Perkembangan Fiskal Perkembangan Fiskal dan Utang Negara

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 10 salah satu tujuannya adalah memperbaiki neraca transaksi berjalan dan menjaga nilai tukar rupiah, namun upaya tersebut belum membuahkan hasil yang menggembirakan. Sementara itu, di tengah pergerakan rupiah yang semakin melemah, Indeks Harga Saham Gabungan IHSG menjadi tidak berkutik. IHSG merosot ke level 4256 per November 2013 dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat berada pada level 4510. Pelemahan ini tidak lepas dari turunnya indeks saham bluechips

III. Perkembangan Fiskal dan Utang Negara

A. Perkembangan Fiskal

Turunnya pertumbuhan ekonomi mempengaruhi penerimaan pajak. Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun pada tahun 2013, di mana secara y-o-y pada kuartal I tumbuh 6,05, kuartal II 5,83, kuartal III 5,62, lebih rendah dari asumsi APBN-P 2013 sebesar 6,2 , sehingga berdampak pada penerimaan pajak. Tabel 1: Penerimaan Pajak dalam Negara Periode 1 Januari-31 Oktober 2013 Tahun anggaran tinggal 2 bulan lagi, tetapi realisasi penerimaan baru 71,75 dari target pada APBN-P 2013. Sumber: Kementerian Keuangan 2013 Gambar 10: Realisasi Belanja Negara 5 Tahun Terakhir Sejak 2009, realisasi belanja negara konsisten menurun Sumber: Kementerian Keuangan dan Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan UKP4 2013 Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 11 Tabel 2: Perbandingan Asumsi Makro dalam APBN 2013, APBN-P 2013 dan APBN 2014 Pertumbuhan ekonomi dalam APBN 2014 lebih rendah dibanding APBN-P 2013. Sumber: Kementerian Keuangan dan Tempo 25102013 Penerimaan dari sektor pajak masih jauh dari target yang ditetapkan. Namun, jika dibandingkan periode yang sama tahun 2012 y-o-y, penerimaan perpajakan mengalami kenaikan 7,72. Dirjen Perbendaharaan Negara mencatat realisasi penerimaan dari perpajakan sebesar IDR 634,6 triliun atau 71,75 dari target yang ditetapkan pada APBN-P 2013 per 31 Oktober 2013. Masih rendahnya realisasi penerimaan pajak hingga Oktober 2013 akan membuat pemerintah sulit untuk mencapai targetnya. Realisasi belanja negara di periode kedua pemerintahan SBY konsisten menurun. Sejak 2010, realisasi belanja negara selalu di bawah 90. Tahun 2013 boleh jadi pembeda jika mampu mencapai angka 95 - 96 seperti estimasi Menteri Keuangan. Realisasi belanja negara atau penyerapan anggaran per Oktober 2013 baru mencapai 71,7. Angka ini lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, tetapi masih di bawah target dari Tim Evaluasi dan Pengawasan Penyerapan Anggaran TEPPA yaitu 83,21. Hal ini mengindikasikan kembali akan terulangnya penumpukan belanja di akhir tahun. Sebagai perbandingan, realisasi belanja yang terjadi di Desember 2012 mencapai 18,57, sehingga total penyerapan di akhir tahun sebesar 85,62. Pembahasan mengenai APBN 2014 telah selesai dan disahkan. APBN 2014 bernilai IDR 1.842 triliun. Sementara target pendapatan negara IDR 1.667,14 triliun, sehingga APBN akan defisit sekitar IDR 175,3 triliun atau 1,69 dari PDB. Berikut asumsi makro yang ditetapkan dalam APBN 2014 lihat Tabel 2 Seiring dengan target pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah, defisit anggaran di 2014 juga lebih kecil. Dalam APBN 2014, defisit ditetapkan sebesar IDR 175,4 triliun atau 1,69 dari PDB, lebih kecil Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 12 dibandingkan APBN-P 2013 yaitu IDR 224,2 triliun. Namun, defisit pada APBN 2014 lebih besar dibandingkan yang diajukan pemerintah sebelumnya pada RAPBN 2014 yaitu IDR 154,2 triliun atau 1,49 dari PDB. Total Surat Berharga Negara SBN outstanding yang dapat diperdagangkan per Oktober 2013 mencapai IDR 1.351,12 triliun meningkat sebesar IDR 28,69 triliun dibandingkan dengan SBN outstanding per September 2013 yang tercatat sebesar IDR 1.322,42 triliun. Komposisi SBN outstanding periode Oktober 2013 paling besar adalah obligasi negara dengan bunga tetap, tercatat sebesar IDR 739,01 triliun. Sementara itu, Surat Perbendaharaan Negara SPNTreasury Bills, pada Oktober 2013, tercatat sebesar IDR 34,4 triliun telah menunjukkan penurunan sebesar IDR 0,2 triliun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar IDR 34,6 triliun. Sedangkan Surat Berharga Negara dengan tingkat bunga mengambang tidak mengalami perubahan sejak Januari 2013 hingga Oktober 2013, yaitu sebesar IDR 122,754 triliun. Surat Berharga Syariah NegaraGovernment Islamic Securities tercatat sebesar IDR 87,87 triliun pada Oktober 2013, meningkat sebesar IDR 184 miliar dari bulan September 2013, meningkat sebesar IDR 24,83 triliun dari awal tahun 2013, dan meningkat sebesar IDR 24,84 triliun dari Oktober 2012. SBN outstanding Denominasi ValasForeign Currency Denominated juga mengalami peningkatan. Pada Oktober 2013, SBN Denominasi Valas tercatat sebesar IDR 367,07 triliun. Tercatat mengalami peningkatan sebesar IDR 12,49 triliun dari bulan September 2013, meningkat sebesar IDR 102,25 triliun dari awal tahun 2013, dan meningkat sebesar IDR 119,05 triliun dari Oktober 2012.

B. Perkembangan Utang Negara dan Utang Luar Negeri