penanganan aktif dijumpai peningkatan insidens respiratory distress syndrome dan anak yang dilahirkan dengan penanganan aktif lebih banyak yang dirawat di ruang perawatan intensif
anak.
6
Menurut Advanced In Labour And Risk Management ALARM Internasional tahun 2007, persalinan pada pasien preeklampsia berat pada saat yang optimal mengurangi
morbiditas serta mortalitas ibu dan neonatal. Penundaan persalinan dilakukan hanya untuk mendapatkan maturitas paru janin. Hipertensi gestasional merupakan penyakit progresif,
manajemen konservatif potensial berbahaya bila ada penyakit yang berat atau dugaan gawat janin.
10
Berdasarkan berbagai perdebatan tersebut, penanganan preeklampsia berat pada kehamilan preterm mana yang lebih tepat diaplikasikan di RS Umum Adam Malik belum
diketahui. Untuk itulah penelitian ini dilakukan untuk mengetahui berbagai luaran yang mungkin terjadi pada penanganan preeklampsia berat secara aktif maupun ekspektatif untuk
kehamilan 37 minggu.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan bermakna luaran ibu insidens eklampsia, edema paru, stroke, gangguan fungsi ginjal, sindroma HELLP, solusio plasenta, lama rawat,
kematian, cara persalinan, dan perdarahan pasca persalinan pada penanganan secara aktif dan ekspektatif preeklampsia berat dengan kehamilan 37 minggu di RS Adam
Malik dan RS jejaring lain di Medan? 2. Apakah terdapat perbedaan bermakna luaran bayi nilai APGAR, berat lahir,
kematian, dan lama rawat pada penanganan secara aktif dan ekspektatif preeklampsia berat dengan kehamilan 37 minggu di RS Adam Malik dan RS jejaring lain di
Medan?
1.3 Hipotesa
1. Ho : Tidak terdapat perbedaan bermakna luaran ibu insidens eklampsia, edema paru, stroke, gangguan fungsi ginjal, sindroma HELLP, solusio plasenta, lama rawat,
kematian, cara persalinan, dan perdarahan pasca persalinan pada penanganan secara aktif dan ekspektatif preeklampsia berat dengan kehamilan 37 minggu di RS Adam
Malik dan RS jejaring lain di Medan. 2. H0 : Tidak terdapat perbedaan bermakna luaran bayi nilai APGAR, berat lahir,
kematian, dan lama rawat pada penanganan secara aktif dan ekspektatif preeklampsia
Universitas Sumatera Utara
berat dengan kehamilan 37 minggu di RS Adam Malik dan RS jejaring lain di Medan.
1.4 Tujuan 1.4.1 Tujuan Umum
Untuk membandingkan hasil luaran ibu dan bayi penderita Preeklampsia Berat di bawah usia kehamilan 37 minggu yang dilakukan secara aktif dan ekspektatif.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya luaran ibu insidens eklampsia, edema paru, stroke, gangguan fungsi ginjal, sindroma HELLP, solusio plasenta, lama rawat, kematian, cara persalinan, dan
perdarahan pasca persalinan pada penanganan secara aktif dan ekspektatif preeklampsia berat dengan kehamilan 37 minggu di RS Adam Malik dan RS jejaring
lain di Medan. 2. Diketahuinya luaran bayi nilai APGAR, berat lahir, kematian, dan lama rawat pada
penanganan secara aktif dan ekspektatif preeklampsia berat dengan kehamilan 37 minggu di RS Adam Malik dan RS jejaring lain di Medan.
1.5 Manfaat
1. Dari penelitian dapat dilihat luaran ibu dan anak yang optimal antara penanganan aktif maupun ekspektatif pada pasien preeklampsia berat dengan usia kehamilan 37 minggu
2. Dapat diperoleh masukan untuk penelitian lebih lanjut terhadap penanganan pasien preeklampsia berat dengan usia kehamilan 37 minggu.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PREEKLAMPSIA 2.1.1 Definisi
Preeklampsia PE merupakan kumpulan gejala atau sindroma yang mengenai wanita hamil dengan usia kehamilan di atas 20 minggu dengan tanda utama berupa
adanya hipertensi dan proteinuria. Bila seorang wanita memenuhi kriteria preeklampsia dan disertai kejang yang bukan disebabkan oleh penyakit neurologis dan atau koma maka
ia dikatakan mengalami eklampsia. Umumnya wanita hamil tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskular atau hipertensi sebelumnya.
2,3
Kumpulan gejala itu berhubungan dengan vasospasme, peningkatan resistensi pembuluh darah perifer, dan penurunan perfusi organ. Kelainan yang berupa lesi
vaskuler tersebut mengenai berbagai sistem organ, termasuk plasenta. Selain itu, sering pula dijumpai peningkatan aktivasi trombosit dan aktivasi sistem koagulasi.
7
2.1.2 Etiologi
Etiologi preeklampsia sampai sekarang belum diketahui dengan pasti. Banyak teori dikemukakan, tetapi belum ada yang mampu memberi jawaban yang memuaskan.
Oleh karena itu, preeklampsia sering disebut sebagai “the disease of theory”. Teori yang dapat diterima harus dapat menerangkan hal-hal berikut
7
: 1. peningkatan angka kejadian preeklampsia pada primigravida, kehamilan ganda,
hidramnion, dan mola hidatidosa 2. peningkatan angka kejadian preeklampsia seiring bertambahnya usia kehamilan
3. perbaikan keadaan pasien dengan kematian janin dalam uterus 4. penurunan angka kejadian preeklampsia pada kehamilan-kehamilan berikutnya
5. mekanisme terjadinya tanda-tanda preeklampsia, seperti hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma
Sedikitnya terdapat empat hipotesis mengenai etiologi preeklampsia hingga saat ini, yaitu:
14,15
1. Iskemia plasenta, yaitu invasi trofoblas yang tidak normal terhadap arteri spiralis sehingga menyebabkan berkurangnya sirkulasi uteroplasenta yang dapat
berkembang menjadi iskemia plasenta.
Universitas Sumatera Utara