Status Teknologi Skala usaha tani

380 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014 Sedangkan skala usaha pada daerah pengembangan sangat beragam yaitu 25 batang sampai dengan 200 btg. Jumlah petani yang memliki kakao kurang dari 50 batang lebih banyak dan rata-rata 100 btg KK. Bibit yang diberikan kepada petani oleh Dinas terkait sesuai dengan luas pemilikan lahan, namun tidak semua yang ditanam dan dipelihara dengan baik. Hal ini disebabkan karena pengembangan kakao tidak diikuti dengan pembinaan yang serius dan berkelanjutan. Petani hanya diberikan bibit dan tidak diikuti dengan petunjuk teknis dan manfaat kakao dalam eknomi rumahtanga ke depan, akibatnya petani hanya mengambil bibit dan belum tentu ditanam tepat waktu dan sesuai persyaratan teknisnya. Pada hal skala usaha potensial bagi pertanaman kakao oleh petani cukup besar, sesuai penguasaan lahan kering per rumahtangga rata-rata 1,5 ha.

2. Status Teknologi

Teknologi adalah komponen utama menuju eisiensi usaha. Masukan usahatani berupa sarana produksi meliputi : pupuk, obat-obatan, benihbibit, tenaga kerja serta sarana lainnya yang terkait dengan proses produksi kakao baik pra panen maupun pasca panen. Perbaikan teknologi yang diperlukan: i pemupukan secara teratur dengan takaran yang tepat; ii Teknik pemangkasan secara teratur; iii Pengendalian penggerek buah kakao PBK, iv teknik fermentasi biji kakao. Ke empat komponen teknologi tersebut belum dilakukan oleh semua petani dengan baik. Sebagian besar petani kakao tidak memupuk, tidak memangkas, belum mengendalikan PBK dan belum melakukan fermentasi biji kakao. Ketersediaan tenaga kerja di tingkat petani juga terbatas, keadaan ini merupakan tantangan dalam pengembangan agribisnis kakao rakyat nantinya. Kondisi pengelolaan kebun kakao di kecamatan Kampung Dalam, Kabupaten Padang Pariaman dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3.: Kondisi pengelolaan kebun kakao di Kampung Dalam dan Sei Geringging Kabupaten Padang Pariaman tahun 2012. No Parameter Pelaksanaan Kampung Dalam Sei Geringging 1 Penyiangan 30 40 2 Memupuk 35 25 3 Pemangkasan 30 75 program gernas 4 Pengendalian H Penyakit 25 60 program gernas 5 Fermentasi 25 25 Pengelolaan kebun kakao di Kam- pung Dalam, dimana petani yang melaku- kan penyiangan sekitar 30, pemupukan 35 dengan menggunakan pupuk kandang dan fermentasi 25 dalam karung atau kantong plastik. Dan pengelolaan kebun kakao di Sei Geringging, dimana petani yang melakukan penyiangan baru sekitar 40, pemupukan 25 dan fermentasi 25 dalam karung atau kantong plastik. Dan 381 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014 dengan adanya program gernas kakao dan Nagari Model Kakao, petani telah melaku- kan pemangkasan sekitar 75 dan pengen- dalian hama penyakit 60. Untuk memperbaiki mutu kakao ini disarankan agar dilaksanakan secara berkelompok dengan membentuk Unit Fermentasi dan Pengeringan Kakao UFPK pada setiap GapoktanKoperasi, agar dapat meningkatkan citra tentang kepedulian petani terhadap kakao fermentasi yang sesuai dengan SNI, serta diiringi dengan perbedaan harga. Permasalahan yang ditemui dilapangan adalah serangan hama Penggerek Buah Kakao, Tupai, dan penyakit busuk buah, serta kondisi naungan yang tinggi tidak dipangkas dari awalnya dan tidak ada sanitasi lahan. No Tahun Luas serangan ha 1 2008 296 2 2009 254 3 2010 299 4 2011 136 5 2012 86 Tabel 4 : Perkembangan serangan BPK di Kabupaten Padang Pariaman tahun 2008 – 2011 Sumber. Disbun Padang Pariaman, 2012 Terjadinya penurunan produksi dan produktivitas kakao karena adanya serangan OPT yang menyebabkan menurunnya kualitas produksi, terutama serangan hama Penggerek Buah Kakao PBK, dimana luas serangan pada tahun 2008 seluas 296 ha dan terjadi penuruanan luas serangan pada tahun 2011 dan 2012 seluas 86 ha Tabel 4. Pada tahun 2008 – 2010, Dinas Pertanian Kabupaten Padang Pariaman telah melaksanakan kegiatan pengendalian hama PBK dengan memanfaatkan dana APBD II maupun APBD I dalam bentuk SLPHT, namun kegiatan ini hanya bisa dilaksanakan pada 7 tujuh kelompok. Disamping itu Dinas juga telah melakukan sosialisasi Pengendalian Hama dan Penyakit Kakao, serta peremajaan tanaman kakao yang tidak produktif dengan cara sambung samping Disbun Padang Pariaman, 2011.

3. Produksi dan Produktivitas