Kerangka Teori Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1. Tinjauan Pustaka

Dalam bahasa Jepang, sakura berasal dari kata “saku” dan “ra”. Saku yang berarti mekar dan ra dalam bahasa Jepang menunjukkan makna jamak dalam httpwww.anneahira.combungabunga-sakura.htm. Sakura adalah bunga nasional Jepang yang biasanya mekar setiap musim semi mulai dari awal April hingga akhir April setiap tahunnya. Bagi masyarakat jepang bunga sakura adalah simbol yang dikaitkan dengan wanita, kehidupan, dan kematian. Oleh karena itu, barang-barang yang bertemakan sakura dapat ditemukan dimana saja di Jepang. Sakura juga merupakan simbol yang melambangkan hubungan antara manusia, keberanian,kebahagiaan, dan kesedihan dalam httpwww.naalia- meaningflowers.blogspot.com200902. Mansoer Pateda 2001:79 mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Menurut Ullman dalam Mansoer Pateda, 2001:82 mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara makna dengan pengertian. Dalam hal ini Ferdinand de Saussure dalam Abdul Chaer, 1994:286 mengungkapkan pengertian makna sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik.

2. Kerangka Teori

Kerangka Teori menurut Koentjaraningrat 1976:11 berfungsi sebagai pendorong berpikir deduktif yang bergerak dari alam abstrak ke alam konkret, suatu teori yang dipakai oleh peneliti sebagai kerangka yang memberi pembahasan terhadap fakta-fakta konkret yang tidak terbilang banyaknya dalam kenyataan kehidupan masyarakat yang harus diperhatikan. Universitas Sumatera Utara Saussure dalam bukunya Course in General Linguistic mengatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem tanda yang mengekspresikan ide-ide, pikiran, perasaan, benda, atau tindakan dari pemberi tanda ke penerima tanda dalam Sibarani, 1992: 2. Sebagai sebuah sistem tanda atau sistem lambang, bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang digunakan untuk berinteraksi. Bahasa pada karya sastra mempunyai sifat khusus yang berbeda. Keistimewaan dalam bahasa sastra adalah banyak muncul penafsiran-penafsiran. Salah satu karya sastra yang memiliki banyak penafsiran adalah puisi. Puisi sebagai bagian dalam karya sastra pada dasarnya merupakan sarana ekspresi seseorang dari dalam batinnya. Pradopo 2002:7 menyimpulkan bahwa puisi memiliki unsur-unsur berupa emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan panca indera, susunan kata, kata-kata kiasan, kepadatan dan perasaan pengarang, semua hal tersebut terungkap dalam media bahasa. Puisi tersusun atas komponen kata-kata yang menyimpan maknanya sendiri. Sebuah kata sering diartikan dengan dua cara, yaitu secara harfiah dan kiasan. Kata hanyalah sebagai lambang. Oleh karena itu, pengertian kata dapat dilihat dari beberapa segi. Segi yang terpenting adalah kata merupakan simbol atau lambang, yang berarti bahwa kata itu mewakili atau menggantikan sesuatu, atau dengan kata lain kata-kata tersebut memiliki makna simbolik. Penelitian ini akan membahas makna puisi tradisional Jepang, atau yang di Jepang sendiri lebih akrab disebut sebagai haiku. Sebuah haiku pastilah kaya akan simbol-simbol yang digunakan pengarang sebagai konotasi untuk mengungkapkan sesuatu. Dengan demikian dalam mengungkap makna sebuah haiku berarti harus Universitas Sumatera Utara menerjemahkan simbol-simbol atau tanda-tanda yang terkandung di dalamnya agar dapat memahami pesan yang ingin disampaikan pengarang. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan semiotik untuk menganalisis makna simbolik bunga sakura dalam haiku karya Matsuo Basho. Semiotik adalah model penelitian sastra dengan memperhatikan tanda-tanda. Tanda tersebut dianggap mewakili suatu objek secara representatif. Dan tanda tersebut merupakan sarana komunikasi yang bersifat estetis. Oleh karena itu, setiap tanda membutuhkan pemaknaan. Nauta Segers, 2000:6 membagi dua jenis sarana komunikasi, yaitu: signals dan symbols. Signals adalah tanda yang merupakan elemen terendah, seperti halnya sebuah stimulus pada seekor binatang. Sign adalah tanda-tanda. Symbols adalah lambang yang bermakna. Sedangkan untuk analisis semiotik, Peirce 1839-1914 Endraswara, 2008:65 menawarkan sistem tanda yang harus diungkap. Menurutnya, ada tiga faktor yang menentukan adanya tanda, yaitu: tanda itu sendiri, hal yang ditandai, dan sebuah tanda baru yang terjadi dalam batin penerima tanda. Antara tanda dan yang ditandai ada kaitan representasi menghadirkan. Kedua tanda itu akan melahirkan interpretasi di benak penerima. Hasil interpretasi ini merupakan tanda baru yang diciptakan oleh penerima pesan. Menurut Peirce ada tiga jenis tanda berdasarkan hubungan antara tanda dengan yang ditandakan, yaitu: 1 ikon, yaitu tanda yang secara inheren memiliki kesamaan dengan arti yang ditunjuk. Misalnya, foto dengan orang yang difoto atau peta dengan wilayah geografisnya; 2 indeks, yaitu tanda yang mengandung hubungan kausal dengan apa yang ditandakan. Misalnya, asap menandakan adanya api, mendung menandakan akan turunnya hujan; 3 simbol, yaitu tanda Universitas Sumatera Utara yang memiliki hubungan makna dengan yang ditandakan bersifat arbitrer, sesuai dengan konvensi suatu lingkungan sosial tertentu. Misalnya, bendera putih sebagai simbol ada kematian. Abrams dalam Endraswara, 2008:9 membagi pendekatan penelitian sastra menjadi: 1. Pendekatan ekspresif adalah pendekatan yang mengutamakan pada peranan penyair sebagai subjek ekspresif. 2. Pendekatan mimesis adalah pendekatan yang menekankan adanya hubungan dengan dunia nyata. 3. Pendekatan objektif adalah pendekatan dimana seseorang hanya melihat pada karya sastra itu sendiri lepas dari dunia nyata pengarang maupun pembaca. 4. Pendekatan pragmatis adalah pendekatan yang ditekankan pada adanya fungsi yang diberikan oleh teks sastra itu sendiri kepada pembaca. Berdasarkan teori-teori di atas, penulis mencoba menganalisis makna lambang bunga sakura dalam haiku Matsuo Basho berdasarkan pendekatan semiotik, menurut Peirce bahwa simbol adalah tanda yang memiliki hubungan makna dengan yang ditandakan bersifat arbitrer, sesuai dengan konvensi suatu lingkungan sosial tertentu. Dalam hal ini simbol yang dimaksud adalah sakura dan lingkungan sosial yang dimaksud adalah masyarakat Jepang. Dikaitkan dengan teori pendekatan yang dikemukakan oleh Abrams dalam Endraswara, 2008:9 dalam memaknai perlambangan sakura dari sudut pandang subjektifitas pengarang Universitas Sumatera Utara dalam hal ini Matsuo Basho dan hubungan makna perlambangan sakura dengan dunia nyata. Dengan memadukan teori-teori tersebut diharapkan dapat diperoleh pemaknaan yang utuh.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian