terakhir Parson ditandai dengan perluasan penggolongan teori tindakan hubungan-hubungan baru dan unsur baru ditemukan, seperti misalnya
tambahan subsistem keempat dalam tindakan, yaitu organisme perilaku. Sehingga sistem tindakan itu kini menjadi sistem kepribadian, sistem pranata
sosial, sistem budaya dan organisme perilaku. Keempat sistem tindakan ini dikaitkan dengan A.G.I.L
Adaptation, Goal Attainment, Integration, Lattent Pattern Maintance
. Kempat sistem tersebut adalah sebagai berikut:
1. Adaptation
Berhubungan dengan sistem organisme perilaku menunjuk pada kemampuan sistem yang menjamin apa yang dibutuhkan dari lingkungan
serta mendistribusikan sumber-sumber tersebut kedalam seluruh sistem.
2. Goal Attainment
Berhubungan dengan sistem kepribadian menunjuk pada pemenuhan tujuan sistem dan penetapan prioritas diantara tujuan tersebut,
serta kesesuaian bagian-bagian dari sistem sehingga seluruhnya fungsional.
3. Integration
Dalam hal ini hubungan dengan sistem sosial, menunjuk pada koordinasi.
4. Lattent Pattern Maintance
Berhubungan dengan sistem budaya. Menunjuk pada masalah bagaimana menjamin kesinambungan tindakan dalam sistem sesuaia
dengan beberapa atauran-aturan atau norma-norma Haryatmoko, 1986; 40.
Penelitian sosial harus menginterprestasikan tindakan si aktor. Menurut Parsons tindakan sosial memiliki karakteristik, yakni:
1. Adanya individu selaku aktor.
2. Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan-tujuan tertentu.
3. Aktor mempunyai alternatif cara, alat serta teknik untuk mencapai tujuan.
4. Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat
membatasi tindakannya dalam mencapai tujuan. 5.
Aktor berada dibawah kendala dari nilai-nilai, norma-norma dan berbagai ide abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih dan menentukan
tujuan serta tindakan alternatif untuk mencapai tujuan Ritzer, 1985 : 56- 57.
Aktor mengejar tujuan dalam situasi dimana norma-norma mengarahkan dalam memilih alternatif cara dan alat untuk mencapai tujuan.
Norma-norma itu tidak menetapkan pilihannya terhadap cara atau alat, tetapi ditentukan oleh kemampuan aktor untuk memilih. Kemampuan inilah yang
disebut Parsons sebagai
voluntarisme
.
Voluntarisme
adalah kemampuan individu melakukan tindakan dalam arti menetapkan cara atau alat dari sejumlah alternatif dalam rangka
mencapai tujuannya. Konsep
volutarsime
adalah pelaku
aktif
dan
kreatif
serta mempunyai kemampuan menilai dan memilih alternatif tindakan. Walaupun
aktor tidak mempunyai kebebasan total, namun ia mempunyai kebebasan
dalam memilih berbagai alternatif tindakan. Berbagai tujuan yang hendak dicapai, kondisi dan norma serta situasi penting lainnya kesemuanya
membatasi kebebasan aktor. Dari uraian diatas dapat disimpulkan tindakan sosial merupakan
suatu proses dimana aktor terlibat dalam pengambilan keputusan subyektif tentang sarana dan cara untuk mencapai tujuan yang dipilih, yang kesemuanya
itu dibatasi kemungkinan-kemungkinannya oleh sistem kebudayaan dalam bentuk norma-norma, ide-ide dan nilai-nilai sosial.
1. Peranan