BIAYA PRODUKSI PENERIMAAN Deskripsi Bentuk Sistem Informasi Layanan IUJK berbasis Web

339 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014 Bogor lokal diperoleh produksi 8,65 ton dan pendapatan sebanyak Rp. 1.513.000 per musim tanam lebih kurang 5 bulan Tabel 2. Pada waktu itu harga hasil di pasar terdekat hanya Rp. 600 per kg. Produksi dan pendapatan usahatani yang rendah ini sebetulnya tidak menjadi perhatian petani, karena secara operasional bibit ubi jalar tidak dibeli dan tenaga kerja tidak dibayar, semua pekerjaan menggunakan tenaga kerja keluarga. No. Uraian Jumlah Nilai Rp.

A. BIAYA PRODUKSI

83.000 415.000 1. Bibit ubi jalar stek 83.000 415.000 2. Pupuk kg : Urea 50 75.000 SP-36 15 30.000 Pupuk kandangkompos 500 100.000 3. Tenaga kerja HOK : Pengolahan tanah 40 1.200.000 Penanaman 10 300.000 Pemupukan 2 60.000 Penyiangan pembumbunan 20 600.000 Panen 20 600.000 Pascapanen 10 300.000 TOTAL BIAYA PRODUKSI 3.680.000

B. PENERIMAAN

Produksi Ubi Bogor: - Umbi besar ton 5,745 3.447.000 - Umbi kecil ton 2,91 1.746.000 TOTAL PENERIMAAN 5.193.000 C. PENDAPATAN 1.513.000 Tabel 2. : Analisis usahatani ubi jalar per hektar dengan teknologi petani di Nagari Panampuang, tahun 2007. Analisis Masalah dan Alternatif Pemeca- han Masalah Ada dua masalah utama yang dihadapi oleh petani di Nagari Panampuang dalam berusahatani ubi jalar, yaitu: 1 produktivitas belum optimal, dan 2 pemasaran hasil kurang lancar. Produktivitas ubi jalar yang belum optimal tersebut disebabkan oleh: i petani belum menggunakan varietas unggul karena memang tidak tersedia di lokasi, ii bibit yang dipakai kurang bermutu karena petani belum memahami syarat-syarat bibit yang baik, iii teknologi budidaya masih tradisional karena petani belum mengetahui teknologi budidaya ubi jalar yang baik, dan iv hama dan penyakit tidak dikendalikan karena teknologinya belum diketahui oleh petani. Selanjutnya, pemasaran hasil ubi jalar yang kurang lancar terutama disebabkan karena: kualitas hasil ubi jalar kurang baik akibat penggunaan varietas dan budidaya tradisional, jumlah produksi tidak stabil, dan kapasitas pasar tidak terjamin Tabel 3. 340 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014 Kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi petani dan sekaligus meningkatkan pendapatan usahatani ubi jalar di Nagari Panampuang antara lain: 1 Introduksi varietas unggul ubi jalar yang produktivitasnya tinggi serta rasa dan penampilannya disukai oleh konsumen atau pasar di Sumatera Barat; 2 Introduksi teknologi pengadaan bibit ubi jalar bermutu; 3 Pelatihan dan pendampingan teknologi penanaman, pemupukan, dan pemeliharaan tanaman ubi jalar; 4 Introduksi pengenalan dan teknologi pengendalian hama dan penyakit utama; 5 Pengaturan pola pertanaman ubi jalar untuk mempertahankan stabilitas hasil; 6 Introduksi teknologi dan pengembangan diversiikasi produk olahan dari ubi jalar; dan 7 Penumbuhan pabrik pengolahan ubi jalar yang dijalankan oleh perusahaan daerah atau swasta. Adaptasi Varietas Unggul Hasil uji adapatasi 10 varietas ubi jalar pada kawasan Prima Tani di Nagari Panampuang menunjukkan bahwa hanya satu varietas Taiwan yang tidak mampu memberikan hasil sama sekali, walaupun pertumbuhan dan berangkasannya sangat tinggi. Sembilan varietas lainnya member- ikan tingkat hasili yang beragam, berkisar 20,5-33,8 tonha Tabel 4. Hasil kesem- bilan varietas tersebut jauh lebih tinggi dibanding hasil varietas lokal ubi Wortel Tabel 3. : Masalah, Sumber Masalah, Akar Masalah, dan Solusi Masalah Pengembangan Agri- bisnis Ubi Jalar di Nagari Panampuang, Kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat, November 2007. Masalah Sumber Masalah Akar Masalah Solusi Masalah Produktivitas belum optimal Belum memakai varietas unggul Varietas unggul tidak tersedia Introduksi varietas unggul baru Penggunaan bibit bermutu rendah Teknologi pengadaan bibit belum dikuasai Pelatihan teknologi pengadaan bibit bermutu Teknologi budidaya tradisional Teknologi budidaya yang baik belum dikenal Pelatihani teknologi budidaya Hama dan penyakit tidak dikendalikan 1. Hama dan penyakit belum dikenal 1. Pengenalan jenis hama dan penyakit Teknologi pengendalian belum 2. dikuasai Pelatihan teknologi 2. pengendalian hama dan penyakit terpadu Pemasaran hasil kurang lancar Kualitas hasil kurang baik 1. Menggunakan varietas lokal 1. Introduksi varietas unggul baru Teknologi budidaya sederhana 2. Perbaikan teknologi budidaya 2. Kuantitas produksi tidak stabil Belum ada pengaturan pola pertanaman Penataan pola pertanaman Kepastian pasar tidak terjamin Sistem perdagangan tidak menentu Pengadaan informasi pasar 1. Penumbuhan lembaga 2. pemasaran Diversifikasi produk olahan 3. 341 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014 yang digunakan sebagai pembanding. Va- rietas Cangkuang dan Sawentar bahkan memberikan hasil yang lebih tinggi diband- ing potensi hasilnya, masing-masing 30-31 tha dan 30 tha Balitkabi, 2008. Lebih tingginya produksi kesembilan varietas dibanding varietas lokal didukung oleh per- tumbuhannya yang lebih baik, ditunjukkan oleh tingginya persentase umbi berukuran besar yaitu berkisar 63-90, sedangkan persentase umbi berukuran besar varietas lokal ubi Wortel pada pengujian ini hanya 51. Dari aspek rasa umbi, empat varietas ubi jalar yang diuji rasa umbinya tergolong manis, yaitu varietas Sawentar, Papua Pa- tippi, Beni Azuma, dan Sari, sedangkan va- rietas lainnya rasa umbinya tawar. Tabel 4. : Produksi, komposisi umbi berdasarkan ukuran, berat berangkasan, dan rasa umbi 11 varietas ubi jalar yang diuji di Nagari Panampuang, tahun 2007. No. Varietas Produksi tonha Komposisi umbi berdasarkan ukuran Berangkasan tonha Rasa umbi Besar Sedang Kecil 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Papua Solossa Cangkuang Sawentar Papua Patippi Beni Azuma Ubi Ungu Taiwan Sukuh S a r i K i d a l Ubi Wortel lokal 27,0 33,8 31,5 22,4 25,3 20,5 Tdk ada 26,2 23,5 30,5 12,6 85 90 82 76 80 63 - 84 85 89 51 10 7 13 18 15 32 - 12 11 9 37 5 3 5 6 5 5 - 4 4 2 12 24,6 26,8 23,4 28,7 22,5 18,8 43,5 20,8 11,6 19,5 19,6 Tawar Tawar Manis Manis Manis Tawar - Tawar Manis Tawar Manis Pengujian Paket Teknologi Budidaya Komponen paket teknologi budidaya ubi jalar yang diuji di Nagari Panampuang meliputi: varietas, jenis bibit, cara penana- man, pemupukan, dan pemeliharaan tanam- an. Ada tiga paket teknologi budidaya yang diuji yaitu paket teknologi introduksi, paket teknologi petani yang diperbaiki, dan paket teknologi petani sebagai pembanding. Pada pengujian ini digunakan lima varietas unggul ubi jalar, yaitu: Papua Solossa, Papua Patippi, Cangkuang, Sukuh dan Sawentar serta tiga varietas lokal yaitu Kapelo Bogor, Kapelo Padang, dan Kapelo Wortel. Hasil pengujian menunjukkan bahwa dengan paket teknologi budidaya yang optimal, pertumbuhan lima varietas yang diintroduksikan di Nagari Panampuang ternyata cukup baik, begitu pula dengan kuantitas dan kualitas hasil umbinya, lebih baik dibanding pertumbuhan dan produksi varietas lokal. Dari pertanaman tersebut diperoleh hasil tertinggi pada varietas Sukuh 40 tonha diikuti oleh varietas Cangkuang 34,4 tonha dan varietas Papua Solossa 24,8 tonha, dengan menggunakan paket teknologi budidaya introduksi. Perbaikan teknologi budidaya ternyata juga mampu 342 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014 meningkatkan produksi ubi jalar varietas lokal Kapelo Wortel, Kapelo Padang dan Kapelo Bogor dari sekitar 14 tonha dengan paket teknologi budidaya tradisional menjadi lebih 25 tonha Tabel 5. Dari data pada Tabel 5 juga terlihat bahwa peningkatan produksi ubi jalar didukung oleh lebih banyaknya jumlah umbi per satuan luas dan lebih tingginya persentase umbi yang berukuran besar berat 250 gramumbi. Tabel 5. : Jumlah umbi, persentase umbi besar, dan produksi ubi jalar varietas lokal dan varietas unggul di Panampuang dengan teknologi petani, teknologi petani diperbaiki, dan teknologi introduksi, tahun 2007-2008. Perlakuan Jumlah umbi6,25m 2 bh Umbi besar Hasil tonha Teknologi Budidaya Varietas Teknologi Introduksi Cangkuang unggul Papua Solossa unggul Papua Patippi unggul Sukuh unggul Sawentar unggul 94 74 80 107 80 38,30 29,73 23,75 35,51 30,00 34,4 24,8 17,6 40,0 16,0 Teknologi Petani Diperbaiki Kapelo Bogor lokal Kapelo Padang lokal Kapelo Wortel lokal 93 91 109 38,71 27,47 27,04 26,4 25,6 25,6 Teknologi Petani Kapelo Bogor lokal 85 20,19 14,4 Keterangan: Umbi besar adalah umbi yang beratnya 250 grambuah, sedangkan umbi yang beratnya 250 grambuah digolongkan ke dalam kelompok umbi kecil. Sesuai dengan karakteristik masing- masing varietas, warna kulit dan daging umbi semua varietas unggul yang diintroduksikan dan varietas lokal yang ditanam di Nagari Panampuang beragam. Begitu pula tentang preferensi petani terhadap rasa umbi masing- masing varietas. Dari lima varietas unggul yang dipanen dan diuji rasanya menurut preferensi petani, dinyatakan bahwa rasa umbi varietas Cangkuang enak dan manis, sama halnya dengan rasa umbi varietas Sawentar, Papua Solossa, Boko, dan Ubi Padang. Preferensi petani agak berbeda terhadap rasa umbi varietas Papua Patippi tawar dan kurang manis, Sukuh enak tetapi kurang manis, dan Ubi Bogor agak enak dan manis Tabel 6. 343 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014 Analisis Ekonomi Dampak ekonomi Prima Tani dapat dilihat dari peningkatan pendapatan petani yang diperoleh dari introduksi varietas unggul dan perbaikan teknologi budidaya ubi jalar di Nagari Panampuang. Dari kegiatan introduksi varietas unggul dan perbaikan teknologi budidaya diperoleh data bahwa dengan menggunakan varietas lokal dan teknologi budidaya tradisional, petani hanya mampu memperoleh keuntungan usahatani ubi jalar sebanyak Rp. 1.513.000 per hektar per musim tanam. Di lain pihak, dengan penggunaan varietas unggul dan perbaikan teknologi budidaya, petani bisa memperoleh keuntungan usahatani yang lebih tinggi. Pada Tabel 7 terlihat bahwa keuntungan usahatani ubi jalar melalui penggunaan varietas unggul dan perbaikan teknologi budidaya berkisar Rp. 235.000 – Rp. 10.255.000 per hektar per musim tanam. Kontribusi ubi jalar dalam peningkatan pendapatan rumah tangga petani di Nagari Panampuang sampai tahun 2008 mencapai 12,13 Afdi et al., 2008. No. Varietas Warna kulit umbi Warna daging umbi Rasa umbi menurut petani 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Cangkuang Papua Solossa Papua Patippi Sukuh Sawentar Boko Ubi Bogor Ubi Padang Ubi Wortel Ungu Putih kusam Putih kusam Putih Ungu Ungu Putih kekuningan Putih kekuningan Merah kekuningan Putih kekuningan Kuning kemerahan Putih kusam Putih Kekuningan Kuning pelangi Kekuningan Kuning kemerahan Merah wortel Enak dan manis Enak dan manis Tawar, kurang manis Enak, kurang manis Enak dan manis Enak dan manis Agak enak dan manis Enak dan manis Enak dan manis Tabel 6. : Warna kulit dan daging buah serta preferensi petani terhadap rasa umbi varietas unggul dan varietas lokal ubi jalar yang ditanam di Panampuang. 344 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014 Tabel 7. : Analisis usahatani ubi jalar per hektar dengan teknologi budidaya tradisional dan teknologi budidaya introduksi di Nagari Panampuang, Kabupaten Agam, tahun 2007-2008. No. Uraian Teknologi Petani Teknologi Introduksi Fisik Nilai Rp. Fisik Nilai Rp.

A. Biaya Produksi: