yaitu yang bermanfaat dan yang tidak. Pesan-pesan di media sosial bermanfaat ketika banyak
informasi yang bisa didapatkan dan menjadikan seseorang lebih update tentang suatu fenomena dan membantu komunikasi proses komunikasi, sedangkan
negatifnya seperti perilaku bully, penipuan dan ajang pamer. “Ada yang bermanfaat, ada yang enggak kak. Kalau manfaatnya itu kita bisa
berkomunikasi dengan orang lain, even dia jauh dari kita, terus banyak informasi yang kita dapatkan. Selalu update terhadap suatu fenomena. Kalau negatifnya
kayak bully di media sosial, penipuan, ajang untuk pamer. Tapi semua tergantung sama individu masing-masing sih kak, untuk memilih media massa mana yang
dianggap sangat memberikan benefit, dan media mana yang dianggao tidak bermanfaat buat dia. Kalau saya sendiri lebih milih apa informasi yang menurut
saya berguna aja sih.”
Universitas Sumatera Utara
Menurut pandangan Arief, informasi yang banyak disalahgunakan penyebarannya hanya dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk membuat
sensasi sehingga masyarakat gempar dengan informasi tersebut. Saat ini banyak pihak-pihak tidak bertanggung jawab yang memberikan informasi asal-asalan dan
tidak terbukti kebenaran beritanya. Arief menjelaskan bahwa dalam menghadapi situasi dan kondisi yang seperti ini, masyarakat seharusnya pandai-pandai
memilih informasi dan media apa yang paling benar dan akurat sehingga tidak jatuh dalam perangkap informasi palsu atau yang biasa disebut hoax, dan Arief
mengatakan bahwa meskipun hal-hal seperti itu mengganggunya, namun Arief lebih memilih untuk tidak mengomentari langsung di akun yang memberikan
informasi tersebut. Penyalahgunaan penyebaran informasi saat ini tidak hanya sebatas hoax dan berita palsu saja, melainkan juga banyaknya orang-orang yang
dengan sengaja membagikan foto-foto tragis yang menampilkan kondisi korban dari sebuah peristiwa. Menurut Arief, dengan disebarkannya foto-foto korban, itu
sudah melanggar hak asasi dari pihak korban sendiri, sehingga Arif merasa hal tersebut kurang bagus.
“Pendapat tentang itu sih kayaknya kurang bagus ya kak, apalagi media sosial menampakkan dengan jelas foto-foto korban dari suatu peristiwa. Macam
peristiwa diperkosa dan dimasukkan cangkol itu kan, itu sih udah melanggar hal dia juga kan. Ya kurang setuju aja kak.”
Penjelasan dari informan keempat, menurut Laura, pesan-pesan yang ada di media sosial untuk masa sekarang dapat dilihat dari dua sisi yang berbeda, yaitu
positif dan negatif. Ia berpendapat bahwa ada isi media sosial yang memang bermanfaat, karena informasi-informasi yang di dalamnya, seperti Twitter. Saat
ini banyak orang yang sudah kurang mengikuti Twitter, dan bahkan tidak menggunakannya lagi sama sekali, hal seperti itu bagi Laura adalah sebuah kabar
baik, karena ia merasa maka akan semakin berkurang pula orang yang sembrono atau alay dalam menggunakan Twitter. Akun-akun yang bertahan di Twitter,
seperti yang diikuti oleh Laura pribadi, kebanyakan adalah yang memberikan informasi-informasi bermanfaat, namun dari informasi-informasi yang diterima,
tidak sedikit juga orang-orang yang menyalahgunakan penyebaran informasi, karena Laura menganggap bahwa penyalahgunaan penyebaran informasi
merupakan tindakan yang tidak bertanggung jawab, yang tidak hanya merugikan
Universitas Sumatera Utara
dirinya sendiri dengan mencemarkan nama baiknya sendiri saja, tetapi juga merugikan seluruh orang yang membaca dan melihat informasi yang
dibagikannya melalui media sosial. Pengguna pun harus lebih cerdas dalam memilah mana-mana saja akun
dan informasi yang dapat diterima karena menurut Laura banyak juga yang menyebarkan informasi palsu dan yang bersifat opini. Beberapa pihak juga
menggunakan Twitter sebagai tempat untuk saling berkelahi mengena politik, yang pada dasarnya bahkan tidak memiliki pengetahuan dasar mengenai politik,
kemudian ada yang saling memprovokasi satu pihak dengan yang lainnya. Laura juga menjelaskan bahwa di Instagram pun jugabanyak terjadi hal-hal yang tidak
sepantasnya dilakukan di area publik seperti cyberbully, yang biasanya terdapat di kolom-kolom komentar dari foto-foto yang disebarluaskan.
“Tapi banyak juga yang menyalahgunakan penyebaran informasi, karena itukan sebenarnya merugikan ya, bukan hanya merugikan diri si pelaku tadi, tapi juga
merugikan semua yang baca sama semua yang lihat. Kayak misalnya di Twitter sendiri pun kita harus pinter-pinter memilah sebenarnya karena banyak kan yang
ngasi informasi-informasi palsu gitu. Kalau di Instagram sekarang lagi hebohnya bully, cyberbully, nah yang kayak gitu sih kan gak sepantasnya. Di Twitter sendiri
kita ya tergantung, harus dicek juga ini beneran fakta atau cuma opini. Di Twitter juga banyak kan yang dijadiin sebagai ajang berantem , kayak ada yang bener
ngerti politik ada juga yang cuma sok ngerti politik. Mereka ya bikin provokasi di akun masing-masing untuk dibaca sama kita, gitu. Terus jadinya suka
ngedumel aja, ini apaan sih. Tapi gak pernah sengaja mentionin mereka dan gak pernah komentar juga, kayak jangan dong, jangan gitu, itu gak pernah. Cuma
mikir, ini apa sih, terus ya paling kami bahas aja. Gak pernah ikut-ikutan juga ikut pro atau kontra, tapi punya tanggapan sendiri, gitu aja.”
Penyalahgunaan penyebaran informasi juga termasuk didalamnya seperti tindakan penyebaran foto-foto korban dari sebuah peristiwa yang mengandung
unsur sadistik, dan mengerikan untuk dilihat, untuk hal ini sendiri Laura menjelaskan bahwa tindakan tersebut telah melanggar kode etik jurnalis seperti
yang dipelajarinya di Ilmu Komunikasi, dan merupakan sebuah tindakan yang tidak bertanggung jawab. Ia melanjutkan, bahwa efeknya akan jauh lebih besar
dan sangat merugikan pihak korban, hal seperti ini menurut Laura telah melanggar hak asasi dan hal seperti itu tidak baik dilakukan oleh pengguna media sosial.
Universitas Sumatera Utara
“Sebenernya gak boleh kan, di Ilmu Komunikasi kita belajar kalau gak boleh kayak gitu Kita kan ada kode etik jurnalis, dan itu kan gak bertanggung jawab
banget ya, itu kan nanti efek ke korbannya jauh lebih besar, dan merugikan juga untuk kerabat dekat korbannya, terus itu juga udah melanggar hak si korban juga
. Itu gak baik sebenernya, ya gak boleh mereka seperti itu.”
4.1.6. Peran Keluarga Mahasiswa Terhadap Penggunaan Media Sosial
Anggota keluarga pada informan pertama yang menggunakan media sosial adalah kedua adiknya, namun ia membatasi mereka dalam menggunakan media
sosial. Ibunya sendiri sama sekali tidak memiliki media sosial dan sama sekali tidak tahu bagaimana menggunakan media sosial, namun Lucky sering mendapat
nasehat dari ibunya untuk tidak terlalu sering menggunakan dan tidak terus menerus membuka media sosial saat di hari libur. Hal itu menandakan bahwa
meskipun ibunya tidak tahu apa-apa mengenai media sosial, namun ia memperhatikan dan mengawasi perilaku anaknya dalam menggunakan media
sosial. “Mama sering ngelarang sih buka media sosial terus-terusan kayak waktu
liburan, gak tahu mau ngapain, paling buka laptop terus buka medsos, yang kayak gitu dilarang. Disuruh berhenti dulu, jangan situ-situ aja”.
Mirip dengan informan pertama, keluarga informan kedua sangat sering memberikan nasehat kepadanya dalam bermedia sosial, khususnya ibu.
Banyaknya kasus-kasus kriminal yang sering bermula dari media sosial membuat ibu Rizka sering memberitahu anak semata wayangnya tersebut agar selalu
berhati-hati ketika menggunakan Facebook, meskipun ibu dan nenek Rizka bukan pengguna media sosial, tetapi mereka mendidik Rizka agar tidak melenceng dalam
menggunakan media sosial. Rizka menjelaskan bahwa ia berusaha meyakinkan ibunya kalau ia menggunakan media sosial bukanlah untuk hal-hal yang negatif
dan sampai sekarang Rizka juga bersyukur karena tidak pernah menjadi korban cybercrime ataupun cyberbully, meskipun terkadang ia suka lupa waktu karena
media sosial “Jadi kadang begadang gitu kan, lupa waktu, terus diingetin, udahlah jangan
terlalu ini kali, gitu kan. Gak baik juga nanti malas belajar, kayak gitu gih. Padahal sebernya gak malas belajar juga sih.”
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan media sosial di dalam keluarga Arief, sebagai informan ketiga adalah seluruh anggota keluarganya, kecuali sang ayah, meskipun begitu bukan
berarti pengawasan orang tuanya lengah terhadap Arief dalam menggunakan media sosial. Orang tuanya kerap memberikan nasehat berupa peringatan untuk
berhati-hati dalam menggunakan sosial dan untuk tidak terlalu lama menggunakanya. “Keluarga kasih bimbingan kalau untuk itu misalnya disuruh
berhati-hati sama supaya enggak terlalu lama.” Keluarga informan keempat, khususnya sang ibu sangat memperhatikan
bagaimana anak-anaknya dalam menggunakan media sosial, karena dalam keluarganya sendiri pengguna aktif media sosial adalah ibu, dan kedua adik Laura.
Ibunya mengontrol konten-konten apa saja yang dilihat oleh anak-anaknya, seperti video di Youtube. Hal ini juga dikarenakan sang ibulah yang memperkenalkan
Laura dan adik-adiknya dengan media sosial, seperti saat pertama kali Twitter diluncurkan, yang mengunduh dan mendaftarkan mereka adalah ibunya, sehingga
ibunya tidak membebaskan handphone mereka begitu saja dan mengawasi setiap pemakaian. Orang tuanya juga kerap memberikan naseha agar tidak membuka
yang sembarangan dan untuk berhati-hati dalam bergaul. “Kalau kelaurga, yang lebih ngerti media sosial aku sih dari pada keluarga, tapi
mereka kontrol kayak misalnya banyak kan video-video di Youtube itu yang enggak bener, itu mereka kontrol. Kontrolnya itu , hape kan gak bebas sama
mama, mama kan ngerti jadi memang diperkenalkan media sosial itu sama mama, kayak pertama Twitter launching, mama yang downlotin, yang daftarin ini-itu, ya
diawasi. Ya orang tua ngasi tahu juga, jangan buka yang macem-macem itu ada, hati-hati bergaul.”
4.1.7. Tabel Kesadaran Kritis Mahasiswa
No .
Keterangan Informan I
Informan II Informan III
Informan IV
1. Pertama kali
mengguna- kan media
sosial dan akun media
SMP kelas 1
Facebook
SMP kelas 3
Facebook
SMP kelas 3
Facebook
SMP kelas
3
Facebook
Universitas Sumatera Utara
sosial pertama yang
dimiliki 2.
Kesadaran krits
terhadap pesan-pesan
yang ada di media sosial
Menemukan
adanya sisi yang positif
dan negatif
Lebih banyak
menemukan sisi negatif
Menemukan
adanya sisi positif dan
negatif
Menemukan adanya sisi
positif dan negatif
3. Kesadaran
krits terhadap
penyalah- gunaan
penyebaran informasi
yang ada di media sosial
Menyaring
memilih informasi
Tidak
memberikan komentar di
kiriman informasi
tersebut
Menyaring memilih
informasi yang didapat
Tidak
melakukan apa-apa
Menyaring
memilih informasi
yang didapat
Tidak memberikan
komentar di kiriman
informasi tersebut
Menyaring
memilih informasi
yang didapat
Tidak memberi-
kan komentar di
kiriman informasi
tersebut
4. Alasan
mengguna- kan media
sosial
Mempermu- dah
komunikasi
Mengikuti perkembanga
n zaman
Mudah untuk mendapatkan
informasi
Untuk memberikan
informasi yang
bermanfaat
Mengikuti perkembang-
an zaman
Memper- mudah
komunikasi
Mudah untuk
mendapat- kan
informasi
Mem- permudah
komunikasi
Mudah untuk
mendapat- kan
informasi
5. Penulisan di
media sosial
Mengguna- kan bahasa
Mengguna-
kan bahasa
Tidak mengguna-
Tidak
mengguna-
Universitas Sumatera Utara
dan bentuk informasi
yang dibagikan
baku dan tidak
menggunakan bahasa gaul
atau alay
Membagikan informasi-
informasi yang
dinilai bermanfaat
yang bersifat sastrawi
Membagika
n informasi- informasi
yang bermanfaat
kan bahasa gaul atau
alay
Membagikan informasi-
informasi yang dinilai
bermanfaat kan bahasa
gaul atau alay
Membagi-
kan informasi-
informasi yang dinilai
bermanfaat
6. Peran
Keluarga
Memberikan nasehat agar
membatasi waktu dalam
menggunakan media sosial
Memberikan
nasehat untuk
berhati-hati dan
membatasi waktu dalam
mengguna- kan media
sosial
Memberi- kan nasehat
untuk berhati-hati
dan membatasi
waktu dalam mengguna-
kan media sosial
Memberi-
kan nasehat untuk
berhati-hati dan
membatasi waktu
dalam mengguna-
kan media sosial
Sumber: Hasil Wawancara, 2016
Universitas Sumatera Utara
4.1.8. Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terkait kesadaran kritis mahasiswa Ilmu Komunikasi terhadap media sosial ke lapangan, yaitu
bagaimana kesadaran kritis mahasiswa Ilmu Komunikasi dalam melihat berbagai hal yang ada di media sosial dimulai dari berbagai sisi positif dan negatif, hingga
bagaimana cara-cara yang dilakukan oleh mahasiswa untuk menghindari atau mencegah pesan-pesan negatif tersebut mempengaruhi tindakan keempat
informan. Penyalahgunaan penyebaran informasi yang menjadi fenomena di media sosial juga menjadi perhatian khusus sekaligus menjadi sebuah pengingat
akan kesadaran setiap kali melihat pesan-pesan yang ada di media sosial, karena banyaknya pihak-pihak yang memanfaatkan hal tersebut untuk menjadi peluang
keuntungan baginya. Mahasiswa Ilmu Komunikasi juga memiliki gaya penulisannya sendiri ketika akan membagikan tulisan di media sosial dan juga
ketika akan membagikan informasi, lebih kepada membagikan informasi- informasi yang bermanfaat.
Kesadaran kritis terhadap media sosial merupakan sebuah kondisi yang dapat membuat mahasiswa Ilmu Komunikasi untuk mengkritisi bagaimana isi
pesan-pesan yang ada di media sosial dan menggunakannya sesuai dengan bidang yang dibutuhkan saja, tidak sekedar mencari popularitas dan keuntungan dengan
melakukan berbagai penyalahgunaan penyebaran informasi saja. Kesadaran kritis bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi bukan menjadi hal yang baru, namun istilah ini
lebih dikenal dengan literasi media, meskipun kesadaran kritis itu sendiri adalah sebuah bagian dari literasi media.
Ada beberapa dampak literasi media pada individu yang dipaparkan oleh Silverblatt Iriantara, 2009:35, yaitu kesadaran kritis, diskusi, pilihan kritis dan
aksi sosial. Penjelasan tersebut pada dasarnya sama dengan konsep kompetensi media yang dikemukakan oleh Gapsi dan Gehrke yang menekankan pada daya
kritis, refleksi, dan independensi. Kesadaran kritis, pilihan kritis, pada dasarnya merupakan hal yang bersangkutan satu dengan yang lain, yaitu kemampuan untuk
melihat, menganalisa, dan menilai dan menginterpretasikan pesan yang ada, yang kemudian segala informasi yang diterima disaring dan dipilih berdasarkan tingkat
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan dan seberapa tinggi nilai faktualitas dan aktualitas serta bagaimana informasi tersebut dapat berdampak.
