pemakai bahasa. Makna berupa isi suatu bahasa, bersifat lingual. Informasi berupa tema, apa yang sedang diceritakan, bersifat obyektif, dan nonlingual. Hubungan di
antara ketiga aspek itu dapat dibagankan sebagai berikut.
Tanda-tanda tersebut kemudian dimaknai sebagai wujud dalam memahami kehidupan. Manusia melalui kemampuan akalnya berupaya berinteraksi dengan
menggunakan tanda sebagai alat untuk berbagai tujuan, salah satu tujuan tersebut adalah untuk berkomunikasi dengan orang lain sebagai bentuk adaptasi dengan
lingkungan.
Komunikasi bukan hanya sebagai proses, melainkan komunikasi sebagai pembangkitan makna the generation of meaning . Ketika kita berkomunikasi
dengan orang lain, setidaknya orang lain tersebut memahami maksud pesan kita, kurang kebih secara tepat. Supaya komunikasi dapat terlaksana, maka kita harus
membuat pesan dalam bentuk tanda bahasa, kata. Pesan-pesan yang kita buat, medorong orang lain untuk menciptakan makna untuk dirinya sendiri yang terkait
dalam beberapa hal dengan makna yang kita buat dalam pesan kita. Semakin banyak kita berbagi kode yang sama, makin banyak kita menggunakan sistim
tanda yang sama, maka makin dekatlah “makna” kita dengan orang tersebut atas pesan yang datang pada masing-masing kita dengan orang lain tersebut.
2.2 Sakura 2.2.1 Sejarah Bunga Sakura
Sakura berasal dari kata “saku” yang dalam bahasa Jepang berarti “mekar” dan ditambah dengan akhiran yang menyatakan bentuk jamak “ra”. Dalam Bahasa
Universitas Sumatera Utara
Inggris, bunga sakura disebut cherry blossom. Pemandangan bunga sakura adalah sebuah fenomena yang diadopsi orang Jepang dari Negeri Cina selama Zaman
Heian. Para penyair, penyanyi, bangsawan dan anggota keluarga biasa biasanya akan berkumpul bersama di sekeliling pohon bunga sakura dan mengunkapkan
kekagumannya masing-masing terhadap keindahan bunga sakura. Selama bertahun-tahun bunga sakura telah menjadi spesies yang diagungkan dan sangat
dihargai oleh orang Jepang. Bunga sakura sekarang dikenal sebagai lambang dari Negara Jepang. Kata
sakura dipercaya berasal dari kata “sakuya” yang artinya mekar dan diambil dari
nama putri Kono Hana Sakuya Hime yang menjaga barang suci di atas puncak
Gunung Fuji. Nama putri tersebut diartikan sebagai “putri pohon yang sedang mekar”, dinamakan demikian karena dikatakan bahwa ia menjatuhkan pohon
sakura dari langit. Oleh karena itu, bunga sakura dipertimbangkan menjadi bunga nasional Negara Jepang.
Sebagaimana bunga sakura merupakan representasi yang melambangkan seorang wanita di China, namun dalam kebudayaan Jepang sakura memiliki
makna lebih mendalam. Bangsa Jepang sangat bangga dengan bunga sakura karena mereka beranggapan hanya mereka yang memiliki bunga seindah sakura.
Walaupun di beberapa negara seperti China dan Korea juga memiliki pohon sakura yang hampir sama dengan pohon sakura, namun ciri bunga dan sifatnya
cenderung berbeda karena kebanyakan pohon bunga sakura tidak berbuah melainkan hanya berbunga saja. Kalaupun memiliki buah, biasanya ukurannya
kecil dan tidak bisa dimakan, sedangkan negara lain cenderung berbuah dan buahnya bisa dimakan.
Universitas Sumatera Utara
Pada zaman dahulu bunga sakura bukan hanya sebagai simbol bunga musim semi, akan tetapi juga sebagai tradisi budaya yang muncul setahun sekali.
Masyarakat membaca tanda kemunculannya dan mengetahui keadaan cuaca tahun itu sehingga mereka dapat memutuskan untuk bertani.
Pemaparan mengenai bunga sakura juga dalam Kojiki dan Nihonshoki buku sejarah kuno Jepang. Di dalam Kojiki bunga sakura di deskripsikan sebagai
putri dari Tuhan, sedangkan dalam Manyoshu yaitu koleksi waka puisi Jepang pada periode Nara 710-784 dapat diketahui bahwa ternyata bunga ume sejenis
buah tuah armeni plum adalah bunga yang lebih familiar dibandingkan bunga sakura. Tetapi, di dalam Kokin-Wakashu yang diterbitkan lebih lambat dari
Manyoshu dapat dilihat bahwa bunga sakura yang lebih sering diekspresikan daripada bunga ume.
Kelihatannya bunga sakura menjadi tipikal bunga sebagai pengganti bunga ume pada era showa 834-848. Selama periode zaman Heian 794-1192
tepat di depan shishinden balai pusat upacara pada halaman istana kekaisaran, mereka menanam pohon jeruk di sisi kanan yang dinamakan dengan ukon no
tachibana dan menanam pohon apricot Jepang disisi kanan yang mereka sebut dengan sakon no ume. Lambat laun pohon apricot ini diganti dengan pohon sakura
yang menunjukkan betapa pentingnya bunga sakura.
2.2.2 Jenis-Jenis Bunga Sakura
Pohon sakura merupakan pohon yang tergolong kedalam familia Rosaceae, genus Prunus yang sejenis dengan pohon plum, peach, apricot, tetapi
secara umum sakura digolongkan dalam subgenus sakura. Umumnya bunga
Universitas Sumatera Utara
sakura dikenal dengan kelopaknya yang berjumlah lima buah dan berwarna merah muda. Akan tetapi, sebenarnya di Jepang ragam bunga sakura mencapai ratusan
jenis. Sejak zaman Edo 1603-1868 telah muncul jenis baru dari bunga sakura
di pasaran yang dinamakan dengan satosakura dan banyak buku yang berhubungan dengan studi tentang bunga sakura yang diterbitkan pada zaman itu,
sehingga banyak orang yang mengembangkan spesies bunga sakura dan menyilangkannya dan muncul beberapa varietas baru dari bunga sakura. Bahkan,
sampai sekarang di Jepang usaha untuk mengembangkan varietas-varietas baru bunga sakura melalui proses penyilangan terus dilakukan agar di peroleh bibit
unggul. Bunga sakura atau dengan nama latinnya prunus serrulata, yaitu pohon
cherry yang dipakai sebagai hiasan seharusnya jangan salah ditafsirkan sebagai sakuranbo pohon cherry yang buahnya dapat dikonsumsi karena sebenarnya
jenisnya sama sekali berbeda dengan pohon bunga sakura yang cenderung berbunga saja.
Warna bunga sakura tergantung pada spesiesnya, ada yang berwarna putih, ada yang berwarna putih dengan sedikit sentuhan warna merah jambu, ada
yang berwarna kuning muda, hijau muda sampai berwarna merah menyala. Bunga sakura digolongkan menjadi tiga jenis berdasarkan susunan daun mahkotanya,
antara lain: 1. bunga tunggal dengan daun mahkota satu lapis
2. bunga ganda dengan daun mahkota berlapis 3. bunga semi ganda
Universitas Sumatera Utara
Ada berbagai macam jenis bunga pohon bunga sakura, salah satunya adalah yang menyerupai pohon willow yang meleleh. Bunganya berwarna putih,
merah muda, atau putih dengan campuran merah muda. Bunga sakura jenis ini sangat indah terutama saat melihatnya jatuh berguguran di atas tanah.
Bunga sakura jenis lain yang juga banyak ditemukan adalah bunga sakura dari jenis someiyoshino. Pohon sakura jenis someiyoshino yang tersebar di
seluruh Jepang sejak zaman Meiji adalah hasil persilangan pohon sakura di zaman Edo akhir. Sakura jenis someiyoshino inilah yang sangat tersebar luas, sehingga
kebanyakan orang hanya mengenal someiyoshino yang merupakan salah satu jenis sakura sebagai sakura. Ciri khas dari bunga sakura jenis someiyoshino
adalah bunganya lebih dahulu mekar sebelum daun-daunnya mulai keluar. Puluhan, ratusan, bahkan ribuan batang pohon berada dalam lokasi yang sama.
Bunganya mekar secara serentak, dan rontok satu per satu pada saat yang hampir bersamaan.
Bunga sakura jenis someiyoshino hanya dapat bertahan kurang lebih 7 sampai 10 hari dihitung dari mulai kuncup bunga terbuka hingga bunga mulai
rontok. Rontoknya bunga sakura tergantung pada keadaan cuaca dan sering dipercepat oleh hujan lebatdan angin kencang. Beberapa burung juga diketahui
suka memakan bagian bunga yang manis, bahkan burung merpati memakan seluruh bagian bunga.
Sebagian besar jenis pohon sakura adalah hasil persilangan. Saat ini ada lebih dari 300 jenis bunga sakura di Jepang yang telah disilangkan dari pohon
sakura yang ditemukan dari seluruh kawasan Asia. Misalnya, pada zaman dulu sebelum ada jenis someiyoshino, orang Jepang mengenal bunga sakura yang
mekar di pegunungan yang disebut yamazakura dan yaezaki no sakura sebagai
Universitas Sumatera Utara
sakura. Di saat mekarnya bunga sakura, ribuan batang pohon Yamazakura yang tumbuh di Pegunungan Yoshino Prefektur Nara menciptakan pemandangan
menakjubkan warna putih, hijau muda, dan merah jambu dan semakin indah lagi dengan fenomena daun bunganya yang berwarna merah muda pekat dan bunga-
bunga yang lebih besar.
Beberapa jenis sakura:
A. Edohigan
Edohigan adalah sakura yang mekar di Hari Ekuinoks Musim Semi dan bunganya paling panjang umur. Jenis-jenis lain yang serupa dengan edohigan
adalah ishiwarizakura dan yamadakashinyozakura yang termasuk pohon sakura yang dilindungi. Miharutakizakura adalah salah satu jenis edohigan yang
rantingnya menjuntai-juntai, sedangkan yaebenishidare dikenal daun bunganya yang banyak dan warnanya yang cerah.
B. Hikanzakura
Hikanzakura atau disebut juga kanhizakura adalah sakura yang tersebar mulai dari wilayah Tiongkok bagian selatan sampai ke Pulau Formosa.
Kanhizakura banyak ditemukan tumbuh liar di Prefektur Okinawa. Bagi orang Okinawa, kata sakura sering berarti hikansakura. Pengumuman mekarnya
bunga sakura di Okinawa biasanya berarti mekarnya hikanzakura. Di Okinawa, kuncup bunga hikanzakura mulai terbuka sekitar bulan Januari atau Februari. Di
Pulau Honshu, hikanzakura banyak ditanam mulai dari wilayah Kanto sampai ke Kyushu dan biasanya mulai mekar sekitar bulan Februari atau Maret.
Universitas Sumatera Utara
C. Fuyuzakura
Fuyuzakura sakura musim dingin adalah jenis pohon sakura yang bunganya mekar sekitar bulan November sampai akhir bulan Desember.
Onishimachi di Prefektur Gunma adalah tempat melihat fuyuzakura yang terkenal.
Pohon sakura menghasilkan buah yang dikenal sebagai buah ceri bahasa Jepang: sakuranbo. Buah ceri yang masih muda berwarna hijau dan buah yang
sudah masak berwarna merah sampai merah tua hingga ungu. Walaupun bentuknya hampir serupa dengan buah ceri kemasan kaleng, buah ceri yang
dihasilkan pohon sakura ukurannya kecil-kecil dan rasanya tidak enak sehingga tidak dikonsumsi.
Pohon sakura yang menghasilkan buah ceri untuk keperluan konsumsi umumnya tidak untuk dinikmati bunganya dan hanya ditanam di perkebunan.
Produsen buah ceri terbesar di Jepang berada di Prefektur Yamagata. Buah ceri produk dalam negeri Jepang seperti jenis sato nishiki harganya luar biasa mahal.
Di Jepang, buah ceri produksi dalam negeri hanya dibeli untuk dihadiahkan pada kesempatan istimewa. Buah ceri yang banyak dikonsumsi masyarakat di Jepang
adalah buah ceri yang diimpor dari negara bagian Washington dan California di Amerika Serikat.
Semua jenis bunga sakura dikatakan hampir tersebar di seluruh wilayah Jepang, kecuali jenis someiyoshino yang tidak ditemukan di Okinawa karena
merupakan daerah subtropis. Mekarnya bunga sakura di jepang mempunyai waktu yg berbeda-beda, dimulai di bulan Januari di Okinawa dan sampai di daerah
KantouTokyo sekitar akhir Maret sampai April.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Masyarakat Jepang dan Bunga Sakura
Bunga sakura pada kenyataanya tidak hanya sekedar dinikmati keindahannya ketika bermekaran saja, akan tetapi bunga sakura juga dapat
dikonsumsi dengan berbagai olahan menggunakan bunga, daun dan buahnya sebagai bahan.
Bunga sakura diawetkan dengan menggunakan garam. agar dapat disimpan lama. Ketika bunga yang sudah disimpan lama dimasukkan ke dalam
gelas dan diseduh dengan air panas maka dapat disajikan segelas minuman yang harum dan nikmat. Tidak hanya sekedar harum dan indah saja, tetapi juga
memberikan pemandangan yang indah seolah-olah bunga sakura mekar di dalam gelas. Minuman ini dapat disajikan kapan saja, namun biasanya lebih khusus
disajikan pada pertemuan pertama antara pengantin pria dan wanita dalam upacara pernikahan dan pesta-pesta.
Secara tradisional orang Jepang tidak menyajikan teh pada saat pesta pernikahan karena akan menjadi chakasu menjadi teh yang artinya “membuat
semuanya menjadi senda gurau”. Sehingga menyajikan teh dalam upacara pernikahan akan menjadi selamatan agar pernikahan tersebut gagal. Jadi
keistimewaan dari minuman sakura adalah minuman ini dihidangkan dengan maksud mendoakan kebahagiaan dari pernikahan dan memulai lembaran hidup
yang baru. Satu lagi tradisi membuat panganan yang berhubungan dengan bunga
sakura adalah sakura mochi. Sakura mochi adalah kue beras berbentuk bulat pendek yang terdiri dari pasta kacang manis yang dibungkus dengan
Universitas Sumatera Utara
menggunakan daun sakura yang diberi cuka atau garam. Sakura mochi biasanya dibawa-bawa oleh perempuan para pembuat gula-gula selama festifal boneka.
Ketika menyaksikan keindahan bunga sakura disajikan beberapa kue atau panganan yang wajib ada, salah satunya adalah hanami dango, yaitu kue
manis yang terbuat dari beras kukus yang ditumbuk dengan pemukul kayu yang besar. Kue ini ada dua jenis, yaitu jenis yang berwarna agak gelap karena dilapisi
dengan selai kacang dan jenis yang berwarna merah muda dan dipanggang dengan kecap asin. Hanami dango terkenal pada tahun 1.800-an sebagai kue yang
disajikan pada orang-orang yang menikmati mekarnya bunga sakura. Pada saat hanami juga akan ditemui minuman keras yang terbuat dari campuran bunga
sakura, selai sakura, dan permen rasa wangi bunga sakura. Sejak dahulu kulit pohon sakura juga sangat bermanfaat untuk
digunakan sebagai bahan tambahan dalam obat untuk mengobati penyakit seperti batuk. Kayunya juga dimanfaatkan untuk membuat perabotan, balok untuk
material bangunan,alat musik seperti piano, organ, dan koto alat musik tradisional Jepang serta untuk cetakan kayu karena kualitasnya yang bagus, kuat
dan mudah diproses. Buah dari pohon bunga sakura berukuran kecil dan tidak dapat dimakan, tetapi ada jenis dari pohon bunga sakura yang buahnya sebesar
duku, warnanya merah dan dapat dimakan. Namun pohon bunga sakura jenis ini berbeda karena semua jenisnya didatangkan dari Barat untuk dikembangkan di
Jepang. Satu lagi tradisi yang tidak akan dilewatkan oleh rakyat Jepang ketika
bunga sakura sedang bermekaran dengan indahnya adalah tradisi hanami. Hana- mi berasal dari kata hana yang artinya bunga dan mi yang artinya melihat, jadi
Universitas Sumatera Utara
hana-mi artinya melihat bunga. Kebiasaan hana-mi merupakan kebiasaan tahunan masyarakat Jepang yaitu dengan berkumpul dengan keluarga, teman, atau kolega
dan menikmati mekarnya bunga sakura yang dilakukan pada setiap musim semi.
Merayakan musim bunga sakura dengan kegiatan hana-mi memang sudah dimulai sejak Periode Nara 710-784 yang sebenarnya datang karena
pengaruh Dinasti Tang dari Cina. Awalnya mereka lebih mengagumi bunga Ume. Tapi saat periode Heian, sakura mulai menarik perhatian orang Jepang. Mulai dari
situ hana-mi menjadi festival yang rutin dirayakan setiap tahun. Mekarnya bunga sakura juga dijadikan sebagai ritual keagamaan dan digunakan sebagai tanda dari
akhir tahun serta dimulainya musim bercocok tanam. Karena itu, banyak orang- orang Jepang yang berdoa di kuil atau berdoa di bawah pohon sakura. Pada
periode Heian, hanya kalangan bangsawan yang selalu merayakan hana-mi ini. Kebiasaan ini kemudian masuk ke kalangan samurai dan akhirnya menyebar
sampai kalangan rakyat dari berbagai golongan pada periode Edo. Perayaan O- hanami sedikit demi sedikit mulai berubah tujuannya. Dari merayakannya untuk
ritual agama, menjadi bagian dari gaya hidup para samurai dan kemudian menjadi alat untuk memperkuat kekuasaan. Sedangkan di jaman modern ini, O-hanami
lebih kepada acara pribadi dan merupakan kesempatan untuk berkumpul dan bersenang-senang.
Hana-mi pertama kali digunakan sebagai istilah yang sama dalam kegiatan melihat bunga sakura dalam novel “ cerita tentang Kenji” pada masa
Heian. Dalam kegiatan hana saja orang-orang akan mengerti bahwa yang dimaksud adalah bunga sakura karena tidak ada bunga lain selain bunga sakura
dalam hana-mi.
Universitas Sumatera Utara
Kaisar saga pada masa Heian melanjutkan kebiasaan ini dan mengadakan hana-mi dengan berpesta sake di bawah pohon bunga sakura yang
sedang mekar di istana kekaisaran di Kyoto. Puisi-puisi akan ditulis sambil menikmati bunga dimana ini terlihat sebagai metafora untuk kehidupan itu sendiri
yang terang dan indah. Pemandangan dalam hidup yang sebentar ini banyak dibicarakan dalam kebudayaan Jepang dan sering dipandang sebagai bentuk
pujian terhadap keberadaan samurai kuno dimana mereka memandang akhir hidup merupakan keindahan tertinggi dari seseorang. Simbol ini masih menyediakan
subjek yang populer untuk seni, syair, dan tarian.
Pesta bunga sakura dengan kegiatan hana-mi semakin populer pada masa Azuchi Momoyama 1586-1600 dimana pesta diadakan dengan teliti oleh
Toyotomi Hideyoshi di Yoshino dan Daigo. Pesta ini melukiskan keindahan dari suatu festival dann kebiasaan ini hanya terbatas untuk para orange lit dari istana
kekaisaran tapi kemudian segera menyebar ke kalangan samurai. Dalam waktu singkat para petani memulai kebiasaan ,ereka sendiri dengan mendaki gunung
pada waktu musim semi dan mulai makan siang di bawah pohon sakura yang sedang mekar. Kegiatan ini dikenal sebagai “perjalanan musim semi ke gunung”.
Pada zaman Edo 1600-1867, Tokugawa Yoshimune menanam pohon sakura di tempat-tempat umum untuk menyemangati rakyat, sebagai hasilnya semua orang
bersama-sama mulai mengambil bagian dalam festival tersebut.
Tradisi ini berlanjut sampai sekarang ini dengan orang-orang yang berkumpul dalam jumlah yang besar dan biasanya berpesta sampai larut malam.
Karena sejarahnya yang panjang, hana-mi mengelilingi dan mengakar kuat dalam perjalanan kehidupan masyarakat Jepang. Aspek kebudayaan Jepang ini
Universitas Sumatera Utara
merupakan produk dari lingkungan alam Jepang dengan musim tersendiri dan sensitifitas dari masyarakat Jepang sendiri.
2.2.4 Sakura Dalam Pandangan Masyarakat Jepang
Bunga sakura adalah bunga yang sangat dalam dicintai oleh rakyat Jepang sejak dulu. Meskipun tidak disahkan melalui undang-undang, tetapi secara
umum bunga sakura diakui sebagai salah satu bunga yang menjadi simbol kebanggaan bangsa Jepang Aneka Jepang, 2009:324. Bunga sakura seperti
sudah mendarah daging dalam kehidupan bangsa Jepang. Hal ini dapat dilihat dari berbagai macam tradisi dan perayaan yang berkaitan dengan bunga sakura yang
sampai saat ini masih dilestarikan. Misalnya hanami, kegiatan hanami ini bertujuan untuk mempererat hubungan sosial, kekeluargaan, dan kekerabatan
antara sesama masyarakat Jepang, baik keluarga sendiri, teman, kolega atau rekan bisnis.
Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. M. Fortes 2001:14 mengemukakan bahwa sistem kekerabatan
suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri
dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, kakak, adik,
menantu, cucu, paman, bibi, kakek, nenek, dan seterusnya. Dalam kajian sosiologi-antropologi, ada beberapa macam kelompok kekerabatan dari jumlahnya
dari relative kecil hingga besar seperti keluarga ambilineal, klan, fatri, dan paroh masyarakat. Masyarakat Indonesia umumnya juga mengenal kelompok
Universitas Sumatera Utara
kekerabatan lain seperti keluarga inti, keluarga luas, keluarga bilateral, dan keluarga unilateral.
Orang Jepang akan saling mempererat hubungan sosial dan kekeluargaan atau kekerabatan melalui acara seperti kegiatan hanami, misalnya hubungan
keluarga antara orang tua dan anak-anaknya yang tinggal maupun tidak tinggal serumah lagi ataupun dengan teman dan kerabat jauh, juga antara atasan dengan
bawahan yang juga memanfaatkan momen hanami sebagai perayaan awal tahun bisnis yang baru. Biasanya mereka akan berkumpul bersama dibawah pohon
sakura yang sedang bermekaran dan berpiknik serta berpesta dengan diiringi musik sambil menikmati minuman dan makanan khas perayaan mekarnya bunga
sakura. Berdasarkan paparan di atas penulis berpendapat bahwa kegiatan hanami ini merupakan sarana silaturahmi antar sesama warga Jepang dan merupakan
simbol pemersatu rakyat Jepang. Bunga sakura sudah menyatu dalam kehidupan sehari-hari bangsa
Jepang. Hal ini dapat dilihat dari referensi lukisan dan lagu-lagu yang bertemakan sakura. Bahkan dalam manga komik Jepang dan anime film animasi Jepang
bunga sakura juga dipakai sebagai metafora. Tidak sedikit pula orang tua yang memberikan nama anaknya dengan nama Sakura-ko bagi anak perempuan
mereka. Nama sakura-ko berarti perempuan yang cantik, putih dan bersih. Bunga sakura juga merupakan simbol dari wanita, kekuatan, cinta, kekuatan seorang
wanita, kelembutan, dan euphoria kebahagiaan menyambut kedatangan musim semi. Di lain pihak, di China bunga sakura dijadikan lambang dari dominasi
feminim, kecantikan wanita dan sexualitas, dan sebagai lambang dari pemimpin wanita.
Universitas Sumatera Utara
Selama masa perang dunia ke-II, pilot kamikaze pasukan AU khusus Jepang akan men-cat atau menggambar bunga sakura di sisi pesawat terbang
mereka. Pilot-pilot ini adalah sukarelawan yang akan mengorbankan nyawa mereka untuk misi bunuh diri. Para pemimpin mereka akan memaksa mereka
dengan arahan itu dan meyakinkan mereka bahwa hak tersebut merupakan suatu kehormatan. Kehormatan memiliki arti segala-galanya bagi para pemuda Jepang
dan mereka diberitahu bahwa ketika gugur dalam medan perang maka mereka akan bereinkarnasi sebagai bunga sakura sebagai penghargaannya.
Bunga sakura memang istimewa di hati orang-orang Jepang. Pada zaman dulu menikmati bunga sakura hanya ditujukan bagi kaisar dan kaum
bangsawan, namun bagi para prajurit samurai yang telah berperang dan membela negara juga memiliki kesempatan yang sama untuk menikmati bunga sakura.
Bunga sakura dikatakan dapat menggerakkan hati para samurai, tidak hanya ketika bermekaran akan tetapi juga pada saat berguguran. Sebagai prajurit, bunga
sakura menjadi simbol yang berarti keberanian dan kehormatan. Kemurnian dan kesederhanaan nilai-nilai tradisional masyarakat Jepang
merupakan refleksi dari bunga sakura. Dari segi estetika bunga sakura merupakan simbol trensisi dan keindahan atau kecantikan sesaat, bunga sakura akan mekar
sekitar satu minggu dan kemudian jatuh berguguran. Fenomena ini sering diibaratkan sebagai refleksi dari kehidupan manusia yang singkat dan tidak kekal.
Bunga sakura sering dijadikan simbol transisi kehidupan karena umurnya yang pendek. Simbol ini sejalan dengan pengajaran agama Budha.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak terlepas dari aktivitas keagamaan atau yang biasa disebut dengan kegiatan religi. Berbagai kegiatan
bahkan upacara peringatan dilakukan di berbagai wilayah setiap Negara, dengan
Universitas Sumatera Utara
tujuan yang sama, yaitu untuk memperoleh kasih sayang dan kebahagiaan dari sang pencipta. Demikian halnya dengan Negara Jepang yang memiliki berbagai
macam kegiatan keagamaan. Masyarakat berpikir serta merasa dan bertindak didorong oleh kepercayaan religi pada tenaga-tenaga gaib yang diyakini
mengisi, menghuni seluruh alam semesta dalam keadaan yang seimbang. Tiap tenaga gaib itu merupakan bagian dari kosmos dan bagian dari keseluruhan hidup
jasmaniah dan rohaniah. Keseimbangan inilah yang harus ada dan tetap dijaga, apabila terganggu maka harus dipulihkan. Memulihkan keseimbangan ini
berwujud dalam beberapa upacara, pantangan dan ritus-ritus. Kegiatan-kegiatan upacara atau perayaan yang dilakukan tidak selalu dilaksanakan dari segi religi
saja, tetapi berdampingan dengan kegiatan budaya. Karena antara religi dan budaya hampir memiliki kesamaan, namun berbeda antara pengertian maupun
pelaksanaannya. Kebudayaan merupakan wujud ideal yang bersifat abstrak, tidak dapat diraba dan ada dalam pikiran manusia, misalnya: gagasan, ide, norma, religi
dan sebagainya koentjaraningrat, 1974: 376-377. Maka dapat dilihat bahwa religi adalah bagian dari kebudayaan yang merupakan rangkaian kebiasaan dan
pusat dari aktifitas keagamaan.
Masyarakat Jepang yang beragama Budha setiap tahunnya pada tanggal 8 April akan mengadakan upacara keagamaan di kuil Budha untuk merayakan
kelahiran Budha. Upacara tahunan ini dinamakan dengan Kanbutsu-e. upacara dan festival ini juga sering disebut dengan hana-matsuri festival bunga. Masyarakat
Jepang percaya akan reinkarnasi, dalam ajaran agama Budha reinkarnasi merupakan siklus kehidupan yang akan dijalani oleh manusia di dunia. Kehidupan
manusia itu tidak kekal dan sangat singkat, oleh karena itu bunga sakura sering
Universitas Sumatera Utara
diartikan sebagai simbol kehidupan masyarakat Jepang.
Dalam kehidupan Masyarakat Jepang, ada pohon yang memiliki makna simbolik :
1. Pohon Cemara : melambangkan persahabatan dan keawetan. 2. Pohon Bambu : Kejujuran, tidak ada kejahatan.
3. Pohon Aprikot ume bai : Kebangsawanan dan keberanian. 4. Sakura : sebagai pagar Tuhan
Orang Jepang juga percaya bahwa pohon sakura adalah pagar antara Tuhan dan manusia. Oleh karena itu, melakukan kegiatan
hana-mi juga merupakan ritual keagamaan. Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa sakura juga memiliki
makna religious yang juga merupakan simbol ikatan antara Tuhan dan manusia. Manusia sering diingatkan akan kehidupan duniawi yang tidak kekal dan singkat,
sama seperti umur bunga sakura yang singkat. Jadi manusia senantiasa diingatkan untuk menjalani kehidupan yang singkat ini dengan sebaik-baiknya.
Bunga sakura juga menyimpan makna filosofis. Setiap pohon bunga sakura hanya akan memekarkan bunganya selama tujuh sampai sepuluh hari saja
dalam setahun. Setelah itu bunga-bunganya akan berguguran. Bunga sakura banyak memberikan inspirasi filosofis bagi orang Jepang, diantaranya adalah
falsafah kemanfaatan, ketulusan, dan keberanian. Sakura mengajarkan kemanfaatan sebab kehadirannya memberi keceriaan bagi banyak orang. Pada
hari-hari bunga sakura mekar, orang-orang bersukacita dalam kebersamaan. Sakura yang sepanjang tahun tidak pernah “ditoleh” orang, tiba-tiba menjadi pusat
perhatian. Setelah bunga-bunganya berguguran orang-orang pun melupakannya. Tapi sakura tetap hadir lagi ditahun mendatang. Inilah lambang ketulusan orang
Universitas Sumatera Utara
dalam berkarya. Bagi sakura, kebahagiannya adalah pada saat bisa memberikan kebahagiaan bagi banyak orang.
Sedangkan falsafah keberanian ditunjukkan oleh kaum samurai. Bagi para samurai keindahan bunga sakura justru pada saat ia berguguran. Samurai
adalah se butan bagi komunitas pejuang yang hidupnya diabdikan untuk membela keagungan negeri. Bagi mereka kehidupan ini singkat, seperti singkatnya hidup
sakura dan puncak keindahan perjuangan dalam hidup adalah saat gugur membela kebenaran.
Dilihat dari keistimewaan bunga sakura yang sangat dibanggakan oleh masyarakat Jepang maka tidak heran jika bunga sakura sejak dahulu sering
menjadi falsafah bagi seniman maupun sastrawan dalm menghasilkan karya seperti lagu maupun karya sastra berupa haiku puisi Jepang. Bunga sakura
sering dianggap sebagi perlambangan dari kehidupan manusia sehingga sering dijadikan pandangan hidup bagi masyarakat Jepang.
Para sastrawan pada zaman dahulu menggunakan bunga sakura untuk mengekspresikan perasaan dan emosi mereka dalam puisi-puisi dan sajak-sajak
bahkan dalam lagu sekalipun. Setiap lirik dan sajak mewakili perasaan penyair yang sulit diungkapkan secara langsung sehingga mereka menggunakan puisi
ataupun lagu untuk mengekspresikan keindahan bunga sakura dan segala sesuatu yang sedang terjadi atau mereka alami sendiri saat itu. Hal ini dapat dilihat dari
berbagai macam karya sastra bertemakan kepahlawanan yang muncul dalam kojiki 712 bahwa pada masa itu masyarakat sudah biasa menikmati bunga sakura. Para
penyair zaman Heian 794-1192 menceritakan bahwa bunga sakura merupakan simbol dari alam yang penting bagi manusia.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Haiku 2.3.1 Pengertian Haiku