30
Sudah saatnya wanita tahu tentang pengetahuan menopause yang perlu diketahui ibu saat menjelang menopause, adalah mengenai apa itu menopause, proses terjadinya
menopause, gejala-gejala menopause, faktor yang mempercepat atau memperlambat usia memasuki menopause, dan terapi yang dapat digunakan dalam menghadapi
menopause. Dengan peningkatan pengetahuan pada ibu saat menjelang menopause, diharapkan dapat mengurangi kecemasan yang nantinya muncul jika menopause terjadi.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan menghadapi menopause adalah masalah yang tidak terselesaikan,
kekhawatiran terhadap sesuatu yang belum terjadi, adanya motif sosial dan motif
seksual. 2.2 Kecemasan
2.2.1 Defenisi Cemas
Cemas merupakan emosi negative yang ditandai oleh adanya perasaan kwatir, was-was, dan disertai dengan peningkatan perubahan sistem jaringan tubuh Wibowo dikutip dari
Weiberg Gould, 1995 dalam Frans Oktina 2001. Kecemasan adalah pengalaman manusia yang bersifat universal, suatu respon emosional yang tidak menyenangkan,
penuh kekwatiran, suatu rasa takut yang tidak terekspresikan dan tidak terarah karena suatu sumber ancaman atau pikiran sesuatu yang akan datang tidak jelas dan tidak
terindentifikasi Taylor, 1995 dalam Solehati Kokasih, 2015. Menurut Sarafino 1994 dalam Solehati Kokasih 2015, kecemasan merupakan suatu ketakutan terhadap
ketidakberdayaan dirinya terhadap kehidupan yang hampa dan tidak berarti.
Universitas Sumatera Utara
31
2.2.2 Teori Kecemasan
Konsep kecemasan pertama kali diperkenalkan oleh Freud seorang ahli kejiwaan Shives, 1998 dalam Solehati Kokasih, 2015.
Konsep kecemasan ini berkembang dari zaman sampai sekarang. Tiap-tiap model mengembangkan teori mengenai segi tempat dan fenomena kecemasan. Beberapa teori
mengenai kecemasan menurut Kaplan dan Saddock 1996 dalam Solehati Kokasih 2015, adalah sebagai berikut:
a. Teori Genetik
Pada sebagian manusia yang menunjukkan kecemasan, riwayat hidup, dan riwayat keluarga merupakan predisposisi untuk berperilaku cemas. Penelitian mengenai
riwayat keluarga dari anak kembar menentukan, bahwa faktor genetika ikut berperan dalam gangguan kecemasan.
b. Teori Ketekolamin
Teori ini menyatakan, bahwa reaksi cemas berkaitan dengan peningkatan kadar ketekolamin yang beredar dalam tubuh
c. Teori Psikoanalisa
Kecemasan berasal dari diri sendiri, ketakutan berpisah, kecemasan kastrasi, dan ketakutan terhadap perasan dosa yang menyiksa diri
d. Teori Sosial
Kecemasan sebagai suatu respon terhadap sensor lingkungan, seperti terhadap pengalaman-pengalaman hidup yang penuh dengan ketegangan dan respon terhadap
kehidupan hampa yang tidak berarti.
Universitas Sumatera Utara
32
Mc Mahon dalam Kurnianti 2001, dalam Ari Febriana 2008 mendefinisikan kecemasan umum berupa ketakutan yang disertai dengan gangguan fisiologis. Hal ini
diperkuat oleh Alloy yang mendefenisikan kecemasan sebagai suatu keadaan kekwatiran, kekuatan yang dapat mempengaruhi fungsi dari berbagai area ;
a. Ledakan subyektif dari ketegangan , ketakutan dan ketidakmampuan individu dalam
mengatasinya b.
Respon perilaku seperti penolakan terhadap situasi yang menakutkan, gangguan bicara dan fungsi motorik, dan gangguan pada tugas-tugas motorik.
c. Respon-respon fisik termasuk ketegangan otot, peningkatan detak jantung, tekanan
darah, pernafasan bertambah cepat, mulut kering, diare, sakit kepala serta pusing. Tanda dan gejala kecemasan
Secara umum, tanda dan gejala kecemasan menurut Shives 1998 dalam Solehati Kokasih 2015 sebagai berikut :
1. Sistem fisiologis
Tanda dan gejala kecemasan yang dapat dilihat dalam sistem fisiologis antara lain meningkatanya nadi, tekanan darah, respirasi, deaporesis, tangan berkeringat,
nyeri kepala, vertigo, pandangan mata kabur, insomnia atau ganggua tidur, hiperventilasi, penurunan nafsu makan, mual, muntah dan sering berkemih.
Setiap perasaan cemas akan meningkatkan syaraf simpatis. Dengan meningkatnya saraf simpatis, secara otomatis aklan meningkatkan kerja jantung
yang mengakibatnya meningkatnya nadi, tekanan darah, diaphoresis, juga tangan berkeringat. Meningkatnya tekanan darah menyebabkan iritabel syaraf-syaraf
dikepala sehingga menimbulkan rasa nyeri dikepala, vertigo, pandangan mata
Universitas Sumatera Utara
33
kabur, insomnia atau gangguan tidur. Gangguan tidur juga dapat disebabkan pusat otak yang mengatur tidur terganggu akibat adanya kecemasan. Meningkatnya
syaraf simpatis akibat kecemasan akan menyebabkan urine dalam kandung kemis seolah olah cepat penuh sehingga pasien akan sering buang air kecil.
2. Sistem psikologis
Tanda dan gejala yang muncul pada pasien yang mengalami kecemasana bila dilihat dari segi psikologis antara lain: Menarik diri, depresi, iritabel, menjadi
mudah marah, apatis, dan Merasa ketakutan. Dan juga pasien akan merasa malu dan menarik diri dari lingkungan dan tidak
mau untuk bersosialisasi. Pasien akan memfokuskan dirinya pada masalah yang dialaminya. Jika kondisi ini dibiarkan berlarut-larut tanpa ada penyelesaian
masalah yang memadai, kondisi ini akan berakibat pada depresi. Pasien yang mengalami kecemasan sering merasa ketakutan akibat sesuatu
yang tidak jelas. Oleh karena itu, informasi yang memadai tentang sesuatu hal pada pasien perlu diberikan sehingga kecemasan tidak bertambah berat.
3. Sistem Kognitif
Kecemasan dapat mempengaruhi kecemasan kognitif. Tanda dan gejala yang muncul antara lain: menurunnya perhatian akibat terlalu memikirkan masalah
yang sedang dialami pasien, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, mempengaruhi produktivitas akibat perasaan- perasaan tidak berdaya, pelupa, dan
selalu terpengaruh dengan kejadian yang telah berlalu, kemudian dibandingkan masa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
34
2.2.3 Faktor- faktor yang mempengaruhi Kecemasan Solehati Kokasih 2015 dikutip dari McFarlan Wasli 1997 dalam Shives
1998 mengatakan, bahwa faktor yang berkontribusi pada terjadinya kecemasan meliputi ancaman pada: Konsep diri, personal security system, kepercayaan, lingkungan, fungsi
peran, hubungan interpersonal, dan status kesehatan. Solehati dan Kokasih 2015 dikutip dari Direktorat Kesehatan Jiwa Depkes RI 1994,
faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan antara lain sebagai berikut; a.
Perkembangan Kepribadian
Perkembangan kepribadian seseorang dimulai sejak usia bayi hingga 18 bulan dan bergantung pada pendidikan orang tua dirumah, pendidikan disekolah dan pengaruh
sosialnya serta pengalaman dalam kehidupannya. Seseorang menjadi pencemas terutama akibat proses imitasi dan identifikasi dirinya terhadap kedua orang tuanya
daripada pengaruh keturunan. b.
Tingkat Maturasi
Tingkat maturasi Individu akan mempengaruhi tingkat kecemasan. Pada bayi tingkat kecemasan biasanya diakibatkan perpisahan dan lingkungan yang tidak
dikenal. Kecemasan pada orang dewasa lebih banyak disebabkan oleh perkembangan seksual.
Pada orang dewasa kecemasan lebih banyak ditimbulkan oleh hal-hal yang berhubungan dengan konsep diri, sedangkan pada lansia kecemasan berhububngan
dengan kehilangan fungsi, sebagai contoh adalah wanita yang akan mengalami Monopause. Mereka akan merasa cemas akibat akan mengalami penurunan fungsi
Universitas Sumatera Utara
35
reproduksi sehingga diperlukan dukungan Sosial Suami untuk mencegah kecemasan tersebut.
c. Tingkat Pengetahuan
Individu dengan tingkat akan pengetahuan lebih tinggi akan mempunyai koping penyelesaian masalah yang lebih adaptif terhadap kecemasan daripada individu yang
tingkat penegtahuannya lebih rendah. d.
Karakteristik Stimulus:
1 Intensitas Stresor
Intensitas stimulus yang semakin besar, semakin besar pula kemungkinan respon cemas yang akan terjadi.
2 Lama Stressor
Stressor yang menetap dapat menghabiskan enegi yang akhirnya akan melemahkan sumber-sumber penyelesaian masalah yang ada.
3 Jumlah Stressor
Stresso yang lebih besar akan meningkatkan kecemasan pada individu daripada stimulus yang lebih kecil.
e. Karakteristik Individu
Karakteristik individu dipengaruhi oleh makna stressor bagi individu. Sumber yang dapat dimanfaatkan dan respon koping serta status kesehatan individu.
1 Makna stressor bagi Individu
Makna stressor bagi individu merupakan faktor utama yang mempengaruhi respon stress. Stressor yang dipandang secara negative kemungkinan besar adapat
meningkatkan rasa cemas.
Universitas Sumatera Utara
36
2 Sumber yang Dapat Dimanfaatkan dan Respon Koping
Seseorang yang mempunyai keterampilan dalam menggunakan koping dapat memilih tindakan-tindakan yang akan memudahkan adaptasi terhadap stressor baru. Seseorang
yang berhasil menangani stressor pada masa lampau akan mempunyai keterampilan koping yang lebih baik dan dapat menanganiu secara efektif bila terjadi kritis.
3 Status Kesehatan Individu
Jika status kesehatan buruk, energy yang digunakan untuk menangani stimulus lingkungan menjadi berkurang sehingga mempengaruhi respon terhadap stressor
Solehati Kokasih, 2015.
2.2.4 Tipe Kecemasan