Karakteristik Penderita Otitis Media Supuratif Kronik yang Dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi di RSUP H. Adam Malik

(1)

Nama : Jaka Madda Sukma Perdana

Tempat dan Tanggal Lahir : Binjai, 11 Oktober 1994

Agama : Islam

Alamat : Jl. Gn. Bendahara Gg. Bendahara V, Binjai Nomor Telepon : 081362847921

Nama Orang Tua : Ir. Agus Selamat, S.Ag Riwayat Pendidikan :

1. Sekolah Dasar PAB 15 Klambir Lima 2000-2004

2. Sekolah Dasar Negeri No. 027950 Binjai 2004-2006 3. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Binjai 2006-2009 4. Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Binjai 2009-2012 5. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 2012- sekarang Riwayat Organisasi :

1. Anggota Divisi Pengabdian Masyarakat Tim Bantuan Medis FK USU 2014-2015

2. Anggota Departemen PSDM PEMA FK USU 2014-2015

3. Anggota Divisi Mentoring Agama Islam PHBI FK USU 2014-2015


(2)

Nama Jumlah Harga Satuan Total

Tinta print 1 set Rp 30.000,00 Rp 30.000,00

Kertas A4 1 rim Rp 40.000,00 Rp 40.000,00

Jilid proposal awal 5 buah Rp 3.000,00 Rp 15.000,00 Jilid proposal revisi 5 buah Rp 3.000,00 Rp 15.000,00 Total Rp 100.000,00 2. Taksasi analisis data dan laporan hasil penelitian

Tinta print 1 set Rp 40.000,00 Rp 40.000,00

Kertas A4 1 rim Rp 40.000,00 Rp 40.000,00

Jilid KTI softcover 5 buah Rp 3.000,00 Rp 15.000,00 Jilid KTI hardcover 5 buah Rp 30.000,00 Rp 150.000,00 Total Rp 245.000,00

3. Transportasi Rp 100.000,00

4. Biaya tidak terduga Rp 100.000,00


(3)

1

11-20 tahun Perempuan Pelajar OMSK maligna Konduktif

Mastoiditis kronis dengan

kolesteatoma Total Pseudomonas aeruginosa 2

21-30 tahun Laki-laki Pelajar OMSK maligna Campuran

Mastoiditis kronis dengan

kolesteatoma Subtotal Pseudomonas aeruginosa 3

41-50 tahun Laki-laki Wiraswasta

OMSK benign

aktif Campuran Mastoiditis kronis Total Pseudomonas aeruginosa 4

21-30 tahun Laki-laki Wiraswasta OMSK maligna Campuran

Mastoiditis kronis dengan

kolesteatoma Total Streptococcus sp. 5

> 51 tahun Perempuan Ibu rumah tangga OMSK maligna Konduktif

Mastoiditis kronis dengan

kolesteatoma Total Staphilococcus epidermidis 6

11-20 tahun Perempuan

Belum/tidak

bekerja OMSK maligna Konduktif Mastoiditis kronis Total Pseudomonas aeruginosa 7

21-30 tahun Laki-laki Wiraswasta OMSK maligna Konduktif

Mastoiditis kronis dengan

kolesteatoma Total Tidak ada pertumbuhan 8

21-30 tahun Perempuan Pelajar OMSK maligna Sensorineural Tidak dilakukan pemeriksaan Total

Tidak ada pertumbuhan 9

< 10 tahun Perempuan Pelajar OMSK maligna

Tidak dilakukan pemeriksaan

Mastoiditis kronis dengan

kolesteatoma Subtotal Staphilococcus aureus 10

31-40 tahun Perempuan Wiraswasta OMSK maligna

Tidak dilakukan pemeriksaan

Mastoiditis kronis dengan

kolesteatoma Total Pseudomonas aeruginosa 11

31-40 tahun Laki-laki Wiraswasta OMSK maligna Konduktif

Mastoiditis kronis dengan

kolesteatoma Subtotal Tidak dilakukan pemeriksaan 12

21-30 tahun Laki-laki Pegawai swasta OMSK maligna

Tidak dilakukan pemeriksaan

Mastoiditis kronis dengan

kolesteatoma Total Tidak dilakukan pemeriksaan 13

21-30 tahun Perempuan

Belum/tidak

bekerja OMSK maligna Konduktif

Mastoiditis kronis dengan

kolesteatoma Total Pseudomonas aeruginosa 14

> 51 tahun Perempuan Wiraswasta OMSK maligna Konduktif

Mastoiditis kronis dengan

kolesteatoma Total Tidak dilakukan pemeriksaan 15

41-50 tahun Laki-laki Wiraswasta OMSK maligna Konduktif

Mastoiditis kronis dengan

kolesteatoma Atik Tidak dilakukan pemeriksaan 16 31-40 tahun Laki-laki Wiraswasta OMSK maligna Konduktif Mastoiditis kronis Total Tidak dilakukan pemeriksaan 17 31-40 tahun Perempuan Ibu rumah tangga OMSK maligna Konduktif Mastoiditis kronis Total Tidak dilakukan pemeriksaan


(4)

19

31-40 tahun Laki-laki Petani

OMSK benign

tenang Konduktif Mastoiditis kronis Total Tidak dilakukan pemeriksaan 20 11-20 tahun Laki-laki Pelajar OMSK maligna Konduktif Mastoiditis kronis Total Pseudomonas aeruginosa 21 11-20 tahun Perempuan Pelajar OMSK maligna Konduktif Mastoiditis kronis Subtotal Tidak dilakukan pemeriksaan 22

31-40 tahun Laki-laki Pegawai swasta

OMSK benign

tenang Konduktif Tidak dilakukan pemeriksaan Subtotal Pseudomonas aeruginosa 23

11-20 tahun Laki-laki Wiraswasta

OMSK benign aktif

Tidak dilakukan

pemeriksaan Mastoiditis kronis Subtotal Pseudomonas aeruginosa 24

11-20 tahun Perempuan Pelajar

OMSK benign

aktif Konduktif Mastoiditis kronis Total Pseudomonas aeruginosa 25

31-40 tahun Laki-laki Petani OMSK maligna

Tidak dilakukan pemeriksaan

Mastoiditis kronis dengan

kolesteatoma Total Pseudomonas aeruginosa 26

11-20 tahun Perempuan Pelajar OMSK maligna Konduktif

Mastoiditis kronis dengan

kolesteatoma Total Streptococcus sp. 27

41-50 tahun Perempuan Ibu rumah tangga OMSK maligna Konduktif

Mastoiditis kronis dengan

kolesteatoma Total Echerechia coli

28 31-40 tahun Perempuan Ibu rumah tangga OMSK maligna Konduktif Tidak dilakukan pemeriksaan Total Tidak dilakukan pemeriksaan 29

31-40 tahun Laki-laki Wiraswasta

OMSK benign

tenang Konduktif Mastoiditis kronis Subtotal Tidak dilakukan pemeriksaan 30

31-40 tahun Laki-laki TNI OMSK maligna Sensorineural

Mastoiditis kronis dengan

kolesteatoma Subtotal Tidak dilakukan pemeriksaan 31

31-40 tahun Perempuan Wiraswasta OMSK maligna Campuran

Mastoiditis kronis dengan

kolesteatoma Total Tidak dilakukan pemeriksaan 32

41-50 tahun Laki-laki Wiraswasta

OMSK benign

tenang Konduktif Mastoiditis kronis Subtotal Tidak ada pertumbuhan 33

11-20 tahun Laki-laki

Belum/tidak

bekerja OMSK maligna Campuran

Mastoiditis kronis dengan

kolesteatoma Subtotal Tidak ada pertumbuhan 34 11-20 tahun Laki-laki Pelajar OMSK maligna Campuran Mastoiditis kronis Subtotal Pseudomonas aeruginosa 35

> 51 tahun Laki-laki Petani OMSK maligna Konduktif

Mastoiditis kronis dengan

kolesteatoma Total Pseudomonas aeruginosa 36


(5)

41-50 tahun Perempuan Petani OMSK maligna Konduktif kolesteatoma Total Tidak dilakukan pemeriksaan 38

11-20 tahun Perempuan Pelajar

OMSK benign

tenang Konduktif Mastoiditis kronis Subtotal Tidak dilakukan pemeriksaan 39

21-30 tahun Laki-laki Wiraswasta OMSK maligna Konduktif

Mastoiditis kronis dengan

kolesteatoma Total Tidak dilakukan pemeriksaan 40

> 51 tahun Laki-laki Wiraswasta OMSK maligna Konduktif

Mastoiditis kronis dengan

kolesteatoma Total Tidak dilakukan pemeriksaan 41

21-30 tahun Perempuan Wiraswasta

OMSK benign aktif

Tidak dilakukan pemeriksaan

Mastoiditis kronis dengan

kolesteatoma Subtotal Tidak dilakukan pemeriksaan 42

11-20 tahun Perempuan Pelajar OMSK maligna

Tidak dilakukan

pemeriksaan Mastoiditis kronis Atik Tidak dilakukan pemeriksaan 43

21-30 tahun Laki-laki Pelajar

OMSK benign aktif

Tidak dilakukan

pemeriksaan Mastoiditis kronis Subtotal Tidak dilakukan pemeriksaan 44

11-20 tahun Perempuan Pelajar

OMSK benign tenang

Tidak dilakukan

pemeriksaan Mastoiditis kronis Total Tidak dilakukan pemeriksaan 45

31-40 tahun Laki-laki Wiraswasta

OMSK benign tenang

Tidak dilakukan

pemeriksaan Tidak dilakukan pemeriksaan Total Tidak dilakukan pemeriksaan 46

21-30 tahun Perempuan Ibu rumah tangga OMSK maligna

Tidak dilakukan

pemeriksaan Tidak dilakukan pemeriksaan Subtotal Tidak dilakukan pemeriksaan 47

21-30 tahun Perempuan Pelajar OMSK maligna Konduktif

Mastoiditis kronis dengan

kolesteatoma Total Tidak dilakukan pemeriksaan 48

21-30 tahun Perempuan PNS OMSK maligna

Tidak dilakukan

pemeriksaan Tidak dilakukan pemeriksaan Total Tidak dilakukan pemeriksaan 49

< 10 tahun Laki-laki Belum sekolah OMSK maligna

Tidak dilakukan

pemeriksaan Tidak dilakukan pemeriksaan Subtotal Tidak dilakukan pemeriksaan 50

31-40 tahun Laki-laki PNS OMSK maligna

Tidak dilakukan

pemeriksaan Tidak dilakukan pemeriksaan Marginal Tidak dilakukan pemeriksaan 51

21-30 tahun Laki-laki Pelajar OMSK maligna Campuran

Mastoiditis kronis dengan

kolesteatoma Total Tidak dilakukan pemeriksaan 52

31-40 tahun Laki-laki Wiraswasta

OMSK benign

aktif Campuran Tidak dilakukan pemeriksaan Subtotal Tidak ada pertumbuhan 53 > 51 tahun Laki-laki PNS OMSK maligna Tidak dilakukan Tidak dilakukan pemeriksaan Total Tidak dilakukan pemeriksaan


(6)

55

31-40 tahun Perempuan

Belum/tidak

bekerja OMSK maligna Konduktif Mastoiditis kronis Subtotal Pseudomonas aeruginosa 56 21-30 tahun Perempuan Ibu rumah tangga OMSK maligna Konduktif Tidak dilakukan pemeriksaan Subtotal Pseudomonas aeruginosa 57

11-20 tahun Laki-laki Petani OMSK maligna Konduktif

Mastoiditis kronis dengan

kolesteatoma Subtotal Pseudomonas aeruginosa 58 < 10 tahun Laki-laki Belum sekolah OMSK maligna Konduktif Tidak dilakukan pemeriksaan Total Pseudomonas aeruginosa 59

< 10 tahun Laki-laki Belum sekolah

OMSK benign

tenang Konduktif Tidak dilakukan pemeriksaan Subtotal Tidak ada pertumbuhan 60

11-20 tahun Perempuan Pelajar OMSK maligna Konduktif

Mastoiditis kronis dengan

kolesteatoma Subtotal Pseudomonas aeruginosa 61 11-20 tahun Perempuan Pelajar OMSK maligna Campuran Tidak dilakukan pemeriksaan Total Tidak dilakukan pemeriksaan 62 11-20 tahun Perempuan Pelajar OMSK maligna Campuran Tidak dilakukan pemeriksaan Subtotal Tidak dilakukan pemeriksaan 63

41-50 tahun Perempuan Ibu rumah tangga

OMSK benign

aktif Konduktif Tidak dilakukan pemeriksaan Subtotal Tidak dilakukan pemeriksaan 64

< 10 tahun Perempuan Belum sekolah

OMSK benign

aktif Campuran Tidak dilakukan pemeriksaan Subtotal Staphilococcus aureus 65

21-30 tahun Perempuan Pelajar

OMSK benign

aktif Konduktif Mastoiditis kronis Subtotal Pseudomonas aeruginosa 66

31-40 tahun Laki-laki Wiraswasta OMSK maligna Campuran

Mastoiditis kronis dengan

kolesteatoma Total Staphilococcus epidermidis 67

> 51 tahun Laki-laki Wiraswasta OMSK maligna Konduktif

Mastoiditis kronis dengan

kolesteatoma Total Pseudomonas aeruginosa 68

41-50 tahun Laki-laki Wiraswasta OMSK maligna Konduktif

Mastoiditis kronis dengan

kolesteatoma Subtotal Pseudomonas aeruginosa 69

21-30 tahun Perempuan Pelajar

OMSK benign tenang

Tidak dilakukan

pemeriksaan Mastoiditis kronis Subtotal Staphilococcus aureus 70

31-40 tahun Laki-laki Wiraswasta OMSK maligna Konduktif

Mastoiditis kronis dengan

kolesteatoma Total Pseudomonas aeruginosa 71 31-40 tahun Laki-laki Wiraswasta OMSK maligna Konduktif Mastoiditis kronis Subtotal Pseudomonas aeruginosa


(7)

74

21-30 tahun Perempuan Ibu rumah tangga

OMSK benign

aktif Campuran

Mastoiditis kronis dengan

kolesteatoma Total Pseudomonas aeruginosa 75

41-50 tahun Laki-laki Wiraswasta OMSK maligna Konduktif

Mastoiditis kronis dengan

kolesteatoma Total Pseudomonas aeruginosa 76

41-50 tahun Laki-laki Wiraswasta OMSK maligna Konduktif

Mastoiditis kronis dengan

kolesteatoma Subtotal Staphilococcus epidermidis 77

11-20 tahun Perempuan Pelajar

OMSK benign tenang

Tidak dilakukan

pemeriksaan Mastoiditis kronis Subtotal Alcaligenes faecalis 78

11-20 tahun Laki-laki Pelajar OMSK maligna Konduktif

Mastoiditis kronis dengan

kolesteatoma Total Pseudomonas aeruginosa 79

31-40 tahun Laki-laki Wiraswasta OMSK maligna Konduktif

Mastoiditis kronis dengan

kolesteatoma Subtotal Echerechia coli 80

< 10 tahun Perempuan Pelajar

OMSK benign

aktif Konduktif

Mastoiditis kronis dengan

kolesteatoma Subtotal Staphilococcus epidermidis 81

31-40 tahun Laki-laki Wiraswasta

OMSK benign tenang

Tidak dilakukan

pemeriksaan Mastoiditis kronis Subtotal Staphilococcus aureus 82

21-30 tahun Laki-laki Pelajar

OMSK benign

tenang Konduktif Mastoiditis kronis Subtotal Pseudomonas aeruginosa 83

31-40 tahun Perempuan Ibu rumah tangga OMSK maligna Campuran

Mastoiditis kronis dengan

kolesteatoma Total Pseudomonas aeruginosa 84

41-50 tahun Laki-laki Wiraswasta OMSK maligna Konduktif

Mastoiditis kronis dengan

kolesteatoma Total Pseudomonas aeruginosa 85

31-40 tahun Perempuan Wiraswasta

OMSK benign aktif

Tidak dilakukan

pemeriksaan Tidak dilakukan pemeriksaan Subtotal Tidak ada pertumbuhan 86

11-20 tahun Perempuan Pelajar

OMSK benign

aktif Konduktif Mastoiditis kronis Subtotal Pseudomonas aeruginosa 87 21-30 tahun Laki-laki Wiraswasta OMSK maligna Campuran Mastoiditis kronis Total Tidak dilakukan pemeriksaan 88

31-40 tahun Perempuan Ibu rumah tangga OMSK maligna

Tidak dilakukan pemeriksaan

Mastoiditis kronis dengan

kolesteatoma Total Streptococcus sp. 89

21-30 tahun Perempuan Pelajar OMSK maligna Konduktif

Mastoiditis kronis dengan

kolesteatoma Total Tidak dilakukan pemeriksaan 90 31-40 tahun Laki-laki Wiraswasta OMSK maligna Konduktif Mastoiditis kronis dengan Total Pseudomonas aeruginosa


(8)

31-40 tahun Laki-laki Wiraswasta OMSK maligna Konduktif kolesteatoma Total Tidak ada pertumbuhan 92

11-20 tahun Laki-laki Pelajar

OMSK benign tenang

Tidak dilakukan

pemeriksaan Mastoiditis kronis Subtotal Pseudomonas aeruginosa 93

11-20 tahun Laki-laki Pelajar OMSK maligna

Tidak dilakukan pemeriksaan

Mastoiditis kronis dengan

kolesteatoma Subtotal Tidak ada pertumbuhan 94

41-50 tahun Perempuan Ibu rumah tangga OMSK maligna Konduktif

Mastoiditis kronis dengan

kolesteatoma Total Staphilococcus epidermidis 95 31-40 tahun Perempuan Ibu rumah tangga OMSK maligna Konduktif Mastoiditis kronis Subtotal Pseudomonas aeruginosa 96

21-30 tahun Laki-laki Pelajar

OMSK benign

tenang Konduktif Mastoiditis kronis Total Pseudomonas aeruginosa 97

21-30 tahun Laki-laki Pelajar OMSK maligna Konduktif

Mastoiditis kronis dengan

kolesteatoma Total Pseudomonas aeruginosa

No.

Komplikasi

Telinga

berair Gangguan Pendengaran

Telinga berdarah

Telinga

berbau Telinga gatal

Telinga nyeri

1 Mastoiditis ya tidak tidak ya tidak ya

2 Mastoiditis ya ya tidak ya ya tidak

3 Mastoiditis ya ya tidak tidak tidak tidak

4 Mastoiditis ya tidak tidak tidak tidak tidak

5 Mastoiditis ya ya tidak tidak tidak tidak

6 Mastoiditis ya tidak tidak tidak tidak ya

7 Mastoiditis ya ya tidak ya tidak tidak


(9)

11 Mastoiditis ya tidak tidak tidak tidak tidak

12 Mastoiditis ya ya tidak ya tidak tidak

13 Mastoiditis ya tidak tidak ya tidak tidak

14 Mastoiditis ya ya tidak tidak tidak tidak

15 Mastoiditis ya tidak tidak tidak tidak tidak

16 Mastoiditis ya tidak tidak tidak tidak tidak

17 Mastoiditis ya ya ya tidak tidak tidak

18 Mastoiditis ya tidak tidak tidak tidak tidak

19 Mastoiditis tidak ya tidak tidak tidak tidak

20 Mastoiditis tidak ya tidak tidak tidak tidak

21 Mastoiditis ya tidak tidak tidak tidak tidak

22 Abses otak tidak ya tidak ya tidak tidak

23 Mastoiditis ya tidak tidak tidak tidak tidak

24 Mastoiditis ya tidak tidak tidak tidak tidak

25 Mastoiditis ya ya ya ya ya tidak

26 Mastoiditis ya tidak tidak tidak tidak tidak

27 Mastoiditis ya tidak tidak tidak tidak tidak

28 Mastoiditis ya tidak tidak tidak tidak ya

29 Mastoiditis tidak ya ya tidak tidak tidak

30 Mastoiditis ya ya tidak tidak tidak tidak

31 Mastoiditis ya tidak tidak tidak ya ya

32 Mastoiditis tidak ya tidak tidak ya tidak

33 Mastoiditis ya tidak tidak tidak tidak tidak

34 Mastoiditis ya ya tidak ya tidak ya

35 Mastoiditis ya tidak tidak tidak tidak tidak


(10)

39 Mastoiditis ya tidak tidak tidak tidak tidak

40 Mastoiditis ya tidak tidak tidak tidak tidak

41 Mastoiditis ya tidak tidak ya tidak tidak

42 Mastoiditis tidak ya tidak tidak tidak tidak

43 Mastoiditis ya tidak tidak tidak tidak tidak

44 Mastoiditis tidak tidak tidak tidak tidak tidak

45 Mastoiditis tidak tidak tidak tidak tidak ya

46 Mastoiditis ya ya tidak tidak tidak tidak

47 Mastoiditis ya ya tidak ya tidak tidak

48 Mastoiditis ya tidak ya tidak tidak tidak

49 Mastoiditis ya ya ya ya tidak tidak

50 Mastoiditis ya tidak tidak tidak tidak tidak

51 Mastoiditis ya tidak tidak tidak tidak tidak

52 Mastoiditis ya tidak tidak tidak tidak tidak

53 Mastoiditis ya tidak tidak tidak tidak tidak

54 Mastoiditis ya ya tidak tidak tidak tidak

55 Mastoiditis ya tidak tidak tidak tidak tidak

56 Mastoiditis ya ya ya tidak tidak tidak

57 Mastoiditis ya tidak tidak ya tidak tidak

58 Mastoiditis ya ya tidak tidak tidak tidak

59 Mastoiditis tidak tidak tidak tidak tidak ya

60 Mastoiditis ya tidak tidak tidak tidak tidak

61 Mastoiditis ya ya tidak tidak tidak ya

62 Mastoiditis ya ya tidak tidak tidak tidak

63 Mastoiditis ya tidak tidak tidak ya tidak


(11)

67 Mastoiditis ya tidak tidak tidak tidak tidak

68 Mastoiditis ya tidak tidak tidak tidak tidak

69 Mastoiditis tidak ya tidak tidak tidak tidak

70 Mastoiditis ya tidak ya tidak tidak tidak

71 Mastoiditis ya tidak ya tidak ya tidak

72 Mastoiditis ya tidak tidak ya tidak tidak

73 Mastoiditis ya ya tidak tidak tidak tidak

74 Mastoiditis ya tidak tidak tidak ya tidak

75 Mastoiditis ya tidak ya ya ya tidak

76 Mastoiditis ya tidak tidak ya tidak tidak

77 Mastoiditis tidak ya tidak tidak ya tidak

78 Mastoiditis ya tidak tidak tidak tidak tidak

79 Mastoiditis ya tidak tidak tidak tidak tidak

80 Mastoiditis ya tidak tidak tidak tidak tidak

81 Mastoiditis tidak ya tidak tidak tidak ya

82 Mastoiditis tidak ya tidak tidak tidak tidak

83 Mastoiditis ya tidak tidak ya tidak tidak

84 Mastoiditis ya tidak ya tidak tidak tidak

85 Mastoiditis ya tidak tidak tidak tidak tidak

86 Mastoiditis ya tidak tidak tidak ya tidak

87 Mastoiditis ya tidak tidak tidak tidak tidak

88 Mastoiditis ya ya tidak tidak tidak tidak

89 Mastoiditis ya tidak tidak tidak tidak tidak

90 Mastoiditis ya ya tidak tidak ya tidak

91 Mastoiditis ya tidak tidak tidak tidak tidak


(12)

95 Mastoiditis ya tidak ya tidak tidak tidak

96 Mastoiditis tidak ya tidak tidak tidak tidak


(13)

Count

JenisKelamin

Total Laki-laki Perempuan

KelompokUsia < 10 tahun 3 3 6

11-20 tahun 9 13 22

21-30 tahun 11 11 22

31-40 tahun 17 11 28

41-50 tahun 7 5 12

> 51 tahun 4 3 7

Total 51 46 97

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Belumsekolah 4 4.1 4.1 4.1

Pelajar 31 32.0 32.0 36.1

Iburumahtangga 15 15.5 15.5 51.5

Wiraswasta 32 33.0 33.0 84.5

Belum/tidakbekerja 4 4.1 4.1 88.7

Pegawaiswasta 2 2.1 2.1 90.7

TNI 1 1.0 1.0 91.8

Petani 5 5.2 5.2 96.9

PNS 3 3.1 3.1 100.0


(14)

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid OMSK benign tenang 14 14.4 14.4 14.4

OMSK benign aktif 14 14.4 14.4 28.9

OMSK maligna 69 71.1 71.1 100.0

Total 97 100.0 100.0

TelingaBerair

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya 80 82.5 82.5 82.5

tidak 17 17.5 17.5 100.0

Total 97 100.0 100.0

GangguanPendengaran

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya 37 38.1 38.1 38.1

tidak 60 61.9 61.9 100.0


(15)

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ya 15 15.5 15.5 15.5

tidak 82 84.5 84.5 100.0

Total 97 100.0 100.0

TelingaBerbau

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya 18 18.6 18.6 18.6

tidak 79 81.4 81.4 100.0

Total 97 100.0 100.0

TelingaGatal

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya 12 12.4 12.4 12.4

tidak 85 87.6 87.6 100.0


(16)

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ya 11 11.3 11.3 11.3

tidak 86 88.7 88.7 100.0

Total 97 100.0 100.0

GangguanPendengaran

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Konduktif 57 58.8 58.8 58.8

Sensorineural 2 2.1 2.1 60.8

Campuran 16 16.5 16.5 77.3

Tidakdilakukanpemeriksaan 22 22.7 22.7 100.0

Total 97 100.0 100.0

FotoPolos Mastoid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Mastoiditiskronis 28 28.9 28.9 28.9

Mastoiditiskronisdengankole

steatoma 50 51.5 51.5 80.4

Tidakdilakukanpemeriksaan 19 19.6 19.6 100.0


(17)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Atik 2 2.1 2.1 2.1

Marginal 1 1.0 1.0 3.1

Subtotal 42 43.3 43.3 46.4

Total 52 53.6 53.6 100.0

Total 97 100.0 100.0

PolaKuman

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Pseudomonas aeruginosa 36 37.1 37.1 37.1

Staphilococcusepidermidis 5 5.2 5.2 42.3

Staphilococcusaureus 4 4.1 4.1 46.4

Streptococcus sp. 3 3.1 3.1 49.5

Echerechia coli 3 3.1 3.1 52.6

Alcaligenesfaecalis 1 1.0 1.0 53.6

Tidakadapertumbuhan 11 11.3 11.3 64.9

Tidakdilakukanpemeriksaan 34 35.1 35.1 100.0


(18)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Mastoiditis 93 95.9 95.9 95.9

Meningitis 2 2.1 2.1 97.9

Absesotak 1 1.0 1.0 99.0

Paralisisfasial 1 1.0 1.0 100.0


(19)

DAFTAR PUSTAKA

Abis T.G., 2001. Cermin dunia kedokteran otitis media supuratif kronik Available from:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31195/5/Chapter%20I.pdf [Accessed: 12 April 2015]

Aboet A., 2007. Radang telinga tengah menahun. Pidato pengukuhan guru besar tetap bagian ilmu kesehatan hidung telinga tenggorok bedah kepala leher. FK USU. Adoga A., Nimkur T., Silas O., 2010. Chronic suppurative otitis media: Socio-economic implications in hospital in Northern Nigeria. The Pan African Medical Journal. Available from: http://www.panafrican-med-journal.com/content/article/4/3/full/#.VmTPHVJhQoZ [Accessed: 29 November 2015]

Amaleen, Syaefah. 2009. Gambaran penderita otitis media supuratif akut. Available from: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/21423 [Accessed: 12 April 2015]

Asroel H.A., Siregar D.R., Aboet A. 2013. Profil of patient with chronic suppurative otitis media. Bagian ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok bedah kepala Leher fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Azevedo A.F., Soares A.B.C., Garchet H.Q.C., Sousa N.J.A, 2013. Tympano-mastoidectomy: Comparison between canal wall-down and canal wall-up techniques in surgery for chronic otitis media. n.3, p. 242-245


(20)

Berman S. 2006. Otitis media in developing countries. Pediatrics. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/7596700 [Accessed: 16 Mei 2015]

Boesoirie S., 2007. Gangguan Pendengaran (tuli). Available from: http://www.ketulian.com/web/index.php?to=article&id=13 [Accessed: 12 April 2015]

Dhingra P.L., 2007. Cholesteatoma and chronic suppurative otitis media.In: Diseases of Ear, Nose and Throat. New Delhi: Elsevier. h. 66-73.

Djaafar Z.A., 2001. Kelainan Telinga Tengah. Dalam: Soepardi E.A., Iskandar N., Ed. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi kelima. Jakarta: FKUI. h. 49-62.

Dubey S.P.M.S., Larawin V., 2009. Complications of chronic suppurative oitis media

and their management. Available from:

http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1097/01.mlg.0000249728.48588.22/abst ract [Accessed: 29 November 2015]

Dugdale A.E., 2004. Management of chronic suppurative otitis media. Medical Journal of Australia. Available from URL: http://www.mja.com.au/ [Accessed: 12 April 2015]

Farlex Partner Medical Dictionary, 2012. Farlex. Available from: http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/tympanomastoidectomy [Accessed: 1 Juni 2015]


(21)

Hartanto W.W., Boesoirie T.S., Poerwana R.A.S., 2013. Tingkat ketepatan audiometer skrining medan bebas untuk mendeteksi gangguan dengar anak sekolah dasar dengan otitis media.

