60
b. Dokumentasi, merupakan teknik pengumpulan data dengan
menggunakan catatan atau foto-foto dan rekaman yang ada di lokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang relevan dengan
objek penelitian.
2.5 Teknik Analisis Data
Analisis-analisis kualitatif cenderung menggunakan pendekatan logika induktif, dimana silogisme dibangun berdasarkan pada hal-hal khusus atau data di
lapangan dan bermuara pada kesimpulan umum.
35
Beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan yaitu: Melalui metode analisis data,
peneliti menguji kemampuan bernalar dalam mengelaborasi fakta, data, dan informasi yang diperoleh. Selanjutnya, peneliti menganalisisnya sehingga dapat
menghasilkan informasi dan kebenaran dari setiap permasalahan yang ada dalam
penelitian ini.
36
1. Reduksi data
Mereduksi berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data dan mencarinya bila diperlukan. 2.
Penyajian data Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan
data. Dengan menyajikan data, maka akan memudahkan peneliti untuk
35
Burhan Bungin, Op.cit, hal 143
36
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kualitaif Kuantitatif dan RD. Bandung: Alfabeta, hal 246
Universitas Sumatera Utara
61
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.
3. Penarikan kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada sesuai dengan pemahaman dan
interpretasi peneliti.
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota Medan sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia berdasarkan yang terdapat di Kemendagri, kota Medan memiliki jumlah penduduk
2.465.469 Jiwa. Tentu dengan jumlah sebanyak ini kota Medan memiliki banyak masalah yang harus dipenuhi,karena kecenderungandari semakin banyaknya
penduduk maka tuntutan juga akan semakin banyak, hal ini berarti permasalahan semakin kompleks. Kota Medan sebagai salah satu kota besar di Indonesia yang
telah menjelmakan diri menjadi pusat segala aktifitas masyarakat. Sebagai pusat dari berbagai aktifitas masyarakat, tentunya banyak dampak yang dialami oleh
kota Medan itu sendiri baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positifnya berupa peningkatan kesejahteraan masyarakat karena semakin
membuka peluang pekerjaan baik dalam berwirausaha, maupun menjadi pegawai kantor perusahaan. Selain hal tersebut terdapat dampak negatif yang dialami oleh
kota Medan sehingga menimbulkan masalah kepadatan penduduk. Salah satu masalah yang terasa akibat kepadatan penduduk adalah semakin banyaknya
kendaraan di kota Medan. Jumlah kendaraan yang ada di kota Medan setiap tahunnya mengalami
kenaikan, baik kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Khususnya sepeda motor dan mobil pribadi yang mengalami penambahan jumlah yang sangat besar
pada tahun 2015. Hal ini bisa dilihat dalam tabel:
Universitas Sumatera Utara
2
Tabel 1: Jumlah kendaraan pribadi dan umum di kota Medan
No Jenis kendaraan
Jumlah unit Tahun 2013
Tahun 2014 Tahun 2016
1 Sepeda motor
2.318.632 2.550.495
2.805.545 2
Mobil penumpang a.
Umum b.
Pribadi 33.434
189.457 35.607
201.772 38.028
215.493
3 Mobil barang
a. Umum
b. Pribadi
2.173 142.692
2.227 146.259
2.261 148.453
4 Bus besar
a. Umum
b. Bukan umum
1.770
-
1.788
-
1.805
- 5
Bus sedang a.
Umum b.
Bukan umum
2.655
-
2.681
-
2.708
- 6
Bus kecil a.
Umum b.
Bukan umum
17.698
-
17.875
-
18.054
- 7
Kendaraan roda tiga a.
Umum b.
Bukan umum
26.825 135
26.289 132
25.763 130
8 Becak
25.426 23.211
2.385
9 Andong
- -
-
10 Lain-lain
8.983 9.054
9.054
Jumlah
2.769.880 3.017.390
3.269.679
Sumber: Dinas Perhubungan Kota Medan, 2016
Bagi warga kota Medan angkutan umummerupakan sarana transportasi vital yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam setiap kegiatan, baik bekerja,
sekolah, berbelanja, dan lain sebagainya tidak bisa terlepaskan dari angkutan umum, terutama bagi masyarakat yang tidak memiliki kendaraan pribadi. Hal ini
menjadi peluang yang besar bagi para pengusaha untuk mendirikan usaha dan menambah armada angkutan umum, karena melihat tingginya antusiasme
Universitas Sumatera Utara
3
masyarakat kota Medan terhadap transportasi angkutan umum. Tingginya keperluan masyarakat terhadap angkutan umum membuat angkutan umum di kota
Medan semakin marak bahkan dalam satu trayek terdapat beberapa armada angkutan umum yang berbeda tetapi dengan tujuan yang sama.
Adanya aktivitas lalu lintas yang cukup tinggi di kota Medan tidak menutup kemungkinan terjadinya pelanggaran-pelanggaran. Salah satu yang
disorot peneliti adalah pelanggaran dalam bidang transportasi yakni tentang retribusi maupun perizinan trayek angkutan umum. Seperti yang terdapat didalam
Peraturan Daerah kota Medan Nomor33 Tahun 2002 yang menyebutkan dalam Pasal5 bahwa “Setiap orang pribadi atau badan yang berusaha di bidang
perhubungan wajib memiliki izin dari Kepala Daerah”. Dari pernyataan tersebut sudah seharusnya setiap angkutan umum mempunyai izin trayek dan membayar
retribusi. Ranperda tentang Lalulintas dan Angkutan Jalan di Kota Medan sangat
dibutuhkan. Peraturan itu merupakan kebutuhan mendesak demi ketertiban dan kenyamanan para pengguna jalan. Begitupun, kesiapan Pemko Medan masih
diragukan untuk pelaksanaan peraturan tersebut. Keraguan itu di dasari atas kinerja Dinas Perhubungan dalam pengawasan dan pengendalian lalulintas masih
belum maksimal. Karena pada tahun 2011 lalu baru dibahas dan tetapkan Perda tentang retribusi pelayanan bidang perhubungan yang ternyata hingga saat ini
tidak terealisasi sebagaimana mestinya, kata Parlaungan dalam sidang, Senin 1212015. Kami melihat kinerja Dinas Perhubungan sangat lemah. Penataan
Universitas Sumatera Utara
4
lalulintas di Kota Medan masih coba-coba dan tidak memiliki konsep penyelesaian masalah.
1
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 dengan jelas menyatakan bahwa satu di antara sumber keuangan daerah adalah berasal dari Retribusi Daerah.
Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan danatau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Retribusi Daerah sebagai salah satu Pendapatan Asli Daerah diharapkan menjadi sumber
Dinas Perhubungan, melakukan
kegiatan yang didalamnya merupakankegiatanyang berhubungan dengan pelayanan jasa masyarakat dimana
didalamnya terdapat pendapatan berupa retribusi yangdikenakan pada bidang- bidang tertentu. Dinas Perhubungan sebenarnya mempunyai peran yang cukup
penting untuk menertibkan kembali permasalahan pelanggaran-pelanggaran dalam bidang perhubungan baik pelayanan retribusi maupun perizinan trayek angkutan
umum. Tertibnya masyarakat dalam bidang perizinan angkutan umum dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan Dinas Perhubungan kota Medan sebagai
penggerak roda pemeritahan. Adanya perizinan angkutan umum adalah untuk memberikan kepastian hukum dan hak bagi pemilik angkutan agar dapat
mengoperasikan kendaraannya. Selain itu, tertibnya perizinan angkutan umum dapat memberikan sumbangan terhadap pendapatan asli daerah. Oleh karena itu
penting bagi Dinas Perhubungan untuk mengatur pemilik angkutan umum agar melakukan perpanjangan izin trayek yang telah habis masa berlakunya.
1
www.medanbagus.com diakses tanggal 1 Februari 2016
Universitas Sumatera Utara
5
pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah untuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat, sehingga pungutan
retribusi daerah perlu diintensifkan dan ditangani lebih serius. Retribusi merupakan salah satu sumber pendapatan yang sangat potensial bagi suatu daerah.
Kualitas pelayanan birokrasi perizinan dan infrastruktur yang masih buruk dapat dilihat sebagai salah satu konsekuensi logis dari oriantasi kebijakan publik
yang lebih menekankan pada pentingnya meningkatkan pemerintahan daerah dari sisi Pendapatan Asli Daerah PAD.
2
Sehubungan dengan hal ini perlu adanya kebijakan yang khusus mengatur permasalahan ini. Dalam tingkat nasional sendiri pemerintah telah mengeluarkan
kebijakan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan dalam tingkat daerah pemerintah megeluarkan kebijakan
Di sini dapat dilihat persoalan bagaimana pemerintah daerah memaknai otonomi daerah. Bahwa dimasa lalu sangat keliru
otonomi daerah yang diamanatkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 yang telah diubah menjadi Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 sebagai kewenangan
membuat berbagai jenis peraturan daerah tentang retribusi dan pajak dengan tidak memperhatikan akses negatifnya bagi kondusifitas iklim usaha di daerah.
Lahirnya berbagai peraturan daerah yang berujung pada pungutan resmi sangat produktif terhadap kondusifitas iklim usaha dan investasi di daerah. Adanya target
untuk meningkatkan pendapatan hasil daerah mengakibatkan terjadinya berbagai pungutan yang secara langsung maupun tidak langsung memberatkan pengusaha
maupun masyarakat umum.
2
Adrian Sutedi, 2011. Hukum Perizinan dalam Sektor Pelayanan Publik, Jakarta, Sinar Grafika, hal 63
Universitas Sumatera Utara
6
Peraturan Daerah Nomor 33 Tahun 2002 Tentang Retribusi Pelayanandan Izin di Bidang Perhubungan adapun yang dibahas dalam Peraturan Daerah ini mengenai
bagaimana tata cara memperoleh pelayanan terhadap penyelenggaraan perhubungan di bidang dan perizinan bagi setiap orang atau badan usaha yang
berhubungan di bidang perhubungan. Retribusi Pelayanan dan Izin di Bidang Perhubungan termasukjenis
retribusi jasa umum yang dikelola oleh Pemerintah Kota Medan. Menurut Peraturan Daerah Nomor 33 Tahun 2002 Tentang Retribusi Pelayanan dan Izin di
Bidang Perhubungan. Dalam hal ini dapat dilihat bagaimana pemerintah kota Medan dalam menggunakan hak dan kewajibannya untuk mewujudkan kenyaman
dalam pelayanan retribusidan perizinan di bidang perhubungan di kota Medan melalui Peraturan Daerah Nomor 33 Tahun 2002 Tentang Retribusi Pelayanan
dan Izin di Bidang Perhubungan. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka menjadi sesuatu yang penting dan
menarik untuk memahami fenomena dan fakta b
ertambahnya angkutan di Kota Medan yang belum terdistribusi dengan baik mengakibatkan penumpukan dan banyak
angkutan kota yang berada dalam satu trayek yang sama. Kepala Bidang Angkutan menjelaskan bahwa hal tersebut terjadi karena kesulitan mengendalikan dalam
pengelolaan penempatan angkutan umum disetiap trayeknya. Bidang Angkutan di Dinas Perhubungan juga memiliki kesulitan untuk memonitoring pengelolaan perizinan
angkutan umum baik angkutan kota maupun angkutan barang dan sulitnya mengendalikan ketika pembuatan perizinan angkutan baru untuk di tempatkan di trayek
yang masih memiliki kapasitas kendaraan yang kurang. Masalah lain yang dihadapi yaitu
Universitas Sumatera Utara
7 dalam sulitnya mengkomunikasikan informasi jika masa berlaku harus diperpanjang
kepada pemilik kendaraan atau perusahaan.
Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan maka dibutuhkan sebuah sistem informasi yang berfungsi untuk mempermudah Dinas Perhubungan di
Bidang Angkutan untuk mengelola terhadap penempatan angkutan dan memantau pengelolaan perizinan dan pengendalian terhadap pemilik kendaraan atau
perusahaan angkutan. Dari penjelasan diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan
penelitian terhadap kebijakan yang dibuat oleh pemerintah khususnya dalam rangka implementasi kebijakan Peraturan Daerah Nomor 33 Tahun 2002 Tentang
Retribusi Pelayanan dan Izin di Bidang Perhubungan. Sehingga peneliti tertarik
membahas masalah tersebut dengan judul “Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah Nomor 33 Tahun 2002 Tentang Retribusi Pelayanan dan Izin di
Bidang Perhubungan ”.
1.2 Rumusan Masalah