Jenis Penelitian Metode Pengumpulan Data Pembahasan Penelitian

BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif untuk mengetahui karakteristis penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpano- mastoidektomi di RSUP H. Adam Malik Medan periode 2013-2015, dengan desain penelitian cross sectional yaitu observasi terhadap masing-masing variabel dilakukan pada satu waktu tertentu. 4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian Pengambilan data penelitian dilakukan di instalasi Rekam Medik RSUP H. Adam Malik Medan. Pemilihan lokasi penelitian ini berdasarkan pertimbangan bahwa rumah sakit ini merupakan rumah sakit tipe A rumah sakit pusat rujukan di Sumatera Utara

4.2.2. Waktu Penelitian

Pengambilan data penelitian dilakukan selama 2 bulan, yaitu mulai bulan Agustus 2015 sampai dengan bulan September 2015. 4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang didiagnosis menderita OMSK dan dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi di RSUP H. Adam Malik Medan pada periode Juli 2013-Juni 2015. Universitas Sumatera Utara

4.3.2. Sampel Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling yaitu metode penentuan sampel dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai sampel. Sehingga sampel pada penelitian ini adalah pada seluruh pasien yang didiagnosis menderita diagnosis menderita OMSK dan dilakukan tindakan operasi timpano- mastoidektomi di RSUP H. Adam Malik Medan pada periode Juli 2013-Juni 2015 dan tercatat dalam rekam medis.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang didapat berasal dari rekam medis pasien penderita OMSK di RSUP H. Adam Malik Medan pada periode Juli 2013-Juni 2015 yang meliputi usia, jenis kelamin, pekerjaan, tempat tinggal, gejala klinis, gangguan pendengaran, foto polos mastoid, pola kuman, dan komplikasi. 4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data 4.5.1. Metode Pengolahan Data Pengolahan data merupakan proses yang sangat penting karena bertujuan untuk memperoleh data ringkasan. Kegiatan yang dilakukan dalam proses pengolahan data adalah editing, yaitu proses memeriksa data yang telah dikumpulkan untuk menilai ketepatan dan kelengkapan data. Tahapan selanjutnya adalah coding, yaitu proses pemberian kode secara manual terhadap variabel-variabel, tujuannya yaitu untuk mempermudah didalam pengolahan data. Setelah diberi kode, tahap selanjutnya Universitas Sumatera Utara adalah entry, yaitu menyajikan data ke dalam bentuk tabel, kemudian dilakukan proses cleaning, yaitu memeriksa kembali data yang telah dimasukkan ke dalam komputer untuk menghindari kesalahan dalam memasukkan data. Tahap terakhir adalah saving, yaitu proses menyimpan data untuk selanjutnya dilakukan analisis.

4.5.2. Pengolahan Data

Data diolah dengan analisis univariat untuk mengetahui frekuensi dan presentase dari setiap variabel yang akan diteliti. Data akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan narasi, kemudian dibahas dengan menggunakan teori dan kepustakaan yang ada. Universitas Sumatera Utara BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripri Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik RSUP HAM Kota Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau No. 17, kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit pemerintah dengan kategori kelas A. Selain itu, RSUP Haji Adam Malik Medan juga merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah Sumatera yang meliputi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang sangat bervariasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502 Menkes IX 1991 tanggal 6 September 1991, RSUP Adam Malik ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Data Tabel 5.1.

Distribusi Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Kelompok Usia tahun Jenis Kelamin Total Laki-laki n Perempuan n n ≤ 10 3 3 6 6,2 11 – 20 9 13 22 22,7 21 – 30 11 11 22 22,7 31 – 40 17 11 28 28,9 41 – 50 7 5 12 12,3 ≥ 51 4 3 7 7,2 Total 51 46 97 100,0 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan tabel 5.1. dapat dilihat distribusi penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi berdasarkan kelompok umur paling banyak adalah usia 31-40 tahun, dengan jumlah 28 orang 28,9, diikuti kelompok usia 11-20 dan 21-30 dengan jumlah masing-masing 22 orang 22,7, kelompok usia 41-50 dengan jumlah 12 orang 12,3, kel ompok usia ≥51 tahun dengan jumlah 7 orang 7,2, dan terkecil adalah kelompok usia ≤10 tahun dengan jumlah 6 orang 6,2. Sementara itu jenis kelamin penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi paling banyak adalah laki-laki dengan jumlah 51 orang 52,6, sedangkan perempuan dengan jumlah 46 orang 47,4. Tabel 5.2 Distribusi Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Jenis Pekerjaan Pekerjaan Total n Belum sekolah 4 4,1 Pelajar 31 32,0 Ibu rumah tangga 15 15,4 Wiraswasta TNI Pegawai swasta PNS Petani 32 1 2 3 5 33,0 1,0 2,1 3,1 5,2 Belumtidak bekerja 4 4,1 Total 97 100,0 Berdasakarkan tabel 5.2. didapatkan distribusi jenis pekerjaan penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi paling banyak adalah wiraswasta dengan jumlah 32 orang 33,0, diikuti pelajar dengan jumlah 31 orang 32,0, ibu rumah tangga dengan jumlah 15 orang 15,5, petani Universitas Sumatera Utara dengan jumlah 5 orang 5,2, belumtidak bekerja dengan jumlah 4 orang 4,1, PNS dengan jumlah 3 orang 3,1, pegawai swasta dengan jumlah 2 orang 2,1, dan yang paling kecil adalah TNI dengan jumlah 1 orang 1,0. Tabel 5.3. Distribusi Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Tipe OMSK Tipe OMSK Total n OMSK benign tenang 14 14,4 OMSK benign aktif 14 14,4 OMSK maligna 69 71,2 Total 97 100,0 Berdasarkan tabel 5.3. diperoleh distribusi tipe OMSK penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi paling banyak adalah OMSK maligna dengan jumlah 69 orang 71,2, diikuti OMSK benign tenang dan OMSK benign aktif dengan jumlah masing-masing 14 orang 14,4. Tabel 5.4. Distribusi Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Gejala Klinis Klinis Dijumpai Tidak dijumpai N n Telinga berair 80 82,5 17 17,5 Gangguan pendengaran 37 38,1 60 61,9 Telinga Berdarah 15 15,5 82 84,5 Telinga berbau 18 18,6 79 81,4, Telinga gatal 12 12,4 85 87,6 Telinga nyeri 11 11,3 86 88,7 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan tabel 5.4. distribusi gejala klinis yang paling sering di- laporkan pada penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpano- mastoidektomi adalah telinga berair dengan jumlah 80 orang 82,5, diikuti gangguan pendengaran dengan jumlah 37 orang 38,1, telinga berbau dengan jumlah 18 orang 18,6, telinga berdarah dengan jumlah 15 orang 15,5, telinga gatal dengan jumlah 12 orang 12,4, dan yang paling sedikit adalah telinga nyeri dengan jumlah 11 orang 11,3. Tabel 5.5. Distribusi Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Gangguan