BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Daun Bangun bangun
1. Klasifikasi Daun Bangun-bangun Coleus amboinicus Lour
Tanaman Bangun-bangun Coleus amboinicus Lour dapat dijumpai hampir di seluruh wilayah Indonesia dengan nama yang berbeda-beda. Di daerah Sumatera
Utara, tanaman ini dikenal dengan nama Bangun-bangun atau torbangun Damanik et al.
2001. Sedangkan di daerah Sunda, daun bangun bangun dikenal dengan nama Ajeran atau Acerang, di daerah Jawa dikenal dengan nama daun Kucing, di Madura
daun Kambing, dan Majha Nereng. Di daerah Bali dikenal dengan nama Iwak dan di daerab Timor dikenal dengan nama Kunu Etu Heyne 1987.
Daun bangun-bangun Coleus amboinicus merupakan tumbuhan yang banyak dikonsumsi oleh ibu-ibu setelah melahirkan di daerah Toba, Sumatera Utara.
Tumbuhan ini dipercaya dapat meningkatkan produksi ASI. Tumbuhan ini banyak ditemukan di daerah Sumatra Utara dan dijadikan pangana pendamping nasi,
misalnya sebagai sayuran. Penelitian yang dilakukan oleh Sihombing 2006 yang memberikan daun bangun-bangun pada tikus telah membuktikan bahwa tumbuhan
tersebut mengandung zat besi dan karotenoid yang tinggi. Kadar FeSO4 pada daun bangun-bangun Coleus amboinicus dapat diandalkan sebagai sumber besi non
heme bagi ibu menyusui. Suatu penelitian yang dilakukan oleh Damanik terhadap ibu-ibu menyusui di
daerah Sumatera Utara dengan metoda focus group discussion FGD memperoleh kesimpulan bahwa konsumsi daun bangun-bangun Coleus amboinicus dipercaya
dapat meningkatkan mengembalikan stamina ibu, meningkatkan produksi ASI,
Universitas Sumatera Utara
membersihkan daerah rahim dan kepercayaan itu tetap kuat selama beratus-ratus tahun. Potensinya sebagai laktagogum ditunjukkan oleh daun bangun-bangun yang
mengandung saponin, flavonoid, polifenol serta dapat meningkatkan hormon-hormon menyusui, seperti prolaktin dan oksitosin Damanik, 2001.
Konsumsi daun bangun-bangun oleh penduduk Sumatra Utara biasanya dalam bentuk sop yang dimasak secara tradisional dengan santan. Suatu penelitian
telah mencoba membuktikan karakteristik mutu sop daun bangun-bangun yang dikemas dalam kaleng sebagai suatu bentuk usaha komersil. Selain dipetik langsung
dari pohonnya, ibu-ibu menyusui diharapkan dapat mengkonsumsinya dalam bentuk sop kemasan kaleng yang lebih praktis karena tidak perlu menanam pohonnya dan
memasaknya terlebih dahulu untuk mendapatkan efek laktagogumnya. Tanaman ini terbukti mengandung zat besi dan karotin yang tinggi. Selain itu konsumsi tanaman
ini dapat meningkatkan kadar zat besi, kalium, seng, dan magnesium dalam ASI serta meningkatkan berat badan bayi. Warsiki, 2009.
Dalam susunan taksonomi, tanaman Bangun-bangun yang secara internasional dikenal dengan Coleus amboinicus Lour diklasifikasikan seperti berikut
: Divisi
: Spermatophita Subdivisi
: Angiospermae Kelas
: Dikotiledonae Bangsa
: Solanales Suku
: Labialae Marga : Coleus
Jenis : Coleus amboinicus Lour Anonimus 2008a.
Universitas Sumatera Utara
2. Botani
Secara makroskopis, tanaman Bangun-bangun memiliki ciri batang berkayu lunak, beruas-mas dan berbentuk bulat, diameter pangkal ± 15 mrn,
tengah ± 10 mm dan ujung ± 5 rnm. Daun tanaman ini tunggal, helaiannya bundar telur, panjang helaiannya ± 3,5-6 cm, pinggirnya agak berombak
dengan panjang tangkai ± 1,5-3 cm, dan tulang dam menyirip Gambar 1. Tanaman Bangun-bangun tumbuh secara liar, jarang berbunga, namun mudah
sekali dikembangbiakkan dengan stek dan cepat berakar di dalam tanah yang gembur Heyne 1987.
3. Pemanfaatan
Komposisi zat gizi daun Bangun-bangun yang terdapat dalam buku yang bejudul Komposisi Zat Gizi Pangan Indonesia Mahmud et al. 1990
menyebutkan bahwa dalam 100 gram daun Bangun-bangun terkandung lebih banyak kalsium, besi dan karoten total dibandingkan dengan daun katuk
Sauropus androgynus. Data lengkap tentang komposisi zat gizi daun Bangun-bangun tercanturn dalam Tabel 1.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1 Komposisi Zat Gizi Daun Bangun bangun
Komposisi Zat Gizi Bangun bangun
Energi kal 27,0
Protein g 1,3
Lem3.k g 0,6
Hidrat arang g 40
Serat g 1,0
Abu g 1,6
Kalsium g 279
Fosfor g 40
Besi mg 13,6
Karoten total mg 13288
Vitamin A g Vitamin Blg
0,16 Vitamin C g
5,l Air g
92,5 Sumber: Mahmud et al. 1990
Daun Bangun-bangun biasa diolah oleh masyarakat etnis Batak dalam bentuk sayur sop. Sayur sop ini diberikan kepada ibu yang baru melahirkan Damanik et al.
2006. Selanjutnya komposisi zat gizi sop daun Bangun-bangun yang terkandung dalam 150 gram sop daun Bangun-bangun dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Komposisi Zat Gizi Sop Daun Bangun bangun 150 g Zat Gizi
Rata-rata
±
SD Lemak g
16,3 ± 4,6 Protein g
2,4 ± 0,1 Karbohidrat g
5,3 ± 0,3 Air g
121,5 ± 14,7 Mineral
Seng Besi
Kalsium Magnesium
Pottasium 2,8 ± 0,1
6,8 ± 0,1 393,1 ± 6,5
124,1 ± 6,3 1219,2 ± 80,7
Sumber : Damanik et al. 2006 Berdasarkan penelitian Damanik et al. 2006, pada saat minggu kedua hari
ke-14 hingga ke-28 setelah suplementasi sayur sop daun Bangun-bangun, wanita yang telah mengkonsumsi sop daun Bangun-bangun tetap mengalami peningkatan
Universitas Sumatera Utara
kuantitas dan kualitas ASI. Selain itu, daun Bangun-bangun mampu meningkatkan kesehatan wanita pasca melahirkan, berperan sebagai uterine cleansing agent, dan
dalam bentuk sop, daun Bangun-bangun dapat menggantikan energi yang hilang selama proses melahirkan.
Tanaman ini juga memiliki khasiat sebagai antipiretik, analgetik, obat luka, obat batuk, dan sariawan Depkes 1989. Selain itu, daun ini juga mengandung vitamin C,
BI, B12, betakaroten, niacin, karvakrol, kalsiwn, asam- asam lemak, asam oksalat, dan serat Duke 2000. Heyne 1987 menyatakan bahwa dari 120 kg daun segar
kurang lebih terdapat 25 ml minyak atsiri yang mengandung fen01 isopropyl-o- besol
dan atas dasar itu ia menyatakan bahwa Bangun-bangun merupakan antiseptikum yang bernilai tinggi. Minyak atsiri dari daun Bangun-bangun selain
sebagai antiseptik ternyata mempunyai aktivitas yang tinggi melawan infeksi cacing Vasquez et al. 2000. Disamping minyak atsiri, daun Bangun-bangun juga
mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol Anonim 2008a.
B. Air Susu Ibu