Pada informan pertama, yaitu Lucky yang merupakan seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi yang menggunakan media sosial sejak tahun pertamanya di
sekolah menengah pertama, dengan akun pertamanya, yaitu Facebook. Media sosial ia gunakan sebagai media berkomunikasi dan mencari informasi untuk
kepentingan organisasinya di Mediapijar.com dan juga dibeberapa organisasi lainnya, selain itu ia juga menganggap bahwa penting untuk mengikuti
perkembangan zaman di bidang teknologi komunikasi. Informan juga melihat dan menilai informasi-informasi yang ada di media sosial dapat dikatakan bermanfaat
atau tidak ketika pengguna memilih informasi yang tersedia di media sosial, karena pesan-pesan yang ada di media sosial mengandung konten yang memiliki
dua sisi yang berbeda yaitu negatf dan positif. Lucky menilai bahwa beberapa informasi yang tidak positif bukan berarti
tidak memiliki manfaat secara keseluruhan, seperti meme, meskipun tidak ada unsur edukasinya namun dapat berguna sebagai hiburan, selain itu Lucky juga
menilai bahwa informasi yang mengandung unsur kriminalitas dan pornografi tidak bermanfaat untuk dikonsumsi, karena hanya akan semakin banyak ditiru
oleh masyarakat luas, dan banyak pihak yang menjadikannya ajang untuk beradu komentar yang berakhir menjadi debat kusir antara pro dan kontra. Menurutnya,
penyebaran informasi yang semakin mudah di media sosial membuat banyak orang melupakan etika yang harus dijaga ketika akan menyebarkan informasi.
Lucky menggunakan media sosial sangat memilih akun mana saja yang dapat ia ikuti dan informasi apa saja yang harus dipercaya, ia juga mencari
informasi tidak hanya dari sebuah sumber, namun juga dari berbagai sumber yang ada dan mencocokkan informasi-informasi tersebut, hingga ia benar-benar
percaya dan mau membagikannya kembali, namun itu juga ketika informasi tersebut ia anggap berguna bagi banyak orang. Lucky juga lebih memilih tidak
memberikan komentar sembarangan di akun media sosial, dan hanya berkomentar pada dirinya sendiri ketika melihat pembodohan yang dilakukan oleh oknum-
oknum tertentu. Informan dalam hal ini mampu menganalisa dan menilai
Universitas Sumatera Utara
bagaimana menilai pesan-pesan yang ada di media sosial serta memilih informasi- informasi yang ada.
Informan kedua adalah Rizka, seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2014. Ia menggunakan media sosial sebagai tempat untuk berbagi
informasi dan membagikan kultweet yang sempat menjadi tren beberapa waktu silam, kemudian ia juga mencari berbagai informasi yang dibutuhkannya. Rizka
menilai bahwa saat ini ia menggunakan media sosial dalam hal yang positif sehingga ia berpikir bahwa pada dasarnya media sosial memiliki nilai positif,
ketika penggunanya memang menggunakan dengan positif, namun ia juga menilai bahwa isi pesan di media sosial yang ia jumpai saat ini telah banyak terjadi
penyalahgunaan yang merugikan pengguna media sosial lainnya. Berbagai penyalahan penyebaran informasi yang tidak bertanggung jawab seperti
menyebarkan berita palsu atau hoax dan pesan-pesan media sosial yang digunakan sebagian pihak untuk mendapatkan keuntungan, hal-hal seperti itu menurut Rizka
dapat diatasi dengan cerdas memilih sumber informasi dan isi informasi yang jelas dan kredibel, serta layak untuk dikonsumsi.
Informan ketiga, yaitu Arief, merupakan seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan tahu 2014. Alasan Arief menggunakan media sosial adalah
sebagai tempat untuk berkomunikasi dengan rekan-rekan mahasiswanya, dan untuk mencari dan juga membagikan informasi yang bermanfaat. Arief menilai
bahwa pesan-pesan yang ada di media sosial memiliki nilai yang baik dan buruk, bermanfaat dan tidak. Ia berpendapat bahwa media sosial dapat dinilai bermanfaat
ketika membantu orang untuk update terhadap sebuah informasi dan dapat membantu seseorang untuk lebih mudah berkomunikasi, sedangkan untuk
negatifnya, ia menganggap itu seperti perilaku bully, penipuan, ajang pamer dan berbagai bentuk penyalahgunaan penyebaran informasi yang hanya dibuat
kepetingan sepihak untuk membuat situasi menjadi gempar. Menurut Arief, masyarakat harus pandai-pandai dalam memilih informasi dan media apa yang
paling benar dan akurat sehingga tidak mudah jatuh ke dalam orang-orang yang menyebarkan informasi palsu atau biasa disebut hoax.
Universitas Sumatera Utara
Laura, yang menjadi informan keempat sekaligus terakhir, adalah seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan tahun 2014. Laura menggunakan media
sosial untuk memenuhi kebutuhannya akan informasi dan untuk saling terhubung dengan orang-orang disekitarnya. Menurut Laura mengenai media sosial yaitu
dapat dinilai dari sisi positif dan negatif. Ia berpendapat bahwa ada informasi di media sosial yang bermanfaat dan ada juga yang sebaliknya. Ia menilai bahwa
pengguna harus cerdas dalam memilah akun-akun yang informasinya dapat dipercaya, karena banyaknya pihak yang menyebarkan informasi palsu dan yang
bersifat opini, bahkan ada beberapa pihak yang menggunakan media sosial seperti Twitter yang digunakan sebagai tempat untuk berkelahi dan adu pendapat
mengenai politik, yang pada dasarnya si pengguna tersebut bahkan tidak memiliki dasar politik atau tidak benar-benar mengerti politik sama sekali.
Darmawan Sasangka dan Darmanto, 2010:21-23 menjelaskan bahwa literasi media merupakan gerakan membangun kesadaran dan kemampuan publik
untuk mengendalikan penggunaan media dalam memenuhi kebutuhannya. Kesadaran dan kemampuan yang dimaksud bukan hanya kemampuan memilih
media, namun juga dengan isi dari media tersebut. Hal ini masuk dalam kategori pernyataan informan mengenai pemilihan media dan isinya. Pada Lucky, ia
menjelaskan bahwa sebagai pengguna media sosial, harus cerdas dalam memilih sumber informasi dan isinya dan mencari sumber lain untuk mencocokkan
kebenaran dari sebuah informasi untuk akhirnya dapat ia percaya. Informan kedua, yakni Rizka, berpendapat bahwa pengguna media sosial harus lebih bijak
dalam berbagi aktivitas dan membagikan informasi, dan tidak untuk sekedar mencari popularitas, kemudian ia juga mengatakan agar pengguna juga cerdas
dalam memilih sumber informasi dan isi informasi yang jelas dan kredibel, serta layak untuk diikonsumsi. Pada Arief, ia menjelaskan bahwa untuk menghadapi
situasi media sosial yang seperti sekarang, masyarakat seharunya pandai-pandai dalam memilih informasi dan media apa yang paling benar dan akurat, sehingga
tidak jatuh ke dalam perangkap pihak-pihak tidak bertanggung jawab. Penjelasan Laura tidak berbeda dengan Arief, yaitu ia menilai bahwa pengguna harus lebih
cerdas dalam memilah mana-mana saja akun dan informasi yang dapat diterima karena banyaknya informasi palsu beredar di media sosial. Pada informan kedua,
Universitas Sumatera Utara
ketiga dan keempat, mereka tidak mencari tahu lebih dalam mengenai informasi seperti mencari ke sumber lain yang seperti dilakukan oleh Lucky, sehingga
mereka kurang dalam hal pengklarifikasian informasi. Kesadaran kritis terhadap media sosial juga dikaitkan dengan bagaimana
perilaku pengguna dalam menggunakan media sosial, alasan pengguna menggunakannya dan bagaimana cara berkomunikasinya, termasuk di dalamnya
menuliskan pesan, dan sebagainya. Lucky, sebagai informan pertama, menggunakan media sosial sejak SMP, dengan akun pertamanya yaitu Facebook.
Lucky menjelaskan bahwa ia menggunakan media sosial untuk mengikuti perkembangan teknologi komunikasi, sehingga ia tidak tertinggal dengan
perkembangan zaman, kemudian ia yang juga aktif di beberapa organisasi mengharuskan Lucky untuk update informasi, yang membuatnya harus mencari
informasi terbaru. Jumlah jam pemakaian media sosialnya lebih kurang sekitar empat hingga lima jam dalam sehari. Ia hanya menggunakannya ketika memiliki
waktu luang atau disaat ia diharuskan untuk membuka media sosial, seperti saat sedang bertugas sebagai admin sebuah organisasi, kemudian ia juga menggunakan
media sosial saat ia sedang berkomunikasi dengan saudara atau temannya. Akun media sosial yang digunakannya sekarang adalah Instagram,
Twitter, Path, Line, Blackberry Messenger, dan Ask.Fm. Akun yang sering ia gunakan yaitu Instagram dan Line. Instagram ia gunakan lebih kepada
menyalurkan hobi saja, dengan membagikan foto-foto, namun dalam penulisan caption, ia menggunakan penulisan bahasa buku, sedangkan untuk Line, ia lebih
sering membagikan info-info dari grup yang satu ke grup yang lain, sedangkan untuk like dan komentar terhadap sebuah, Lucky lebih sering memberikan like
terhadap sebuah postingan, namun ia sangat memilih informasi apa yang menurutnya cocok untuk diberi tanda suka tersebut.
Informan kedua, yakni Rizka, mulai menggunakan media sosial sejak SMP, dan akun yang pertama dibuatnya adalah Facebook, namun saat ini media
sosial yang digunakannya adalah Twitter, Line, Path, Ask.Fm, dan Blogger. Ia juga memiliki akun Youtube, namun jarang digunakannya. Rizka menjelaskan
bahwa ia lebih sering menggunakan Line dibandingkan dengan semua akun-akun
Universitas Sumatera Utara
media sosial lain yang ia miliki. Rizka mengatakan bahwa ia menggunakan akun- akun media sosialnya tersebut adalah untuk mencari dan membagikan informasi
yang berupa kultweet. Bentuk penulisan dan kiriman yang dibagikan oleh Rizka di media sosial merupakan informasi-informasi seperti tentang beasiswa, dan
informasi bermanfaat lainnya. Ia juga memikirkan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan tulisannya di media sosial, seperti bentuk penulisan, pemilihan
kata-kata, dan Rizka menuliskan kirimannya ke dalam bentuk kalimat yang sastrawi. Rizka mengatakan bahwa waktu yang ia habiskan untuk bermedia sosial
hanya sekitar empat hingga lima jam dalam sehari. Arief, sebagai informan ketiga, menggunakan media sosial sejak ia
memasuki tahun ketiganya di SMP, dengan akun pertamanya yaitu Facebook, namun saat ini Arief memiliki beberapa media sosial yang lain, seperti Twitter,
Instagram, Path, Line, Blackberry Messenger, dan Ask.Fm. Alasan Arief untuk menggunakan media sosial adalah untuk komunikasi sesama rekan mahasiswa,
dan ia juga menggunakannya sebagai tempat untuk menyalurkan hobinya, serta untuk mencari dan membagikan informasi yang bermanfaat. Arief menggunakan
gaya penulisan yang sewajarnya di media sosial, dan tidak menggunakan kata- kata gaul atau yang biasa disebut alay. Arief menggunakan media sosial dengan
jam pemakaian yang relatif, walaupun terkadang ia menghabiskan waktu hingga lima jam dalam sehari.
Laura yang merupakan informan keempat, mengatakan bahwa ia memiliki media sosial sejak masuk SMP dengan akun pertamanya yaitu Facebook,
sedangkan untuk saat ini Laura memiliki beberapa akun media sosial lain seperti Twitter, Instagram, Line, Ask.Fm, dan Path. Alasan yang belatarbelakangi Laura
untuk menggunakan media sosial adalah untuk memenuhi kebutuhannya akan informasi, selain itu ia juga menggunakannya untuk saling terhubung dengan
orang-orang terdekatnya. Laura menuliskan pesan ataupun kiriman dalam media sosial dengan tidak menggunakan bahasa gaul atau alay dan tidak resmi. Laura
juga memberikan like dan bahkan membagikan informasi atau berita yang menurutnya penting untuk disebarkan ke orang lain. Jumlah jam pemakaian media
sosial Laura lebih kurang lebih dari dua jam dalam sehari.