Hasniah, Munawir, Darwis, 2013. Study epidemiologi otitis media supuratif kronik bagian THT Rumah Sakit Umum Labuang Baji Makasar. STIKES Nani Hasanuddin Makasar.

Helmi, 2005. ‘Otitis Media Supuatif Kronis’ dalam Otitis Media Supuatif Kronis Pengetahuan Dasar Terapi Medik Mastoidektomi Timpanoplasti’ Balai Penerbit FK UI. Jakarta. h. 55-69.

Helmi. 2001. Komplikasi Otitis Media Supuratif Kronis dan Mastoiditis. Dalam: Soepardi E.A., Iskandar N., Ed. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi kelima. Jakarta: FKUI. h. 63-73.

Hersh M.A., Johnson, M.A., 2003. Anatomy and Physiology of Hearing, Hearing Impairment and Treatment.

Hossain D., Uddin M., Taous A., Salam K.S., Islam R., 2010. Canal wall window tympanomastoidectomy – A review of 84 cases. 16(1): 3-8

Kurniadi A., 2012. Gambaran karekteristik otitis media supuratif kronik di RSUP H. Adam Malik pada Tahun 2008-2009.

Lauralee S. 2007. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. 6th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. hal: 230-242.


(22)

Maharjan M., Bhandari S., Singh I., Mishra S.C., 2006. Prevalence of otitis media in school going children in Eastern Nepal. Katmandu University Med J.;4(16):479–82.

Maharjan M., Kafle P., Bista M., Shrestha S., Toran K.C., Observation of hearing loss in patients with chronic suppurative otitis media tubotympanic type. Katmandu University Med Journal. Available from: http://www.nepjol.info/index.php/KUMJ/article/view/2761 [Accessed: 6 Desember 2015]

Medscape, 2015. Chronic suppurative otitis media treatment & management. Available from: medicine.medscape.com/article/859501-treatment#aw2aab6b6b8 [Accessed: 1 Juni 2015]

Mosby's Medical Dictionary, 2009. Edisi kedelapan, Elsevier. Available from: http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/tympanomastoidectomy [Accessed: 1 Juni 2015]

Nursiah Siti, 2003. Pola kuman aerob penyebab OMSK dan kepekaan terhadap beberapa antibiotika di bagian THT FK USU/ RSUP H. Adam Malik Medan. Medan: USU Digital Library.

Panchasara A, Singh A, Mandavia D, Jha S, Tripathi C. Efficacy and safety of ofloxacin and its combination with dexamethasone in chronic suppurative otitis media. A randomised, double blind, parallel group, comparative study. Acta Otorhinolaryngol Ital Organo Uff Della Soc Ital Otorinolaringol E Chir Cervico-Facciale. 2015;35(1):39–44


(23)

Paparella M.M., Adams G.L., Levine S.C., 1997. ‘Penyakit Telinga Tengah dan Mastoid. Dalam: Effendi H, Santoso K, Ed. BOIES buku ajar penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC. hal: 88-118.

Phillips N., 2012. Mastoidectomy. Avaialbe from: http://www.healthline.com/health/mastoidectomy#Overview1 [Accessed: 1 Juni 2015]

Rao B.N., Reddy M.S., 2004. Chronic suppurative otitis media prospective study. Al-Arab Medical University

Ratunanda S.S., 2003. Tingkat gangguan pendengaran konduktif pada anak kelas satu SD tersangka otitis media efusi di beberapa sekolah dasar kota Bandung [tesis]. Bandung: Universitas Padjadjaran. Available from:

http://journal.fk.unpad.ac.id/index.php/mkb/article/view/141. [Accessed: 12 April 2015]

Sobotta J., 2006. Telinga: Ikhtisar. Dalam: Sobotta, J., Atlas Anatomi Manusia Sobotta Edisi 22 Jilid 1: Kepala, Leher, Ekstremintas Atas, Jakarta: EGC, 397.

Soepardi, E.A., Nurbaiti, Jenny, Restuti, D.R., 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala & Leher . Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Edisi 6, Jakarta ; 69-74.

Tala, Sri Mella. 2010. Hubungan Jenis Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK)

Dengan Gangguan Pendengaran. Available from:

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/21193 [Accessed: 12 April 2015]


(24)

Vikram B.K., Khaja N., Udayashankar S.G., Venkatesha B.K., Manjurath D., 2008. Clinico-epidemiological study of complicated and uncomplicated chronic suppurative otitis media. The Journal of Laryngology & Otology 2; 122: 442-6. Available from:

http://jurnalkesmas.ui.ac.id/index.php/kesmas/article/view/332. [Accessed: 16 Mei 2015]

Vrabec JT. Delayed facial palsy after tympanomastoid surgery.Am J Otol.

1999;20(1):26-30. Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9918167 [Accessed: 30 Mei 2015] Wahyudi A., 2011. Ujin validitas foto polos mastoid terhadap kejadian mastoiditis

kronis maligna. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2013.

Williams C.J., Coates H.L., Pascoe E.M., Axford Y., Nannup I,. 2009. Middle ear disease in aboriginal children in Perth: analysis of hearing screening data, 1998–2004. Med J Australia;190:598–600.

World Health Organization. CSOM [Internet]. 2015. Available from: http://www.who.int/neglected_diseases/diseases/otitis/en/ [Accessed: 1 Desember 2015]

World Health Organization, 2004. Chronic suppurative otitis media. Burden of Illness and Management Options. Geneva, Switzerland: WHO. Available from: http://www.who.int/pbd/publications/Chronicsuppurativeotitis_media.pdf. [Accessed: 16 Mei 2015]


(25)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang dikemukan sebelumnya, maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar. 3.1. kerangka konsep penelitian

3.2 Variabel dan Definisi Operasional Variabel pada penelitian ini adalah :

1. Penderita OMSK

a. Definisi : infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa Otitis Media Supuratif Kronik

 Usia

 Jenis kelamin  Pekerjaan  Tipe OMSK  Gejala klinis

 Gangguan pendengaran,  Foto polos mastoid  Jenis perforasi  Pola kuman  Komplikasi


(26)

nanah. Pasien yang didiagnosis menderita OMSK di RSUP H. Adam Malik Medan periode Juli 2013-Juni 2015 dan tercatat di rekam medis b. Cara ukur : observasi

c. Alat ukur : rekam medis

d. Hasil ukur : OMSK dan bukan OMSK e. Skala ukur : nominal

2. Timpanomastoidektomi

a. Definisi : Modifikasi timpanoplasti dan mastoidektomi. Pasien OMSK yang dilakukan operasi timpani-mastoidektomi di RSUP H. Adam Malik Medan periode Juli 2013-Juni 2015 dan tercatat di rekam medis b. Cara ukur : observasi

c. Alat ukur : rekam medis

d. Hasil ukur : dilakukan operasi dan tidak dilakukan operasi e. Skala ukur : nominal

3. Usia

a. Definisi : umur menderita OMSK yang tercatat di rekam medis b. Cara ukur : observasi

c. Alat ukur : rekam medis

d. Hasil ukur dikelompokkan sebagai berikut :  10 tahun

 11 – 20 tahun  21 – 30 tahun  31 – 40 tahun  41 – 50 tahun  51 tahun e. Skala ukur : interval 4. Jenis kelamin


(27)

b. Cara ukur : observasi c. Alat ukur : rekam medis

d. Hasil ukur : laki – laki dan perempuan e. Skala ukur : nominal

5. Pekerjaan

a. Definisi : aktivitas utama penderita OMSK yang tercatat di rekam medis

b. Cara ukur : observasi c. Alat ukur : rekam medis

d. Hasil ukur dapat dikelompokkan sebagai berikut:  Belum sekolah

 Pelajar

 Ibu rumah tangga  Pekerjaan lainnya  Belum/tidak bekerja e. Skala ukur : nominal 6. Tipe OMSK

a. Definisi : tipe OMSK yang tercatat di rekam medis b. Cara ukur : observasi

c. Alat ukur : rekam medis d. Hasil ukur :

 OMSK benigna tenang  OMSK benigna aktif  OMSK maligna e. Skala ukur : nominal 7. Gejala klinis

a. Definisi : gejala klinis penderita OMSK yang tercatat di rekam medis b. Cara ukur : observasi


(28)

c. Alat ukur : rekam medis d. Hasil ukur :

 Telinga berair

 Gangguan pendengaran  Perdarahan telinga  Telinga berbau  Telinga gatal e. Skala ukur : nominal 8. Gangguan pendengaran

a. Definisi : jenis gangguan pendengaran yang dialami penderita OMSK yang tercatat di rekam medis

b. Cara ukur : observasi c. Alat ukur : rekam medis d. Hasil ukur :

 Konduktif  Sensorineural  Campuran

 Tidak dilakukan pemeriksaan e. Skala ukur : nominal

9. Foto polos mastoid

a. Definisi : foto polos mastoid penderita OSMK yang tercatat di rekam medis

b. Cara ukur : observasi c. Alat ukur : rekam medis d. Hasil ukur :

 Mastoiditis kronis

 Mastoiditis kronis dengan kolesteatoma  Tidak dilakukan pemeriksaan


(29)

e. Skala ukur : nominal 10.Jenis perforasi

a. Definisi : jenis perforasi membran timpani penderita OSMK yang tercatat di rekam medis

b. Cara ukur : observasi c. Alat ukur : rekam medis d. Hasil ukur :

 Atik  Marginal  Subtotal  Total

e. Skala ukur : nominal 11.Pola kuman

a. Definisi : pola kuman yang menginfeksi penderita OSMK yang tercatat di rekam medis

b. Cara ukur : observasi c. Alat ukur : rekam medis d. Hasil ukur :

Pseudomonas aeruginosa Staphylococcus epidermidis Staphylococcus aureus Streptococcus sp. Escherechia coli Enterobacter sp .Citrobacter sp. Proteus sp.


(30)

Aspergillus Candida albicans  Tak ada pertumbuhan

 Tidak dilakukan pemeriksaan e. Skala ukur : nominal

12.Komplikasi

a. Definisi : komplikasi penderita OSMK yang tercatat di rekam medis b. Cara ukur : observasi

c. Alat ukur : rekam medis d. Hasil ukur :

 Komplikasi temporal

1. Perforasi membran timpani 2. Mastoiditis akut

3. Paralisis fasial 4. Labirinitis 5. Petrositis

 Komplikasi ekstratemporal 1. Abses subperiosteal  Komplikasi Intrakranial

1. Abses Ekstradural

2. Abses subdural (empiema) 3. Tromboflebitis

4. Meningitis 5. Abses otak

6. Hidrosefalus otitis e. Skala ukur : nominal


(31)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif untuk mengetahui karakteristis penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpano-mastoidektomi di RSUP H. Adam Malik Medan periode 2013-2015, dengan desain penelitian cross sectional yaitu observasi terhadap masing-masing variabel dilakukan pada satu waktu tertentu.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1. Lokasi Penelitian

Pengambilan data penelitian dilakukan di instalasi Rekam Medik RSUP H. Adam Malik Medan. Pemilihan lokasi penelitian ini berdasarkan pertimbangan bahwa rumah sakit ini merupakan rumah sakit tipe A rumah sakit pusat rujukan di Sumatera Utara

4.2.2. Waktu Penelitian

Pengambilan data penelitian dilakukan selama 2 bulan, yaitu mulai bulan Agustus 2015 sampai dengan bulan September 2015.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang didiagnosis menderita OMSK dan dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi di RSUP H. Adam Malik Medan pada periode Juli 2013-Juni 2015.


(32)

4.3.2. Sampel Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling yaitu metode penentuan sampel dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai sampel. Sehingga sampel pada penelitian ini adalah pada seluruh pasien yang didiagnosis menderita diagnosis menderita OMSK dan dilakukan tindakan operasi timpano-mastoidektomi di RSUP H. Adam Malik Medan pada periode Juli 2013-Juni 2015 dan tercatat dalam rekam medis.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang didapat berasal dari rekam medis pasien penderita OMSK di RSUP H. Adam Malik Medan pada periode Juli 2013-Juni 2015 yang meliputi usia, jenis kelamin, pekerjaan, tempat tinggal, gejala klinis, gangguan pendengaran, foto polos mastoid, pola kuman, dan komplikasi.

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

4.5.1. Metode Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan proses yang sangat penting karena bertujuan untuk memperoleh data ringkasan. Kegiatan yang dilakukan dalam proses pengolahan data adalah editing, yaitu proses memeriksa data yang telah dikumpulkan untuk menilai ketepatan dan kelengkapan data. Tahapan selanjutnya adalah coding, yaitu proses pemberian kode secara manual terhadap variabel-variabel, tujuannya yaitu untuk mempermudah didalam pengolahan data. Setelah diberi kode, tahap selanjutnya


(33)

adalah entry, yaitu menyajikan data ke dalam bentuk tabel, kemudian dilakukan proses cleaning, yaitu memeriksa kembali data yang telah dimasukkan ke dalam komputer untuk menghindari kesalahan dalam memasukkan data. Tahap terakhir adalah saving, yaitu proses menyimpan data untuk selanjutnya dilakukan analisis. 4.5.2. Pengolahan Data

Data diolah dengan analisis univariat untuk mengetahui frekuensi dan presentase dari setiap variabel yang akan diteliti. Data akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan narasi, kemudian dibahas dengan menggunakan teori dan kepustakaan yang ada.


(34)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripri Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) Kota Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau No. 17, kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit pemerintah dengan kategori kelas A. Selain itu, RSUP Haji Adam Malik Medan juga merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah Sumatera yang meliputi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang sangat bervariasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/ Menkes/ IX/ 1991 tanggal 6 September 1991, RSUP Adam Malik ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Data

Tabel 5.1. Distribusi Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Kelompok Usia (tahun)

Jenis Kelamin Total

Laki-laki (n) Perempuan (n) n %

≤ 10 3 3 6 6,2

11 – 20 9 13 22 22,7

21 – 30 11 11 22 22,7

31 – 40 17 11 28 28,9

41 – 50 7 5 12 12,3

≥ 51 4 3 7 7,2


(35)

Berdasarkan tabel 5.1. dapat dilihat distribusi penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi berdasarkan kelompok umur paling banyak adalah usia 31-40 tahun, dengan jumlah 28 orang (28,9%), diikuti kelompok usia 11-20 dan 21-30 dengan jumlah masing-masing 22 orang (22,7%), kelompok usia 41-50 dengan jumlah 12 orang (12,3%), kelompok usia ≥51 tahun dengan jumlah 7 orang (7,2%), dan terkecil adalah kelompok usia ≤10 tahun dengan jumlah 6 orang (6,2%). Sementara itu jenis kelamin penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi paling banyak adalah laki-laki dengan jumlah 51 orang (52,6%), sedangkan perempuan dengan jumlah 46 orang (47,4%).

Tabel 5.2 Distribusi Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Pekerjaan Total

n %

Belum sekolah 4 4,1

Pelajar 31 32,0

Ibu rumah tangga 15 15,4

Wiraswasta TNI Pegawai swasta PNS Petani 32 1 2 3 5 33,0 1,0 2,1 3,1 5,2

Belum/tidak bekerja 4 4,1

Total 97 100,0

Berdasakarkan tabel 5.2. didapatkan distribusi jenis pekerjaan penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi paling banyak adalah wiraswasta dengan jumlah 32 orang (33,0%), diikuti pelajar dengan jumlah 31 orang (32,0%), ibu rumah tangga dengan jumlah 15 orang (15,5%), petani


(36)

dengan jumlah 5 orang (5,2%), belum/tidak bekerja dengan jumlah 4 orang (4,1%), PNS dengan jumlah 3 orang (3,1%), pegawai swasta dengan jumlah 2 orang (2,1%), dan yang paling kecil adalah TNI dengan jumlah 1 orang (1,0%).

Tabel 5.3. Distribusi Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Tipe OMSK

Tipe OMSK Total

n %

OMSK benign tenang 14 14,4

OMSK benign aktif 14 14,4

OMSK maligna 69 71,2

Total 97 100,0

Berdasarkan tabel 5.3. diperoleh distribusi tipe OMSK penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi paling banyak adalah OMSK maligna dengan jumlah 69 orang (71,2%), diikuti OMSK benign tenang dan OMSK benign aktif dengan jumlah masing-masing 14 orang (14,4%).

Tabel 5.4. Distribusi Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Gejala Klinis

Klinis Dijumpai Tidak dijumpai

N % n %

Telinga berair 80 82,5 17 17,5

Gangguan pendengaran 37 38,1 60 61,9

Telinga Berdarah 15 15,5 82 84,5

Telinga berbau 18 18,6 79 81,4,

Telinga gatal 12 12,4 85 87,6


(37)

Berdasarkan tabel 5.4. distribusi gejala klinis yang paling sering di-laporkan pada penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpano-mastoidektomi adalah telinga berair dengan jumlah 80 orang (82,5%), diikuti gangguan pendengaran dengan jumlah 37 orang (38,1%), telinga berbau dengan jumlah 18 orang (18,6%), telinga berdarah dengan jumlah 15 orang (15,5%), telinga gatal dengan jumlah 12 orang (12,4%), dan yang paling sedikit adalah telinga nyeri dengan jumlah 11 orang (11,3%).

Tabel 5.5. Distribusi Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Gangguan Pendengaran

Gangguan Pendengaran Total

n %

Konduktif 57 58,7

Sensorineural 2 2,1

Campuran 16 16,5

Tidak dilakukan pemeriksaan 22 22,7

Total 97 100,0

Berdasarkan tabel 5.5. diperoleh distribusi gangguan pendengaran penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi paling banyak adalah konduktif dengan jumlah 57 orang (58,7%), diikuti campuran dengan jumlah 16 orang (16,5%), sensorineural dengan jumlah 2 orang (2,1%). Sementara itu penderita yang tidak dilakukan pemeriksaan berjumlah 22 orang (22,7%).


(38)

Tabel 5.6. Distribusi Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Gambaran Foto Polos Mastoid

Foto Polos Mastoid Total

n %

Mastoiditis kronis 28 28,9

Mastoiditis kronis dengan kolesteatoma 50 51,5

Tidak dilakukan pemeriksaan 19 19,6

Total 97 100,0

Berdasarkan tabel 5.6. diperoleh distribusi foto polos mastoid penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi paling banyak adalah mastoiditis kronis dengan kolesteatoma dengan jumlah 50 orang (51,5%), diikuti mastoiditis kronis dengan jumlah 28 orang (28,9%), dan yang tidak dilakukan pemeriksaan sebanyak 19 orang (19,6%).

Tabel 5.7. Distribusi Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Jenis Perforasi Membran Timpani

Jenis Perforasi Total

n %

Atik 2 2,1

Marginal 1 1,0

Subtotal 42 43,3

Total 52 53,6

Total 97 100,0

Berdasarkan tabel 5.7. diperoleh distribusi jenis perforasi penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi paling banyak adalah total dengan jumlah 52 orang (53,6%), diikuti subtotal dengan jumlah 42 orang


(39)

(43,3%), atik dengan jumlah 2 orang (2,1%), dan yang terkecil adalah marginal dengan jumlah 1 orang (1,0%).