Pendengaran Gangguan Pendengaran Total n Konduktif 57 58,7 Sensorineural 2 2,1 Campuran 16 16,5 Tidak dilakukan pemeriksaan 22 22,7 Total 97 100,0 Berdasarkan tabel 5.5. diperoleh distribusi gangguan pendengaran penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi paling banyak adalah konduktif dengan jumlah 57 orang 58,7, diikuti campuran dengan jumlah 16 orang 16,5, sensorineural dengan jumlah 2 orang 2,1. Sementara itu penderita yang tidak dilakukan pemeriksaan berjumlah 22 orang 22,7. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.6. Distribusi Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Gambaran Foto Polos Mastoid Foto Polos Mastoid Total n Mastoiditis kronis 28 28,9 Mastoiditis kronis dengan kolesteatoma 50 51,5 Tidak dilakukan pemeriksaan 19 19,6 Total 97 100,0 Berdasarkan tabel 5.6. diperoleh distribusi foto polos mastoid penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi paling banyak adalah mastoiditis kronis dengan kolesteatoma dengan jumlah 50 orang 51,5, diikuti mastoiditis kronis dengan jumlah 28 orang 28,9, dan yang tidak dilakukan pemeriksaan sebanyak 19 orang 19,6. Tabel 5.7. Distribusi Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Jenis Perforasi Membran Timpani Jenis Perforasi Total n Atik 2 2,1 Marginal 1 1,0 Subtotal 42 43,3 Total 52 53,6 Total 97 100,0 Berdasarkan tabel 5.7. diperoleh distribusi jenis perforasi penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi paling banyak adalah total dengan jumlah 52 orang 53,6, diikuti subtotal dengan jumlah 42 orang Universitas Sumatera Utara 43,3, atik dengan jumlah 2 orang 2,1, dan yang terkecil adalah marginal dengan jumlah 1 orang 1,0. Tabel 5.8. Distribusi Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Pola Kuman Pola Kuman Total n Pseudomonas aeruginosa 36 37,1 Staphilococcus epidermidis 5 5,2 Staphilococcus aureus 4 4,1 Streptococcus sp. 3 3,1 Echerechia coli 3 3,1 Alcaligenes faecalis 1 1,0 Tidak ada pertumbuhan 11 11,3 Tidak dilakukan pemeriksaan 34 35,1 Total 97 100,0 Berdasarkan tabel 5.8. diperoleh distribusi pola kuman penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi paling banyak adalah Pseudomonas aeruginosa dengan jumlah 36 orang 37,1, diikuti Staphilococcus epidermidis dengan jumlah 5 orang 5,2, Staphilococcus aureus dengan jumlah 4 orang 4,1, Streptococcus sp. dan Echerechia coli dengan jumlah masing-masing 3 orang 3,1, dan yang paling terkecil adalah Alcaligenes faecalis dengan jumlah 1 orang 1,0. Penderita yang tidak ada pertumbuhan sebanyak 11 orang 11,3, sedangkan yang tidak dilakukan pemeriksaan sebanyak 34 orang 35,1. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.9. Distribusi Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Komplikasi Komplikasi Total N Mastoiditis 93 95,9 Meningitis 2 2,1 Abses otak 1 1,0 Paralisis fasialis 1 1,0 Total 97 100,0 Berdasarkan tabel 5.9. diperoleh distribusi komplikasi penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi paling banyak adalah maitoiditis dengan jumlah 93 orang 95,9, diikuti meningitis dengan jumlah 2 orang 2,1, abses otak dan paralisis fasialis dengan jumlah masing-masing 1 orang 1,0.

5.2. Pembahasan Penelitian

5.2.1. Karakteristik Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan jenis kelamin, penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi terbanyak adalah laki-laki, yaitu sebanyak 52,6, dengan perbandingan penderita laki-laki dan perempuan 1,11 : 1. Sementara itu, penelitian di Libya melaporkan, penderita laki-laki sebanyak 54,2 dan perempuan sebanyak 45,8 Rao, 2004. Di Rumah Sakit Dr. Sadikin Bandung melaporkan, penderita laki-laki sebanyak 52 dan perempuan sebanyak 48 Hartanto, 2013. Aktivitas laki-laki yang lebih berat dari pada aktivitas perempuan membuat pirulen kuman beresiko lebih besar daripada laki-laki Hasniah, 2013. Universitas Sumatera Utara 5.2.2. Karakteristik Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Kelompok Usia Berdasarkan kelompok usia, penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi terbanyak adalah kelompok usia 31-40 tahun, dengan jumlah 28 orang 28,9, diikuti kelompok usia 11-20 dan 21-30 dengan jumlah masing-masing 22 orang 22,7, kelompok usia 41-50 dengan jumlah 12 orang 12,3 , kelompok usia ≥51 tahun dengan jumlah 7 orang 7,2, dan terkecil adalah kelompok usia ≤10 tahun dengan jumlah 6 orang 6,2. Sementara itu, pada penelitian Rao penderita dengan kelompok usia terbanyak adalah kelompok usia 0-15 tahun sebanyak 44,2 Rao, 2004. Pada penelitian Asroel, kelompok usia terbanyak adalah usia 11-20 tahun sebaanyak 31,9 Asroel, 2013. Demineralisasi kapsul koklea akibat proses osteoporosis terjadi pada umur yang lebih tua, sehingga mudah rentan terhadap suatu infeksi Hasniah, 2013. Pada sosio-ekonomi rendah membuat pasien OMSK datang pada keadaan yang sudah berat dan biasanya dikarenakan penyakit yang berulang sewaktu usia muda. 5.2.3. Karakteristik Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Jenis Pekerjaan Berdasarkan jenis pekerjaan penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi paling banyak adalah wiraswasta dengan jumlah 32 orang 33,0, diikuti pelajar dengan jumlah 31 orang 32,0, ibu rumah tangga dengan jumlah 15 orang 15,5, petani dengan jumlah 5 orang 5,2, belumtidak bekerja dengan jumlah 4 orang 4,1, PNS dengan jumlah 3 orang 3,1, pegawai swasta dengan jumlah 2 orang 2,1, dan yang paling kecil adalah TNI dengan jumlah 1 orang 1,0. Sementara itu penelitian di Nigeria melaporkan, penderita terbanyak adalah pada tenaga kerja tak ahli sebanyak 16,2 Adoga, 2010. Tidak dijumpai literatur hubungan pekerjaan dengan kejadian OMSK. Universitas Sumatera Utara 5.2.4. Karakteristik Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Tipe OMSK Berdasarkan tipe OMSK, penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi terbesar adalah OMSK maligna dengan jumlah 69 orang 71,1, diikuti OMSK benign tenang dan OMSK benign aktif dengan jumlah masing-masing 14 orang 14,4. Sementara itu pada penelitian Hartanto, Tipe OMSK paling banyak adalah otitis media efusi sebanyak 89 Hartanto, 2013. Pada penelitian lain didapatkan tipe OMSK benign lebih sering dikarenakan terapi yang terlambat diberikan, terapi tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi, daya tahan tubuh yang rendah, dan hygiene yang buruk Hasniah, 2013. Pada penelitian kali ini didapatkan tipe OMSK maligna yang paling banyak, karena RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit rujukan tipe A, dikarenakan penyakit ini tidak dapat ditangani oleh rumah sakit lain sehingga merujuk ke RSUP H. Adam Malik Medan yang mempunyai fasilitas dan sumber daya yang lebih lengkap sehingga pasien yang datang adalah pasien yang sudah mengalami tipe OMSK maligna yang merupakan tipe paling banyak dijumpai. 5.2.7 Karakteristik Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Gejala Klinis Berdasarkan gejala klinis yang paling sering dilaporkan pada penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi adalah telinga berair dengan jumlah 80 orang 82,5, diikuti gangguan pendengaran dengan jumlah 37 orang 38,1, telinga berbau dengan jumlah 18 orang 18,6, telinga berdarah dengan jumlah 15 orang 15,5, telinga gatal dengan jumlah 12 orang 12,4, dan yang paling sedikit adalah telinga nyeri dengan jumlah 11 orang 11,3. Sesuai dengan penelitian di Libya melaporkan, gejala klinis terbanyak adalah telinga berair sebanyak 100 Rao, 2004. Sementara itu penelitian di Rumah Sakit Dr. Sadikin Bandung melaporkan, penderita terbanyak dengan gejala klinis rasa penuh ditelinga sebanyaak 48 Hartanto, 2013. Pada Universitas Sumatera Utara OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas Helmi, 2007. Telinga berair yang paling banyak dilaporkan merupakan gejaga awal yang diderita pasien sedangkan pasien datang ke rumah sakit sewaktu OMSK sudah tipe ganas. 5.2.6. Karakteristik Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Gangguan Pendengaran Berdasarkan gangguan pendengaran penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi paling banyak adalah konduktif dengan jumlah 57 orang 58,7, diikuti campuran dengan jumlah 16 orang 16,5, sensorineural dengan jumlah 2 orang 2,1. Sementara itu penderita yang tidak dilakukan pemeriksaan berjumlah 22 orang 22,7. Hal ini sesuai dengan penelitian Asroel, gangguan pendengaran paling banyak adalah konduktif sebanyak 58,8 Asroel, 2013. Penurunan fungsi pendengaran bisa disebabkan oleh suatu masalah mekanisme di dalam saluran telinga tengah yang menghalangi penghantaran suara tuli konduktif. Bisa juga disebabkan oleh kerusakan pada telinga bagian dalam akibat suatu benda asing, dan kerusakan saraf pendengaran, atau jalur saraf ke otak Hasniah,2013. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah Helmi, 2007. OMSK merupakan infeksi telinga bagian tengah sehingga kejadian gangguan pendengaran tipe konduktif adalah yang paling sering dijumpai, kejadian gangguan pendengaran sensorineural menandakan infeksi yang sudah berat sehingga kerusakan sampai ke telinga bagian dalam. Universitas Sumatera Utara 5.2.7. Karakteristik Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Gambaran Foto Polos Mastoid Berdasarkan gambaran foto polos mastoid, penderita OMSK yang di- lakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi terbanyak adalah mastoiditis kronis dengan kolesteatoma dengan jumlah 50 orang 51,5, diikuti mastoiditis kronis dengan jumlah 28 orang 28,9, dan yang tidak dilakukan pemeriksaan sebanyak 19 orang 19,6. Sementara itu di Yogyakarta, gambaran foto polos mastoid terbanyak adalah mastoiditis kronis dengan kolesteatoma sebanyak 85,5, dan sering dihubungkan dengan OMSK tipe Maligna Wahyudi, 2011. 5.2.8. Karakteristik Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Jenis Perforasi Berdasarkan jenis perforasi, penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi tebanyak adalah total dengan jumlah 52 orang 53,6, diikuti subtotal dengan jumlah 42 orang 43,3, atik dengan jumlah 2 orang 2,1, dan yang terkecil adalah marginal dengan jumlah 1 orang 1,0. Sesuai dengan penelitian di Nepal, Perforasi total paling banyak dilaporkan sebanyak 60,5, dan perforasi membran timpani erat kaitannya dengan cairan telinga yang keluar dan gangguan pendengaran Maharjan, 2009. 5.2.9. Karakteristik Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Pola Kuman Berdasarkan pola kuman, penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi terbanyak adalah Pseudomonas aeruginosa dengan jumlah 36 orang 37,1, diikuti Staphilococcus epidermidis dengan jumlah 5 orang 5,2, Staphilococcus aureus dengan jumlah 4 orang 4,1, Streptococcus sp. dan Echerechia coli dengan jumlah masing-masing 3 orang 3,1, dan yang paling terkecil adalah Alcaligenes faecalis dengan jumlah 1 Universitas Sumatera Utara orang 1,0. Penderita yang tidak ada pertumbuhan sebanyak 11 orang 11,3, sedangkan yang tidak dilakukan pemeriksaan sebanyak 34 orang 35,1. Berbeda pada penelitian Rao, penderita dengan pola kuman terbanyak adalah Staphylococcus aureus sebanyak 42,5 Rao, 2004. Kultur diambil dari eksudat purulen yang ada ditelinga tengah. pada penderita yang tidak dengan gejala telinga berair tidak dilakukan kultur 5.2.10. Karakteristik Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Komplikasi Berdasarkan komplikasi penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi paling banyak adalah maitoiditis dengan jumlah 93 orang 95,9, diikuti meningitis dengan jumlah 2 orang 2,1, abses otak dan paralisis fasialis dengan jumlah masing-masing 1 orang 1,0. Sementara itu pada penelitian Dubey, diperoleh komplikasi paling banyak adalah intrakranial sebanyak 56 Dubey, 2009. Universitas Sumatera Utara BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan