Karakteristik Ibu Penderita Preeklampsia Berat dan Eklampsia Serta Hubungannya Dengan Faktor Risiko, di RSU H. Adam Malik, Medan Dalam Tahun 2008-2010

(1)

KARAKTERISTIK IBU PENDERITA PREEKLAMPSIA BERAT

DAN EKLAMPSIA SERTA HUBUNGANNYA DENGAN FAKTOR

RISIKO DI RSUP H.ADAM MALIK, MEDAN DALAM TAHUN

2008-2010

Oleh:

NURUL AMIRAH BT ABDUL HADI 070100395

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

KARAKTERISTIK IBU PENDERITA PREEKLAMPSIA BERAT

DAN EKLAMPSIA SERTA HUBUNGANNYA DENGAN FAKTOR

RISIKO DI RSUP H.ADAM MALIK, MEDAN DALAM TAHUN

2008-2010

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

NURUL AMIRAH BT ABDUL HADI 070100395

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

Hasil Penelitian dengan Judul :

Karakteristik Ibu Penderita Preeklampsia Berat dan Eklampsia Serta

Hubungannya Dengan Faktor Risiko, di RSU H. Adam Malik, Medan

Dalam Tahun 2008-2010

Yang dipersiapkan oleh :

NURUL AMIRAH BT ABDUL HADI

070100395

Proposal Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui untuk dilanjutkan ke Lahan Penelitian .

Medan , 24 November 2010 Disetujui ,

Dosen Pembimbing

... ( dr. Fidel Ganis Siregar, SpOG )


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Karakteristik Ibu Penderita Preeklampsia Berat dan Eklampsia serta Hubungannya dengan Faktor Resiko, di RSU Haji Adam Malik Medan Dalam

Tahun 2008-2010.

Nama : NURUL AMIRAH BT ABDUL HADI NIM : 070100395

Pembimbing Penguji I

(dr. Fidel Ganis Siregar, SpOG) ( dr. Erjan Fikri, spB, spBA )

Penguji II

( dr. Muhammaf Rusda, spOG(K) ) Medan, November 2010,

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara,

Dekan,

(Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD.KGEH) NIP: 19540220 198011 1001


(5)

ABSTRAK

Preeklampsia-eklampsia merupakan penyebab kematian ibu yang penting di Medan, di samping sepsis dan perdarahan. Penyakit ini diklasifikasikan sebagai hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan. Keadaan ini ditandai oleh hipertensi, oedema, dan proteinuria pada preeklampsia, diikuti dengan kejang dan atau koma pada eklampsia. Profil penyakit ini bervariasi di seluruh Indonesia, yang kemungkinan dipengaruhi berbagai faktor berbeda di setiap daerah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita preeklampsia-eklampsia di Medan dengan menggunakan data rekam medik di RSU H.Adam Malik, Medan. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah retrospektif di mana pengumpulan data dilakukan berdasarkan data sekunder yaitu rekam medis. Sampel penelitian adalah semua ibu yang didiagnosa menghidap preeklampsia berat dan eklampsia yang mendapatkan rawatan di RSUP H.Adam Malik, Medan dari tahun 2008-2010.

Sampel yang diperoleh sebanyak 50 kasus (82,0%) ibu dengan preeklampsia berat dan 11 kasus (18,0%) eklampsia. Penderita preeklampsia berat-eklampsia paling banyak ditemukan pada kelompok usia 21-30 tahun, sebanyak (56,0% PEB dan 45,4% eklampsia), primigravida (32,8% PEB dan 27,3% E), tingkat pendidikan SD (42,0% PEB dan 36,3% E), ibu rumah tangga (88,0% PEB dan 81,8% E) dan tinggal di luar kota Medan (62,0% PEB dan 27,3% E). Dari 35 orang yang datanya lengkap, ditemukan penderita dengan riwayat hipertensi sebanyak 16,7 % (PEB) dan 18,2 % (E), manakala penderita dengan riwayat DM sebanyak 12,5 % (PEB) dan 18,2% (E).

Temuan tentang karakteristik ini dapat digunakan untuk upaya pencegahan, diagnosis dini, dan pengobatan segera, sehingga tingkat keparahannya dapat diminimalkan dan pada akhirnya Angka Kematian Maternal (AKM) dapat diturunkan.

Kata Kunci : preeklampsia berat, eklampsia, umur, paritas, tingkat pendidikan, sosial ekonomi, riwayat hipertensi, riwayat diabetes mellitus.


(6)

ABSTRACT

Preeclampsia - eclampsia is an important cause of maternal mortality in Medan beside septic and bleeding. Classified as hypertension induced by pregnancy, its signed by hypertension, oedema, and proteinuria in preeclampsia, but in eclampsia, its accompanied by seizure and or coma beside trias preeclampsia. Profile of this disease is not same in some areas in Indonesia that maybe influent by different factors of each area.

In this base research, we tried to find what caracteristic of severe preeclampsia - eclampsia in Medan. The research was done by retrospective - descriptive methode, using data from medical record of Hj Adam Malik General Hospital (RSUHAM), Medan. A descriptive study with a retrospective design method is done. Medical records were used as secondary data. Samples of this study were all mothers that were diagnosed with severe preeclampsia and eclampsia that got a treatment at RSU H.Adam Malik Medan from the year 2008 – 2010.

61 samples were obtained which 50 cases (82,0%) mother with severe preeclampsia and 11 cases (18,0%) of eclampsia. Mothers with severe preeclampsia-eclampsia mostly from 21-30 years old (56,0% severe prepreeclampsia-eclampsia and 45,4% eclampsia), primigravida (32,8% severe preeclampsia and 27,3% E), educational status from primary school, SD (42,0% severe preeclampsia and 36,3% E), housewife (88,0% severe preeclampsia and 81,8% E) and live outside Medan (62,0% severe preeclampsia and 27,3% E). From 35 patients that have complete data, 16,7% patients with severe preeclampsia and 18,2% patients with eclampsia was obtained having hipertension history, meanwhile 12,5% patients with severe preeclampsia and 18,2% patients with eclampsia having diabetes mellitus history

Finding of these caracteristics we hope we can prevent or make early diagnose and take promt treatment there for severity level of the disease can be minimized and finaly maternal mortality caused by preeclampsia - eclampsia can be decressed.

Key words : severe preeclampsia, eclampsia, age, parity, educational status, social economy, hipertension history, diabetes mellitus history


(7)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya ucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunianya sehingga penelitian karya tulis ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk melakukan penelitian guna menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran.

Dalam penulisan hasil penelitian karya tulis ini, saya telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan, saran-saran dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini dengan kerendahan hati saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Fidel Ganis Siregar, SpOG selaku dosen pembimbing saya yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pemikirannya dalam penyelesaian proposal karya tulis ini.

2. Rasa hormat dan terima kasih yang tiada terhingga saya persembahkan kepada kedua orang tua saya, ayahanda Tn. Hj Abdul Hadi bin Mohamad dan ibunda Wan Rahimas binti Wan Min atas doa, perhatian, dan dukungan yang tak putus-putusnya sebagai bentuk kasih sayang kepada saya.

3. Rahmat, Ezzaq, Norfarihah, Latifah, selaku kakak-kakak dan abang-abang stambuk 2006 serta seluruh teman-teman stambuk 2007 yang mau bertukar pikiran dengan saya, yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Akhir kata saya berharap semoga hasil karya tulis ini dapat ikut memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi Ilmu Kedokteran.

Medan, 11 November 2010 Penulis

Nurul Amirah bt Abdul Hadi Nim. 070100395


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan……… i

Abstrak……….……… ii

Abstract……….. iii

Kata Pengantar……… iv

Daftar Isi………... v

Daftar Tabel……… vi

Daftar Gambar……… vii

BAB 1 PENDAHULUAN……… 1

1.1. Latar Belakang……….. 1

1.2. Rumusan Masalah………. 3

1.3. Tujuan penelitian………... 3

1.4. Manfaat Penelitian………. 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……… 5

2.1. Preeklampsia……....………..………….. 5

2.1.1. Definisi ……….………..………. 5

2.1.2. Epidemiologi ……… 5

2.1.3. Faktor Resiko ………... 6

2.1.4. Etiologi……….. 7

2.1.5. Patofisiologi………... 9

2.1.6. Gambaran Klinis……… 11

2.1.7 Diagnosis ………. 11

2.1.8. Penatalaksanaan dan Pengobatan……… .. 12

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL……… 16

3.1. Kerangka Konsep Penelitian………. 17

3.2. Definisi Operasional……….. 18

BAB 4 METODE PENELITIAN………. 20

4.1. Jenis Penelitian……….. 20

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian……… 20

4.3. Populasi dan Sampel………. 20


(9)

4.5. Pengolahan dan Analisis Data………. 21

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….……… 23

5.1. Hasil Penelitian...……… …… 23

5.1.1. Deskripsi Lokasi penelitian……….……….. 23

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden………….…….. 24

5.1.3. Hasil Analisis Data ……… ……….. 24

5.2. Pembahasan……….………. 30

KESIMPULAN DAN DASAR……… 33

6.1. Kesimpulan……….. 33

6.2 Saran……… 34

DAFTAR PUSTAKA……….. 35 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 5.1. Prevalensi ibu hamil yang menderita preeklampsia... 24 berat (PEB) dan Eklampsia (E) di RSUP H.Adam

Malik dalam Tahun 2008-2010

Tabel 5.2 Karakteristik penderita PEB dan Eklampsia………... 25 dengan usia ibu hamil

Tabel 5.3 Karakteristik penderita PEB dan Eklampsia………... 26 dengan jumlah paritas

Tabel 5.4 Karakteristik penderita PEB dan Eklampsia………... 27 dengan tingkat pendidikan

Tabel 5.5 Karakteristik penderita PEB dan Eklampsia………... 27 dengan sosial ekonomi

Tabel 5.6 Karakteristik penderita PEB dan Eklampsia………... 28 dengan tempat tinggal

Tabel 5.7 Karakteristik penderita PEB dan Eklampsia………... 28 dengan riwayat hipertensi

Tabel 5.8 Karakteristik penderita PEB dan Eklampsia………... 29 dengan riwayat DM


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1...Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2...Informed Consent

Lampiran 3...Jadual Kegiatan Penelitian Lampiran 4...Surat Kebenaran Penelitian Lampiran 5...Surat Ethical Clearance Lampiran 6...Hasil Output


(13)

ABSTRAK

Preeklampsia-eklampsia merupakan penyebab kematian ibu yang penting di Medan, di samping sepsis dan perdarahan. Penyakit ini diklasifikasikan sebagai hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan. Keadaan ini ditandai oleh hipertensi, oedema, dan proteinuria pada preeklampsia, diikuti dengan kejang dan atau koma pada eklampsia. Profil penyakit ini bervariasi di seluruh Indonesia, yang kemungkinan dipengaruhi berbagai faktor berbeda di setiap daerah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita preeklampsia-eklampsia di Medan dengan menggunakan data rekam medik di RSU H.Adam Malik, Medan. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah retrospektif di mana pengumpulan data dilakukan berdasarkan data sekunder yaitu rekam medis. Sampel penelitian adalah semua ibu yang didiagnosa menghidap preeklampsia berat dan eklampsia yang mendapatkan rawatan di RSUP H.Adam Malik, Medan dari tahun 2008-2010.

Sampel yang diperoleh sebanyak 50 kasus (82,0%) ibu dengan preeklampsia berat dan 11 kasus (18,0%) eklampsia. Penderita preeklampsia berat-eklampsia paling banyak ditemukan pada kelompok usia 21-30 tahun, sebanyak (56,0% PEB dan 45,4% eklampsia), primigravida (32,8% PEB dan 27,3% E), tingkat pendidikan SD (42,0% PEB dan 36,3% E), ibu rumah tangga (88,0% PEB dan 81,8% E) dan tinggal di luar kota Medan (62,0% PEB dan 27,3% E). Dari 35 orang yang datanya lengkap, ditemukan penderita dengan riwayat hipertensi sebanyak 16,7 % (PEB) dan 18,2 % (E), manakala penderita dengan riwayat DM sebanyak 12,5 % (PEB) dan 18,2% (E).

Temuan tentang karakteristik ini dapat digunakan untuk upaya pencegahan, diagnosis dini, dan pengobatan segera, sehingga tingkat keparahannya dapat diminimalkan dan pada akhirnya Angka Kematian Maternal (AKM) dapat diturunkan.

Kata Kunci : preeklampsia berat, eklampsia, umur, paritas, tingkat pendidikan, sosial ekonomi, riwayat hipertensi, riwayat diabetes mellitus.


(14)

ABSTRACT

Preeclampsia - eclampsia is an important cause of maternal mortality in Medan beside septic and bleeding. Classified as hypertension induced by pregnancy, its signed by hypertension, oedema, and proteinuria in preeclampsia, but in eclampsia, its accompanied by seizure and or coma beside trias preeclampsia. Profile of this disease is not same in some areas in Indonesia that maybe influent by different factors of each area.

In this base research, we tried to find what caracteristic of severe preeclampsia - eclampsia in Medan. The research was done by retrospective - descriptive methode, using data from medical record of Hj Adam Malik General Hospital (RSUHAM), Medan. A descriptive study with a retrospective design method is done. Medical records were used as secondary data. Samples of this study were all mothers that were diagnosed with severe preeclampsia and eclampsia that got a treatment at RSU H.Adam Malik Medan from the year 2008 – 2010.

61 samples were obtained which 50 cases (82,0%) mother with severe preeclampsia and 11 cases (18,0%) of eclampsia. Mothers with severe preeclampsia-eclampsia mostly from 21-30 years old (56,0% severe prepreeclampsia-eclampsia and 45,4% eclampsia), primigravida (32,8% severe preeclampsia and 27,3% E), educational status from primary school, SD (42,0% severe preeclampsia and 36,3% E), housewife (88,0% severe preeclampsia and 81,8% E) and live outside Medan (62,0% severe preeclampsia and 27,3% E). From 35 patients that have complete data, 16,7% patients with severe preeclampsia and 18,2% patients with eclampsia was obtained having hipertension history, meanwhile 12,5% patients with severe preeclampsia and 18,2% patients with eclampsia having diabetes mellitus history

Finding of these caracteristics we hope we can prevent or make early diagnose and take promt treatment there for severity level of the disease can be minimized and finaly maternal mortality caused by preeclampsia - eclampsia can be decressed.

Key words : severe preeclampsia, eclampsia, age, parity, educational status, social economy, hipertension history, diabetes mellitus history


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam pelayanan obstetri, selain Angka Kematian Maternal (AKM) terdapat Angka Kematian Perinatal (AKP) yang dapat digunakan sebagai parameter keberhasilan pelayanan. Namun, keberhasilan menurunkan AKM di negara-negara maju saat ini menganggap AKP merupakan parameter yang lebih baik dan lebih peka untuk menilai kualitas pelayanan kebidanan. Hal ini mengingat kesehatan dan keselamatan janin dalam rahim sangat tergantung pada keadaan serta kesempurnaan bekerjanya sistem dalam tubuh ibu, yang mempunyai fungsi untuk menumbuhkan hasil konsepsi dari mudigah menjadi janin cukup bulan. Salah satu penyebab kematian perinatal adalah preeklampsia (PE) dan eklampsia (E).

Menurut The National Center for Health Statistics pada tahun 1998, hipertensi dalam kehamilan merupakan faktor risiko medis yang paling sering dijumpai (Ventura dkk, 2000). Penyakit ini ditemukan pada 146.320 wanita, atau 3,7 persen di antara semua kehamilan yang berakhir dengan kelahiran hidup. Eklampsia didiagnosis pada 12.345 di antaranya, dan kematian ibu akibat penyakit penyulit ini tetap merupakan ancaman. Hampir 18 persen di antara 1450 kematian ibu di Amerika Serikat dari tahun 1987 sampai 1990 terjadi akibat penyulit hipertensi dalam kehamilan (Berg dkk, 1996).

Pada PE-E juga didapatkan risiko persalinan prematur 2,67 kali lebih besar, persalinan buatan 4,39 kali lebih banyak, dan mempunyai kecenderungan lebih tinggi untuk mendapatkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Salah satu upaya untuk menurunkan AKP akibat PE - E adalah dengan menurunkan angka kejadian PE-E. Angka kejadian dapat diturunkan melalui upaya pencegahan, pengamatan dini, dan terapi. Upaya pencegahan kematian perinatal dapat diturunkan bila dapat


(16)

diidentifikasi faktor-faktor yang mempunyai nilai prediksi. Penentuan faktor yang mempunyai nilai prediksi serta pemantauan janin sangat penting agar kehamilan kalau perlu dapat diakhiri pada saat optimal.

Preeklampsia-eklampsia merupakan kesatuan penyakit yang masih merupakan penyebab utama kematian ibu dan penyebab kematian perinatal tertinggi di Indonesia. Penelitian di RSUP Dr. Kariadi Semarang selama tahun 1996-1998 mendapatkan angka kematian ibu akibat preeklampsia-eklampsia sebanyak 10 kasus (48%) (Wahdi, dkk 2000).

Data ini sebanding dengan dokumen WHO (18 September 1989) yang menyatakan bahwa penyebab langsung kematian terbanyak adalah preeklampsia/eklampsia, perdarahan, infeksi dan penyebab tak langsung adalah anemia, penyakit jantung. Sehingga diagnosis dini preeklampsia yang merupakan pendahuluan eklampsia serta penatalaksanaannya harus diperhatikan dengan seksama. Disamping itu, pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin untuk mencari tanda preeklampsia yaitu hipertensi dan proteinuria sangat penting dalam usaha pencegahan, disamping pengendalian faktor-faktor predisposisi lain (Sudinaya, 2003).

Insiden preeklampsia sangat dipengaruhi oleh paritas, berkaitan dengan ras dan etnis, tingkat pendidikan serta sosio ekonomi. Disamping itu juga dipengaruhi oleh predisposisi genetik dan juga faktor lingkungan. Sebagai contoh, dilaporkan bahwa tempat yang tinggi di Colorado meningkatkan insiden preeklampsia. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa wanita dengan sosio ekonominya lebih maju jarang terkena preeklampsia (Cunningham, 2003).

Frekuensi preeklampsia untuk tiap negara berbeda-beda karena banyak faktor yang mempengaruhinya, seperti jumlah primigravida, keadaan sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan lain-lain. Di Indonesia frekuensi kejadian preeklampsia sekitar 3-10% (Triatmojo, 2003), sedangkan di Amerika Serikat dilaporkan bahwa kejadian preeklampsia sebanyak 5% dari semua kehamilan (23,6 kasus per 1.000 kelahiran), (Dawn C Jung, 2007).


(17)

Pada primigravida frekuensi preeklampsia lebih tinggi jika dibandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda. Sudinaya (2000) mendapatkan angka kejadian preeklampsia dan eklampsia di RSU Tarakan Kalimantan Timur sebesar 74 kasus (5,1%) dari 1431 persalinan selama periode 1 Januari 2000 sampai 31 Desember 2000, dengan preeklampsia sebesar 61 kasus (4,2%) dan eklampsia 13 kasus (0,9%). Dari kasus ini terutama dijumpai pada usia 20-24 tahun dengan primigravida (17,5%). Diabetes melitus, mola hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops fetalis, umur lebih dari 35 tahun dan obesitas merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya preeklampsia (Trijatmo, 2005). Peningkatan kejadian preeklampsia pada usia > 35 tahun mungkin disebabkan karena adanya hipertensi kronik yang tidak terdiagnosa dengan superimposed PIH (Deborah E Campbell, 2006).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka diperlukan suatu penelitian deskriptif terhadap gambaran kejadian preeklampsia-eklampsia serta karakteristik ibu penderita preeklampsia seperti usia ibu hamil, jumlah paritas, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan (sosio ekonomi), serta perbandingan angka kejadiannya di kawasan dalam kota dan luar kota bagi menjawab pertanyaan penelitian yaitu “Karakteristik Ibu Penderita Preeklampsia Berat dan Eklampsia Serta Hubungannya Dengan Faktor Risiko”.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik daripada ibu penderita preeklampsia berat (PEB) serta Eklampsia (E) di RSU Haji Adam Malik,Medan dari tahun 2008-2010.

1.32 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui dengan lengkap predisposisi karakteristik faktor risiko preeklampsia terhadap kejadian preeklampsia.


(18)

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa sahaja yang meningkatkan kejadian Preeklampsia.

3. Untuk mengetahui persentase penderita preeklampsia dan eklampsia berdasarkan usia ibu hamil, tingkat pendidikan, sosioekonomi, penempatan luar mahupun dalam kota, jumlah paritas, riwayat hipertensi serta DM, dan multigravida.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti

Sebagai sarana pengembangan diri dan penerapan pengetahuan yang diperoleh penulis tentang metodologi penelitian.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Bisa dijadikan sebagai bahan bacaan di perpustakaan besar Universitas Sumatera Utara, yang diharapkan bermanfaat sebagai data awal dan referensi untuk penelitian lebih lanjut.

1.4.3 Bagi Institusi Rumah Sakit

Sebagai bahan evaluasi dan satu dasar memiliki langkah yang tepat dalam upaya melakukan asuhan dan pengobatan yang komprehensif terhadap penderita preeklampsia.

1.4.4 Bagi Masyarakat

Sebagai bahan tambahan informasi yang terbaru mengenai preeklampsia dalam kehamilan.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Preeklampsia

Preeklampsia merupakan sindrom spesifik-kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel, yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria (Cunningham et al, 2003, Matthew warden, MD, 2005). Preeklampsia terjadi pada umur kehamilan diatas 20 minggu, paling banyak terlihat pada umur kehamilan 37 minggu, tetapi dapat juga timbul kapan saja pada pertengahan kehamilan. Preeklampsia dapat berkembang dari preeklampsia yang ringan sampai preeklampsia yang berat (George, 2007).

2.2 Epidemiologi Preeklampsia 2.2.1 Insiden Preeklampsia

Frekuensi preeklampsia untuk tiap negara berbeda-beda karena banyak faktor yang mempengaruhinya; jumlah primigravida, keadaan sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan lain-lain. Di Indonesia frekuensi kejadian preeklampsia sekitar 3-10% (Triatmojo, 2003), sedangkan di Amerika Serikat dilaporkan bahwa kejadian preeklampsia sebanyak 5% dari semua kehamilan, yaitu 23,6 kasus per 1.000 kelahiran (Dawn C Jung, 2007). Pada primigravida frekuensi preeklampsia lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda, Sudinaya (2000) mendapatkan angka kejadian preeklampsia dan eklampsia di RSU Tarakan Kalimantan Timur sebesar 74 kasus (5,1%) dari 1431 persalinan selama periode 1 Januari 2000 sampai 31 Desember 2000, dengan preeklampsia sebesar 61 kasus (4,2%) dan eklampsia 13 kasus (0,9%). Dari kasus ini terutama dijumpai pada usia 20-24 tahun dengan primigravida (17,5%). Diabetes melitus, mola hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops fetalis, umur lebih dari 35 tahun dan obesitas merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya preeklampsia (Trijatmo, 2005). Peningkatan


(20)

kejadian preeklampsia pada usia > 35 tahun mungkin disebabkan karena adanya hipertensi kronik yang tidak terdiagnosa dengan superimposed PIH (Deborah E Campbell, 2006).

Di samping itu, preeklampsia juga dipengaruhi oleh paritas. Surjadi, dkk (1999) mendapatkan angka kejadian dari 30 sampel pasien preeklampsia di RSU Dr. Hasan Sadikin Bandung paling banyak terjadi pada ibu dengan paritas 1-3 yaitu sebanyak 19 kasus dan juga paling banyak terjadi pada usia kehamilan diatas 37 minggu yaitu sebanyak 18 kasus. Wanita dengan kehamilan kembar bila dibandingkan dengan kehamilan tunggal, maka memperlihatkan insiden hipertensi gestasional (13 % : 6 %) dan preeklampsia (13 % : 5 %) yang secara bermakna lebih tinggi. Selain itu, wanita dengan kehamilan kembar memperlihatkan prognosis neonatus yang lebih buruk daripada wanita dengan kehamilan tunggal (Cunningham, 2003).

2.2.2 Faktor Risiko Preeklampsia

Walaupun belum ada teori yang pasti berkaitan dengan penyebab terjadinya preeklampsia, tetapi beberapa penelitian menyimpulkan sejumlah faktor yang mempengaruhi terjadinya preeklampsia. Faktor risiko tersebut meliputi;

1) Riwayat preeklampsia.

Seseorang yang mempunyai riwayat preeklampsia atau riwayat keluarga dengan preeklampsia maka akan meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia

2) Primigravida,

karena pada primigravida pembentukan antibodi penghambat (blocking antibodies) belum sempurna sehingga meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia. Perkembangan preeklampsia semakin meningkat pada umur


(21)

kehamilan pertama dan kehamilan dengan umur yang ekstrem, seperti terlalu muda atau terlalu tua.

3) Kegemukan

4) Kehamilan ganda.

Preeklampsia lebih sering terjadi pada wanita yang mempuyai bayi kembar atau lebih.

5) Riwayat penyakit tertentu.

Wanita yang mempunyai riwayat penyakit tertentu sebelumnya, memiliki risiko terjadinya preeklampsia. Penyakit tersebut meliputi hipertensi kronik, diabetes, penyakit ginjal atau penyakit degeneratif seperti reumatik arthritis atau lupus.

2.3 Etiologi Preeklampsia

Etiologi preeklampsia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya, oleh karena itu disebut “penyakit teori”; namun belum ada yang memberikan jawaban yang memuaskan. Teori sekarang yang dipakai sebagai penyebab preeklampsia adalah teori “iskemia plasenta”. Namun teori ini belum dapat menerangkan semua hal yang berkaitan dengan penyakit ini (Rustam, 1998). Adapun teori-teori tersebut adalah ;

i. Peran Prostasiklin dan Tromboksan

Pada preeklampsia dan eklampsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga sekresi vasodilatator prostasiklin oleh sel-sel endotelial plasenta berkurang, sedangkan pada kehamilan normal, prostasiklin meningkat. Sekresi tromboksan oleh trombosit bertambah sehingga timbul vasokonstriksi generalisata dan sekresi aldosteron menurun. Akibat perubahan


(22)

ini menyebabkan pengurangan perfusi plasenta sebanyak 50%, hipertensi dan penurunan volume plasma (Y. Joko, 2002).

ii. Peran Faktor Imunologis

Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama karena pada kehamilan pertama terjadi pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna. Pada preeklampsia terjadi kompleks imun humoral dan aktivasi komplemen. Hal ini dapat diikuti dengan terjadinya pembentukan proteinuria.

iii. Peran Faktor Genetik

Preeklampsia hanya terjadi pada manusia. Preeklampsia meningkat pada anak dari ibu yang menderita preeklampsia.

iv. Iskemik dari uterus.

Terjadi karena penurunan aliran darah di uterus

v. Defisiensi kalsium.

Diketahui bahwa kalsium berfungsi membantu mempertahankan vasodilatasi dari pembuluh darah (Joanne, 2006).

vi. Disfungsi dan aktivasi dari endotelial.

Kerusakan sel endotel vaskuler maternal memiliki peranan penting dalam patogenesis terjadinya preeklampsia. Fibronektin dilepaskan oleh sel endotel yang mengalami kerusakan dan meningkat secara signifikan dalam darah wanita hamil dengan preeklampsia. Kenaikan kadar fibronektin sudah dimulai pada trimester pertama kehamilan dan kadar fibronektin akan meningkat sesuai dengan kemajuan kehamilan (Drajat koerniawan)


(23)

2.4 Patofisiologi Preeklampsia

Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan iskemia (Cunningham, 2003). Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan respon terhadap berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin, tromboxan) yang dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan trombus dan pendarahan dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit kepala dan defisit saraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus dan proteinuria. Kerusakan hepar dari nekrosis hepatoseluler menyebabkan nyeri epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi terhadap kardiovaskuler meliputi penurunan volume intravaskular, meningkatnya cardiac output dan peningkatan tahanan pembuluh perifer. Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan anemia dan trombositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan janin terhambat bahkan kematian janin dalam rahim (Michael, 2005).

Perubahan pada organ-organ:

1) Perubahan kardiovaskuler.

Gangguan fungsi kardiovaskuler yang parah sering terjadi pada preeklampsia dan eklampsia. Berbagai gangguan tersebut pada dasarnya berkaitan dengan peningkatan afterload jantung akibat hipertensi, preload jantung yang secara nyata dipengaruhi oleh berkurangnya secara patologis hipervolemia kehamilan atau yang secara iatrogenik ditingkatkan oleh larutan onkotik atau kristaloid intravena, dan aktivasi endotel disertai ekstravasasi ke dalam ruang ektravaskular terutama paru (Cunningham, 2003).


(24)

2) Metabolisme air dan elektrolit

Hemokonsentrasi yang menyerupai preeklampsia dan eklampsia tidak diketahui penyebabnya. Jumlah air dan natrium dalam tubuh lebih banyak pada penderita preeklampsia dan eklampsia daripada pada wanita hamil biasa atau penderita dengan hipertensi kronik. Penderita preeklampsia tidak dapat mengeluarkan dengan sempurna air dan garam yang diberikan. Hal ini disebabkan oleh filtrasi glomerulus menurun, sedangkan penyerapan kembali tubulus tidak berubah. Elektrolit, kristaloid, dan protein tidak menunjukkan perubahan yang nyata pada preeklampsia. Konsentrasi kalium, natrium, dan klorida dalam serum biasanya dalam batas normal (Trijatmo, 2005 ).

3) Mata

Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Selain itu dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan oleh edema intra-okuler dan merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain yang menunjukan tanda preeklampsia berat yang mengarah pada eklampsia adalah adanya skotoma, diplopia, dan ambliopia. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan preedaran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau di dalam retina (Rustam, 1998).

4) Otak

Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia pada korteks serebri, pada keadaan yang berlanjut dapat ditemukan perdarahan (Trijatmo, 2005).

5) Uterus

Aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada plasenta, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada preeklampsia dan eklampsia sering terjadi


(25)

peningkatan tonus rahim dan kepekaan terhadap rangsangan, sehingga terjadi partus prematur.

6) Paru-paru

Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh edema paru yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa juga karena terjadinya aspirasi pneumonia, atau abses paru (Rustam, 1998).

2.5 Gambaran Klinis Preeklampsia 2.5.1 Gejala subjektif

Pada preeklampsia didapatkan sakit kepala di daerah frontal, skotoma, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah-muntah. Gejala-gejala ini sering ditemukan pada preeklampsia yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa eklampsia akan timbul. Tekanan darah pun akan meningkat lebih tinggi, edema dan proteinuria bertambah meningkat (Trijatmo, 2005).

2.5.2. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan meliputi; peningkatan tekanan sistolik 30mmHg dan diastolik 15 mmHg atau tekanan darah meningkat lebih dari 140/90mmHg. Tekanan darah pada preeklampsia berat meningkat lebih dari 160/110 mmHg dan disertai kerusakan beberapa organ. Selain itu kita juga akan menemukan takikardia, takipnu, edema paru, perubahan kesadaran, hipertensi ensefalopati, hiperefleksia, pendarahan otak (Michael, 2005).

2.6 Diagnosis Preeklampsia

Diagnosis preeklampsia dapat ditegakkan dari gambaran klinik dan pemeriksaan laboratorium. Dari hasil diagnosis, maka preeklampsia dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu;


(26)

1) Preeklampsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:

• Tekanan darah 140/90 mmHg, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih, atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih setelah 20 minggu kehamilan dengan riwayat tekanan darah normal.

• Proteinuria kuantitatif ≥ 0,3 gr perliter atau kualitatif 1+ atau 2+ pada urine kateter atau midstream.

2) Preeklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut: • Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.

• Proteinuria 5 gr atau lebih perliter dalam 24 jam atau kualitatif 3+ atau 4+.

• Oligouri, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam.

• Adanya gangguan serebral, gangguan penglihatan, dan rasa nyeri di epigastrium.

• Terdapat edema paru dan sianosis • Trombositopeni

• Gangguan fungsi hati

• Pertumbuhan janin terhambat (Lanak, 2004). 2.7 Penatalaksanaan Preeklampsia Berat

a) Penanganan umum.

• Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi, sampai tekanan diastolik diantara 90-100 mmHg.

• Pasang infus RL ( Ringer Laktat )

Ukur keseimbangan cairan, jangan sapai terjadi overload • Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteinuria • Jika jumlah urin < 30 ml perjam:


(27)

o Pantau kemungkinan edema paru

• Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin.

• Observasi tanda vital, refleks, dan denyut jantung janin setiap jam. • Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru. Krepitasi merupakan

tanda edema paru. Jika terjadi edema paru, stop pemberian cairan dan berikan diuretik misalnya furosemide 40 mg intravena.

Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside. Jika pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulapati (Abdul Bari, 2001).

b) Antikonvulsan.

Pada kasus preeklampsia yang berat dan eklampsia, magnesium sulfat yang diberikan secara parenteral adalah obat anti kejang yang efektif tanpa menimbulkan depresi susunan syaraf pusat baik bagi ibu maupun janinnya. Obat ini dapat diberikan secara intravena melalui infus kontinu atau intramuskular dengan injeksi intermiten. Infus intravena kontinu

• Berikan dosis bolus 4 – 6 gram MgSO4 yang diencerkan dalam 100 ml cairan dan diberikan dalam 15-20 menit.

• Mulai infus rumatan dengan dosis 2 g/jam dalam 100 ml cairan intravena.

• Ukur kadar MgSO4 pada 4-6 jam setelah pemberian dan disesuaikan kecepatan infuse untuk mempertahankan kadar antara 4 dan 7 mEg/l (4,8-8,4 mg/l).

• MgSO4 dihentikan 24 jam setelah bayi lahir. Injeksi intramuskular intermiten:

• Berikan 4 gram MgSO4 sebagai larutan 20% secara intravena dengan kecepatan tidak melebihi 1 g/menit.


(28)

• Lanjutkan segera dengan 10 gram MgSO4 50%, sebahagian (5%) disuntikan dalam di kuadran lateral atas bokong (penambahan 1 ml lidokain 2 % dapat mengurangi nyeri). Apabila kejang menetap setelah 15 menit, berikan MgSO4 sampai 2 gram dalam bentuk larutan 20% secara intravena dengan kecepatan tidak melebihi 1g/menit. Apabila wanita tersebut bertubuh besar, MgSo4 dapat diberikan sampai 4 gram perlahan.

• Setiap 4 jam sesudahnya, berikan 5 gram larutan MgSO4 50% yang disuntikan dalam ke kuadran lateral atas bokong bergantian kiri-kanan, tetapi setelah dipastikan bahwa:

o Refleks patela (+)

o Tidak terdapat depresi pernapasan

o Pengeluaran urin selama 4 jam sebelumnya melebihi 100 ml • MgSO4 dihentikan 24 jam setelah bayi lahir.

• Siapkan antidotum

Jika terjadi henti napas, berikan bantuan dengan ventilator atau berikan kalsium glukonat 2 g (20 ml dalam larutan 10%) secara intravena perlahan-lahan sampai pernapasan mulai lagi.

c) Antihipertensi.

• Obat pilihan adalah hidralazin, yang diberikan 5 mg intravena pelan-pelan selama 5 menit sampai tekanan darah turun.

• Jika perlu, pemberian hidralazin dapat diulang setiap jam, atau 12,5 intramuskular setiap 2 jam.


(29)

• Jika hidralazin tidak tersedia, dapat diberikan:

o Nifedipine dosis oral 10 mg yang diulang tiap 30 menit.

o Labetalol 10 mg intravena sebagai dosis awal, jika tekanan darah tidak membaik dalam 10 menit, maka dosis dapat ditingkatkan sampai 20 mg intravena (Cunningham, 2003).

d) Persalinan.

Pada preeklampsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam. Jika seksio sesarea akan dilakukan, perhatikan bahwa tidak terdapat koagulopati. Anestesi yang aman/terpilih adalah anastesia umum. Jangan lakukan anastesia lokal, sedangkan anestesia spinal berhubungan dengan hipotensi.


(30)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Usia adalah salah satu faktor risiko terjadinya preeklampsia. Usia yang rentan terkena preeklampsia adalah usia <18 atau > 35 tahun (Bobak, 2004). Seperti yang telah dijelaskan, pada usia <18 tahun, keadaan alat reproduksi belum siap untuk menerima kehamilan. Hal ini akan meningkatkan terjadinya keracunan kehamilan dalam bentuk preeklampsia dan eklampsia (Manuaba, 1998). Sedangkan pada usia 35 tahun atau lebih, rentan terjadinya berbagai penyakit dalam bentuk hipertensi, dan eklampsia. Hal ini disebabkan karena tenjadinya perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi (Rochjati, P 2003). Selain itu, hal ini juga diakibatkan karena tekanan darah yang meningkat seiring dengan pertambahan usia. Sehingga pada usia 35 tahun atau lebih, dapat cenderung meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia (Potter, PA 2005).

Jumlah paritas juga merupakan salah satu faktor risiko yang berkaitan dengan timbulnya preeklampsia. Frekuensinya lebih tinggi terjadi pada primigravida daripada multigravida (Wiknjosastro.H,2002). Berdasarkan teori immunologik yang disampaikan Sudhaberata, K (2005), hal ini dikarenakan pada kehamilan pertama terjadi pembentukan “blocking antibodies” terhadap antigen tidak sempurna. Selain itu, pada kehamilan pertama terjadi pembentukan “Human Leucocyte Antigen Protein G (HLA)” yang berperan penting dalam modulasi respon immune, sehingga ibu menolak hasil konsepsi (plasenta) atau terjadi intoleransi ibu terhadap plasenta sehingga terjadi preeklampsia (Angsar.D , 2004).


(31)

Dari masalah yang ditimbulkan terdapat tujuan yang harus dicapai dalam penelitian ini dikonsepkan secara skematis seperti berikut:

Gambar 3.1.: Skema kerangka konsep penelitian. PREEKLAMPSIA

• Hipertensi • Proteinuria

Karakteristik - Usia Ibu Hamil - Jumlah Paritas - Tingkat Pendidikan - Sosial Ekonomi - Dalam dan Luar Kota Kaitannya

Dengan

Faktor Resiko - Diabetes Melitus - Hipertensi


(32)

3.2. Definisi Operasional

Hipertensi adalah bila didapatkan tekanan darah > 140/90 mmHg atau kenaikan tekanan diastolik >15 mmHg dan atau sistolik > 30 mmHg dalam kehamilan.

Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh, dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakkan kaki, jari tangan, dan muka. Edema pretibial ringan sering ditemukan pada kehamilan biasa, sehingga tidak seberapa bererti untuk penentuan diagnosis preeklampsia. Kenaikan berat badan ½ kg setiap minggu dalam kehamilan masih dianggap normal, tetapi bila kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali, hal ini boleh menjurus ke arah preeklampsia.

Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam air kencing yang melebihi 0,3g/liter dalam urin 24jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan 1 atau 2 + atau 1g/liter atau lebih dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter atau midstream yang diambil minimal 2kali dengan jarak waktu 6 jam. Biasanya proteinuria timbul lebih lambat berbanding hipertensi dan edema, karena itu harus dianggap sebagai tanda yang cukup serius.

Preeklampsia berat (PEB) adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya tekanan darah tinggi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.

Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan, atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan saraf) dan / atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala preeklampsia.


(33)

Jumlah paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim dengan usia kehamilan 28 minggu (Pusdiknakes, 2001) atau jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seorang ibu (Nursalam, 2003)

Tingkat pendidikan ibu hamil adalah tahap pendidikan terakhir ibu hamil, yaitu SD, SMP, SMA, SLTP, SLTA, Sarjana dan sebagainya.

Sosioekonomi merupakan tingkat penghasilan yang diperoleh daripada hasil pekerjaan suami dan juga isteri, atau hasil pendapatan yang diperoleh dalam sebuah keluarga.

Kehamilan ganda dapat didefinisikan sebagai suatu kehamilan dimana terdapat dua atau lebih embrio atau janin sekaligus.


(34)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain retrospective pada ibu hamil dengan komplikasi preeklampsia-eklampsia yang dirawat di RSU Haji Adam Malik. Penelitian ini juga bersifat deskriptif. Dalam penelitian ini, hal yang mahu dikaji adalah karakteristik ibu penderita preeklampsia yaitu usia ibu hamil, jumlah paritas, tingkat penghasilan (sosioekonomi), tingkat pendidikan ibu hamil, tinggal di luar kota dan dalam kota, serta hubungannya dengan faktor risiko.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1 Waktu penelitian

Penelitian ini telah dilakukan selama 10 bulan yang dimulai dari bulan Februari 2010 sehingga dengan bulan November 2010.

4.2.2 Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di Poliklinik, Ruang Rawat, dan Ruang Bersalin Obgyn Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan. Lokasi penelitian ini dipilih adalah dengan alasan untuk memantau kejadian preeklampsia di rumah sakit tersebut.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang mendapatkan rawatan di RSU Haji Adam Malik,Medan.

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita preeklampsia-eklampsia yang memenuhi syarat penelitian, dirawat, dan melahirkan antara 1 Januari 2008 sampai 31 Oktober 2010 di RSU Haji Adam Malik.


(35)

Kriteria yang menjadi syarat untuk dijadikan sampel adalah:

1. Semua ibu hamil dengan usia kehamilan > 20 minggu yang mendapatkan rawatan di Rumah Sakit umum Hj Adam Malik Medan, bermula 1 Januari 2008 hingga 31 Oktober 2010

2. Ibu hamil yang menunjukkan gejala-gejala preeklampsia seperti hipertensi, proteinuria, edema serta lain-lain.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari Rekam Medik ibu hamil yang yang didiagnosa mengalami gejala preeklampsia, yang dirawat di RSU Haji Adam Malik dari 1 Januari 2008 sampai 31 Oktober 2010.

4.5. Pengolahan dan Analisis Data.

Data-data daripada Rekam Medik diambil di RSU Haji Adam Malik, Medan tentang kasus-kasus preeklampsia di kalangan ibu hamil yang mendapatkan perawatan di RSU tersebut. Data-data tersebut dikaji berdasarkan kepada manifestasi klinis yang ditunjukkan seperti hipertensi, edema, proteinuria, dan sebagainya. Penderita PE-E yang memenuhi syarat penelitian dikelompokkan berdasarkan variable usia ibu hamil, jumlah paritas, tingkat pendidikan ibu, tingkat penghasilan (sosial ekonomi), serta keterkaitannya tinggal di kawasan dalam kota dan luar kota. Selain itu, data-data yang didapat juga dikelompok berdasarkan faktor risikonya yaitu riwayat diabetes mellitus serta hipertensi, dan kehamilan ganda. Data yang didapat kemudian ditabulasikan dan dianalisa dengan menggunakan SPSS Windows 17.0. Dari data-data tersebut, dibuat kesimpulan mengenai:

i. Gambaran kejadian preeklamsia berat dan eklampsia dengan karakteristiknya ( usia ibu hamil, jumlah paritas, tingkat pendidikan ibu, tingkat penghasilan, dan tempat tinggal di dalam maupun di luar kota ) dan


(36)

predisposisi faktor resikonya (riwayat hipertensi dan diabetes mellitus, serta kehamilan ganda).

ii. Angka kejadian preeklampsia di RSU Haji Adam Malik Medan bagi tempoh tiga tahun (2008-2010).


(37)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit kelas A pada tahun 1990 sesuai dengan Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990. Pada tahun 1991 pula ia dijadikan sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991, dan RSUP H.Adam Malik Medan juga sebagai Pusat Rujukan Wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan Riau. RSUP H Adam Malik mulai berfungsi sejak tanggal 17 Juni 1991 dengan pelayanan Rawat Jalan sedangkan untuk pelayanan Rawat Inap baru dimulai tanggal 2 Mei 1992.

Menjelang tahun 1993, pada tanggal 11 Januari 1993 secara resmi Pusat Pendidikan Fakultas Kedokteran USU Medan dipindahkan ke RSUP H Adam Malik Medan sebagai tanda dimulainya Soft Opening. Kemudian diresmikan oleh Bapak Presiden RI pada tanggal 21 Juli 1993.Mulai tahun 2007, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 280/KMK.05/2007 dan Surat Keputusan Menteri Kesehatan dengan No.756/Menkes/SK/VI/2007 tepatnya pada Juni 2007 RSUP H Adam Malik Medan telah berubah status menjadi Badan Layanan Umum (BLU) bertahap dengan tetap mengikuti pengarahan pengarahan yang diberikan oleh Ditjen Yanmed dan Departemen Keuangan untuk perubahan status menjadi BLU Penuh.

Untuk mewujudkan hal ini perlu pemberdayaan dan kemandirian Instalasi dan SMF (Satuan Medis Fungsional) sehingga produktif dan efisien, dan dilakukan penyesuaian Organisasi yang didukung oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 244/Menkes/Per/III/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja RSUP


(38)

H Adam Malik Medan tanggal 11 Maret 2008 sampai dengan sekarang (Nopember 2009).

Sesuai dengan komitmen untuk menyediakan pelayanan kesehatan yang moderen, lengkap, dan bermutu, sebagai rumah sakit pendidikan dan pusat rujukan RSUP H Adam Malik Medan memiliki berbagai pelayanan kesehatan dengan tujuan untuk memberikan diagnosa, perawatan, dan konsultasi untuk berbagai jenis penyakit. Dalam kaitannya untuk memberikan pelayanan dalam hal pencegahan kepada masyarakat, rumah sakit juga memberikan konsultasi atas berbagai jenis penyakit dan memberikan informasi sebagai pendidikan kepada masyarakat dan pengembangannya.

5.1.2 Karakteristik Responden

Selama periode tiga tahun, didapatkan seramai 61 ibu hamil yang dirawat dengan diagnosis Preeklampsia Berat serta Eklampsia. Berdasarkan penelitian ini, karakteristik responden yang diambil adalah berdasarkan usia ibu hamil (dalam tahun), pekerjaan, tingkat pendidikan, alamat tempat tinggal (sama ada dalam atau luar kota Medan), jumlah paritas, serta riwayat menderita hipertensi dan diabetes mellitus(DM).

Namun, hanya sebagian data bagi tahun 2008 ditemukan.

5.1.3 Hasil analis Data

Tabel 5.1 Prevalensi ibu hamil yang menderita preeklampsia berat (PEB) dan Eklampsia (E) di

RSUP H.Adam Malik dalam Tahun 2008-2010

Diagnosis Frekuensi (n) Persentase (%)


(39)

Eklamsia (E) 11 18,0

Total 61 100,0

Berdasarkan tabel 5,1 ditemukan sebanyak 61 kasus PEB dan eklampsia sepanjang tahun 2008 hingga 2010 dengan Preeklampsia berat (PEB) sebanyak 50 kasus (82,0%) manakala Eklampsia sebanyak 11 kasus (18,0%).

Tabel 5.2 Karakteristik penderita PEB dan Eklampsia berdasarkan usia ibu hamil di RSUP

H.Adam Malik dalam Tahun 2008-2010

Usia Ibu Hamil Preeklampsia Berat (PEB) Eklampsia Frekuensi (n) Persentase (%) Frekuensi (n) Persentase (%)

< 20 tahun 2 4,0 1 9,1

21-30 tahun 28 56,0 5 45,4

31-40 tahun 13 26,0 4 36,4

>40 tahun 7 14,0 1 9,1


(40)

Total 50 100,0 11 100,0

Berdasarkan tabel 5,2 di atas, ibu hamil yang menderita PEB yang paling banyak adalah pada kelompok usia 21-30 tahun yaitu sebanyak 28 kasus (56,0 %) manakala untuk usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sebanyak 2 kasus (4,0 %). Bagi usia 31-40 tahun, terdapat 13 kasus (26,0 %), manakala untuk usia di atas 31-40 tahun ditemukan 7 kasus (14,0 %).

Bagi penderita eklampsia, paling banyak adalah pada kelompok 21-30 tahun yaitu sebanyak 5 kasus (45,4 %), diikuti kelompok usia 31-40 tahun sebanyak 4 kasus (36,4 %). Untuk usia di bawah 20 tahun dan di atas 40 tahun, masing-masing terdapat 1 kasus (9,1 %).

Tabel 5.3 Karakteristik penderita PEB dan Eklampsia berdasarkan jumlah paritas di RSUP


(41)

Jumlah Paritas Preeklampsia Berat (PEB) Eklampsia

Frekuensi (n) Persentase (%) Frekuensi (n) Persentase (%)

1 17 34,0 3 27,3 2 4 8,0

2 18,2 3 11 22,0

3 27,3 4 5 10,0 2 18,2 5

8 16,0 1 9,1

6 4 8,0 0 0,0

7 1 2,0 0 0,0

Total 50 100,0 11

100,0

Berdasarkan tabel 5,3 di atas, kejadian PEB paling banyak ditemukan pada ibu dengan kehamilan pertama kali (primigravida), yaitu sebanyak 17 kasus (34,0 %). Bagi kehamilan kali kedua dan ketiga masing-masing mencatatkan sebanyak 4 kasus (8,0 %) dan 11 kasus (22,0 %). Untuk PEB pada kehamilan kali keempat didapatkan sebanyak 5 kasus (10,0 %), kehamilan kali kelima sebanyak 8 kasus (16,0 %), kehamilan kali keenam sebanyak 4 kasus (8,0 %) manakala PEB pada kehamilan kali ketujuh menunjukkan frekuensi terendah yaitu 1 kasus (2,0 %).

Bagi penderita eklampsia dengan primigravida dan kehamilan kali ke-3 ditemukan masing-masing sebanyak 3 kasus (27,3 %), pada kehamilan kali ke-2 dan ke-4 masing-masing sebanyak 2 kasus (18,2 %) dan kehamilan kali ke-5 sebanyak 1 kasus (9,1 %).


(42)

Tabel 5.4 Karakteristik penderita PEB dan Eklampsia berdasarkan tingkat pendidikan di RSUP

H.Adam Malik dalam Tahun 2008-2010

Tingkat Preeklampsia Berat (PEB) Eklampsia Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%) Frekuensi (n) Persentase (%)

SD 21 42,0 4 36,3

SLTP 7 14,0 3 27,3

SLTA 17 34,0 3

27,3

Sarjana 5 10,0 1 9,1

Total 50 100,0 11 100,0

Berdasarkan tabel 5,4, didapatkan penderita PEB dan E tertinggi pada ibu hamil dengan tingkat pendidikan SD, yaitu sebanyak 21 kasus (42,0 %) untuk PEB dan 4


(43)

kasus (36,3 %) bagi eklampsia, diikuti oleh SLTA sebanyak 17 kasus (34,0 %) bagi PEB dan SLTP sebanyak 7 kasus (14,0 %). Bagi ibu hamil dengan tingkat pendidikan sarjana mencatatkan 5 kasus (10,0 %).

Untuk eklampsia, dicatatkan masing-masing 3 kasus (27,3 %) untuk tingkat pendidikan SLTP dan SLTA, manakala sarjana 1 kasus (9,1 %).

Tabel 5.5 Karakteristik penderita PEB dan Eklampsia berdasarkan sosioekonomi di RSUP

H.Adam Malik dalam Tahun 2008-2010

Pekerjaan Preeklampsia Berat (PEB) Eklampsia Frekuensi (n) Persentase (%) Frekuensi (n) Persentase (%)

Dokter 1 2,0 0

0,0

IRT 44 88,0 9 81,8

Pegawai Negeri 1 2,0 1 9,1

Wiraswasta 4 8,0 1 9,1

Total 50 100,0 11 100,0

Berdasarkan tabel 5,5, didapatkan angka kejadian preeklampsia berat dan eklampsia paling banyak pada ibu rumah tangga (IRT) yaitu sebanyak 44 kasus (88,0 %) bagi PEB dan 9 kasus (81,8 %) bagi eklampsia. Kasus PEB yang bekerja sebagai


(44)

wiraswasta ditemukan sebanyak 4 kasus (8,0 %), pegawai negeri sebanyak 1 kasus (2,0 %), manakala dokter sebanyak 1 kasus (2,0 %). Bagi penderita eklampsia yang bekerja sebagai pegawai negeri dan wiraswasta masing-masing mencatatkan 1 kasus (9,1 %).

Tabel 5.6 Karakteristik penderita PEB dan Eklampsia berdasarkan tempat tinggal di RSUP

H.Adam Malik dalam Tahun 2008-2010

Tempat Tinggal Preeklampsia Berat (PEB) Eklampsia

Frekuensi (n) Persentase (%) Frekuensi (n) Persentase (%)

Kota Medan 19 38,0 8 72,7

Luar Kota 31 62,0 3

27,3

Total 50 100,0 11 100,0

Berdasarkan tabel 5,6, didapatkan angka kejadian preeklampsia berat sebanyak 19 kasus (38,0 %) dan eklampsia sebanyak 8 kasus (72,7 %) di dalam kota Medan manakala untuk luar kota Medan ditemukan sebanyak 31 kasus (62,0 %) bagi PEB dan 3 kasus (27,3 %) bagi eklampsia.

Tabel 5.7 Karakteristik penderita PEB dan Eklampsia berdasarkan riwayat hipertensi di RSUP

H.Adam Malik dalam Tahun 2008-2010


(45)

Hipertensi Frekuensi (n) Persentase (%) Frekuensi (n) Persentase (%)

Hipertensi 4 16,7 2 18,2

Tidak Hipertensi 20 83,3 9 81,8

Total 24 100,0 11

100,0

Berdasarkan tabel 5,7, daripada 35 pasien yang datanya lengkap, didapatkan sebanyak 4 kasus PEB (16,7%) dan 2 kasus eklampsia (18,2 %) yang mempunyai riwayat hipertensi.

Tabel 5.8 Karakteristik penderita PEB dan Eklampsia berdasarkan riwayat Diabetes Mellitus

(DM) di RSUP H.Adam Malik dalam Tahun 2008-2010

Riwayat Preeklampsia Berat (PEB Eklampsia DM Frekuensi (n) Persentase (%) Frekuensi (n) Persentase (%)

DM 3 12,5 2 18,2

Tidak DM 21 87,5 9 81,8

Total 24 100,0 11 100,0


(46)

Berdasarkan tabel 5,7, daripada 35 pasien yang datanya lengkap, didapatkan sebanyak 3 kasus PEB (12,5 %) dan 2 kasus eklampsia (18,2 %) yang mempunyai riwayat diabetes Mellitus (DM).

Tabel 5.9 Karakteristik penderita PEB dan Eklampsia berdasarkan riwayat Kehamilan ganda di

RSUP H.Adam Malik dalam Tahun 2008-2010

Riwayat Preeklampsia Berat (PEB Eklampsia

DM Frekuensi (n) Persentase (%) Frekuensi (n) Persentase (%) Gameli 3 6,0 0 0

Bukan Gameli 47 94,0 11 100,0

Total 50 100,0 11 100,0

Berdasarkan tabel 5,9, daripada 50 kasus, didapatkan sebanyak 3 kasus (6,0%) gameli atau kehamilan ganda pada preeklampsia berat (PEB).


(47)

5.2 Pembahasan

Dalam pembahasan akan difokuskan kepada hal-hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian dilakukan yaitu untuk mengetahui gambaran karakteristik dari kejadian preeklampsia berat(PEB) dan eklampsia(E) yang terdapat di RSU H.Adam Malik,Medan dari tahun 2008-2010. Dari penelitian yang dijalankan bermula Januari 2008 hingga Oktober 2010 di RSUP H.Adam Malik, didapatkan sejumlah 62 kasus preeklampsia berat. Data yang tercatat di dalam rekam medis termasuk berdasarkan usia ibu hamil (dalam tahun), status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, alamat tempat tinggal ( luar kota atau dalam kota Medan), jumlah paritas, riwayat hipertensi dan DM.

Didapatkan bahawa sepanjang tahun 2008 hingga 2010, terdapat sebanyak 50 kasus (82,0%) Preeklampsia berat (PEB) manakala Eklampsia sebanyak 11 kasus (18,0%). Distribusi kejadian preeklampsia-eklampsia berdasarkan umur, menurut beberapa referensi banyak ditemukan pada kelompok usia ibu yang ekstrim, yaitu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun. Dalam penelitian ini, kejadian terbanyak didapatkan pada kelompok usia 21-30 tahun yaitu sebanyak 33 kasus, 28 kasus (56,0 %) bagi PEB dan 5 kasus (45,4 %) bagi eklampsia.manakala untuk usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sebanyak 3 kasus. Bagi penderita PEB dari kelompok usia 31-40 tahun, terdapat 13 kasus (26,0 %), manakala untuk usia di atas 40 tahun ditemukan 7 kasus (14,0%). Bagi penderita E dari kelompok usia 31-40 tahun, terdapat 4 kasus (36,4 %), manakala untuk usia di atas 40 tahun ditemukan 1 kasus (9,1%). Hasil ini sesuai dengan apa yang didapatkan oleh Hadi S. (1997) di RSHS Bandung dan Siregar MF. (1997) di RS Pirngadi. Sedangkan Wibowo H. (1993) mendapatkan kejadian preeklampsia-eklampsi terbanyak pada kelompok umur di atas 35 tahun (58,3%), di mana status multigravida lebih dominan pada penelitian ini (54,24%).


(48)

Kejadian PEB dan Eklampsia paling banyak ditemukan pada ibu dengan kehamilan pertama kali (primigravida), yaitu sebanyak 17 kasus (32,8%) bagi PEB dan 3 kasus (27,3 %) bagi Eklampsia. Pada primigravida frekuensi preeklampsia lebih tinggi jika dibandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda. Sudinaya (2000) mendapatkan angka kejadian preeklampsia dan eklampsia di RSU Tarakan Kalimantan Timur sebesar 74 kasus (5,1%) dari 1431 persalinan selama periode 1 Januari 2000 sampai 31 Desember 2000, dengan preeklampsia sebesar 61 kasus (4,2%) dan eklampsia 13 kasus (0,9%). Dari kasus ini terutama dijumpai pada usia 20-24 tahun dengan primigravida (17,5%).Hal ini juga sebanding dengan hasil penelitian sebanyak 30 kasus di RSU Haji Adam Malik, Medan bagi Mei 2005-Mei 2006 menunjukkan kasus preeklampsia mayoritas terjadi pada umur 20-30 tahun sebanyak 10 kasus (33,3%).

Tingginya kejadian preeklampsia-eklampsia di negara-negara berkembang dihubungkan dengan masih rendahnya status sosialekonomi dan tingkat pendidikan yang dimiliki kebanyakan masyarakat. Kedua hal tersebut saling terkait dan sangat berperan dalam menentukan tingkat penyerapan dan pemahaman terhadap berbagai informasi/masalah kesehatan yang timbul baik pada dirinya ataupun untuk lingkungan sekitarnya. Teori pendidikan mengatakan bahwa pendidikan adalah suatu kegiatan atau usaha untuk meningkatkan kepribadian, sehingga proses perubahan perilaku menuju kepada kedewasaan dan penyempurnaan kehidupan manusia. Semakin banyak pendidikan yang didapat seseorang, maka kedewasaannya semakin matang, mereka dengan mudah untuk menerima dan memahami suatu informasi yang positif. Kaitannya dengan masalah kesehatan, dari buku safe motherhood menyebutkan bahwa wanita yang mempunyai pendidikan lebih tinggi cenderung lebih menperhatikan kesehatan dirinya. Hasil penelitian Agung Supriandono dan Sulchan Sofoewan menyebutkan bahwa 80 (49,7) kasus preeklampsia berat mempunyai pendidikan kurang dari 12 tahun, dibanding 72 (44,2%) kasus bukan preeklampsia berat berpendidikan kurang dari 12 tahun.


(49)

Dalam penelitian ini, didapatkan bahwa penderita PEB dan E tertinggi pada ibu hamil dengan tingkat pendidikan SD, yaitu sebanyak 21 kasus (42,4 %) bagi PEB dan 4 kasus (36,3 %) bagi Eklampsia. Bagi tingkat pendidikan SLTP, pada PEB ditemukan sebanyak 7 kasus (14,0 %) manakala 3 kasus (27,3 %). Bagi tingkat pendidikan SLTA, ditemukan 17 kasus pada PEB dan 3 kasus pada Eklampsia, manakala tingkat sarjana sebanyak 5 kasus bagi PEB dan 1 kasus bagi E. Hal ini sebanding dengan hasil penelitian sebanyak 30 kasus di RSU Haji Adam Malik, Medan bagi Mei 2005-Mei 2006 menunjukkan kasus preeklampsia berdasarkan pendidikan mayoritas berpendidikan SD sebanyak 18 kasus (60%).

Status sosial mempunyai risiko yang sama, tetapi kelompok masyarakat yang miskin biasanya tidak mampu untuk membiayai perawatan kesehatan sebagai mana mestinya. Bahkan orang miskin tidak percaya dan tidak mau menggunakan fasilitas pelayanan medis walupun tersedia. Mereka itulah yang mempunyai risiko untuk mengalami eklampsia. Pasien yang miskin dengan pemeriksaan antenatal yang kurang atau tidak sama sekali merupakan faktor predisposisi terjadinya pre-eklampsia/eklampsia. Dari segi sosioekonomi, penderita PEB di kalangan ibu rumah tangga (IRT) mencatatkan 44 kasus (88,0 %), wiraswasta 4 kasus (8,0 %), manakala dokter dan pegawai negeri masing-masing 1 kasus (2,0 %). Bagi penderita eklampsia di kalangan ibu rumah tangga (IRT) terdapat 9 kasus (81,8 %), wiraswasta dan pegawai negeri masing-masing 1 kasus (9,1 %). Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa wanita dengan sosio ekonominya lebih maju jarang terkena preeklampsia (Cunningham, 2003).

Dari hasil penelitian, didapatkan angka kejadian preeklampsia berat dan eklampsia di dalam kota Medan sebanyak 27 kasus (44,3%) manakala untuk luar kota Medan ditemukan sebanyak 34 kasus (55,7%). Masyarakat yang tinggal di luar kota lebih sering menderita PEB mungkin kerana keterlambatan dalam melakukan rujukan.


(50)

Salah satu faktor predisposing terjadinya pre-eklampsia atau eklampsia adalah adanya riwayat hipertensi kronis, atau penyakit vaskuler hipertensi sebelumnya, atau hipertensi esensial. Sebagian besar kehamilan dengan hipertensi esensial berlangsung normal sampai cukup bulan. Pada kira-kira sepertiga diantara para wanita penderita tekanan darahnya tinggi setelah kehamilan 30 minggu tanpa disertai gejala lain. Kira-kira 20% menunjukkan kenaikan yang lebih mencolok dan dapat disertai satu gejala preeklampsia atau lebih, seperti edema, proteinuria, nyeri kepala, nyeri epigastrium, muntah, gangguan visus ( Supperimposed preeklampsia ), bahkan dapat timbul eklampsia dan perdarahan otak. Dalam penelitian yang dijalankan di RSUP H.Adam Malik dalam tahun 2008-2010, daripada 35 pasien yang datanya lengkap, ditemukan 4 kasus (16,7%) penderita PEB yang mempunyai riwayat preeklampsia, manakala pada penderita Eklampsia sebanyak 2 kasus (18,2 %).

Daripada 35 pasien yang datanya lengkap, ditemukan 3 kasus (12,5 %) penderita PEB yang mempunyai riwayat diabetes mellitus, manakala pada penderita Eklampsia sebanyak 2 kasus (18,2 %). Hasil penelitian Agung Supriandono dan Sulchan sofoewan menyebutkan bahwa dalam pemeriksaan kadar gula darah sewaktu lebih dari 140 mg terdapat 23 (14,1%) kasus preeklampsia, sedangkan pada kelompok kontrol (bukan preeklampsia) terdapat 9 (5,3%) kasus.


(51)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. KESIMPULAN

Selama periode 2008-2010, didapatkan 50 kasus preeklapmsia berat (PEB) dan 11 kasus eklampsia. Dari 61 kasus ini, kelompok usia penderita terbanyak adalah antara 21-30 tahun, yaitu sebanyak 33 kasus (54,1%) dan yang kehamilan pertama kali (primigravida) sebanyak 20 kasus (32,8%)..

Mayoritas penderita PEB-E berpendidikan SD, yaitu sebanyak 25 kasus (41%). Sebagian besar penderita dari kasus tersebut berstatus sebagai ibu rumah tangga (IRT), yaitu sebanyak 53 kasus (86,9%). Rendahnya tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi saling terkait dan sangat berperan dalam menentukan tingkat penyerapan dan pemahaman terhadap informasi atau masalah kesehatan yang timbul. Penderita yang berdomisili di luar kota Medan lebih banyak yaitu 34 kasus (55,7%) dibandingkan dengan yang berdomisili di kota Medan yaitu 27 kasus (44,3%). Hal ini disebabkan oleh keterlambatan dalam melakukan rujukan.

Didapatkan penderita dengan riwayat hipertensi sebanyak 5 kasus (8,2%), penderita dengan riwayat diabetes melitus sebanyak 6 kasus (9,8%), dan penderita dengan riwayat kehamilan ganda (gameli) sebanyak 3 kasus (4,9%). Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa penderita dengan riwayat penyakit tertentu sebelumnya mempunyai risiko tinggi untuk menderita preeklampsia.


(52)

6.2. SARAN 6.2.1. Peneliti Lain

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan untuk merupakan penelitian lebih dalam kasusnya tentang preklampsia

6.2.2. Rumah Sakit

Rekam medis merupakan catatan dokter berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang pada pasien. Jadi, pencatatan rekam medis yang lengkap sangat diperlukan untuk status pasien. Maka, dokter atau tenaga kesehatan yang bertugas disarankan mencatat dengan terperinci tentang diagnosis pasien serta mencatat riwayat-riwayat penyakit yang pernah diderita oleh pasien. Sistem organisasi rumah sakit juga harus lebih teratur bagi mengelakkan adanya data-data pasien yang hilang.

6.2.3. Masyarakat

Bersesuaian dengan dokumen WHO (18 September 1989) yang menyatakan bahwa penyebab langsung kematian terbanyak adalah preeklampsia/eklampsia, perdarahan, infeksi dan penyebab tak langsung adalah anemia, penyakit jantung. Sehingga diagnosis dini preeklampsia yang merupakan pendahuluan eklampsia serta penatalaksanaannya harus diperhatikan dengan seksama. Disamping itu, pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin untuk mencari tanda preeklampsia yaitu hipertensi dan proteinuria sangat penting dalam usaha pencegahan, disamping pengendalian faktor-faktor predisposisi lain.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

Angsar, D, 2004, Kuliah Dasar “Hipertensi Dalam Kehamilan” Edisi II, Surabaya: Airlangga Press.

Anonim, (2007, January 24), Preeclampsia, Available from:

Available from:

htttp://www.mayoclinic.com/health/preeclamsia/DS00583/DSECTION=4 [Accesed:20 Febuary 2010]

Bobak, 2004, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Jakarta : EGC.

Brooks, B.M., (2005, January 05 – Last update), Pregnancy, Preeclampsia,

[Accesed: 12 March 2010]

Cunningham, F. Gary, 2005, Obstetri Williams, Edisi 21,Jakarta : EGC. Cunningham, F.G. et all, 2003, Williams Obstetrics, 21st ed, McGraw-Hill Companies.

Manuaba, IBG, 1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan, Jakarta : EGC.

Manuaba, IBG. Penuntun Diskusi Obstetri dan Ginekologi untuk Mahasiswa Kedokteran, EGC, Jakarta, 1995; 152-3.

Mochtar, R, 1998, Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologis, Obstetri Patologis, Jakarta : EGC.

Mochtar, R., 1998, Toksemia Gravidarum, dalam: Sinopsis Obstetri, Jilid I edisi II, EGC,Jakarta.

Musalli,G. & Linden, A. (2007), Preeclampsia, Available from:

[Accesed: 27 Febuary 2010].

Notoatmodjo, S, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar, Jakarta: PT. Rineka Cipta.


(54)

Notoatmodjo, S, 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : PT. Rineka Cipta

Nursalam dan Pariani. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : EGC Nursalam. 2003. Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Potter, P.A, 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Jakarta : EGC Rochjati, Poedji, 2003, Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil, Pengendalian Faktor Risiko, Deteksi Dini Ibu Hamil Resiko Tinggi, Surabaya Airlangga University Press.

Rustam Mochtar 1998 Toksemia Gravidarum. Sinopsis Obstetri, edisi 2. Pp 198 208, EGC, Jakarta.

Saifuddin, A. B., 2001, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, JNNPKKR-POGI bekerjasama dengan Yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, Jakarta

Sudinaya I.P., 2003, Insiden Preeklamsia-Eklamsia di Rumah Sakit Umum Tarakan, Kalimantan Timur-Tahun 2000, Cermin Dunia Kedokteran, 139, 13-15.

Sumampous, Erie, Agus, dkk, 1994, Pedoman Diagnosa dan Terapi Lab / UPF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Surabaya : Fakultas

Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya

Trijatmo Rachimhadhi, 2007, pereklamsia dan Eklamsia, dalam: buku Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta. Wagner, L., (2004), Diagnosis And Management Of Preeclampsia, Available:

Wahdi. Dkk, 2000. Kematian Maternal Di RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun 1996-1998, Majalah Obstetri Dan Ginekologi Indonesia, 24, 165-170. Wiknjosastro, H, 2002, Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.


(55)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nurul Amirah bt Abdul Hadi Tempat/Tanggal Lahir : Kelantan / 15 April 1988

Agama : Islam

Alamat : Kompleks Tasbi II, Blok. X, No. II

Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Kebangsaan Tengku Bariah (SKTB) 2. Sekolah Kebangsaan Tengku Mahmud I (SKTM) 3. Sekolah Men.Kebangsaan Tengku Mahmud I (2001) 4. Sekolah Men. Kebangsaan Sultan Ibrahim I (2002) 5. Sekolah Menengah Sains Kuala Terengganu (2004) 6. Kolej Matrikulasi Pulau Pinang (2006-2007)

Riwayat Pelatihan : Seminar And Training in Presentation of Research Proposal

Riwayat Organisasi : 1. Persatuan Mahasiswa USU

2. Pertubuhan Kebangsaan Pelajar-pelajar Malaysia di Indonesia Cawangan Medan (PKPMI)


(56)

Lampiran 6 : Jadual Kegiatan Penelitian

Tanggal Kegiatan

Februari 2010 Penyusulan judul dan Persetujuan judul Maret – April 2010 Pembahasan Bab I, II, III dan IV May 2010 Revisi Bab I, II, III dan IV

Seminar Proposal Penelitian Karya Tulis Ilmiah (KTI) Jun 2010 Perbaikan Bab I, II, III dan IV

Agustus – Oktober 2010

Pengambilan data dari Rekam Medis di RSUP H.Adam Malik

November 2010 Seminar Hasil Penelitian Karya Tulis Ilmiah (KTI) Desember 2010 Perbaikan Bab V dan VI


(57)

Frequencies

Frequency Table

Crosstabs

Statistics

pnykt usia

N Valid 61 61

Missing 0 0

pnykt

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid E 11 18.0 18.0 18.0

PEB 50 82.0 82.0 100.0

Total 61 100.0 100.0

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent


(58)

Pendidikan * pnykt Crosstabulation

pnykt

Total

E PEB

Pendidikan SARJANA Count 1 5 6

% within pnykt 9.1% 10.0% 9.8%

SD Count 4 21 25

% within pnykt 36.4% 42.0% 41.0%

SLTA Count 3 17 20

% within pnykt 27.3% 34.0% 32.8%

SLTP Count 3 7 10

% within pnykt 27.3% 14.0% 16.4%

Total Count 11 50 61

usia * pnykt Crosstabulation

pnykt

Total

E PEB

usia 1 Count 1 2 3

% within pnykt 9.1% 4.0% 4.9%

2 Count 5 28 33

% within pnykt 45.4% 56.0% 54.1%

3 Count 4 13 17

% within pnykt 36.4% 26.0% 27.9%

4 Count 1 7 8

% within pnykt 9.1% 14.0% 13.1%

Total Count 11 50 61


(59)

Pendidikan * pnykt Crosstabulation

pnykt

Total

E PEB

Pendidikan SARJANA Count 1 5 6

% within pnykt 9.1% 10.0% 9.8%

SD Count 4 21 25

% within pnykt 36.4% 42.0% 41.0%

SLTA Count 3 17 20

% within pnykt 27.3% 34.0% 32.8%

SLTP Count 3 7 10

% within pnykt 27.3% 14.0% 16.4%

Total Count 11 50 61


(60)

Jum.Paritas * pnykt Crosstabulation

pnykt

Total

E PEB

Jum.Paritas 1 Count 3 17 20

% within pnykt 27.3% 34.0% 32.8%

2 Count 2 4 6

% within pnykt 18.2% 8.0% 9.8%

3 Count 3 11 14

% within pnykt 27.3% 22.0% 23.0%

4 Count 2 5 7

% within pnykt 18.2% 10.0% 11.5%

5 Count 1 8 9

% within pnykt 9.1% 16.0% 14.8%

6 Count 0 4 4

% within pnykt .0% 8.0% 6.6%

7 Count 0 1 1

% within pnykt .0% 2.0% 1.6%

Total Count 11 50 61


(61)

Pekerjaan * pnykt Crosstabulation

pnykt

Total

E PEB

Pekerjaan DOKTER Count 0 1 1

% within pnykt .0% 2.0% 1.6%

IRT Count 9 44 53

% within pnykt 81.8% 88.0% 86.9%

PEGAWAI NEGER Count 1 1 2

% within pnykt 9.1% 2.0% 3.3%

WIRASWASTA Count 1 4 5

% within pnykt 9.1% 8.0% 8.2%

Total Count 11 50 61

% within pnykt 100.0% 100.0% 100.0%

adress * pnykt Crosstabulation

pnykt

Total

E PEB

adress kota medan Count 8 19 27

% within pnykt 72.7% 38.0% 44.3%

luar kota Count 3 31 34

% within pnykt 27.3% 62.0% 55.7%

Total Count 11 50 61


(62)

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

riwayat hipertensi * pnykt 35 100.0% 0 .0% 35 100.0%

riwayat hipertensi * pnykt Crosstabulation

pnykt

Total

E PEB

riwayat hipertensi -VE Count 9 20 29

% within pnykt 81.8% 83.3% 82.9%

+VE Count 2 4 6

% within pnykt 18.2% 16.7% 17.1%

Total Count 11 24 35


(63)

riwayat DM * pnykt Crosstabulation

pnykt

Total

E PEB

riwayat DM -VE Count 9 21 30

% within pnykt 81.8% 87.5% 85.7%

+VE Count 2 3 5

% within pnykt 18.2% 12.5% 14.3%

Total Count 11 24 35


(1)

Pendidikan * pnykt Crosstabulation

pnykt

Total

E PEB

Pendidikan SARJANA Count 1 5 6

% within pnykt 9.1% 10.0% 9.8%

SD Count 4 21 25

% within pnykt 36.4% 42.0% 41.0%

SLTA Count 3 17 20

% within pnykt 27.3% 34.0% 32.8%

SLTP Count 3 7 10

usia * pnykt Crosstabulation

pnykt

Total

E PEB

usia 1 Count 1 2 3

% within pnykt 9.1% 4.0% 4.9%

2 Count 5 28 33

% within pnykt 45.4% 56.0% 54.1%

3 Count 4 13 17

% within pnykt 36.4% 26.0% 27.9%

4 Count 1 7 8

% within pnykt 9.1% 14.0% 13.1%

Total Count 11 50 61


(2)

Pendidikan * pnykt Crosstabulation

pnykt

Total

E PEB

Pendidikan SARJANA Count 1 5 6

% within pnykt 9.1% 10.0% 9.8%

SD Count 4 21 25

% within pnykt 36.4% 42.0% 41.0%

SLTA Count 3 17 20

% within pnykt 27.3% 34.0% 32.8%

SLTP Count 3 7 10

% within pnykt 27.3% 14.0% 16.4%

Total Count 11 50 61

% within pnykt 100.0% 100.0% 100.0%


(3)

Jum.Paritas * pnykt Crosstabulation

pnykt

Total

E PEB

Jum.Paritas 1 Count 3 17 20

% within pnykt 27.3% 34.0% 32.8%

2 Count 2 4 6

% within pnykt 18.2% 8.0% 9.8%

3 Count 3 11 14

% within pnykt 27.3% 22.0% 23.0%

4 Count 2 5 7

% within pnykt 18.2% 10.0% 11.5%

5 Count 1 8 9

% within pnykt 9.1% 16.0% 14.8%

6 Count 0 4 4

% within pnykt .0% 8.0% 6.6%

7 Count 0 1 1

% within pnykt .0% 2.0% 1.6%

Total Count 11 50 61


(4)

Pekerjaan * pnykt Crosstabulation

pnykt

Total

E PEB

Pekerjaan DOKTER Count 0 1 1

% within pnykt .0% 2.0% 1.6%

IRT Count 9 44 53

% within pnykt 81.8% 88.0% 86.9%

PEGAWAI NEGER Count 1 1 2

% within pnykt 9.1% 2.0% 3.3%

WIRASWASTA Count 1 4 5

% within pnykt 9.1% 8.0% 8.2%

Total Count 11 50 61

% within pnykt 100.0% 100.0% 100.0%

adress * pnykt Crosstabulation

pnykt

Total

E PEB

adress kota medan Count 8 19 27

% within pnykt 72.7% 38.0% 44.3%

luar kota Count 3 31 34

% within pnykt 27.3% 62.0% 55.7%

Total Count 11 50 61

% within pnykt 100.0% 100.0% 100.0%


(5)

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

riwayat hipertensi * pnykt 35 100.0% 0 .0% 35 100.0%

riwayat hipertensi * pnykt Crosstabulation

pnykt

Total

E PEB

riwayat hipertensi -VE Count 9 20 29

% within pnykt 81.8% 83.3% 82.9%

+VE Count 2 4 6

% within pnykt 18.2% 16.7% 17.1%

Total Count 11 24 35


(6)

riwayat DM * pnykt Crosstabulation

pnykt

Total

E PEB

riwayat DM -VE Count 9 21 30

% within pnykt 81.8% 87.5% 85.7%

+VE Count 2 3 5

% within pnykt 18.2% 12.5% 14.3%

Total Count 11 24 35

% within pnykt 100.0% 100.0% 100.0%