Tabel 5.8. Distribusi Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Pola Kuman

Pola Kuman Total

n %

Pseudomonas aeruginosa 36 37,1

Staphilococcus epidermidis 5 5,2

Staphilococcus aureus 4 4,1

Streptococcus sp. 3 3,1

Echerechia coli 3 3,1

Alcaligenes faecalis 1 1,0

Tidak ada pertumbuhan 11 11,3

Tidak dilakukan pemeriksaan 34 35,1

Total 97 100,0

Berdasarkan tabel 5.8. diperoleh distribusi pola kuman penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi paling banyak adalah Pseudomonas aeruginosa dengan jumlah 36 orang (37,1%), diikuti Staphilococcus epidermidis dengan jumlah 5 orang (5,2%), Staphilococcus aureus dengan jumlah 4 orang (4,1), Streptococcus sp. dan Echerechia coli dengan jumlah masing-masing 3 orang (3,1%), dan yang paling terkecil adalah Alcaligenes faecalis dengan jumlah 1 orang (1,0%). Penderita yang tidak ada pertumbuhan sebanyak 11 orang (11,3%), sedangkan yang tidak dilakukan pemeriksaan sebanyak 34 orang (35,1%).


(40)

Tabel 5.9. Distribusi Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Komplikasi

Komplikasi Total

N %

Mastoiditis 93 95,9

Meningitis 2 2,1

Abses otak 1 1,0

Paralisis fasialis 1 1,0

Total 97 100,0

Berdasarkan tabel 5.9. diperoleh distribusi komplikasi penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi paling banyak adalah maitoiditis dengan jumlah 93 orang (95,9%), diikuti meningitis dengan jumlah 2 orang (2,1%), abses otak dan paralisis fasialis dengan jumlah masing-masing 1 orang (1,0%).

5.2. Pembahasan Penelitian

5.2.1. Karakteristik Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi terbanyak adalah laki-laki, yaitu sebanyak 52,6%, dengan perbandingan penderita laki-laki dan perempuan 1,11 : 1. Sementara itu, penelitian di Libya melaporkan, penderita laki-laki sebanyak 54,2% dan perempuan sebanyak 45,8% (Rao, 2004). Di Rumah Sakit Dr. Sadikin Bandung melaporkan, penderita laki-laki sebanyak 52% dan perempuan sebanyak 48% (Hartanto, 2013). Aktivitas laki-laki yang lebih berat dari pada aktivitas perempuan membuat pirulen kuman beresiko lebih besar daripada laki-laki (Hasniah, 2013).


(41)

5.2.2. Karakteristik Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Kelompok Usia

Berdasarkan kelompok usia, penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi terbanyak adalah kelompok usia 31-40 tahun, dengan jumlah 28 orang (28,9%), diikuti kelompok usia 11-20 dan 21-30 dengan jumlah masing-masing 22 orang (22,7%), kelompok usia 41-50 dengan jumlah 12 orang (12,3%), kelompok usia ≥51 tahun dengan jumlah 7 orang (7,2%), dan terkecil adalah kelompok usia ≤10 tahun dengan jumlah 6 orang (6,2%). Sementara itu, pada penelitian Rao penderita dengan kelompok usia terbanyak adalah kelompok usia 0-15 tahun sebanyak 44,2% (Rao, 2004). Pada penelitian Asroel, kelompok usia terbanyak adalah usia 11-20 tahun sebaanyak 31,9% (Asroel, 2013). Demineralisasi kapsul koklea akibat proses osteoporosis terjadi pada umur yang lebih tua, sehingga mudah rentan terhadap suatu infeksi (Hasniah, 2013). Pada sosio-ekonomi rendah membuat pasien OMSK datang pada keadaan yang sudah berat dan biasanya dikarenakan penyakit yang berulang sewaktu usia muda.

5.2.3. Karakteristik Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Berdasarkan jenis pekerjaan penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi paling banyak adalah wiraswasta dengan jumlah 32 orang (33,0%), diikuti pelajar dengan jumlah 31 orang (32,0%), ibu rumah tangga dengan jumlah 15 orang (15,5%), petani dengan jumlah 5 orang (5,2%), belum/tidak bekerja dengan jumlah 4 orang (4,1%), PNS dengan jumlah 3 orang (3,1%), pegawai swasta dengan jumlah 2 orang (2,1%), dan yang paling kecil adalah TNI dengan jumlah 1 orang (1,0%). Sementara itu penelitian di Nigeria melaporkan, penderita terbanyak adalah pada tenaga kerja tak ahli sebanyak 16,2% (Adoga, 2010). Tidak dijumpai literatur hubungan pekerjaan dengan kejadian OMSK.


(42)

5.2.4. Karakteristik Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Tipe OMSK

Berdasarkan tipe OMSK, penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi terbesar adalah OMSK maligna dengan jumlah 69 orang (71,1%), diikuti OMSK benign tenang dan OMSK benign aktif dengan jumlah masing-masing 14 orang (14,4%). Sementara itu pada penelitian Hartanto, Tipe OMSK paling banyak adalah otitis media efusi sebanyak 89% (Hartanto, 2013). Pada penelitian lain didapatkan tipe OMSK benign lebih sering dikarenakan terapi yang terlambat diberikan, terapi tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi, daya tahan tubuh yang rendah, dan hygiene yang buruk (Hasniah, 2013). Pada penelitian kali ini didapatkan tipe OMSK maligna yang paling banyak, karena RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit rujukan tipe A, dikarenakan penyakit ini tidak dapat ditangani oleh rumah sakit lain sehingga merujuk ke RSUP H. Adam Malik Medan yang mempunyai fasilitas dan sumber daya yang lebih lengkap sehingga pasien yang datang adalah pasien yang sudah mengalami tipe OMSK maligna yang merupakan tipe paling banyak dijumpai.

5.2.7 Karakteristik Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Gejala Klinis

Berdasarkan gejala klinis yang paling sering dilaporkan pada penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi adalah telinga berair dengan jumlah 80 orang (82,5%), diikuti gangguan pendengaran dengan jumlah 37 orang (38,1%), telinga berbau dengan jumlah 18 orang (18,6%), telinga berdarah dengan jumlah 15 orang (15,5%), telinga gatal dengan jumlah 12 orang (12,4%), dan yang paling sedikit adalah telinga nyeri dengan jumlah 11 orang (11,3%). Sesuai dengan penelitian di Libya melaporkan, gejala klinis terbanyak adalah telinga berair sebanyak 100% (Rao, 2004). Sementara itu penelitian di Rumah Sakit Dr. Sadikin Bandung melaporkan, penderita terbanyak dengan gejala klinis rasa penuh ditelinga sebanyaak 48% (Hartanto, 2013). Pada


(43)

OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas (Helmi, 2007). Telinga berair yang paling banyak dilaporkan merupakan gejaga awal yang diderita pasien sedangkan pasien datang ke rumah sakit sewaktu OMSK sudah tipe ganas.

5.2.6. Karakteristik Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Gangguan Pendengaran

Berdasarkan gangguan pendengaran penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi paling banyak adalah konduktif dengan jumlah 57 orang (58,7%), diikuti campuran dengan jumlah 16 orang (16,5%), sensorineural dengan jumlah 2 orang (2,1%). Sementara itu penderita yang tidak dilakukan pemeriksaan berjumlah 22 orang (22,7%). Hal ini sesuai dengan penelitian Asroel, gangguan pendengaran paling banyak adalah konduktif sebanyak 58,8% (Asroel, 2013). Penurunan fungsi pendengaran bisa disebabkan oleh suatu masalah mekanisme di dalam saluran telinga tengah yang menghalangi penghantaran suara (tuli konduktif). Bisa juga disebabkan oleh kerusakan pada telinga bagian dalam akibat suatu benda asing, dan kerusakan saraf pendengaran, atau jalur saraf ke otak (Hasniah,2013). Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah (Helmi, 2007). OMSK merupakan infeksi telinga bagian tengah sehingga kejadian gangguan pendengaran tipe konduktif adalah yang paling sering dijumpai, kejadian gangguan pendengaran sensorineural menandakan infeksi yang sudah berat sehingga kerusakan sampai ke telinga bagian dalam.


(44)

5.2.7. Karakteristik Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Gambaran Foto Polos Mastoid

Berdasarkan gambaran foto polos mastoid, penderita OMSK yang di-lakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi terbanyak adalah mastoiditis kronis dengan kolesteatoma dengan jumlah 50 orang (51,5%), diikuti mastoiditis kronis dengan jumlah 28 orang (28,9%), dan yang tidak dilakukan pemeriksaan sebanyak 19 orang (19,6%). Sementara itu di Yogyakarta, gambaran foto polos mastoid terbanyak adalah mastoiditis kronis dengan kolesteatoma sebanyak 85,5%, dan sering dihubungkan dengan OMSK tipe Maligna (Wahyudi, 2011).

5.2.8. Karakteristik Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Jenis Perforasi

Berdasarkan jenis perforasi, penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi tebanyak adalah total dengan jumlah 52 orang (53,6%), diikuti subtotal dengan jumlah 42 orang (43,3%), atik dengan jumlah 2 orang (2,1%), dan yang terkecil adalah marginal dengan jumlah 1 orang (1,0%). Sesuai dengan penelitian di Nepal, Perforasi total paling banyak dilaporkan sebanyak 60,5%, dan perforasi membran timpani erat kaitannya dengan cairan telinga yang keluar dan gangguan pendengaran (Maharjan, 2009).

5.2.9. Karakteristik Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Pola Kuman

Berdasarkan pola kuman, penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi terbanyak adalah Pseudomonas aeruginosa dengan jumlah 36 orang (37,1%), diikuti Staphilococcus epidermidis dengan jumlah 5 orang (5,2%), Staphilococcus aureus dengan jumlah 4 orang (4,1%), Streptococcus sp. dan Echerechia coli dengan jumlah masing-masing 3 orang (3,1%), dan yang paling terkecil adalah Alcaligenes faecalis dengan jumlah 1


(45)

orang (1,0%). Penderita yang tidak ada pertumbuhan sebanyak 11 orang (11,3), sedangkan yang tidak dilakukan pemeriksaan sebanyak 34 orang (35,1%). Berbeda pada penelitian Rao, penderita dengan pola kuman terbanyak adalah Staphylococcus aureus sebanyak 42,5% (Rao, 2004). Kultur diambil dari eksudat purulen yang ada ditelinga tengah. pada penderita yang tidak dengan gejala telinga berair tidak dilakukan kultur

5.2.10. Karakteristik Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Komplikasi

Berdasarkan komplikasi penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi paling banyak adalah maitoiditis dengan jumlah 93 orang (95,9%), diikuti meningitis dengan jumlah 2 orang (2,1%), abses otak dan paralisis fasialis dengan jumlah masing-masing 1 orang (1,0%). Sementara itu pada penelitian Dubey, diperoleh komplikasi paling banyak adalah intrakranial sebanyak 56% (Dubey, 2009).


(46)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa:

1. Jenis kelamin penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi paling banyak berjenis kelamin laki-laki 51 (52,6%) dengan kelompok usia paling banyak adalah 31-40 tahun, yaitu sebanyak 28 orang (28,9%).

2. Jenis pekerjaan penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi paling banyak adalah wiraswasta, yaitu sebanyak 32 orang (33,0%).

3. Tipe OMSK penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi paling banyak adalah tipe OMSK maligna, yaitu sebanyak 69 orang (71,1%).

4. Gejala klinis penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi paling banyak adalah telinga berair, yaitu sebanyak 80 orang (82,5%).

5. Gangguan pendengaran penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi paling banyak adalah konduktif, yaitu sebanyak 57 orang (58,7%).

6. Gambaran foto polos mastoid penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi paling banyak adalah mastoiditis kronis dengan kolesteatoma, yaitu sebanyak 50 orang (51,5%).

7. Jenis perforasi penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi paling banyak adalah total, yaitu sebanyak 52 orang (53,6%).

8. Pola kuman penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi paling banyak adalah Pseudomonas aeruginosa, yaitu sebanyak 36 orang (37,1%).


(47)

9. Komplikasi penderita OMSK yang dilakukan tindakan operasi timpanomastoidektomi paling banyak adalah mastoiditis, yaitu sebanyak 93 orang (95,9%).

6.2. Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan penulis, maka diperoleh beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut yaitu:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai karakteristik OMSK dengan menggunakan data dari pelayanan kesehatan tingkat primer (misalnya Puskesmas) dan rumah sakit lainnya.

2. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya untuk melihat data primer dengan cara observasi langsung ke pasien untuk melihat karakteristik OMSK. 3. Bagi RSUP Haji Adam Malik Medan khususnya bagian rekam medik

dapat lebih melengkapi data-data pasien, sehingga dapat memberikan data yang lebih akurat, sistematis dan bervariasi bagi penelitian selanjutnya.


(48)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Otitis Media Supuratif Kronik

2.1.1. Definisi Otitis Media Supuratif Kronik

Otitis media supuratif kronik (OMSK) dahulu disebut otitis media perforata (OMP) atau dalam sebutan sehari-hari congek. Yang disebut otitis media supuratif kronik ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah (Djaafar, 2007).

2.1.2. Etiologi Otitis Media Supuratif Kronik

Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsillitis, rhinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan down syndrome. Adanya tuba patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring yang merupakan faktor insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat.

Faktor Host yang berkaitan dengan insiden OMSK yang relatif tinggi adalah defisiensi imun sistemik. Kelainan humoral (seperti hipogammaglobulinemia) dan cell-mediated (seperti infeksi HIV, sindrom kemalasan leukosit) dapat bermanifestasi sebagai sekresi telinga kronis (Nursiah, 2003).


(49)

2.1.3. Epidemiologi Otitis Media Supuratif Kronik

Prevalensi OMSK pada beberapa negara antara lain dipengaruhi, kondisi sosial, ekonomi, suku, tempat tinggal yang padat, hygiene dan nutrisi yang jelek. Kebanyakan melaporkan prevalensi OMSK pada anak termasuk anak yang mempunyai kolesteatoma, tetapi tidak mempunyai data yang tepat, apalagi insiden OMSK saja, tidak ada data yang tersedia (Dugdale, 2004)

2.1.4. Klasifikasi Otitis Media Supuratif Kronik

2.1.4.1. Tipe Tubotimpani (Tipe Jinak)

Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba Eustachius, infeksi saluran nafas atas, pertahankan mukosa terhadap infeksi yang gagal pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah, disamping itu campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa, serta migrasi sekunder dari epitel skuamous. Sekret mukoid kronis berhubungan dengan hiperplasia goblet sel, metaplasia dari mukosa telinga tengah pada tipe respirasi dan mukosiliar yang jelek (Nursiah, 2003).

Penyakit tubotimpani terbagi berdasarkan aktivitas sekret yang keluar :

a. penyakit aktif ialah OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif.

b. Penyakit tidak aktif (tenang) ialah keadaan kavum timpani terlihat basah atau kering (Djaafar, 2007).

2.1.4.2. Tipe Atikoantral (Tipe Ganas)

Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatoma dan berbahaya. Penyakit atikoantral lebih sering mengenai pars flasida dan khasnya dengan terbentuknya


(50)

kantong retraksi yang mana bertumpuknya keratin sampai menghasilkan kolesteatom. Kolesteatoma dapat dibagi atas dua jenis yaitu :

a. kolesteatoma kongenital b. kolesteatoma didapat

Bentuk perforasi membran timpani adalah : 1. Perforasi sentral

Lokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, inferior dan postero-superior, kadang-kadang sub total.

2. Perforasi marginal

Terdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari anulus fibrosus. Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi total. Perforasi pada pinggir postero-superior berhubungan dengan kolesteatoma.

3. Perforasi atik

Terjadi pada pars flasida, berhubungan dengan primary acquired cholesteatoma (Soepardi, 2007).

Primary acquired cholesteatoma adalah kolesteatoma yang terbentuk tanpa didahului oleh perforasi membran timpani. Kolesteatoma timbul akibat proses in-vaginasi dari membran timpani pars flaksida akibat adanya tekanan negatif pada telinga tengah karena adanya gangguan tuba (teori invaginasi).

Secondary acquired cholesteatoma terbentuk setelah perforasi membran timpani. Kolesteatoma terbentuk sebagai akibat dari masuknya epitel kulit dari liang telinga atau dari pinggir perforasi membran timpani ke telinga tengah (teori migrasi) atau terjadi akibat metaplasia mukosa kavum timpani karena iritasi infeksi yang berlangsung lama (teori metaplasia) (Djaafar, 2007).

2.1.5. Patogenesis Otitis Media Supuratif Kronik

Patogensis OMSK belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam hal ini merupakan stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi yang sudah terbentuk diikuti dengan keluarnya sekret yang terus menerus. Perforasi sekunder


(51)

pada OMA dapat terjadi kronis tanpa kejadian infeksi pada telinga tengah misal perforasi kering. Beberapa penulis menyatakan keadaan ini sebagai keadaan inaktif dari otitis media kronis (Djaafar, 2007).

2.1.6. Tanda Klinis Otitis Media Supuratif Kronik

Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna (Paparella, 1997): 1. Adanya Abses atau fistel retroaurikular

2. Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum timpani. 3. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatoma)

4. Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatoma. 2.1.7. Pemeriksaan Klinis Otitis Media Supuratif Kronik

Untuk melengkapi pemeriksaan, dapat dilakukan pemeriksaan klinik sebagai berikut :

2.1.7.1. Pemeriksaan Audiometri

Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian tergantung besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas (Paparella, 1997).

Derajat ketulian dan nilai ambang pendengaran menurut ISO 1964 dan ANSI 1969.

Normal : -10 dB sampai 26 dB Tuli ringan : 27 dB sampai 40 dB Tuli sedang : 41 dB sampai 55 dB Tuli sedang berat : 56 dB sampai 70 dB Tuli berat : 71 dB sampai 90 dB

Tuli total : lebih dari 90 dB.


(52)

1. Perforasi biasa umumnya menyebabkan tuli konduktif tidak lebih dari 15-20 dB

2. Kerusakan rangkaian tulang-tulang pendengaran menyebabkan tuli konduktif 30-50 dB apabila disertai perforasi.

3. Diskontinuitas rangkaian tulang pendengaran dibelakang membran yang masih utuh menyebabkan tuli konduktif 55-65 dB.

4. Kelemahan diskriminasi tutur yang rendah, tidak peduli bagaimanapun keadaan hantaran tulang, menunjukan kerusakan kokhlea parah.

2.1.7.2. Pemeriksaan Radiologi. 1. Proyeksi Schuller

Yang memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus lateral dan tegmen. Pada keadaan mastoid yang skleritik, gambaran radiografi ini sangat membantu ahli bedah untuk menghindari dura atau sinus lateral (Nursiah, 2003).

2. Proyeksi Mayer atau Owen

Diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah kerusakan tulang-tulang telah mengenai struktur-struktur (Nursiah, 2003).

3. Proyeksi Stenver

Memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis semisirkularis. Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan melintang sehingga dapat menunjukan adanya pembesaran akibat(Paparella, 1997).

4. Proyeksi Chause III

Memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT scan dapat menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatoma(Paparella, 1997).


(53)

2.1.7.3. Pemeriksaan Bakteriologi

Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa, Stafilokokus aureus dan Proteus. Sedangkan bakteri pada OMSA Streptokokus pneumonie, H. influensa, dan Morexella kataralis. Bakteri lain yang dijumpai pada OMSK E. Coli, Difteroid, Klebsiella, dan bakteri anaerob adalah Bacteriodes sp (Djaafar, 2007).

1. Bakteri spesifik

Misalnya Tuberkulosis. Dimana Otitis tuberkulosa sangat jarang ( kurang dari 1% menurut Shambaugh). Pada orang dewasa biasanya disebabkan oleh infeksi paru yang lanjut. Infeksi ini masuk ke telinga tengah melalui tuba. Otitis media tuberkulosa dapat terjadi pada anak yang relatif sehat sebagai akibat minum susu yang tidak dipateurisasi (Paparella, 1997).

2. Bakteri non spesifik baik aerob dan anaerob.

Bakteri aerob yang sering dijumpai adalah Pseudomonas aeruginosa, stafilokokus aureus dan Proteus sp. Antibiotik yang sensitif untuk Pseudomonas aeruginosa adalah ceftazidime dan ciprofloksasin, dan resisten pada penisilin, sefalosporin dan makrolid. Sedangkan Proteus mirabilis sensitif untuk antibiotik kecuali makrolid. Stafilokokus aureus resisten terhadap sulfonamid dan trimethoprim dan sensitif untuk sefalosforin generasi I dan gentamisin (Helmi, 2001).

2.1.8. Penatalaksanaan Otitis Media Supuratif Kronik

Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana pengobatan dapat dibagi atas :

1. Konservatif 2. Operasi

2.1.8.1. OMSK Benign Tenang

Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang dan


(54)

segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas memungkinkan sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi (miringoplasti, timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang serta gangguan pendengaran.

2.1.8.2. OMSK Benign Aktif Prinsip pengobatan OMSK adalah:

1.Membersihkan liang telinga dan kavum timpani.

Tujuan pembersihan telinga adalah membuat lingkungan yang tidak sesuai untuk perkembangan mikroorganisme, karena sekret telinga merupakan media yang baik bagi perkembangan mikroorganisme (Nursiah, 2003).

2.Pemberian antibiotika :

- topikal antibiotik ( antimikroba) - sistemik.

a. Pemberian antibiotik topikal

Pemberian antibiotik secara topikal pada telinga dan sekret yang banyak tanpa dibersihkan dulu, adalah tidak efektif. Bila sekret berkurang/tidak progresif lagi diberikan obat tetes yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid (Berman, 2006). Mengingat pemberian obat topikal dimaksudkan agar masuk sampai telinga tengah, maka tidak dianjurkan antibiotik yang ototoksik misalnya neomisin dan lamanya tidak lebih dari 1 minggu. Cara pemilihan antibiotik yang paling baik dengan berdasarkan kultur kuman penyebab dan uji resistensi(Paparella, 1997).

Bubuk telinga yang digunakan seperti(Paparella, 1997): a. Acidum boricum dengan atau tanpa iodine

b. Terramycin.

c. Asidum borikum 2,5 gram dicampur dengan khloromicetin 250 mg

Menurut panduan pengobatan OMSK dari WHO tahun 2004, disebutkan bahwa antibiotik tetes telinga lebih efektif dari antibiotik oral. Selain itu, juga didapatkan rekomendasi WHO bahwa antibiotik quinolone lebih baik dari antibiotik


(55)

non-quinolone. Dengan demikian, penggunaan antibiotik quinolone topikal (contoh: ofloxacin) sangat direkomendasikan oleh WHO. Akan tetapi, ada hipotesis yang menduga bahwa penambahan corticosteroid topikal pada pengobatan ofloxacin akan membantu penyembuhan otitis media (WHO, 2015).

Sebanyak 110 pasien OMSK diacak untuk mendapatkan tetes telinga ofloxacin atau tetes telinga kombinasi ofloxacin + dexamethasone kemudian dievaluasi pada hari ke-5, ke-10, dan ke-15. Parameter yang dievaluasi adalah kesembuhan klinis dan eradikasi mikrobiologi. Hasil yang didapatkan adalah kesembuhan klinis pasien yang mendapat ofloxacin vs pasien yang mendapat ofloxacin + dexamethasone 84,61% (Panchasara, 2015).

b. Pemberian antibiotik sistemik

Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan harus disertai pembersihan sekret profus. Bila terjadi kegagalan pengobatan, perlu diperhatikan faktor penyebab kegagalan yang ada pada penderita tersebut. Antimikroba dapat dibagi menjadi 2 golongan. Golongan pertama daya bunuhnya tergantung kadarnya. Makin tinggi kadar obat, makin banyak kuman terbunuh, misalnya golongan aminoglikosida dengan kuinolon. Golongan kedua adalah antimikroba yang pada konsentrasi tertentu daya bunuhnya paling baik. Peninggian dosis tidak menambah daya bunuh antimikroba golongan ini, misalnya golongan beta laktam.

Suatu percobaan menemukan bahwa mezlocillin intravena dan ceftazidime lebih efektif dari toilet aural saja dalam menyelesaikan otore dan memberantas bak-teri telinga tengah (100% dan 8%, masing-masing). Percobaan lain menemukan bahwa pasien OMSK yang diberi IV ceftazidime sebelum mastoidektomi memiliki telinga yang lebih kering (93%) dari mereka yang tidak (42%) (WHO, 2004).


(56)

Table 2.1. Antibiotik Parenteral untuk OMSK (WHO, 2004)

Penicillins: Carbenicillin, piperacillin, ticarcillin, mezlocillin, azlocillin, methicillin,

nafcillin, oxacillin, ampicillin, penicillin G

Cephalosporins Cefuroxime, cefotaxime, cefoperazone, cefazolin,

Ceftazidime

Aminoglycosides: Aminoglycosides: Gentamicin,

tobramycin, amikacin

Macrolides: Clindamycin

Vancomycin Chloramphenicol Aztreonam

Terapi antibiotik sistemik yang dianjurkan pada otitis media kronik adalah (Helmi, 2005).

Pseudomonas : Aminoglikosida ± karbenisilin P. mirabilis : Ampisilin atau sefalosforin

P. morganii, P. vulgaris : Aminoglikosida ± Karbenisilin Klebsiella : Sefalosforin atau aminoglikosida

E. coli : Ampisilin atau sefalosforin

S. Aureus Anti-stafilikokus : penisilin, sefalosforin, eritromisin, aminoglikosida Streptokokus : Penisilin, sefalosforin, eritromisin, aminoglikosida

B. fragilis : Klindamisin

Antibiotika golongan kuinolon (siprofloksasin, dan ofloksasin) yaitu dapat derivat asam nalidiksat yang mempunyai aktifitas anti pseudomonas dan dapat diberikan peroral. Tetapi tidak dianjurkan untuk anak dengan umur dibawah 16 tahun.


(1)

2.1.5. Patogenesis Otitis Media Supuratif Kronik ... 8

2.1.6. Tanda Klinis Otitis Media Supuratif Kronik ... 9

2.1.7. Pemeriksaan Klinis Otitis Media Supuratif Kronik ... 9

2.1.7.1. Pemeriksaan Audiometri ... 9

2.1.7.2. Pemeriksaan Radiologi... 10

2.1.7.3. Pemeriksaan Bakteriologi ... 10

2.1.8. Penatalaksanaan Otitis Media Supuratif Kronik ... 11

2.1.8.1. OMSK Benign Tenang ... 11

2.1.8.2. OMSK Benign Aktif ... 12

2.1.8.3. OMSK Maligna ... 15

2.1.9. Jenis Pembedahan pada OMSK ... 15

2.1.9.1. Mastoidektomi Sederhana ... 16

2.1.9.2. Mastoidektomi Radikal ... 16

2.1.9.3. Mastoidektomi Radikal dengan Modifikasi ... 17

2.1.9.4. Miringoplasti ... 18

2.1.9.5. Timpanoplasti ... 18

2.1.9.6. Timpanoplasti dengan Pendekatan Ganda ... 19

2.1.9.7. Timpanomastoidektomi... 19

2.2. Anatomi Telinga ... 19

2.2.1. Anatomi Telinga Luar ... 20

2.2.2. Anatomi Telinga Tengah... 20

2.2.3. Anatomi Telinga Dalam ... 24

2.2.4. Lintasan Pendengaran ... 25

2.3. Fisiologi Pendengaran ... 26

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 27

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 27

3.2. Variabel dan Definisi Operasional ... 27


(2)

4.2 Lokasi danWaktu Penelitian ... 33

4.2.1 Lokasi Penelitian ... 33

4.2.2 Waktu Penelitian ... 33

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 33

4.3.1 Populasi Penelitian ... 33

4.3.2 Sampel Penelitian ... 34

4.4 Metode Pengumpulan Data ... 34

4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 34

4.5.1. Metode Pengolahan Data ... 34

4.5.2. Pengolahan Data ... 35

BAB 5 HASIL DAN KESIMPULAN ... 36

5.1Hasil Penelitian ... 36

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 36

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Data ... 36

5.2Pembahasan Penelitian ... 33

5.2.1 Karakteristik Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Jenis Kelamin ... 42

5.2.2 Karakteristik Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Kelompok Usia ... 43

5.2.3 Karakteristik Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 43

5.2.4 Karakteristik Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Tipe OMSK ... 44

5.2.5 Karakteristik Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Gejala Klinis ... 44

5.2.6 Karakteristik Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Gangguan Pendengaran .. 45

5.2.7 Karakteristik Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Foto Polos Mastoid ... 46


(3)

5.2.8 Karakteristik Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi

Timpanomastoidektomi Berdasarkan Jenis Perforasi ... 46

5.2.9 Karakteristik Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Pola Kuman ... 46

5.2.10 Karakteristik Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi Berdasarkan Komplikasi ... 47

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

6.1Kesimpulan ... 48

6.2Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50 LAMPIRAN


(4)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1. Antibiotik Parenteral untuk OMSK 14

Tabel 2.2. Drainase Limfatik Telinga 23

Tabel 5.1. Distribusi Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi

Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin 36

Tabel 5.2. Distribusi Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi

Berdasarkan Jenis Pekerjaan 37

Tabel 5.3. Distribusi Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi

Berdasarkan Tipe OMSK 38

Tabel 5.4. Distribusi Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi

Berdasarkan Gejala Klinis 38

Tabel 5.5. Distribusi Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi

Berdasarkan Gangguan Pendengaran 39

Tabel 5.6. Distribusi Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi

Berdasarkan Gambaran Foto Polos Mastoid 40 Tabel 5.7. Distribusi Penderita OMSK yang dilakukan

Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi


(5)

Tabel 5.8. Distribusi Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi

Berdasarkan Pola Kuman 41

Tabel 5.9. Distribusi Penderita OMSK yang dilakukan Tindakan Operasi Timpanomastoidektomi


(6)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Anatomi Telinga 19

Gambar 2.2. Telinga Bagian Tengah dan Bagian Dalam 21