Universitas Sumatera Utara
Pemikiran teoritik tentang literasi media merupakan produk dari sejarah intelektual barat Raharjo, 2012:22. Pemikiran tersebut terkandung lebih kurang
dua pernyataan penting mengenai literasi media, yang pertama yaitu literasi media mendorong munculnya pemikiran kritis khalayak terhadap program-program yang
disajikan,. Kedua adalah literasi media memungkinkan terciptanya kemampuan untuk berkomunikasi secara kompeten dalam semua bentuk media dan bersikap
proaktif dan reaktif dalam memberikan makna terhadap program-program yang disajikan oleh media, dalam hal ini bagaimana mahasiswa melihat sebuah
informasi atau pesan di media sosial dikatakan bermanfaat atau tidak, dan untuk apa ia menggunakan media sosial tersebut, seperti keempat informan yang
memanfaatkan media sosial untuk alasan-alasan yang spesifik, dan tidak menggunakannya untuk hal-hal yang negatif atau hanya iseng saja, kemudian
bagaimana informan menilai kiriman pesan atau informasi yang ada di media sosial yang mereka tanggapi dengan memberikan like atau membagikannya
kepada pengguna media sosial yang lain. Lucky, Arief dan Laura dalam membagikan tulisan lebih menggunakan
bahasa normal atau baku dan tidak menggunakan bahasa gaul, berbeda dengan Rizka yang menggunakan bahasa khusus, yaitu bahasa sastrawi. Lucky, Arief dan
Laura dalam menggunakan media sosial untuk mempermudah komunikasi antar rekan dan saudara, kemudian mereka juga menggunakannya untuk mencari dan
berbagi informasi yang menurut mereka informasi tersebut bermanfaat. Rizka sendiri menggunakan media sosial lebih kepada mencari dan berbagi informasi
yang bermanfaa saja, tidak sebagai komunikasi personal. Fakta-fakta tersebut
menjelaskan bahwa mahasiswa sudah terliterasi dalam hal bermedia sosial dan hal tersebut menguatkan teori yang telah disebutkan sebelumnya.
Peran keluarga, khususnya orang tua menjadi penentu bagaimana anak- anaknya dalam menyikapi pesan-pesan atau informasi yang ada di media sosial,
dan bagaimana anak-anak mereka dalam menggunakan media sosial itu sendiri. Anggota keluarga Lucky yang menggunakan media sosial adalah ia, dan kedua
adiknya, sedangkan ibunya sama sekali tidak memiliki, dan tidak tahu bagaimana menggunakan media sosial, namun Lucky sering mendapat nasehat dari ibunya
Universitas Sumatera Utara
mengenai jam pemakaian media sosial agar tidak terlalu lama. Keluarga Rizka yang menggunakan media sosial hanya ia seorang diri, namun ibunya sangat
sering memberikan nasehat dalam bermedia sosial agar selalu berhati-hati, dan agar ia tidak lupa waktu dalam bermedia sosial.
Pengguna media sosial di keluarga Arief adalah seluruh anggota keluarganya, kecuali sang ayah, meskipun begitu, pengawasan orang tua Arief
tidak lengah, orang tuanya kerap memberikan nasehat kepada Arief agar selalu waspada dalam menggunakan media sosial dan agar tidak terlalu lama
menggunakannya. Anggota keluarga Laura yang menggunakan media sosial adalah ibu dan kedua adiknya. Laura dan kedua adiknya sangat dikontrol oleh ibu
mereka dalam menggunakan media sosial, dan mengontrol konten-konten apa saja yang mereka lihat. Ibu mereka kerap memberikan nasehat agar tidak membuka
yang sembarangan, dan agar berhati-hati dalam bergaul. Kesadaran kritis pada masyarakat membutuhkan dukungan untuk
mengembangkan pemahaman mengenai kesadaran dalam melek media dan lebih membimbing dalam menggunakannya, yang disebut sebagai kelompok strategis,
yaitu guru dan ibu rumah tangga Iriantara, 2009:65. Peran ibu rumah tangga juga sebagai sasaran utama terkait posisi strategis mereka dalam menyebarkan
kesadaran media kepada keluarga, terutama anak-anak, yang dalam hal ini ketika seseorang mendidik seorang ibu rumah tangga, maka sama dengan mendidik dua
generasi sekaligus, sehingga peran ibu di dalam sebuah keluarga sangat penting untuk mengayomi dan membimbing keluarga dan anak-anaknya dalam
menggunakan media Tim Peneliti PKMBP, 2013:77. Keterangan yang didapat peneliti dari semua informan mengenai peran keluarga yang membimbing dalam
menggunakan media sosial adalah ibu mereka, hal ini sesuai dengan teori bahwa ibu memang sebagai tempat untuk memberikan bimbingan dan arahan mengenai
perilaku mahasiswa dalam bermedia sosial.
Universitas Sumatera Utara
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan