Kesadaran Kritis Mahasiswa Terhadap Media Sosial (Studi Deskriptif Kualitatif Literasi Media Tentang Kesadaran Kritis Mahasiswa Ilmu Komunikasi USU Terhadap Media Sosial)

(1)

Informan I

Nama : Lucky Andriansyah Usia : 20 Tahun

Agama : Islam Suku : Jawa

Hobi : Traveling dan Membaca 1. Adek lahir tanggal berapa, dan dimana?

Jawaban: Lucky lahir di Bandung, tanggal 19 bulan 11 tahun 1996. 2. Alamat adek dimana?

Jawaban: Alamat lucky di jalan Garu 1 Gg. Rambe nomor 158 C Medan 3. Nama orang tuanya siapa?

Jawaban: Yaya Mulyana dan Farida Hanum.

4. Lucky anak ke berapa dari berapa bersaudara? Jawaban: Anak pertama dari tiga bersaudara

5. Terus pekerjaan orang tuanya apa?

Jawaban: Orang tua laki-laki udah gak ada, orang tua perempuan sekarang ada kerja wiraswasta, usaha.

6. Kira-kira penghasilan dari ibu berapa?

Jawaban: Untuk perbulannya itu kurang lebih sekitar satu sampai dua juta 7. Adek kenapa masuk komunikasi?

Jawaban: Jadi awalnya gak tau sih komunikasi itu seperti apa gitu kan, cuma sempat cari-cari info juga mengenai komunikasi itu bisa jadi humas, dan segala macem, jadi tertarik aja kebetulan Lucky kan suka ngomong, jadi itu sih alasannya, pengen mendalami public speaking-nya aja.

8. Kalau untuk penjuruan, milih antara PR , jurnal, atau periklanan, berdasarkan pilhan sendiri adek milihnya apa?


(2)

Jawaban: Masih bimbang kak

9. Organisasi apa aja yang adek ikuti?

Jawaban: Lucky ikut Media Pijar, Kophi Sumut, Doodle Art, IMAJINASI, FOKUS, sama Indonesia Youth Icon

10. Sejak kapan adek pake media sosial?

Jawaban: Kalau sejak kapan, dari SMP udah pake media sosial, cuma kalau untuk aktif di media sosial sendiri itu sejak SMA.

11. Apa akun pertama yang adek buat? Jawaban: Akun pertama kali itu Facebook sih,

12. Itu kelas berapa? = Facebook itu kelas 1 SMP

13. Dalam sehari adek seberapa sering pakai media sosial?

Jawaban: gak bisa dihitung sih, soalnya kalau ada waktu luang ya bukanya media sosial, lebih kurang ya empat sampe lima jam sehari sih.

14. Adek untuk mengakses media, apa-apa aja yang ada? Misalnya Tv kabel, komputer, laptop, smartphone.

Jawaban: Cuma ada beberapa aja, laptop, smartphone, komputer, tv biasa, itu aja. 15. Sekarang ini akun media sosial apa aja yang adek punya?

Jawaban: Path, Instagram, Facebook, Twitter, Line, Gmail, Blackberry Messenger, Ask.fm, udah sih itu aja

16. Adek kenapa pakai media sosial?

Jawaban: Alasannya sih itu, pertama kan mempermudah komunikasi, terus semakin kesini kan kita juga makin modern zamannya gitu kan, apalagi kayak Lucky tuh sangat butuh untuk informasi gitu kan, nah dari media sosial kan banyak tuh informasi-informasi, itu sih alasan kenapa Lucky bermedia sosial karena Lucky butuh informasinya. Dari Pijar kan harus update, apalagi kan kayak Lucky salah satu yang kebagian untuk informasi-informasi kayak humasnya gitu, jadi kan seorang humas juga memang harus update dalam segala hal gitu kan, ya


(3)

apalagi juga selain Pijar Lucky juga humas Imajinasi, terus ada di organisasi lain juga Lucky humas . apalagi kan sekarang ini kalau kita ketinggalan zaman saat ngobrol dengan temen-temen kita kan jadi malu sendiri, gitu.

17. Menurut Lucky informasi-informasi yang ada di media sosial itu bermanfaat gak?

Jawaban: Untuk informasi yang ada di media sosialnya, itu kembali lagi sih ke kita gimana kita memilih-milihnya gitu, kalo misalnya kita ibaratkan kita makan satu bakul istilahnya gitu kan, kita akan kaya informasi tapi ya tergantung informasinya itu, informasi yang seperti apa gitu. Jadi informasinya kalo menurut Lucky itu ada yang baik dan ada yang enggak, gitu.

18. Yang enggak itu gimana?

Jawaban: Maksudnya bukan gak bermanfaat juga sih, bermanfaat, cuma untuk sekedar guyonan doang, sekedar hiburan, gitu. Dan apalagi kan untuk penyebaran informasi sendiri itu lebih mudah dengan media sosial dan bahkan kalau misalnya kita menjurus ke arah negatif, itu bisa aja kita nyari informasi mengenai hal-hal yang gak baik gitukan, kayak misalnya tentang kejahatan, seks atau apa gitu.

19. Kalau Lucky nih, media sosial yang paling sering dipake itu apa? Jawaban: Instagram sama Line

20. Gimana komentar adek terhadap penyalahgunaan penyebaran informasi yang ada di media sosial?

Jawaban: Ya kadang kan orang nyebarin informasi tanpa ada bukti yang jelas gitukan, kebanyakan mereka cuma cuap-cuap biar hits, supaya kelihatan eksis aja. Tapi mereka gak tau itu sebenernya infonya bener atau enggak..Jadi orang yang bodoh sih, orang yang gak bisa saring informasi dulu yang menyalahgunakan media sosial gitu. Dengan menyebar informasi yang gak jelas itu sama aja kayak membunuh karakter dia, dengan hal yang kayak gitu kan otomatis dia dicap gak jelas. Dia memang jadi eksis tapi eksisnya itu kearah yang negatif.

21. Kalau Lucky sendiri gimana?

Jawaban: Kalau Lucky orangnya agak kritis sih baik di media sosial, juga yang lain. Mungkin karena kuliah di komunikasi juga kali ya, Lucky jadi tahu mana


(4)

info-info yang bisa dikatakan fake atau gimana gitu. Yaudah bisa memilih sih info yang bagus yang cocok untuk diikuti. Kayak Instagram, mana akun yang bagus atau yang enggak. Dan Lucky tuh suka ngoceh sendiri aja ngeliat orang mau dibodoh-bodohi sama media sosial gitu. Makanya dari beberapa akun Lucky, menurut Lucky udah gak ada manfaatnya lagi, jadi udah jarang Lucky pake.Paling cuma buat komunikasi aja gitu.

22. Kalau adek, melihat suatu informasi, bisa tahu itu fake atau enggak gimana caranya?

Jawaban: Untuk tahu itu fake atau enggaknya ya pertama, kalau kita sebagai orang cermat ya kita cari dulu kebenaran informasinya, benar-benar dari sumber yang jelas, ya mungkin diakses dulu di web itu mengenai kejelasannya. Kan memang ada beberapa media yang memang udah kita percaya sebagai media yang cocok untuk diterima informasinya. Dilihat dulu apakah media itu menyebarkan informasi seperti itu juga apaenggak. Jadi kalau dari Lucky sendiri, Lucky cek dulu itu benar apaenggak, kalau misalnya ada beberapa media yang nyebarin, kayaknya benar. Tapi kita lihat juga kalau mau share ulang, kira-kira menimbulkan manfaat gak. Bagi kita gitu atau bagi orang lain. Kalau misalnya benar informasinya tapi gak ada manfaatnya ya untuk apa di share lagi. Jadi ya untuk menyebar informasi kayak gitu ya kita lihat-lihat juga infonya tentang apa, ya kalau gak ada gunanya ya buat apa juga. Tapi kalau misalnya informasinya benar, dan kita harus nge-share buat berguna juga buat orang ya gak masalah.

23. Lucky sering nulis di media sosial gak?

Jawaban: Kayak tadi Lucky bilang, Lucky itu update di Instagram sama Line, jadi mungkin kalau misalnya di Instagram itu cuma buat have fun aja, terus juga karena ada beberapa Instagram grup yang Lucky pegang, jadi juga sering nge-share informasi sih untuk keberlangsungan orang, tapi kalau Instagram pribadi Lucky, enggaksih. Paling ya nge-share foto captionnya ya yang bahasa-bahasa buku atau gakalay, gitulah istilahnya. Tapi kalau misalnya untuk Line, ya Lucky seringnya nyebar informasi dari situ sih, misalnya dari grup ke grup gitukan, Lucky kan ada juga gabung di beberapa grup, jadi kalau misalnya ada sharing informasi di satu grup, ya Lucky sebarin ke yang lain gitu, kalau misalnya itu


(5)

memang membutuhkan gitukan. Misalnya ada lowongan pekerjaan, terus ada open recruitment, Lucky share, gitu aja sih sebenernya kalau dari akun pribadi Lucky.

24. Kalau melihat ada foto korban dari suatu peristiwa di sosial media, itu adek share atau gak?

Jawaban: Enggak. Itu hanya orang bodoh dan sama yang gak ngerti sama etika jurnalistik. Karena Lucky juga gabung di Pijar, jadi tahu sedikit banyaknya mengenai kode etik jurnalitik. Itu kan udah menyalahi sih sebenarnya orang yang nyebarin foto-foto, istilahnya berdarah gitu. Kayak yang maling kemarin di Pertanian kan, itu ya orang yang gak berotak aja sih. Itu kan manusia, mereka juga punya hak gitu kan, dan Lucky gak suka aja sih sama yang kayak gitu. Makanya Lucky juga gak pernah nyebar informasi misalnya informasi kecelakaan, informasi tragedi kayak maling di Pertanian, Lucky gak suka.

25. Kalau misalnya nih ada informasi baru, contohnya dari Wowfakta, adek biasanya suka langsung nge-like atau komentar gitugak?

Jawaban: Kalau like sering, tapi kalau komentar jarang sih, memang sih ada beberapa informasi yang memang gak bagus gitu kan, karena kan kalau misalnya kita love, otomatis bakal muncul di kiriman orang lain gitu kan. Ya Lucky sih lihat-lihat juga memang.

26. Adek selain Pijar, kegiatan luarnya apa?

Jawaban: Lucky ada di Imajinasi, Kophi Sumut, Fokus juga, terus di Doodle Art Medan, terus di Medan Menulis, dan juga Indonesia Youth Icon.

27. Keluarga adek yang pakai media sosial siapa-siapa aja?

Jawaban: Kebetulan mama Lucky buta media sosial, adek ada sih, tapi dia gak terlalu update, dibatasin sih untuk penggunaan media sosial sendiri, paling sepupu sih, terus keponakan, ya saudara-saudara luar sih, kalau keluarga inti, enggak.

28. Biasanya peran keluarga adek dalam membimbing memakai media sosial itu ada gak?


(6)

Jawaban: Mama seringngelarangsih buka media sosial terus-terusan kayak waktu liburan, gak tahu mau ngapain, paling buka laptop terus buka medsos, yang kayak gitu dilarang, disuruh berhenti dulu, jangan situ-situ aja.

29. Terus adek kalau mengekspresikan diri adek di media sosial itu gimana? Jawaban: Kalau dulu, Lucky memang terlalu bebas sih mengekspresikan diri di media sosial, bahkan untuk hal-hal gak penting aja sering Lucky posting, tapi sekarang karena Lucky udah ngerti mana yang bagus mana yang enggak, mana yang bagus untuk di share. Lucky juga sempat hapus beberapa foto di Facebook, dan media-media sosial yang lain, yang menurut Lucky itu gak pantas untuk di share, bukan gak pantas ya, tapi gak ada gunanya untuk di share. Jadi sekarang Lucky lebih memilih-milih aja sih, ini bagus gak untuk di share, gitu. Pokoknya ada beberapa pertanyaan dulu yang harus dilewati untuk Lucky nge-share sebuah foto gitu karena Lucky kan seringnya memang share foto, tapi kalau di Line sendiri, ya yang menurut Lucky itu patut untuk di share, ya gak ada masalah, walaupun itu share informasinya itu Lucky belajar dari yang waktu kemarin sempat ada penipuan dari Open RecruitmentNet TV, kan itu infonya udah nyebar kemana-mana tapi ternyata hoax, jadi banyak belajar sih dari kejadian itu, kalau misalnya mau nge-share, pastiin informasinya jelas dulu, gitu.

30. Kira-kira berita online apa aja yang sering adek lihat?

Jawaban: yang pastinya Mediapijar.com, Imajinasi Usu, kalau berita online mungkin kalau sekarang lebih mudah dari Line Todaysih ya, karena kanupdatetuh setiap informasinya. Tapi dipilih-pilih juga, gak harus semua dikonsumsi, terus Okezone lumayan juga, tapi gak terlalu sering sih, terus lebih ke Kompas.com, Kompasiana juga, itu aja, lebih ke Linesih kalau untuk itu, kan dari Line juga nyambung ke website berita lain.

31. Adek pernah jadi korban cybercrime atau cyberbullygak? Jawaban: Belum sih.


(7)

HASIL WAWANCARA Informan II

Nama : Rizka Gusti Sitanggang Usia : 19 Tahun

Agama : Islam Suku : Batak

Hobi : Membaca dan Menulis

1. Adek lahir tanggal berapa, dan dimana? Jawaban: Tanggal 5 Januari tahun1997, di Medan.

2. Alamat adek dimana?

Jawaban : Di jalan Besar Namo Rambe gang Sejarah, Dusun Empat, Desa Deli Tua

3. Nama orang tuanya siapa?

Jawaban: Agusman R. Sitanggang dan Yusria Ningsih. 4. Adek anak berapa dari berapa bersaudara?

Jawaban: Anak pertama dari satu bersaudara, alias anak tunggal. 5. Kalau boleh tahu, pekerjaan orang tuanya apa?

Jawaban: Kalau ibu jualan, jualan kayak sembako gitu di rumah, kalau ayah udah enggak ada.

6. Berapa kira-kira penghasilan mama adek? Jawaban: enggak tetap sih kak.

7. Adek apa aja yang ada untuk mengakses media? Misalnya Tv, Tv kabel, komputer, radio.

Jawaban: Kalau sejauh ini untuk media ya kak, Tv di rumah ada, terus dari laptop sama smartphone pribadi, radio juga.


(8)

8. Kenapa adek masuk Ilmu komunikasi?

Jawaban: Sebenernya kalau dipikir-pikir agak lari sih kak dari jurusan SMA dulu, dulu IPA terus ujung-ujungnya milih komunikasi, karena mikir waktu pas di SMA tuh kayaknya bosen ikut pelajaran eksak itu kayak ujung-ujungnya mentok gitu aja teorinya gak ada sesuatu yang menantang. Kalau Rizka sih ngerasa gitu.Jadi milih komunikasi karena Rizka orangnya lebih senang nyampein segala sesuatu itu dari ngomong kalau gak dari nulis. Terus juga dulu itu ikut-ikut organisasi osis jadi terbiasa apa-apa itu ngomong di depan. Jadi pas milih jalur undangan kepikiran apa sih jurusan yang gak terlalu ribet kuliahnya terus juga santai jalaninya, dan juga sesuai passion, setelah dicari cari, kemaren ada dua, ilmu kesejahteraan sosial sama komunikasi, karena Rizka suka sosial juga kan. Setelah mikir-mikir ilmu kesejahrteraan sosial itu kan mentok hanya di sosial aja, tapi kalau komunikasi kita bisa berbaur kesemua arah gitu kan, gak ada terbatas. Jadi Rizka masuk Ilmu Komunikasi.

9. Kalau nanti di penjurusan, adek milih jurnal, PR, atau periklanan?

Jawaban: jurnalistik, karena jurnalistik itu bagi Rizka sih sesuatu yang menantang, jadi setiap hari ada sesuatu yang baru terus juga kalau kita jadi seorang jurnalis kita gak bakal berhenti untuk belajar, karena Rizka orangnya suka gali-gali ilmu, terus orangnya suka penasaran, sama akar-akarnya bakal dicari gitu. Terus juga jurnalistik itu kan, kalau di pandangan Rizka ya, cewek yang memilih untuk jadi jurnalis itu masih sedikit apalagi di Kota Medan ya, apalagi orang tua berpikir itu kalau misalnya anak perempuan jadi jurnalis gimana gitu kan, jadi Rizka pengen buktiin kalau cewek jadi jurnalis itu gak masalah, gitu.

10. Organisasi apa aja yang adek ikuti?

Jawaban: ada FISIP USU english Club, PRASTA, PERSMA Pijar, Esperanto Medan, Komunitas 1000 Guru Medan, Yayasan Bangga Jadi Indonesia, sama Transmania Medan kak.

11. Terus adek udah berapa lama pakai media sosial? Jawaban: Kalau media sosial Rizka dari SMP kelas 3.


(9)

Jawaban: Facebook.

13. Adek sekarang akun media sosial apa aja yang adek punya?

Jawaban: Facebook ada, Twitter ada, Instagram, Line, Path juga, Ask.fm juga ada, terus Blogger juga masuk,Youtube ada sih, tapi gak main terlalu rajin.

14. Yang paling sering adek pakai apa? Jawaban: Yang paling sering, Line.

15. Kalau menurut adek bagaimana informasi-informasi yang ada di media sosial?

Jawaban: Kalau menurut Rizka sih media sosial itu lebih banyak positifnya sih kalau emang kita menggunakannya positif. Kebetulan karena Rizka juga dari awal mikirnya positif untuk gunain media sosial, jadi makanya Rizka bilang media sosial itu lebih banyak sisi positifnya, terus juga gak menutup kemungkinan ada sisi negatifnya.Tapi bagi Rizka sebagai pengguna media sosial itu, negatifnya sedikit lah.Paling enggak itu sisi negatifnya tuh kayak misalnya kita lebih banyak ngabisin waktu di dunia maya, ketimbang di dunia nyata, Rizka pernah ngalami itu, tapi setalah itu kita sendiri yang bisa menyeimbangkan itu, gitu.Jangan gara-gara media sosial kita sampai lupa dunia nyata gitu.

16. Kenapa adek menggunakan media sosial?

Jawaban: Karena awalnya kan Facebook ya, terus temen-temen banyak buat kultweet-kultweet gitu di Twitter,yang sifatnya itu pendek-pendek tapi kalau di Facebook panjang-panjang ya, jadi bacanya agak malas. Mikir kayak mana caranya supaya orang tetap stay sama akun kita, tapi sifatnya itu kita tetap ngasi tweet-tweet yang bagus, dikasih tahu sama temen ada nih media sosial yang baru, Twitter, terus juga untuk nyari-nyari informasi atau berita-berita hangat gitu. Jadi sebenernya, karena mikir apa sih kebutuhan yang sekarang lagi diganderungin sama anak-anak sekarang , gitu. Misalnya Facebook anak-anak sekarang malas baca kan, jadi lebih ke yang sifatnya yang singkat-singkat. Terus kalau Line itu


(10)

kan karena ada stikernya kan, jadi lucu, jadi kalau baca chat ada stikernya jadi semangat, jadi ngikutin apa yang lagi diganderungin sama anak-anak muda sekarang .

17. Biasanya adek posting-posting atau nulis apa aja di media sosial?

Jawaban: Kalau Rizka biasanya posting tentang beasiswa, info-info yang bermanfaat sih, gak jauh-jauh dari itu. Kalau tentang status pribadi, paling enggaknya itu tentang apa yang Rizka rasain, misalnya ya kayak dakwah-dakwah gitu sih. Jadi lebih Rizka pikir dulu sih , terus Rizka perhatiin itu kan dibaca banyak orang, jadi sebelum diposting tuh Rizka baca berulang-ulang, itu Rizka menempatkan diri Rizka sebagai seorang pembaca, yang gak melihat dari sisi apa yang Rizka rasain, gitu. Jadi Rizka buat gimana caranya supaya orang gak langsung tahu apa Rizka rasain. Jadi Rizka mikir gimana caranya agar aku sebagai penulis sekaligus pembaca bersikap netral terhadap apa yang aku posting, dan dalam pemilihan kata aku lebih gunain kata-kata yang bersifat sastra. Supaya lebih slow, lebih enak dibaca juga gak ngebosenin juga, tapi buat orang mikir, gitu.

18. Menurut adek isi dari pesan–pesan yang ada media sosial itu bermanfaat gak?

Jawaban: Kalau isinya aku menilai sih enggak. Malah kalau melihat dari semakin kemari, itu makin banyak yang gak bagus sebenarnya, tapi di sisi lain kayak misalnya yang gak bagus tuh banyak netizen-netizan yang ngeshare hal-hal yang harusnya itu gak perlu di share lah, misalnya kayak video-video yang dibuat hanya untuk menghebohkan netizen aja misalnya video-video yang usia keatas, tapi di share secara luas gitu, di Facebook kan ada tuh link yang isinya gimana-gimana gitu kan, kalau misalnya kita klik gak sengaja, ya jadinya kayak gitu. Terus kecewa juga sih, kalau sekarang tuh media sosial lagi di jajah sama hacker-hacker gak bertanggung jawab itu, jadi sedih aja sih lihat kondisi media sosial kayak gitu.

19. Manurut adek nih, bagaimana tanggapannya terhadap postingan yang menampilkan kondisi dari korban suatu peristiwa?


(11)

Jawaban: Itu kan sebenernya bisa dibilang privasi orang, maksudnya gak semua orang senang loh digituin, apalagi kalau misalnya keluarga si korban melihat kayak gitu kan, mungkin sebagian orang menilai ini bagus, kayak menyadarkan tapi di sisi lain keluarga korban sendiri kan gak senang dengan hal yang kayak gitu.

20. Kalau begitu, bagaimana pendapat adek mengenai penyalahgunaan penyebaran informasi yang ada di media sosial?

Jawaban: Kalau menurut Rizka sih penyalahgunaan penyebaran informasi yang seperti itu ya ada baiknya lah netizen-netizen yang menggunakan media sosial itu lebih bijak lagi gitu kalau nge-share informasi gitu, jangan sekedar hanya pengen mendpatkan likers misalnya, atau mendapat komentar yang banyak atau supaya sharenya itu lebih banyak, ya gak gitu juga. karena yang namanya masyarakat ini kan apa yang dia lihat itu yang dia percaya gitu kan, rasanya sayang aja gitu , yang seharusnya mereka mendapat informasi yang berguna tapi dengan hanya gara-gara itu jadinya kontaminasi otak juga sih kalau misalnya penyalahgunaan informasi. Kadang mereka kan juga buat akun official supaya menaikkan nama mereka juga. Ya intinya, harus pinter-pinter milih sumber sama informasi yang bisa dipercaya sih.

21. Di keluarga siapa aja yang pakai media sosial?

Jawaban: Kalau di rumah sih Rizka aja. Karena kebetulan yang kayak Ibu gitu, gak pala ngerti lah gitu media sosial, terus nenek juga gak pakai smartphone .

22. Ada gak dari keluarga ngasi bimbingan dalam bermedia sosial?

Jawaban: Kalau kayak gitu biasanya sih Ibu di rumah, karena mungkin kayak kasus anak hilang gara-gara Facebook itu, nah itu ibu sama nenek itu sampai marah gitu kan, “udahlah gak usah main Facebook lagi, nanti hilang gimana? Anak ku cuma satu”, kata mama gitu kan. Ya Rizka cuma ketawa aja sih, ya itu kan Rizka kan udah dewasa, pasti kan bisa memilih gitu mana yang baik mana yang gak, toh pun selama ini mama lihat kan Rizka pakai Facebook kan aman-aman aja kan, kayak misalnya cuma sahabat pena. Cuma kalau misalnya Rizka pakai media sosial di laptop misalnya, Rizka lupa waktu, gitu kan, karena asik chattingan sama temen-temen yang di Jawa, Kalimantan, jadi kadang begadang


(12)

gitu kan, lupa waktu, terus diingetin, udahlah jangan terlalu ini kali, gitu kan, gak baik juga nanti malas belajar, kayak gitu sih. padahal sebenernya gak males belajar juga sih, pas-pas waktu senggang aja.

23. Adek berapa lama biasanya pakai media sosial? Jawaban: Kalau Rizka sih paling lama 4 sampai 5 jam sehari.

24. Bagaimana sikap adek terhadap orang-orang baru yang adek kenal di media sosial ?

Jawaban: Kalau Rizka sih pertama lihat dulu namanya itu alay apa enggak, kedua Rizka lihat foto-fotonya, baru ketiga Rizka lihat postingan-postingannya, kalau misalnya memang dia ya bisalah untuk dikonfirmasi sebagai teman di media sosial itu, ya Rizka konfirmasi. Tapi gak bisa percaya sepenuhnya walaupun namanya bagus gak alay, karena pernah pengalaman Rizka, nama dia bagus terus dia dari Arab gitu kan, terus dia ngechat gitu, ya Rizka mikirnya gak apa-apa lah sebagai teman chattingan dalam Bahasa Inggris, ngelatih bahasa asing juga, eh tahu-tahu lama chattingan ini kok bahasnya aneh-aneh ya, gitu kan, dari situlah Rizka blokir. Jadi kalau misalnya Rizka ngerasa gak nyaman, Rizka langsung blokir.

25. Pernah jadi korban cybercrime gak?

Jawaban: Kalau cybercrime, enggak pernah sih kak. 26. Adek sering baca media online apa aja?


(13)

Informan III

Nama :Muhammad Arief Usia : 20 Tahun

Agama : Islam Suku : Minang

Hobi : Fotografi, Membaca, dan Menulis

1. Adek lahir tanggal berapa, dan dimana? Jawaban: Tanggal 5 Maret tahun 1996 di Medan

2. Alamat adek dimana?

Jawaban: Di Komplek Griyah Sunda, Lubuk Pakam 3. Nama orang tuanya siapa?

Jawaban: Kalau mama, Nurleni Bahar. Kalau ayah Refrijon Tanjung. 4. Pekerjaan orang tuanya apa dek?

Jawaban: Wiraswasta kak 5. Itu ayah atau ibu? Jawaban: Dua-duanya kak

6. Kalau pendapatan orang tua adek berapa dalam sebulan? Jawaban: Kalau papa 2 juta kak, mama 5 juta.

7. Adek anak berapa dari berapa bersaudara? Jawaban: anak ketiga dari empat bersaudara

8. Adek kenapa masuk Ilmu Komunikasi ?

Jawaban: Awalnya gak mau ambil komunikasi, pengennya Hubungan Internasional kalau gak Hukum, tapi HI kan gak ada di USU, kalau Hukum gak dikasi mama. Ya mama bilang ambil komunikasi aja.Ya mau gak mau sih


(14)

kak.Tapi setelah dijalani enak juga kok masuk komunikasi.Hampir sejalan juga sih dengan cita-cita awal yang pengen jadi Dubes.

9. Di penjurusan nanti, adek pilih jurnal, humas, atau periklanan? Jawaban: pilih Public Relation kak

10. Kenapa adek pilih PR?

Jawaban: Ya karena passion-nya disitu kak, dan kembali k ambisi awal yag pengen jadi Dubes, kan PR gak terlalu melenceng.

11. Organisasi apa aja yang adek ikuti?

Jawaban: PRASTA, FOKUS USU, IMAJINASI, sama HMI kak, tapi yang HMI gak aktif.

12. Apa aja yang adek punya untuk mengakses media? Jawaban: Ada Tv kabel, smartphone, sama koran kak.

13. Adek pakai media sosial sejak kapan?

Jawaban: SMP kelas 3 udah mulai pakai media sosial kak 14. Media sosial apa tuh yang pertama kali adek punya? Jawaban: Facebook

15. Kalau sekarang, akun media sosial apa aja yang adek punya ?

Jawaban: Facebook, Twitter, Instagram, Path, Line, BBM, sama Ask.fm. Tapi yang Facebook sama Twitter udah jarang.

16. Kenapa adek pakai medsos-medsos tersebut?

Jawaban: Instagram karena suka foto, ya pakai aplikasi Instagram itu sih biasanya posting momen. Kalau Line untuk chat-chat sama nyari informasi juga sama kawan-kawan, karena kebanyakan kawan pakai Line. Ask.fm itu untuk kepo-in orang.Kalau BBM jarang dipakai sih kak. Tapi overall adek pakai medsos itu sendiri sih untuk komunikasi sama nyari informasi dan bagiin informasi kak.

17. Kalau gitu menurut adek apa pesan-pesan yang ada di media sosial itu bermanfaat?


(15)

Jawaban: ada yang bermanfaat, ada yang enggak kak. Kalau manfaatnya itu kita bisa berkomunikasi dengan orang lain, even dia jauh dari kita, terus banyak informasi yang kita dapatkan. Selalu update terhadap suatu fenomena. Kalau negatifnya kayak bully di media sosial, penipuan, ajang untuk pamer. Tapi semua tergantung sama individu masing-masing sih kak, untuk memilih media massa mana yang dianggap sangat memberikan benefit, dan media mana yang dianggap tidak bermanfaat buat dia. Kalau saya sendiri lebih milih apa informasi yang menenurut saya berguna aja sih.

18. Terus bagaimana adek mengekspresikan diri di media sosial?

Jawaban: Cara mengekspresikannya dengan bagaimana keseharian diri saya di dunia nyata. Kadang kan orang menggunakan media massa berubah 60 persen dari diri dia di dunia nyata kak, nah hal itu gak seharusnya dan bukan hal yang bagus untuk dititru. Karena nanti kan lama-kelamaan dia jadi orang lain di sosmed, jati dirinya sendiri bisa hilang gitu kak.

19. Maksudnya menjadi diri sendiri itu bagaimana?

Jawaban: Ya contohnya kan kalau di Path itu kadang orang suka check-in palsu biar kelihatan keren. Kalau awak gak pernah pula.

20. Adek sering nulis atau posting apa di media sosial, terus penulisannya gimana?

Jawaban: Posting berbagai hal lah kak, tapi paling sering itu posting foto, kalau status itu jarang. Itupun cuma di IG sama Path kak kalau posting foto, dan paling sering itu foto-foto momen sih kak. Kalau tulisan biasanya yang diperhatiin sih pemakaian kata-katanya enggak alay, itu aja kak

21. Kalau di Line sama BBM sering posting juga gak dek?

Jawaban: Gak kak, gak pernah malah. Paling kalau di BBM cuma ganti dp aja, Line sama BBM cuma buat chat-chat doang.

22. Kalau di Line sering like dari beranda gak?

Jawaban: Sering kak, kalau ada yang menarik di like dan bahkan di share.. 23. Kalau gitu biasanya apa aja yang adek share?


(16)

Jawaban: Yang di share itu ya kayak video-video keren dari akun-akun awesome. Cerita-cerita dan nasehat-nasehar dari akun Love Islam, quotes, terus akun kayak imajinasi itu sering di share juga kak.

24. Apa pandangan adek terhadap informasi yang ada di media sosial yang menapilkan foto korban dari suatu peristiwa?

Jawaban: Pendapat tentang itu sih kayaknya kurang bagus ya kak, apalagi media sosial menampakkan dengan jelas foto-foto korban dari suatu peristiwa. Macam peristiwa diperkosa dan dimasukkan cangkul itu kan, itu sih udah ngelanggar hak asasi dia juga kan. Ya kurang setuju aja kak.

25. Adek kegiatannya di luar jam kuliah apa aja?

Jawaban: Organisasi kak, kayak Imajinasi, Prasta, Fokus, sama les Toefl.

26. Dalam sehari adek ngabisin waktu untuk pakai medsos kira-kira berapa lama?

Jawaban: Relatif sih kak, kadang lima jam perhari.

27. Kalau di keluarga adek, yang pakai media sosial siapa aja? Jawaban: Kalau itu semua sih kak, kecuali papa.

28. Bagaimana peran keluarga adek dalam menggunakan media sosial? Apakah ada memberikan bimbingan atau nasehat?

Jawaban: Ada sih kak, keluarga kasih bimbingan kalau untuk itu misalnya disuruh berhati-hati sama supaya enggak terlalu lama.

29. Bagaimana komentar adek terhadap penyalahgunaan penyebaran informasi yang ada di media sosial?

Jawaban: Kurang suka aja kak, contohnya kayak hoax-hoax gitu kan, cuma bisa buat geger sama buat nama dia dikenal aja kak. Terkadang banyak juga sih orang salah memberikan info di sosmed tapi gak sesuai sama isi beritanya. Ya jadi menghadapinya kita lah pandai-pandai memilih media apa yang paling benar dan akurat. Kan kasian juga liat masyarakat dititu sama orang-orang yang nyebarin informasi palsu gitu, pastikan merugikan mereka. Dan walaupun saya ngelihat, tapi saya lebih no comment sih di postingannya.


(17)

30. Adek pernah jadi korban cybercrime gak? Jawaban: Alhamdulillah enggak kak.

31. Adek media online yang sering dibaca apa aja? Jawaban: analisadaily sama tribunmedan.com kak


(18)

Informan IV

Nama : Laura Arya Wienanta Usia : 19 Tahun

Agama : Islam Suku : Tionghoa Hobi : Membaca

1. Adek lahir tanggal berapa, dan dimana?

Jawaban: Laura lahir di Medan, tanggal 26 Februari tahun 1997. 2. Alamat adek dimana?

Jawaban : Di Jalan Sunggal Pekan, Nomor 437 Medan. 3. Nama orang tuanya siapa?

Jawaban: Kalau nama papa Burhan Agus, dan mama Yurike Artika. 4. Apa pekerjaan orang tua adek?

Jawaban: Ayah supir, mama ibu rumah tangga

5. Kalau pendapatan orang tua dalam sebulan kira-kira berapa? Jawaban: Kalau ayah 1,5 juta sampai 2 jutaan, kalau mama gak ada.

6. Adek anak keberapa dari berapa bersaudara? Jawaban: Anak pertama dari empat bersaudara.

7. Adek kenapa masuk Ilmu Komunikasi?

Jawaban: Karena cita-citanya mau kerja di Tv, karena ada Net TV sih awalnya. Jadi dulunya itu sama sekali gak kepengen masuk Ilmu Komunikasi, gak

kepikiran sama sekali, semenjak ada Net , itu belum sampai satu tahun ngelihat Net, ngelihat produsernya bagus,

filmnya berkualitas, jadinya mau masuk Ilmu Komunikasi. 8. Terus di penjuruan nanti maunya masuk mana?


(19)

Jawaban: Goyahnya antara jurnal sama humas sih. Kalau humas kan masih ngerasa ada kemampuan, terus banyak kenalan humas. Jurnal itu karena pribadi kepengen tapi ragunya karena, sanggup gak ya, kan keras ya kalau jurnal.

9. Organisasi yang adek ikuti apa aja dek?

Jawaban: PERSMA Pijar, USU Chanel, Mepro USU, IMAJINASI dan Fotografi USU.

10. Kegiatan diluar jam kuliah adek apa-apa aja?

Jawaban: Kalau organisasi Laura masuk tiga, Pijar, USUChannel, Fokus, sama di luar, ngajar.

11. Adek di rumah akses untuk media apa aja? Misalnya TV, TV kabel, laptop, smartphone.

Jawaban: Sekarang sih masih TV, sama smartphone. 12. Punya akun media sosial sejak kapan?

Jawaban: sejak SMP ada Facebook. SMP kelas satu kalau gak salah. 13. Sekarang akun media sosial yang adek punya itu apa aja?

Jawaban: Facebook, Twitter, Instagram, Line, Ask.fm, sama Path, itu aja sih. 14. Yang paling sering dipake apa aja?

Jawaban: Twitter, tapi jarang ngepost, cuma jadi sumber informasi. 15. Dalam sehari berapa lama sih kira-kira mengakses media sosial?

Jawaban: Dimana ada waktu luang, kayak lagi nunggu-nunggu, akses. Kalau misalnya ada waktu bebas aja.Kira-kira ya lebih dari dua jam lah.

16. Kenapa adek mau pakai media sosial?

Jawaban: Karena nyari informasi dari sana, berhubungan dengan banyak orang dari sana kayak Line gitu juga. Ada kebutuhan dan ada keinginan disana.

17. Menurut adek apakah pesan-pesan yang ada di media sosial itu bermanfaat?

Jawaban: Pesan-pesan di media sosial kalau sekarang ada dua sisi sih ya, yang pertama kayak Twitter, itu bermanfaat banget. Sekarang banyak orang yang udah


(20)

pindah dari twitter kan, tapi itu sebenernya bagus karena orang alay berkurang. Jadi yang bertahan di Twitter itu, kalau di following aku, kebanyakan sih yang ngasi informasi-informasi bermanfaat gitu, jadi memang informasinya dapet dari Twitter. Tapi banyak juga yang menyalahgunakan penyebaran informasi, karena itukan sebenarnya merugikan ya, bukan hanya merugikan diri si pelaku tadi, tapi juga merugikan semua yang baca sama semua yang lihat. Kayak misalnya di Twitter sendiri pun kita harus pinter-pinter memilah sebenarnya karena banyak kan yang ngasi informasi-informasi palsu gitu. Kalau di Instagram sekarang lagi hebohnya bully, cyberbully, nah yang kayak gitu sih kan gak sepantasnya. Di Twitter sendiri kita ya tergantung, harus dicek juga ini beneran fakta atau cuma opini. Di Twitter juga banyak kan yang dijadiin sebagai ajang berantem , kayak ada yang bener ngerti politik ada juga yang cuma sok ngerti politik. Mereka ya bikin provokasi di akun masing-masing untuk dibaca sama kita, gitu. Terus jadinya suka ngedumel aja, ini apaan sih. Tapi gak pernah sengaja mentionin mereka dan gak pernah komentar juga, kayak “jangan dong, jangan gitu”, itu gak pernah. Cuma mikir, ini apa sih, terus ya paling kami bahas aja. Gak pernah ikut-ikutan juga ikut pro atau kontra, tapi punya tanggapan sendiri, gitu aja.

18. Terus kalau adek sendiri, bagaimana menulis pesan di media sosial?

Jawaban: Kalau di media sosial lebih nulis ke apa yang saya alami sehari-hari dan apa yang menurut saya orang perlu tahu juga, kayak info-info gitu. Tapi saya ada organisasi di Media Pijar, disitu saya nulis berita, dan berita itu biasanya saya informasikan ke Twitter dan Instagram. Terus gaya penulisan saya juga sesuaikan dengan ketentuan Media Pijar sendiri, yang pertama informatif, terus jujur, transparan terus bahasa yang digunakan ya standar lah, gak menggunakan bahasa gaul gitu. Selain dari itu ya cuma buat tentang , apa yang dirasain tentang kuliah, tapi saya biasanya nulis itu juga perhatiin penulisannya sih supaya gak alay, ataupun kalau ada informasi ya dilike atau dishare aja. Kayak berita-berita atau informasi yang saya setuju atau yang saya rasa orang lain perlu tahu.

19. Di keluarga siapa aja yang pakai media sosial?

Jawaban: Di keluarga, mama punya, dua adik aku juga punya.


(21)

Jawaban: Kalau keluarga, yang lebih ngerti media sosial aku sih dari pada keluarga, tapi mereka kontrol kayak misalnya banyak kan video-video di Youtube itu yang enggak bener, itu mereka kontrol. Kontrolnya itu, hape kan gak bebas sama mama, mama kan ngerti jadi memang diperkenalkan media sosial itu sama mama, kayak pertama Twitter launching, mama yang downlotin, yang daftarin ini-itu, ya diawasi. Ya orang tua ngasi tahu juga, jangan buka yang macem-macem itu ada, hati-hati bergaul.

21. Adek pernah jadi korban cybercrime gak sejauh ini? Jawaban: Sejauh ini sih enggak.

22. Bagaimana pendapat adek mengenai informasi yang menampilkan foto korban dari suatu peristiwa yang ada di media sosial?

Jawaban: Sebenernya gak boleh kan, di Ilmu Komunikasi kita belajar kalau gak boleh kayak gitu,. Kita kan ada kode etik jurnalis, dan itu kan gak bertanggung jawab banget ya, itu kan nanti efek ke korbannya jauh lebih besar, dan merugikan juga untuk kerabat dekat korbannya, terus itu juga udah melanggar hak si korban juga .Itu gak baik sebenernya, ya gak boleh mereka seperti itu.

23. Media online yang sering adek baca apa aja? Jawaban: Hipwee.com, mediapijar.com, sama nyunyu.com


(22)

Daftar Pertanyaan

1. Kamu kelahiran tahun berapa, dan dimana? 2. Alamatnya dimana?

3. Pekerjaan orang tuanya apa? 4. Berapa pengahasilannya? 5. Nama orang tua kamu siapa?

6. Kamu anak keberapa dari berapa bersaudara?

7. Apakah kamu memiliki akses untuk memanfaatkan media? 8. Media sosial apa saja yang kamu miliki?

9. Kenapa kamu menggunakan media sosial tersebut?

10. Menurut kamu, apakah informasi yang ada di media sosial itu bermanfaat? 11. Bagaimana pendapat kamu terhadap penyalahgunaan penyabaran

informasi di media sosial?

12. Bagaimana pengalaman kamu dalam menulis pesan di media sosial? 13. Bagaimana peran keluarga dalam membimbing kamu menggunakan media

sosial?

14. Bagaimana kamu mengekspresikan diri di media sosial?

15. Apa yang akan kamu lakukan jika melihat berita di media sosial yang menunjukkan kondisi korban dari suatu peristiwa ?

16. Dalam sehari, seberapa sering kamu membuka media sosial? 17. Sejak kapan kamu menggunakan media sosial?

18. Saat ini apa kegiatan kamu di luar jam kuliah? 19. Kenapa kamu memilih jurusan ilmu komunikasi?

20. Saat penjurusan nanti, apa jurusan yang akan kamu ambil? Kenapa? 21. Media sosial apa yang pertama kali kamu gunakan?

22. Di keluarga kamu, siapa saja yang menggunakan media sosial? 23. Apakah kamu pernah menjadi korban cybercrime?


(23)

DAFTAR REFERENSI

Ahmadi, Dr. Drs. Rulam. M.Pd (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Ardianto,. Elvinaro. M.Si dan Q – Anees (2007). Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media

Baran, Stanley J (2003). Introduction to Mass Communication: Media Literacy and Culture. New York: Mc Graw Hill

Bungin, Burhan (2010). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana

--- (2008). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana

Raharjo, Turnomo (2012).. Literasi Media dan Kearifan Lokal: Konsep dan Aplikasi. Salatiga: UKSW dan ASPIKOM

Iriantara, Dr. Yosal (2009). Literasi Media: Apa, Mengapa, Bagaimana. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Morissan (2014). Teori Komunikasi: Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana Moleong, Lexy, J (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Mulyana, Deddy (2001). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sasangka, D. Danar dan Darmanto (2010). Ketika Ibu Rumah Tangga Membaca Televisi. Yogyakarta: Masyarakat Peduli Media dan Yayasan TIFA

Sugiyono (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Sunarto (2012). Literasi Media dan Kearifan Lokal: Konsep dan Aplikasi. Salatiga: UKSW dan ASPIKOM


(24)

Raharjo, Turnomo (2012). Literasi Media dan Kearifan Lokal: Konsep dan Aplikasi. Salatiga: UKSW dan ASPIKOM

Tamburaka, Apriadi (2013). Literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa. Jakarta: Rajawali Pers

Tim Peneliti PKMBP (2013). Model-Model Gerakan Literasi Media dan Pemantauan Media di Indonesia.Yogyakarta: Yayasan Tifa

Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo Setiady (2009). Metode Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Wibowo, Indiwan Seto Wahyu (2013). Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi. Jakarta: Mitra Kencana

Skripsi:

Harwina, Ayu Agnes (2011). Peranan Kaskus Dalam Mengkomunikasikan Kegiatan Klastik Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya

Jurnal:

Adiarsi, Gracia Rachmi,dkk (2015). Literasi Media Internet Di Kalangan Mahasiswa. Jakarta: STIKOM, The London School of Public Relations. Purba, Rebekka (2013). Tingkat Literasi Media Pada Mahasiswa. Medan: Universitas Sumatera Utara

Sumber Lain:

Diakses pada selasa, 8 Maret 2016 pukul 14.30 WIB.

http://www.kompasiana.com/akbarisation/tingkat-kesadaran-masyarakat-indonesia_550f01c7a33311a82dba84ee, diunduh pada 30 Maret 2016, pukul 14.49 WIB


(25)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1Metode Penelitian

Metode adalah sebuah proses, prinsip, dan prosedur yang digunakan peneliti untuk melakukan pendekatan dengan masalah yang akan diteliti dan mencari jawaban atas permaslahan penelitian. Metodologi diukur berdasarkan manfaatnya, dan tidak dapat diukur apakah suatu metode itu benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam sebuah penelitian (Mulyana, 2001: 145).

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (Ahmadi, 2014: 15) penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari orang-orang (subjek) itu sendiri. Pendekatan ini langsung menunjukkan latar dan individu-individu dalam latar itu secara keseluruhan. Yakni subjek penelitian, baik berupa organisasi ataupun individu, tidak dipersempit menjadi variabel yang terpisah atau menjadi hipotesis, tetapi dipandang sebagai bagian dari suatu keseluruhan.

Peneliti dengan metode ini akan berusaha memahami cukup dalam dunia subjek penelitian dan akan menjelaskan bagaimana bentuk kesadaran kritis mahasiswa Ilmu Komunikasi dalam media sosial dan bagaimana kekritisan mereka menjadi hal yang penting dan bermanfaat dalam bermedia sosial, bagaimana mereka melihat fenomena berita tidak senonoh, hambatan-hambatan mereka dalam memiliki kesadaran kritis, serta upaya-upaya pencegahan agar tidak mengikuti penyebaran berita yang tidak sesuai dengan etika dan juga terhindar dari berbagai bentuk tindakan kriminalismen kemudian peneliti aka menganalisis data yang diperoleh dari informan berdasarkan dengan teori yang digunakan.


(26)

3.2Objek Penelitian

Objek penelitian pada penelitian kualitatif menjelaskan tentang apa yang menjadi sasaran penelitian yang secara konkret tergambar dalam fokus masalah penelitian. Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah tingkat pemahaman mahasiswa Ilmu Komunikasi terhadap literasi media.

3.3Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian kualitatif disebut sebagai informan, yaitu orang pada latar penelitian yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi mengenai situasi dan kondisi latar penelitian (Moleong, 2010:132). Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Adapun kriteria subjek penelitian, yaitu:

1. Subjek penelitian adalah mahasiswa aktif Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Subjek penelitian merupakan mahasiswa angkatan 2014. 3. Subjek penelitian aktif dalam media sosial.

4. Subjek penelitian mengakses media sosial minimal 5 kali dalam sehari. 5. Subjek penelitian mengakses berita online minimal 1 kali dalam sehari. 3.4Kerangka Analisis

Berdasarkan bagan diatas, peneliti mengambil beberapa mahasiswa Ilmu Komunikasi angakatan tahun 2014 sebagai informan dalam penelitian. Fokus

Mahasiswa Kesadaran Kritis

Isi pesan media (baik/buruk)


(27)

utama yang ingin diteliti adalah untuk mengetahui bagaimanakah kesadaran kritis mahasiswa Ilmu Komunikasi dalam media sosial dalam konteks literasi media.

3.5 Unit Analisis

Menurut Spradly unit analisis pada umumnya dilakukan untuk memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh tentang situasi sosial yang diteliti oleh objek penelitian. Unit analisis dalam penelitian ini meliputi tiga komponen (Sugiyono, 2005: 68), yaitu;

1. Tempat (Place), dimana interaksi dalam penelitian ini berlangsung. Tempat berlangsungnya adalah di kota Medan, Sumatera Utara.

2. Pelaku (Actor), pelaku dalam penelitian ini adalah subjek penelitian sebagai informan yang sesuai dengan penelitian ini. Dalam hal ini adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi stambuk 2014 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Kegiatan (Activity), kegiatan yang dilakukan oleh pelaku dalam situasi yang sedang berlangsung dalam hal memiliki kesadaran kritis terhadap sosial media.

3.6Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data adalah cara-cara atau upaya yang ditempuh peneliti dalam mengumpulkan data-data yang relevan dengan masalah penelitian.

3.6.1 Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Metode wawancara mendalam

Merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil menatap muka antara pewawancara dengan informan, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama (Bungin, 2010: 108).


(28)

b. Pengamatan atau observasi

Pengamatan adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatanya melalui hasil kerja pancaindra mata dibantu oleh pancaindra lainnya. Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.

3.6.2 Keabsahan data

Penelitian kualitatif menghadapi persoalan penting mengenai pengujian keabsahan hasil penelitian. Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena beberapa hal (Bungin, 2008: 253):

1. Subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif.

2. Alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi.

3. Sumber data kualitatif yang kurang kredibel akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian.

Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Perpanjangan Keikutsertaan

Kehadiran peneliti dalam setiap tahap penelitian kualitatif membantu peneliti untuk memahami semua data yang dihimpun dalam penelitian. Peneliti kualitatif adalah orang yang langsung melakukan wawancara dan observasi dengan informan-informannya. Karena itu peneliti kualitatif adalah peneliti yang memiliki waktu yang lama bersama dengan informan dilapangan, bahkan sampai kejenuhan pengumpulan data yang tercapai (Bungin, 2008: 254).

b. Ketekunan Pengamatan

Untuk memperoleh derajat keabsahan yang tinggi, maka jalan penting lainnya adalah dengan meningkatkan ketekunan dalam pengamatan di lapangan. Pengamatan bukanlah suatu teknik pengumpulan data yang hanya mengandalkan kemampuan pancaindra, namun juga menggunakan semua pancaindra termasuk adalah pendengaran, perasaan, dan insting peneliti. Dengan meningkatkan ketekunan


(29)

pengamatan di lapangan maka derajat keabsahan data telah ditingkatkan pula (Bungin, 2008: 256).

3.6.3 Teknik Analisis Data

Bogdan dan Biklen (Moleong, 2010:248) menjelaskan bahwa analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengeorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang bisa dikelola, mensistesiskannya, mencari dan sampai menemukan pola, menemukan apa yang penting dan yang dipelajari, dan memutuskan apa yang bisa diceritakan kepada orang lain. Peneliti mendapat data dari informan yang memiliki kriteria sesuai dengan yang ditetapkan oleh peneliti dalam penelitian ini. Kemudian peneliti menggunakan teknik analisis data dengan model yang disebutkan oleh Miles dan Huberman (Sugiyono, 2005: 92) dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Melakukan reduksi data yaitu merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan hal yang dianggap penting untuk penelitian. Data yang diperoleh di lapangan memiliki jumlah yang cukup banyak sehingga diperlukan analisis data melalui teknik reduksi. Dengan demikian akan terlihat jelas gambaran dari penelitian yang bertujuan untuk mempermudah peneliti dalam melakukan pengumpulan data selanjutnya bila diperlukan.

2. Penyajian data. Data didapatkan dari pengamatan dan metode lainnya akan disajikan dalam bentuk berupa teks naratif, grafik, dan lain sebagainya. 3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan

masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada awal didukung oleh data-data yang valid maka kesimpulan yang dikemukakan adalah kesimpulan yang valid.

Analisis dataa pada penelitian ini akan dimulai dengan pengumpulan data-data, dan kemudian menelaah semua data yang terkumpul baik data primer maupun data sekunder. Hasil dari data yang diperoleh dengan teknik


(30)

pengumpulan data kemudian selanjutnya disusun membentuk hasil laporan yang sistematis, dan selanjutnya data yang disusun akan dibagi menjadi data yang utama dan data penjelas serta diklasifikasikan untuk membuat ikhtisar dan untuk mendapatkan kesimpulannya. Setelah itu, hasil dari penelitian kemudian disajikan didalam pembahasan secara deskriptif yang didukung teori.


(31)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian

Hasil penelitian adalah hasil yang diperoleh peneliti yang berupa hasil dari wawancara, observasi dan data yang didapat oleh peneliti selama dalam proses penelitian. Pada penelitian ini, proses wawancara dilakukan dengan empat orang informan yang merupakan mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan tahun 2014. Pada bab ini akan dijelaskan hasil dari penelitian yang diperoleh peneliti disertai dengan pembahasan berdasarkan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui kesadaran kritis mahasiswa Ilmu Komunikasi terhadap media sosial ke dalam bentuk narasi.

4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, yang merupakan salah satu fakultas yang ada di Universitas Sumatera Utara. Tempat berlangsungnya wawancara terbagi menjadi dua bagian, yaitu gedung sekretariat Presma Pijar, dan koridor yang berada di depan gedung D, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Lokasi tersebut berada di Jalan DR. A. Sofyan, No. 1, di samping gedung H. Anif dan Fakultas Pertanian. Gedung sekretariat Presma Pijar sendiri berada di gedung yang sama dengan Laboratorium Ilmu Komunikasi dan Antropologi, tepatnya di lantai dua. Posisi gedungnya tepat berada di belakang gedung Dekan, dan di samping gedung E. Proses wawancara sendiri dilakukan tepatnya di teras sekretariat pijar, yang berada di luar ruangan.

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik merupakan fakultas ke sembilan yang dibangun di Universitas Sumatera Utara (USU) dengan delapan departemen yang disediakan, yaitu Ilmu Komunikasi, Ilmu Politik, Ilmu Kesejahteraan Sosial, Ilmu Sosiologi, Antropologi, Administrasi Negara, Administrasi Bisnis, dan Perpajakan. Lokasi kampus USU sendiri berada di Jalan Dr. Mansur No. 1 yang berada di antara Jalan Jamin Ginting, dan Jalan Setia Budi. Jalur masuk untuk menuju Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ini bisa dari berbagai jalur pintu


(32)

masuk yang ada di USU, dikarenakan posisinya yang berada di paling ujung dari komplek kampus. Jalur pertama bisa melalui pintu satu, yang kedua bisa dari pintu dua, yang ketiga bisa dari pintu empat, dan bisa juga dari jalur alternatif seperti sumber dan pintu doraemon, begitu mahasiswa biasa menyebutnya.

Seluruh informan yang didapat oleh peneliti memilih untuk melakukan wawancara di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dikarenakan kepadatan jadwal kegiatan informan yang memakan banyak waktu di dalam kampus membuat mereka lebih nyaman untuk melakukan wawancara di area kampus dibandingkan di tempat lain.

4.1.2. Proses Pelaksanaan Penelitian

Pada penelitian ini, proses pengumpulan data dilakukan peneliti di non-lapangan dan di non-lapangan saat penelitian. Non-non-lapangan maksudnya adalah peneliti mengamati media sosial beberapa mahasiswa dari Departemen Ilmu Komunikasi angkatan tahun 2014, dan mendapati mereka ternyata cukup aktif dalam media sosial, selain itu, peneliti juga mengamati fenomena-fenomena yang sering terjadi di media sosial. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana kesadaran kritis yang dimiliki oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi terhadap media sosial.

Informan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan purposive sampling, yaitu informan adalah yang terpilih didasarkan kriteria yang ditemukan oleh peneliti, dalam penelitian ini informan berjumlah empat orang. Informan di dalam penelitian ini merupakan mahasiswa Ilmu Komunikasi yang aktif angkatan tahun 2014, aktif dalam media sosial, mengakses media sosial minimal 5 kali dalam sehari, dan mengakses berita online minimal satu kali dalam sehari. Jumlah informan dalam penelitian ini berjumlah empat orang saja, dikarenakan data dari keempat informan ini sudah cukup jenuh, artinya tidak lagi ditemukannya perbedaan dari informasi seluruh informan.

Tahapan pertama dalam penelitian yaitu peneliti menghubungi beberapa mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2014, untuk melakukan wawancara, dan peneliti memberikan penjelasan mengenai alasan memilihya sebagai informan dan


(33)

beberapa hal terkait dengan penelitian yang dilakukan . Proses wawancara dengan informan pertama dilakukan pada tanggal 25 Juli 2016 pada pukul 14.40 WIB dengan Lucky Andriansyah yang biasa disapa Lucky, di luar ruangan sekretariat Presma Pijar. Saat itu kebetulan adalah waktu luang informan sehingga dapat melakukan wawancara. Sebelum memulai wawancara, peneliti menyiapkan sebuah alat perekam, sehingga wawancara dapat berjalan dengan lancar.

Suasana saat wawancara berlangsung cenderung tidak kondusif, sehingga peneliti beberapa kali mengubah posisi alat perekam, agar suara informan nantinya dapat terdengar dengan baik. Lucky merupakan seorang mahasiswa yang sangat aktif, karena tidak hanya tekun saat mengikuti perkuliahan, namun ia juga mengikuti beberapa organisasi dan merupakan salah satu wartawan di media massa digital mahasiswa, yaitu Prema Pijar. Postur tubuh Lucky tidak terlalu tinggi dan suaranya juga tidak terlalu keras, namun ia memiliki paras yang manis bagi seorang laki-laki sehingga terkesan baby face. Peneliti dan informan juga sempat berbagi tawa saat ada jawaban nyeletuk yang dilontorkan oleh informan. Sebagai informan, Lucky sangat koperatif dan wawancara yang dilakukan juga berjalan dengan sangat baik.

Informan kedua adalah Rizka Sitanggang, dan wawancara dilakukan pada tanggal 26 Juli 2016 di luar ruangan sekretariat Presma Pijar pada pukul 12.03 WIB. Saat itu informan yang akrab disapa Rizka ini menyambut peneliti dengan hangat sehingga peneliti langsung dapat merasa akrab dengan informan. Rizka merupakan seseorang yang berpostur tubuh cukup tinggi berparas manis dengan hijab panjangnya, dan ia juga memiliki suara yang lantang saat berbicara yang mencerminkan ketegasan dalam dirinya. Rizka sering menjadi perwakilan/delegasi beberapa konferensi yang ada di dalam maupun luar negeri, sehingga sosok Rizka dikenal oleh teman-temannya sebagai mahasiswa yang cerdas. Rizka menjawab semua pertanyaan yang ditujukan peneliti dengan lancar dan ia juga sangat terbuka saat menjawab pertanyaan yang berkenaan dengan dirinya pribadi. Sosok murah senyum Rizka membawa proses wawancara tidak terasa kaku dan terasa seperti obrolan dengan teman biasa, bukan dengan informan untuk sebuah penelitian.


(34)

Informan ketiga adalah Muhammad Arief, dan wawancara yang dilakukan berlangsung pada tanggal 26 Juli 2016 pada pukul 15.22 WIB di koridor depan gedung D, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Informan yang biasa disapa Arief ini merupakan seorang laki-laki yang cukup pendiam dan kaku saat diwawancara, meskipun begitu ia beberapa kali melontarkan beberapa candaan yang tidak disangka oleh peneliti. Arief merupakan seorang perantau dari Pakam, dan ia ke kampus hanya saat ada urusan penting, sebab itulah peneliti memakai waktu Arief yang cukup padat untuk melangsungkan wawancara dengannya dikarenakan sehabis selesai dari urusan-urusan dikampus, Arief harus segera kembali ke Pakam. Arief memiliki postur tubuh yang sedikit besar, namun ia memiliki wajah yang manis, sama seperti informan pertama, ia memiliki wajah yang baby face. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti juga dijawab dengan singkat dan padat, tanpa ragu.

Wawancara keempat dilakukan dengan Laura Arya Wienanta di koridor depan gedung D, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, USU. Laura merupakan seorang guru les privat di samping jam kegiatan kampusnya sehingga peneliti sedikit menemukan kesulitan saat mencari waktu yang pas untuk melakukan penelitian. Pada hari Selasa, 26 Juli 2016, informan memberi kabar kepada peneliti bahwa ia memiliki waktu luang di hari Rabu siang, dan wawancara pun dilakukan pada hari Rabu, 27 Juli 2016, pukul 13.32 WIB. Saat mau menemui informan, peneliti sempat kesulitan menemukannya di koridor dan sempat beberapa kali berkeliling hingga informan lah yang mendatangi peneliti. Laura adalah seorang yang berpostur ideal, dengan tinggi sekitar 160 cm dan berkulit kuning, karena ia merupakan seorang keturunan Tionghoa. Rambutnya lurus tergerai dengan warna hitam yang panjangnya melewati bahu, namun tidak sampai sepinggang, selain itu ia juga berparas manis dengan bentuk wajah yang bersegi. Saat wawancara berlangsung, peneliti dan informan sempat mengganti posisi duduk dari tempat duduk merah yang ada d koridor ke bagian pinggiran koridor dikarenakan cuaca yang sangat panas. Sebelum memulai wawancara, peneliti sedikit bertanya mengenai pekerjaan Laura yang sebagai guru les privat. Informan sudah menjadi guru les privat sejak ia memasuki Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan mengajar siswa Taman Kanak –Kanak sebagai muridnya


(35)

dan berlangsung hingga sekarang dengan beragam tingkatan siswa. Setelah itu, proses wawancara dengan informan berjalan dengan sangat baik dan informan menjelaskan dengan gaya penyampaian yang sedikit mirip dengan Arief, yaitu singkat dan padat, namun meskipun begitu sesekali keluar canda dan tawa yang memecah ketegangan antara informan dengan peneliti.

4.1.3. Deksripsi Informan 4.1.3.1.Lucky Andriansyah

Lucky Andriansyah merupakan seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan tahun 2014. Ia merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Yaya Mulyana dan Farida Hanum. Ayahnya sudah tiada sejak ia masih bersekolah, sehingga saat ini Ibu lah yang menjadi tulang punggung keluarganya yang bekerja sebagai seorang wiraswasta dengan pendapatan kurang lebih satu hingga dua juta rupiah. Lucky mengakses media dengan beberapa perangkat seperti televisi, laptop, smartphone, dan komputer. Lucky, begitu sapaan akrabnya, termasuk sebagai pendatang di Kota Medan karena daerah asalnya adalah Bandung, Jawa Barat. Sejak memasuki Sekolah Menengah Pertama (SMP), Lucky sudah mulai pindah ke Medan, sehingga terkadang masih tersisa logat asli Jawa Barat terkilas dari ucapannya.

Pria kelahiran Bandung, 19 November 1996 ini sangat menyukai jalan-jalan dan main media sosial. Bagi Lucky, jalan-jalan-jalan-jalan sudah menjadi hal yang sangat penting baginya, yang jika tidak dilakukan maka sesuatu akan terasa kosong dan kurang. Hingga saat ini tidak sedikit tempat wisata ataupun kota yang sudah dijajaki oleh Lucky, seperti ia sudah menjelajahi seluruh kota yang ada di Sumatera Utara, dan sebagian provinsi yang ada di Pulau Sumatera seperti Aceh, Sumatera Barat, Pekanbaru, Palembang, Jambi, dan beberapa kota lainnya. Untuk wilayah Pulau Jawa, ia baru menjelajah daerah Bandung, Jakarta, dan Banten.

Alasannya mengunjungi berbagai daerah tersebut juga bukan semata-mata karena traveling, tetapi juga sebagai perwakilan untuk beberapa kegiatan seperti di Padang, Sumatera Barat, ia menjadi perwakilan untuk Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut Nasional, dan Lucky juga mengikuti beberapa kegiatan yang


(36)

berada daerah Sumatera Utara sebagai penyuluh khusus untuk siswa-siswi Sekolah Menengah Atas (SMA). Lucky melakukan berbagai kegiatan seperti itu dikarenakan ia memang ingin menjadi seorang motivator.

Lucky menjalani Sekolah Dasar di kota kelahirannya, Kota Bandung, di Sekolah Dasar Negeri Sukamenak 1 Bandung, dan lulus pada tahun 2008, kemudia ia melanjutkannya ke Madrasah Tsanawiyah Swasta Nurhasanah Medan. Pada tingkat SMA, Lucky melanjutkan sekolahnya ke Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Medan, yang berada di Jalan Williem Iskandar. Semasa sekolah di MAN 2, Lucky sempat mengikuti beberapa organisasi dan salah satunya salah Dokter Remaja. Ia dikenal sangat aktif dan memiliki jiwa kepemimpinan. Lucky lulus tingkat SMA pada tahun 2014, dan langsung diterima masuk Universitas Sumatera Utara pada tahun itu juga di jurusan Ilmu Komunikasi. Masa kuliah Lucky diisi oleh berbagai organisasi dan komunitas yang membuatnya menjadi aktif sehingga menjadikannya admin untuk beberapa akun official dan mengharuskannya untuk tetap update dalam berbagai situasi, selain itu beberapa organisasi yang ia ikuti membuat Lucky semakin menempa dirinya untuk terampil berbicara di depan umum.

Organisasi yang ia ikuti antara lain Koalisi Pemuda Hijau, Presma Pijar, Doodle Art Medan, dan beberapa kegiatan lainnya. Pada awal sebelum masuk ke masa kuliah, Lucky belum terlalu yakin untuk memilih jurusan apa yang tepat baginya hingga setelah mencari tahu dan memikirkannya dengan cukup matang, ia memutuskan untuk masuk ke Departemen Ilmu Komunikasi. Ia merasa bahwa jurusan tersebut sangat cocok baginya karena bakat yang dimilikinya adalah berbicara di depan banyak orang (public speaking). Dalam pemilihan jurusan, Lucky sendiri masih belum bisa menentukan karena ia merasa bimbang antara memilih humas yang sesuai dengan cita-citanya, atau sebagai jurnalis.

Cita-cita yang dimiliki oleh pemuda berusia belum genap 20 tahun ini hampir sama dengan hobinya, yaitu jalan-jalan berkeliling Indonesia, hanya saja ia berkeinginan untuk mengelilingi seluruh daerah di Indonesia sebagai seorang motivator, bukan sebagai traveler. Untuk mengasah kemampuan berpikirnya dalam memotivasi, ia sering membaca buku-buku motivasi. Kegiatan-kegiatan


(37)

Lucky yang padat mengharuskannya untuk tetap berorganisasi meskipun itu pada akhir pekan. Ia melaksanakan berbagai rapat seperti organisasi Presma Pijar, yang mengadakan rapat khusus di hari Sabtu dan Minggu, selain itu ia juga menyempatkan diri untuk membagi waktunya berkumpul dengan komunitas lain yang diikutinya, seperti Doodle Art Medan.

4.1.3.2.Rizka Gusti Sitanggang

Informan kedua dalam penelitian ini adalah Rizka Gusti Sitanggang, yang biasa akrab disapa Rizka. Rizka merupakan anak dari pasangan Alm. Agusman R. Sitanggang dan Yusria Ningsih yang bertempat tinggal di Jalan Besar Namo Rambe Gang Sejarah Dusun IV Desa Deli Tua Kecamatan Namo Rambe. Saat ini Rizka tinggal bersama nenek dan ibunya karena ayahnya telah meninggal dunia, sehingga Ibu Rizka menjadi tulang punggung keluarga setelah ayahnya meninggal dunia dengan bekerja sebagai pedagang sembako. Penghasilan ibu Rizka juga tidak tetap. Di rumah Rizka memiliki televisi berbayar, komputer, radio, dan smartphone yang digunakan untuk mengakses media.

. Gadis kelahiran Medan tanggal 5 Januari tahun 1997 ini sangat aktif bermedia sosial dan juga aktif di beberapa kegiatan luar dan dalam kampus, selain itu ia juga sering menjadi delegasi berbagai konferensi hingga tingkat internasional, seperti Delegasi Youth Excursion 2016 di Thailand, Delegasi 3rdASEAN Youth Leader Association Advocacy Camp (AYLA) di Philipina, dan berbagai kegiatan lainnya.

Rizka memilih untuk masuk ke Departemen Ilmu Komunikasi karena berbagai hal yang tidak ia sangka sebelumnya. Pada awal SMA, Rizka masuk jurusan IPA karena ia berpikir bahwa jurusan IPA mudah untuk masuk ke jurusan apa saja saat kuliah nanti, namun selama ia berada di jurusan tersebut Rizka merasa bosan dan penat dengan semua pelajaran kelasnya. Aktif di organisasi memang sudah dilakukan Rizka sejak di masa sekolahnya, seperti masuk dalam organisasi kesiswaan OSIS. Itulah yang membuat Rizka menjadi sosok yang senang mengemukakan pendapatnya secara langsung, dengan komunikasi lisan maupun tulisan. Setelah lulus sekolah, ia mencari-cari jurusan kuliah yang tepat


(38)

dengan minat yang ia punya, hingga ia menemukan dua jurusan yang sesuai yaitu Ilmu Komunikasi dan Kesejahteraan Sosial. Setelah memikirkan ulang mengenai jurusan yang paling tepat baginya, Rizka pun memutuskan untuk masuk ke Ilmu Komunikasi, karena menurutnya Ilmu Komunikasi bisa berbaur ke segala aspek, dan tidak terbatas, sementara Ilmu Kesejahteraan Sosial bagi Rizka tidak jauh dari hal-hal yang berkaitan dengan sosial saja. Untuk penjurusan nanti, Rizka sudah memutuskan untuk memilih jurnalistik.

Menurut Rizka, jurnalistik merupakan sesuatu yang menantang, sehingga setiap hari ada sesuatu yang baru untuk dihadapi, selain itu, dengan mendalami jurnalistik, seseorang tidak akan pernah berhenti belajar untuk belajar, karena ilmu akan terus digali, untuk mencari tahu tentang segala sesuatunya dan menggali informasi sampai ke pokok permasalahan, selain itu menjadi jurnalis bagi Rizka adalah sebuah pembuktian diri kepada orang tuanya bahwa perempuan dapat menjadi seorang jurnalis.Perempuan berdarah Batak Toba ini menyelesaikan di Sekolah Dasar Swasta Sriwijaya Medan, dan melanjutkannya ke SMP Kemala Bhayangkari 1 Medan, kemudian ia mengambil pendidikan lanjutannya di SMA Angkasa 1 Lanud Medan. Sejak masa sekolahnya, Rizka memang sudah sering meraih berbagai penghargaan dari berbagai perlombaan yang diikutinya seperti Juara 1 Best Student Competition of Abacus tingkat nasional pada tahun 2005.

Kegiatan yang Rizka ikuti tidak membuatnya melewatkan waktu khusus bersama keluarganya di akhir pekan. Biasanya ia menghabiskan waktu libur ataupun akhir pekan bersama dengan ibunya atau sesekali ia akan pergi ke toko buku atau menonton film bioskop jika ada film yang disukainya, selain itu ia juga suka membaca berbagai berita online seperti Kompas.com, Remotivi.com, BBC.com, Detik.com dan Kompasiana. Menurutnya, mengisi waktu yang ada dengan membaca itu sangat penting, karena selain menambah informasi dan meluaskan wawasan, juga bisa membantunya dalam menulis.


(39)

4.1.3.3.Muhammad Arief

Informan ketiga dalam penelitian ini adalah seorang mahasiswa Ilmu Komunkasi angkatan tahun 2014 bernama Muhammad Arief. Pria yang merupakan anak ketiga dari pasangan Nurleni Bahar dan Refrijon Tanjung ini bertempat tinggal di Komplek Griyah Sunda, Lubuk Pakam. Arief, begitu ia biasa disapa, adalah kelahiran Medan, tanggal 5 Maret tahun 1996. Ia merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Kedua orang tuanya bekerja sebagai wiraswasta dan memiliki penghasilan dua dan lima juta rupiah dalam sebulan. Arief dan keluarga memiliki televisi kabel, smartphone, dan koran untuk mengakses media. Arief menempuh pendidikan dasarnya di Sekolah Dasar 1 Lubuk Pakam, kemudian ia melanjutkannya di Sekolah Menengah Pertama Lubuk Pakam. Tingkat lanjutan atasnya ditempuhnya di Sekolah Menengah Atas 1 Lubuk Pakam. Ia memiliki beberapa prestasi baik sejak sekolah hingga memasuki masa kuliah, yaitu Juara Pidato Bahasa Inggris SMA Negeri 1 Lubuk Pakam, Juara Debat Sosial Politik di Kegiatan Porseni FISIP USU, dan beberapa prestasi lainnya

Arief sangat aktif di luar jam kuliahnya, ia mengikuti beberapa organisasi yang membantunya mengasah kemampuan public speaking, seperti, PRASTA, IMAJINASI, dan beberapa kegiatan lainnya yang nantinya dapat ia manfaaatkan untuk mencapai cita-citanya yang ingin menjadi seorang Duta Besar. Keputusannya untuk mengambil Ilmu Komunikasi sebagai jurusannya di pendidikan perguruan tinggi tidak jauh dari apa yang dicita-citakanya. Ketika penjurusan, Arief akan memilih untuk menjadi seorang Public Relations atau biasa disebut Humas, karena pada akhir masa sekolah, Arief sangat ingin mengambil jurusan Hubungan Internasional, namun berhubung di Kota Medan belum ada jurusan tersebut, maka ia memutuskan untuk menjadi seorang PR yang menurutnya memiliki tugas yang hampir mirip dengan menjadi seorang Dubes yang merupakan impian Arief sejak awal. Sebelum mengambil jurusan Ilmu Komunikasi, Arief juga sempat berpikiran untuk mengambil jurusan Hukum, namun kembali izin orang tua menjadi kendala Arief, sehingga mengharuskannya untuk masuk jurusan Ilmu Komunikasi.


(40)

Arief memiliki beberapa hobi seperti fotografi, membaca dan menulis. Biasanya Arief memilih untuk membaca novel dibandingkan yang lain, selain itu Arief juga membaca berita online yang biasa dibacanya seperti Tribun dan Analisa. Di akhir pekan, Arief tidak memiliki agenda khusus yang mengharuskannya melakukan sesuatu, ia lebih menghabiskannya dengan kegiatan rutin yang sama seperti hari-hari lainnya.

4.1.3.4.Laura Arya Wienanta

Informan keempat ini bernama Laura Arya Wienanta, yang merupakan salah satu mahasiswa di Ilmu Komunikasi FISIP USU angkatan tahun 2014. Laura, begitu ia akrab disapa, adalah anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Burhan Agus dan Yurike Artika yang bertempat tinggal di Jalan Sunggal Pekan, No. 437 Medan. Perempuan berdarah Tionghoa ini lahir di Medan, pada tanggal 26 Februari 1997. Ayahnya merupakan berprofesi sebagai seorang supir dengan pendapatan sekitar satu setengah juta hingga dua juta perbulan, dan ibunya merupakan seorang ibu rumah tangga. Laura dan keluarganya memiliki televisi dan smartphone untuk mengakses media. Laura menempuh pendidikan tingkat dasar hingga menengah atasnya di sebuah yayasan bernama Yayasan Supriyadi. Laura sangat aktif di berbagai kegiatan kampusnya selain di jam kuliah. Ia mengikuti beberapa oraganisasi kampus seperti Persma Pijar, USU Chanel, Mepro USU, dan ia juga aktif di IMAJINASI. Selain itu, Laura juga merupakan seorang guru les privat yang sudah ia mulai sejak masuk sekolah menengah pertama. Ia memiliki murid-murid dari berbagai tingkatan, dari mulai tingkat dasar, hingga tingkat menengah atas.

Laura menjelaskan bahwa alasan memilih untuk masuk Ilmu Komunikasi itu pada awalnya tidak terduga. Pada awalnya Laura tidak berpikir untuk masuk jurusan Ilmu Komunikasi sampai ia melihat tayangan Net TV. Ia mengamati berbagai hal seperti produksi, dan kualitas dari film-film yang ada di Net TV, sehingga Laura memutuskan untuk memilih Ilmu Komunikasi sebagai jurusannya di dunia perkuliahan. Dalam memilih jurusan konsestrasi nanti, Laura mengatakan bahwa ia masih bingung dalam menentukan apakah akan memilih jurnalistik atau public relations (hubungan masyarakat). Hal ini dikarenakan Laura merasa bahwa


(41)

ia memiliki kemampuan di bidang hubungan masyarakat, dan juga banyak orang-orang yang sudah ia kenal di bidang tersebut, sedangkan untuk keinginan pribadi Laura ingin mengambil jurnalistik, namun ia masih ragu karena jurnalistik dikenal memiliki sisi yang keras baginya.

Laura yang memiliki hobi membaca ini sering menghabiskan waktu akhir pekannya bersama saudaranya di Glugur, dan menginap. Ia lebih mengutamakan quality time bersama keluarga. Laura juga sering membaca beberapa berita online seperti Hipwee, Media Pijar, dan Nyunyu, terkadang ia juga sering membuka link yang ada di Twitter yang terhubung langsung ke sebuah website berita.

4.1.4. Penggunaan Media Sosial Mahasiswa

Pada informan pertama, yaitu Lucky Andriansyah, pertama kali menggunakan media sosial yaitu saat memasuki Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas satu. Akun pertama yang ia buat saat itu adalah Facebook, yang pada saat itu sedang populer karena belum lama dirilis, namun pada saat itu ia belum begitu aktif menggunakannya hingga ia memasuki Sekolah Menegah Atas (SMA). Lucky bersekolah tingkat SMP di Madrasah Tsanawiyah Swasta Nurhasanah Medan, dan melanjutkan tingkat SMA di Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Medan. Sejak dari masa sekolah, Lucky memang aktif di beberapa organisasi sekolah dan menjadikannya seorang yang bijak ketika berbicara di depan orang banyak. Salah satu oraganisasi yang diikuti Lucky pada saat SMA adalah Dokter Remaja.

Jumlah jam pemakaiannya untuk mengakses media sosial cenderung tidak tetap, hal ini dikarenakan Lucky hanya mengakses media sosial ketika ia memiliki waktu luang atau di saat yang mengharuskannya untuk membuka media sosial, seperti bertugas sebagai admin dari sebuah komunitas atau organisasi, atau ketika ia sedang chatting dengan saudara atau temannya. Di waktu luang yang ia miliki, Lucky lebih memilih untuk mencari informasi-informasi terbaru, karena ia beranggapan bahwa ia harus update karena ia merupakan anggota salah satu situs berita online kampus dan mendapat tugas sebagai humas di beberapa organisasinya. Ia juga merasa bahwa ketika zaman semakin canggih dan


(42)

mengharuskan orang-orang untuk saling berkomunikasi via media sosial, maka seseorang yang tidak memiliki media sosial akan dianggap ketinggalan zaman. Hal tersebutlah yang melatarbelakangi Lucky untuk memiliki media sosial. Perangakat yang Lucky gunakan untuk mengakses media sosial adalah smartphone, laptop, dan komputer. Perkembangan akun yang dimiliki oleh Lucky sekarang tidak hanya Facebook saja, namun sekarang ia memiiki beberapa akun media sosial seperti Instagram, Twitter, Path, Line, Blackberry Messenger, dan Ask.fm.

Lucky mengatakan bahwa saat ini media sosial yang paling sering digunakannya untuk menyebarkan dan memperoleh informasi adalah Line dan Instagram, namun Instagram sendiri lebih banyak ia gunakan untuk sekedar hobi dan membagikan informasi dari berbagai akun official grup yang ia kelola. Akun instagram pribadinya lebih ia gunakan dalam hal berbagi foto-foto momen tertetu, selain itu dalam penulisan caption, Lucky lebih menggunakan bahasa buku, sedangkan untuk Line ia mengaku lebih sering membagikan info-info dari grup yang satu ke grup yang lain. Seperti informasi lowongan pekerjaan, info acara, perlombaan, dan lain-lain. Informasi-informasi yang ada di media sosial yang sering muncul di beranda Line dan Instagram, Lucky mengatakan bahwa ia sering memberikan like terhadap informasi tersebut, namun ia sangat jarang memberikan komentar, meskipun begitu ia sangat memilah informasi apa yang pantas ia like karena ketika sebuah kiriman mendapat like, maka kiriman itu akan muncul di beranda milik sendiri.

Lucky sebagai pengguna media sosial sejak SMP mengaku hingga saat ini ia telah menghapus beberapa fotonya di Facebook dan di beberapa akun media sosial yang lain, karena baginya foto-foto tersebut tidak berguna untuk ia bagikan. Ada beberapa pertanyaan yang ada di dalam dirinya yang harus ia jawab jawab ketika ingin membagikan sebuah kiriman, atau membagikan sebuah foto, agar kiriman yang ia bagikan tidak sia-sia. Hal ini dikarenakan Lucky pernah membagikan sebuah postingan mengenai lowongan kerja sebuah perusahaan swasta, namun ternyata kabar tersebut adalah hoax, dan sejak itu ia belajar agar selalu memastikan kejelasan informasi.


(43)

Informan kedua, yaitu Rizka Gusti Sitanggang, awal mula ia menggunakan media sosial adalah saat kelas tiga Sekolah Menengah Pertama dengan akun pertama yang dibuatnya yaitu Facebook, namun hingga saat ini, akun media sosial yang digunakan oleh Rizka tidak hanya Facebook saja, tetapi ada Twitter, Line, Path, Ask.fm, dan Blogger. Ia juga memiliki akun Youtube, namun Rizka mengaku bahwa ia sangat jarang menggunakan akun media sosial tersebut. Ia lebih sering menggunakan Line dibandingkan dengan akun-akun media sosial lain yang ia miliki. Rizka menjelaskan alasannya dalam menggunakan media sosial-media sosial tersebut adalah karena untuk memberikan kuliah singkat di media sosial yang sama seperti tren kultweet yang sempat populer beberapa waktu yang lalu dan juga untuk mencari informasi-informasi yang dibutuhkannya, selain itu ia juga menggunakan media sosial sesuai dengan karakter dari media sosial tersebut, seperti Line, banyak orang menyukainya dikarenakan adanya stiker-stiker lucu yang membuat pembaca lebih bersemangat. Rizka lebih melihat apa media sosial yang sedang diminati oleh anak muda.

“Jadi sebenernya, karena mikir apa sih kebutuhan yang sekarang lagi diganderungin sama anak-anak sekarang, gitu. Misalnya Facebook, anak-anak sekarang malas baca kan, jadi lebih ke yang sifatnya singkat-singkat. Terus kalau line kan karena ada stikernya kan, jadi lucu. Jadi kalau baca chat ada stikernya jadi semangat, jadi ngikutin apa yang lagi diganderungin sama anak-anak muda sekarang.”

Waktu yang digunakan Rizka dalam mengakses media sosial dalam sehari-hari juga tidak terlalu intens, ia mengaku bahwa hanya sekitar empat sampai lima jam perharilah ia menghabiskan waktunya untuk bermedia sosial. Penulisan dan kiriman yang Rizka bagikan di media sosial biasanya hal-hal yang dibutuhkan oleh banyak orang seperti informasi tentang beasiswa, dan informasi yang bermanfaat lainnya. Rizka sendiri jarang menuliskan mengenai kehidupan atau status pribadinya di media sosial, paling tidak ia menuliskannya lebih ke dalam bentuk dakwah. Jadi sebelum membagi kiriman apapun, biasanya Rizka memikirkan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kirimannya, seperti pemilihan kata-kata yang lebih bersifat sastra, dan bagaimana agar orang tidak langsung mengetahui apa yang sedang ia rasakan saat menuliskan tulisan atau


(44)

kiriman tersebut. Lebih tepatnya , Rizka menempatkan dirinya saat menuliskan sesuatu sama seperti bagaimana seorang pembaca melihat tulisannya, agar orang lain juga bisa mengambil makna dari tulisan tersebut dan tidak begitu terlihat satu arah. Hal itu lah yang membuatnya sangat memperhatikan tulisan ataupun kirimannya.

“Rizka pikir dulu sih, terus Rizka perhatiin itu kan dibaca banyak orang, jadi sebelum diposting tuh Rizka baca berulang-ulang. Itu Rizka menempatkan diri Rizka sebagai seorang pembaca, yang gak melihat dari sisi apa yang Rizka rasain, gitu. Jadi Rizka buat gimana caranya supaya orang gak langsung tahu apa Rizka rasain. Jadi Rizka mikir gimana caranya agar aku sebagai penulis sekaligus pembaca bersikap netral terhadap apa yang aku posting, dan dalam pemilihan kata, aku lebih gunain kata-kata yang bersifat sastra. Supaya lebih slow, lebih enak dibaca juga gak ngebosenin juga, tapi buat orang mikir, gitu.”

Informan ketiga, yaitu Muhammad Arief, ia menggunakan media sosial sejak ia memasuki tahun ketiganya di bangku Sekolah Mengah Pertama, dan akun yang pertama kali ia gunakan adalah akun Facebok , yang memang selalu menjadi media sosial paling populer di masa tersebut, namun saat ini akun media sosial yang dimiliki oleh Arief tidak hanya Facebook saja, melainkan ada beberapa akun media sosial lain yang sudah berkembang di masa sekarang seperti Twitter, Instagram, Path, Line, Blackberry Messenger, dan yang terkahir adalah Ask.fm. Akun-akun media sosial tersebut dikenal memang sangat diminati oleh kaum muda, khususnya mahasiswa seperti Arief. Alasan Arief menggunakan akun-akun media sosial tersebut adalah karena kebutuhan akan komunikasi sesama rekan mahasiswa, selain itu seperti akun Instagram, ia menggunakannya hanya karena ia suka fotografi, sedangkan akun media sosial yang berbasis chat seperti Line, ia menggunakannya untuk mengobrol dengan teman-temannya, dan mencari informasi yang bermanfaat. Blackberry Messenger sendiri Arief mengaku jarang menggunakannya.

Media sosial juga merupakan tempat untuk mengekspresikan diri bagi penggunanya, sehingga banyak yang melebih-lebihkan dan tidak menjadi diri sendiri saat di media sosial, namun menurut Arief, dalam bermedia sosial ia berusaha untuk selalu menjadi dirinya sendiri dan sama dengan di dunia nyata, karena ia beranggapan bahwa ketika pengguna media sosial tidak sepenuhnya menjadi dirinya yang sebenarnya, maka hal itu bukanlah hal yang seharusnya


(45)

dilakukan dan bukanlah hal yang patut untuk ditiru. Ia mengatakan bahwa menjadi diri sendiri itu contohnya ketika di Path, beberapa orang terkadang suka membuat check in palsu agar terlihat berkelas dan keren di kalangannya, sedangkan Arief mengaku sejauh ini ia tidak melakukan hal-hal yang seperti itu. “Cara mengekspresikannya dengan bagaimana diri saya di dunia nyata. Kadang kan orang menggunakan media massa berubah 60 persen dari diri dia di dunia nyata kak. Nah, hal ini tuh yang gak seharusnya, dan bukan hal yang bagus juga untuk ditiru.”

Beragam kiriman dan informasi yang ada di media sosial dari setiap orang berbeda-beda isinya, begitu pula dengan Arief. Ia mengatakan bahwa hal-hal yang sering ia bagikan di media sosial tidak jauh apa yang menjadi hobinya, yaitu foto. Biasanya Arief membagikan foto tersebut di akun Instagram dan Path, dan foto-foto yang sering di post oleh Arief merupakan foto-foto-foto-foto yang dimana ada sebuah momen atau kenangan dalam kiriman fotonya tersebut, sedangkan untuk akun Line, ia mengaku juga sering membagikan kiriman berupa informasi-informasi yang menarik yang bahkan ia beri tanda like di kiriman tersebut. Hal-hal yang sering dibagikan oleh Arief di media sosial cenderung kepada akun-akun yang berisikan cerita dan nasehat, seperti Love Islam, Quotes, dan informasi-informasi yang ada di akun official organisasinya. Penulisan informasi yang biasa dibagikan dan dikirimkan Arief di media sosial lebih ke penulisan yang yang sewajarnya, tidak dengan menggunakan kata-kata gaul yang biasa disebut alay. Sebagai pemakai yang aktif di media sosial sendiri Arief sendiri mengaku bahwa ia menggunakan media sosial dalam sehari yaitu relatif, ia juga terkadang menghabiskan waktu selama lima jam untuk bermedia sosial.

“Kalau tulisan, biasanya yang diperhatiin sih kata-kata yang dipakai engga alay. Yang di share itu ya kayak video-video keren dari akun-akun awesome. Cerita-cerita dan nasehat-nasehat dari akun Love Islam, Quotes, terus akun kayak Imajinasi itu sering di share juga kak.”

Informan terakhir, yaitu Laura Arya Wienanta mengatakan bahwa ia memiliki akun media sosial sudah sejak ia memasuki tahun pertamanya si sekolah menengah pertama dengan Facebook sebagai akun pertama yang dibuat olehnya, sedangkan untuk saat ini Laura memiliki beberapa akun media sosial yang digunakannya selain Facebook, yaitu Twitter, Instagram, Line, Ask.fm dan Path.


(46)

Dari seluruh akun media sosial yang dimilikinya, Laura mengatakan bahwa Twitter adalah akun media sosial yang paling sering digunakannya. Alasan Laura menggunakan media sosial tidak lain adalah untuk memenuhi kebutuhannya akan informasi, selain itu ia juga membutuhkannya untuk saling terhubung dengan orang-orang sekitar dan terdekatnya. Ia menekannya bahwa media sosial adalah tempat yang disana terdapat kebutuhan dan juga keinginan. Laura mengatakan bahwa ia menggunakan media sosial hanya di waktu luang dan saat ada waktu bebas saja, ia menghabiskan waktu lebih dari dua jam dalam menggunakan media sosial.

“Karena nyari informasi dari sana, berhubungan dengan banyak orang dari sana, kayak Line, gitu juga. Ada kebutuhan dan ada keinginan disana. Dimana ada waktu luang, kayak lagi nunggu-nunggu, akses. Kalau misalnya ada waktu bebas aja. Kira-kira ya lebih dari dua jam lah.”

Laura mengatakan bahwa ia mengekspresikan diri di media sosial lebih kepada apa yang dialaminya sehari-hari seperti apa yang dialaminya saat kuliah, dan untuk menuliskannya Laura juga memperhatikan penulisanya agar tidak alay, namun dikarenakan ia juga anggota dari organisasi Pijar, merupakan keharusan bagi Laura untuk menuliskan berita yang nantinya ia bagikan tulisannya tersebut di media sosial. Laura menyesuaikan gaya penulisannya dengan ketetentuan organisasinya tersebut, yaitu informatif, jujur, dan transparan, selain itu Laura juga menggunakan bahasa yang normal dan tidak pula menggunakan bahasa-bahasa gaul yang tidak resmi. Disamping itu, Laura juga memberikan like dan bahkan membagikan berita-berita atau informasi yang menurutnya orang lain perlu mengetahui hal itu juga.

“Kalau di media sosial lebih nulis ke apa yang saya alami sehari-hari dan apa yang menurut saya orang perlu tahu juga, kayak info-info gitu. Tapi saya ada organisasi di Media Pijar, disitu saya nulis berita, dan berita itu biasanya saya informasikan ke Twitter dan Instagram. Terus gaya penulisan saya juga sesuaikan dengan ketentuan Media Pijar sendiri, yang pertama informatif, terus jujur, transparan terus bahasa yang digunakan ya standar lah, gak menggunakan bahasa gaul gitu. Selain dari itu ya cuma buat tentang , apa yang dirasain tentang kuliah, tapi saya biasanya nulis itu juga perhatiin penulisannya sih supaya gak alay, ataupun kalau ada informasi ya di like atau dishare aja. Kayak berita-berita atau informasi yang saya setuju atau yang saya rasa orang lain perlu tahu.”


(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penelitian skripsi ini yang berjudul “Kesadaran Kritis Mahasiswa Ilmu Komunikasi USU Terhadap Media Sosial”, adalah salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosialdan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU).

Peneliti berterima kasih kepada Ibunda peneliti, Asyiah, yang telah memberi dukungan jiwa dan raga, dan kasih sayang yang tidak terhitung jumlahnya, menjadi rumah bagi peneliti, tempat mengadu, selalu kuat dan sabar, serta selalu mendoakan peneliti disetiap saat. Terima kasih kepada papa, yang memberikan kasih sayang, wawasan, dan memberikan semangat kepada peneliti. Terima kasih kepada keluarga, Kakak, abang, dan adik peneliti, yang selalu memberikan dukungan semangat untuk cepat lulus.

Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:

(1) Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yakni Bapak Dr. Muryanto Amin M.Si beserta jajarannya.

(2) Ibu Dra. Fatmawardy Lubis, M.A Selaku ketua Departemen Ilmu Komunikasi, serta Ibu Dra Dayana Manurung M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik

(3) Ibu Dra. Mazdalifah, M.Si., Ph.D selaku dosen pemimbing yang telah memberikan waktunya untuk membimbing, menasehati dan mendukung peneliti dalam pengerjaan skripsi ini hingga selesai dengan baik.

(4) Seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberi ilmu selama masa perkuliahan.


(2)

(5) Para informan yang telah meluangkan waktunya dan memberikan wawancara kepada peneliti, yaitu Lucky, Rizka, Arief, dan Laura.

(6) Sepupu yang selalu jadi tempat ketawa peneliti Kak Midah dan Aulia. (7) Sahabat sekaligus partner in crime, Rizki Ramadhani Nasution, yang

selalu memberikan dukungan saat peneliti mulai lalai, mengingatkan saat peneliti salah, dan selalu mendesak peneliti untuk menyelesaikan skripsi tepat waktu.

(8) Yasmin, Mumut, Nana, Josua, Anugrah, Ray, yang selalu memberikan semangat dan menjadi teman yang berharga bagi peneliti.

(9) Gufi, yang selalu menjadi tempat curhat, penyemangat, motivasi, dan memberi dukungan untuk selalu percaya diri kepada peneliti.

(10) Penghuni USUKOM yang selalu menjadi rumah kedua bagi peneliti dalam berbagai hal, Kak Windi sebagai orang tua di USUKOM yang selalu menasehati peneliti, dan menjadi tempat curhat. Adik-adik penyiar, Maudy, Hileri, Desi, Dedek, Ika, Dila, yang menjadi penyemangat dan berbagi canda tawanya dengan peneliti.

(11) Kak Anim, Kak Puan, Bang Firman, Bang Romi, Bang Inggit, Kak Nata, yang memberikan ilmu-ilmunya dalam berbagai hal dan menjadi abang dan kakak peneliti selama di kampus.

Akhir kata, peneliti berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi bermanfaat bagi pengembangan ilmu.

Medan, September 2016


(3)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Kesadaran Kritis Mahasiswa Ilmu Komunikasi Terhadap Media Sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kesadaran kritis yang dimiliki mahasiswa terhadap media sosial dalam konteks literasi media. Teori yang digunakan adalah teori literasi media, kesadaran kritis, media baru dan literasi media digital, dan media sosial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yang mendeskripsikan kondisi di lapangan, realitas yang terjadi, situasi ataupun fenomena tertentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa mulai menggunakan media sosial sejak sekolah mengah pertama, da akun yang pertama kali dibuat adalah Facebook. Waktu yang digunakan mahasiswa untuk mengakses media sosial dalam sehari yaitu lebih dari dua jam. Mahasiswa memiliki kesadaran kritis dalam menggunakan dan menganalisa serta bersikap terhadap pesan – pesan yang ada di media sosial, dan mampu menyaring isi pesan-pesan yang mereka konsumsi, namun cenderung percaya dengan satu sumber informasi saja. Gaya menulis pesan mahasiswa di media sosial tidak menggunakan bahasa gaul, dan hanya menggunakan penulisanyang standar. Keluarga mahasiswa yang berperan dalam membimbing menggunakan media sosial adalah ibu, dan mereka diawasi serta diberikan nasehat-nasehat agar berhati-hati dalam menggunakan media sosial, dan agar tidak terlalu lama menggunakannya.


(4)

ABSTRACT

This study entitled “Critical Awareness of Communication Student in Social

Media”. This study aimed to find out how student’s critical awareness in social

media in media literacy context. The Theories used in this study are media literacy theory, critical awareness theory, new media and digital media literacy, and social media. The method used in this study is qualitative descriptive which describes the condition on the ground, reality, and the situation or some phenomenones. The result showed that student starting use social media since junior high school and the first account they made is Facebook. The time they used to access social media in a day is more than two hours. Students had critical awareness in using, analyzing and behave in social media messages, and able to filter every content of social media message, but they believe only with a single source. Students writing style in social media aren’t using slang, and only use standard style. Students’ family member who had a role in guiding to use social media is their mother, and they have been watched and have been given advices to be careful in using social media and to not use it too long.


(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERYATAAN ORISINILITAS ... iv

KATA PENGANTAR ... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN Konteks Masalah ... 1

Fokus Masalah ... 5

Tujuan Penelitian ... 6

Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Paradigma Kajian ... 7

2.2. Kerangka Teori... 8

2.2.1. Literasi Media ... 8

2.2.1.1. Elemen-Elemen Literasi Media... 13

2.2.1.2. Karakteristik Literasi Media ... 16

2.2.1.3. Kesadaran Kritis dalam Literasi Media... 20

2.2.2. Kesadaran Kritis ... 25

2.2.3. Media Baru dan Literasi Media Digital ... 26

2.2.4. Media Sosial (Social Media) ... 29

2.3. Kerangka Pemikiran ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian... 34

3.2. Objek Penelitian ... 35

3.3. Subjek Penelitian ... 35

3.4 Kerangka Analisis ... 35

3.5. Unit Analisis ... 36

3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 36

3.6.1. Metode Pengumpulan Data ... 36

3.6.2. Keabsahan Data ... 37

3.6.3. Teknik Analisis Data ... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 40

4.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 40

4.1.2. Proses Pelaksanaan Penelitian ... 41

4.1.3. Deskripsi Informan ... 44

4.1.3.1. Lucky Andriansyah ... 44

4.1.3.2. Rizka Gusti Sitanggang ... 46


(6)

4.1.3.4. Laura Arya Wienanta ... 49 4.1.4. Penggunaan Media Sosial Mahasiswa ... 50 4.1.5. Kesadaran Kritis Mahasiswa Terhadap Isi Pesan Media Sosial ... 56 4.1.6. Peran Keluarga Mahasiswa Terhadap Penggunaan Media

Sosial ... 64 4.1.8. Tabel Kesadaran Kritis Mahasiswa Terhadap Media Sosial ... 65 4.1.9. Pembahasan ... 67 BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan ... 77 5.2. Saran ... 79 DAFTAR REFERENSI

LAMPIRAN

-Hasil Wawancara -Biodata Peneliti


Dokumen yang terkait

Konsep Diri Mahasiswa dalam Media Sosial (Studi Deskriptif Kualitatif Konsep Diri Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dalam Media Sosial Instagram)

6 40 132

POLA KOMUNIKASI PENGGUNA SOSIAL MEDIA PATH (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Pengguna Sosial Media Path di Kalangan Mahasiswa).

0 2 27

Kesadaran Kritis Mahasiswa Terhadap Media Sosial (Studi Deskriptif Kualitatif Literasi Media Tentang Kesadaran Kritis Mahasiswa Ilmu Komunikasi USU Terhadap Media Sosial)

0 1 7

Kesadaran Kritis Mahasiswa Terhadap Media Sosial (Studi Deskriptif Kualitatif Literasi Media Tentang Kesadaran Kritis Mahasiswa Ilmu Komunikasi USU Terhadap Media Sosial)

0 0 2

Kesadaran Kritis Mahasiswa Terhadap Media Sosial (Studi Deskriptif Kualitatif Literasi Media Tentang Kesadaran Kritis Mahasiswa Ilmu Komunikasi USU Terhadap Media Sosial)

0 1 6

Kesadaran Kritis Mahasiswa Terhadap Media Sosial (Studi Deskriptif Kualitatif Literasi Media Tentang Kesadaran Kritis Mahasiswa Ilmu Komunikasi USU Terhadap Media Sosial)

3 4 27

Kesadaran Kritis Mahasiswa Terhadap Media Sosial (Studi Deskriptif Kualitatif Literasi Media Tentang Kesadaran Kritis Mahasiswa Ilmu Komunikasi USU Terhadap Media Sosial)

0 0 2

Kesadaran Kritis Mahasiswa Terhadap Media Sosial (Studi Deskriptif Kualitatif Literasi Media Tentang Kesadaran Kritis Mahasiswa Ilmu Komunikasi USU Terhadap Media Sosial)

0 0 22

Kesadaran Kritis Remaja Terhadap Sinetron (Studi Literasi Media tentang Kesadaran KritisRemaja terhadap Sinetron di SMK Yayasan Pendidikan Keluarga (YPK) Medan

0 1 15

Kesadaran Kritis Remaja Terhadap Sinetron (Studi Literasi Media tentang Kesadaran KritisRemaja terhadap Sinetron di SMK Yayasan Pendidikan Keluarga (YPK) Medan

0 0 2