Analisis korelasi penerimaan pendapatan asli dareah (PAD) dengan Infrastruktur pembangunan daerah: studi pada Kabupaten Pemalang

(1)

ANALISIS KORELASI PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DENGAN INFRASTRUKTUR PEMBANGUNAN DAERAH

(Studi pada Kabupaten Pemalang) Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (SE)

Disusun oleh :

EVI KIRANA KHALISTYOWATI 106082002596

   JURUSAN AKUNTANSI / PERPAJAKAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

ANALISIS KORELASI PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DENGAN INFRASTRUKTUR PEMBANGUNAN DAERAH

(Studi pada Kabupaten Pemalang)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh : Evi Kirana Khalistyowati

106082002596

Dibawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Yahya Hamja, MM Yusro Rahma, SE,. M.Si NIP. 19490602 197803 1 001 NIP. 19800506 200801 2 016

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

Hari ini Jumat Tanggal 24 Bulan September Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan ujian komprehensif atas nama Evi Kirana Khalistyowati NIM 106082002596 dengan judul skripsi “ANALISIS KORELASI PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DENGAN INFRASTRUKTUR PEMBANGUNAN DAERAH (Studi pada Kabupaten Pemalang)”. Memperhatikan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 24 September 2010

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Reskino, SE, Ak., M.Si Rini, SE, Ak., M.Si

Penguji II Penguji III

Yessi Fitri, SE, Ak., M.Si Penguji I


(4)

Hari ini Tanggal 26 Bulan November Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan ujian Skripsi atas nama Evi Kirana Khalistyowati NIM 106082002596 dengan judul skripsi “ANALISIS KORELASI PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DENGAN INFRASTRUKTUR PEMBANGUNAN DAERAH (Studi Pada Kabupaten Pemalang)”. Memperhatikan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 26 November 2010

Tim Penguji Ujian Skripsi

Dr. Yahya Hamja, MM Yusro Rahma, SE., M.Si

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Amilin, SE, Ak., M.Si Rini, SE, Ak., M.Si


(5)

Daftar Riwayat Hidup

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Evi Kirana Khalistyowati 2. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 9 Maret 1988

3. Alamat : Jl. Kenari 9 AE 5 no 2 Rt 001/021 Reni Jaya, Kec Pamulang, Tangerang Selatan 15417

4. Telepon : 08561114189

II. PENDIDIKAN

1. SD (1995-2000) : SD Muhammadiyah 12 Pamulang 2. SMP (2000-2003) : SMP Muhammadiyah 22 Pamulang 3. SMA (2003-2006) : SMA Muhammadiyah 25 Pamulang 4. S1 (2006-2010) : UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta III. LATAR BELAKANG KELUARGA

Ayah

1. Nama : Sosiosa Soegra

2. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 14 September 1956

3. Alamat : Jl. Kenari 9 AE 5 no 2 Rt 001/021 Reni Jaya, Kec Pamulang, Tangerang Selatan 15417

Ibu

1. Nama : Sri Handayani

2. Tempat & Tanggal Lahir : Pemalang, 7 Juli 1957

3. Alamat : Jl. Kenari 9 AE 5 no 2 rt 001/021 Reni Jaya, Kec Pamulang, Tangerang Selatan 15417


(6)

“ CORRELATION ANALYSIS OF REGIONAL REAL INCOME BY LOCAL DEVELOPMENT INFRASTRUCTURE. ”

(Study On Distric Pemalang)

ABSTRAC

This study purpose to analyze the correlation between regional real income (PAD) with the regional development infrastructure at the district Pemalang. Obtained data that the source of regional real income and infrastructure development facility that has been done for three years from 2007 to 2009. Result of correlation analysis showed that the relationship between variables annual increase to be stronger, but the overall relationship between variables for three years still show a weak relationship or low.


(7)

“ ANALISIS KORELASI PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DENGAN INFRASTRUKTUR PEMBANGUNAN DAERAH.”

(Studi Pada Kaupaten Pemalang).

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis korelasi yang terjadi antara Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan Infrastruktur Pembangunan Daerah pada Kabupaten Pemalang. Data yang diperoleh yaitu sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah dan Infrastruktur Pembangunan fasilitas daerah yang telah dilakukan selama tiga tahun yaitu dari tahun 2007-2009. Hasil uji analisis korelasi menunjukan bahwa pertahunnya hubungan antar variabel mengalami kenaikan menjadi semakin kuat, namun hubungan secara keseluruhan selama tiga tahun antar variabel masih tetap menunjukan hubungan yang lemah atau rendah.


(8)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufik, inayah serta hidayah-Nya yang tiada ternilai dan tak tertandingi kepada hamba-hamba-Nya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Adalah suatu hal yang tidak dipungkiri betapa besar nikmat yang dicurahkan Allah SWT kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penggarapan penulisan skripsi ini dengan judul : “Analisis Korelasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan Infrastruktur Pembangunan Daerah ( Studi pada Kabupaten Pemalang)

Penyusunan Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan guna menyelesaikan studi program strata satu Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Disamping itu penulis juga mencoba untuk menyumbangkan pikiran dalam usaha mengembangkan ilmu pengetahuan bidang perpajakan.

Dan dalam penyusunan skripsi ini penulis telah banyak dibantu oleh beberapa pihak, baik berupa sumbangan pikiran, tenaga, moril maupun materiil. Maka dengan penuh ketulusan dalam kesempatan kali ini penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada:

1. Kedua Orangtuaku terutama Ibundaku (Sri Handayani) tercinta dengan penuh kasih, ketulusan dan kesabaran serta perhatiannya telah memberikan supportnya yang terbaik dan tiada terhingga bagi penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat Selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Prof. Dr, Abdul Hamid, MS Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis. 4. Bapak Afif Sulfa, SE, Ak., M.Si Selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas


(9)

5. Ibu Yessi Fitri, SE, MSi, AK Selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

6. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM Selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Yusro Rahma, SE., M.Si Selaku Dosen Pembimbing II yang dengan tulus ikhlas serta kesabarannya dalam membimbing penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 7. Seluruh Pemimpin, staf perpustakaan, dan pegawai akademik dan jurusan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

8. Segenap staf Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang telah berkenan memberikan data kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Teruntuk budeku ( Sri Prihatienigsih ), terima kasih karena telah banyak menolong penulis dalam membantu dan menemani penulis selama mencari data di Pemalang. Serta kakaku Ecklivia Vina dan keponakanku Alisha Putri terima kasih karena selalu menanyakan kapan selesainya skripsi ini dan pada akhirnya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

10.Untuk sahabat-sahabat tercinta, teman seperjuangan dan sahabat sejati Capee Dee (Chaerunnisa, Apriliana, Emma Jahrona B, Endah Nilam R, Dina Anggraeni, dan Eneng Fitri Z) yang telah sabar dengan tulus menerima sahabatmu ini dengan segala sifat baik dan buruknya.

11.Untuk 3 orang sahabat (Cecep Malik, Rizky Maulana, dan Ario Febrianto) yang selalu punya mimpi, walau terkadang terlalu banyak mimpi, tapi memberikan penulis semangat bahwa bermimpi itu indah dan dengan mimpi maka masa depan pun ada.

12.Untuk sahabat-sahabat angakatan tahun 2006 yang telah sama-sama berjuang selama 4 tahun dan yang tak dapat disebutkan satu persatu.


(10)

Semoga Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang membalas segala budi baik mereka semua dengan ganjaran yang setimpal dan berlipat ganda. Amin.

Akhirnya penulis menyadari bahwa “Tak ada gading yang tak retak” dan “Tak ada mawar yang tak berduri”, penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karenanya kritik serta saran yang konstruktif sangat penulis harapkan.

Jakarta, 26 September 2010


(11)

DAFTAR ISI

COVER ………... i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ……….. ii

LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF ………. iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ………. iv

SURAT PERYATAAN ………. v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ……….. vi

ABSTRAC ……….. vii

ABSTRAK ……….. viii

KATA PENGANTAR ……… xi

DAFTAR ISI ……….. x

DAFTAR TABEL ………... xv

DAFTAR GANBAR ………. xvi

DAFTAR LAMPIRAN ……….... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ……….. 1

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah ………... 6

C. Tujuan Penelitian ……….. 7

D. Manfaat Penelitian ……… 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemerintah Daerah ………... 8

1. Urusan Pemerintah Daerah ……….... 9

2. Penyelenggaraan Pemerintahan ………. 10

3. Perangkat Daerah ……….. 11

B. Otonomi Daerah ……….. 12

1. Daerah Otonom ………. 13


(12)

C. Sumber Pendapatan Daerah ………. 17

1. Pendapatan Asli Daerah ………. 18

2. Dana Perimbangan ……….. 21

3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah ………. 23

D. Pendapatan Asli Daerah ……….. 23

1. Pajak Daerah ……… 24

2. Retribusi Daerah ……….. 29

3. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan ………. 31

4. Pos-pos Lain Pendapatan ………. 32

E. Infrastruktur Daerah ………. 33

F. Pembangunan Daerah ……… 37

G. Penelitian Terdahulu ………. 40

H. Kerangka pemikiran ……….. 42

I. Hipotesis ……… 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ……….. 43

B. Metode Penentuan Sampel ………. 43

C. Metode Pengumpulan Data ……… 44

D. Metode Analisis Data ………. 45

1. Analisis Kuantitatif ……… 45

2. Korelasi Pearson ………. 46

E. Operasional Variabel ………. 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek penelitian ……….... 51

1. Kondisi Geografis Kabupaten Pemalang ………... 51

2. Perekonomian Daerah ………... 53


(13)

4. Pemerintahan Daerah Kabupaten Pemalang ………. 56

5. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) ……… 58

6. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) ………. 59

B. Hasil dan Pembahasan ……… 60

1. Korelasi Pearson ………... 60

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ……… 72

B. Implikasi ………. 73

C. Saran ………... 74

DAFTAR PUSTAKA ……….. 75


(14)

DAFTAR TABEL

No Keterangan Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu ... 40

4.1 Data Pendapatan Asli Daerah Tahun 2007 ... 61

4.2 Data Infrastruktur Pembangunan Daerah Tahun 2007... 62

4.3 Korelasi Tahun 2007 ... 63

4.4 Data Pendapatan Asli Daerah Tahun 2008 ... 64

4.5 Data Infrastruktur Pembangunan Daerah Tahun 2008... 65

4.6 Korelasi Tahun 2008 ... 66

4.7 Data Pendapatan Asli Daerah Tahun 2009 ... 67

4.8 Data Infrastruktur Pembangunan Daerah Tahun 2009... 68

4.9 Korelasi Tahun 2009 ... 69


(15)

DAFTAR GAMBAR

No Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran ... 42 4.1 Pola Organisasi Pemerintah Kabupaten Pemalang ... 57


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No Keterangan Halaman 1 Surat Penelitian ... 77 2 Surat Rekomendasi Penelitian ... 78 3 Surat Izin Melakukan Penelitian dari BAPPEDA ... 79 4 Rekapitulasi Laporan dan Realisasi Pendapatan Daerah

Tahun Anggaran 2007-2009 ... 80 5 Data Pembangunan Daerah Tahun Anggaran

2007-2009 ... 85 6 Hasil Korelasi ... 88


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintah Indonesia adalah cabang utama pada pemerintahan yang menganut sistem presidensial. Pemerintah Indonesia dikepalai oleh seorang presiden yang dibantu beberapa menteri yang tergabung dalam suatu kabinet. Menurut Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota, sistem pemerintahan indonesia terbagi menjadi pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pemerintah Indonesia merupakan pemerintah pusat, yang mempunyai kewenangan yaitu mencakup kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan dan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan lainnya seperti kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan nasional secara makro, pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi strategis, konservasi dan standardisasi nasional. Sedangkan pemerintah daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonnesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945. Pemerintahan daerah


(18)

berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.

Dalam sebuah pemerintahan daerah, tentu bahwa itikad untuk mengembangkan daerahnya menjadi daerah yang maju sangatlah tinggi, hal tersebut dapat ditunjang dengan perbaikan infrastruktur atau dari segi sumber daya daerah itu sendiri dapat ditingkatkan sehingga daerah tersebut memiliki kemajuan dari segi pembangunan daerahnya.

Tujuan pemberian otonomi kepada daerah pada dasarnya untuk memungkinkan daerah untuk mengurus dan mengatur rumah tangganya agar berdaya guna dan berhasil dalam penyelenggaraan pemerintahaan, pelayanan kepada masyarakat dan pelaksanaan pembangunan, namun permasalahan umum yang dihadapi daerah dalam pembiayaan pembangunan adalah kecilnya proporsi dana pembangunan yang berasal dari kewenangan otonomi daerah (Sofwani:2002:1).

Otonomi daerah memeberikan kewenangan yang luas dan hendaknya diberikan secara kondusif untuk pembangunan daerah itu sendiri, oleh karena itu diperlukan adanya pemahaman akan wawasan pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat sehingga dapat mencapai sasaran untuk meningkatkan taraf dan kualitas hidup masyarakat melalui pembangunan daerah, dimana pembangunan daerah itu sendiri bergantung pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (Susanto:2005:2).


(19)

Pemerintah perlu memfasilitasi berbagai aktivitas peningkatan perekonomian, salah satunya dengan membuka kesempatan berinvestasi. Infrastruktur pembangunan dan pemberian berbagai fasilitas kemudahan dilakukan untuk meningkatkan daya tarik berinvestasi, karena semakin tinggi tingkat investasi modal diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan publik dan pada gilirannya mampu meningkatkan tingkat partisipasi publik terhadap pembangunan yang tercermin dari adanya peningkatkan Pendapatan Asli Daerah (Priyo:2004:3).

Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan daerah, sumber-sumber pendapatan daerah dapat diklasifikasikan yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah. Dimana sumber Pendapatan Asli Daerah didapat dari pajak daerah, retribusi daerah, Hasil perusahaan milik Daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan pos-pos pendapatan lain-lain yang sah.

Salah satu tujuan utama desentralisasi fiskal adalah menciptakan kemandirian daerah. Dalam perspektif ini, pemerintaah daerah diharapkan mampu menggali sumber-sumber keuangan lokal, khususnya melalui Pendapatan Asli Daerah (Sidik:2002:4).


(20)

Menurut data statistik yang diambil terakhir pada tahun 2009 Kabupaten Pemalang memiliki luas daerah 1.115,31 Km² yaitu terdiri dari 14 kecamatan, 11 kelurahan dan 211 desa. Kabupaten Pemalang merupakan daerah yang dikelilingi oleh sebagian daerah pantai, sebagian daerah pegunungan, sebagian hutan jati dan sebagian daerah pertanian yang luas. Dengan berbagai potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Pemalang, sudah tentu apabila dimaksimalkan maka dapat dijadikan penerimaan Pendapatan Asli Daerah dan dari penerimaan tersebut dapat digunakan salah satunya untuk pembangunan daerah termasuk infrastruktur daerah.

Menurut Susanto 2005 tentang penelitiannya mengenai Kontribusi Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Pembangunan yang berstudi

kasus di Kabupaten Pemalang, menerangkan bahwa dari sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah memiliki kontribusi terhadap belanja pembangunan (fisik dan non fisik) di Kabupaten Pemalang, namun kontribusi tersebut masih kecil dengan rata-rata persentase 29,93%.

Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian yang dilakukan oleh susanto adalah bahwa susanto mengambil kontribusi antara pengeluaran yang berkenaan dengan pembangunan secara keseluruhan baik itu secara fisik (seperti bangunan) dan non fisik (seperti pendidikan) dengan Pendapatan Asli Daerah, sedangkan penulis melakukan penelitian hanya pada pembangunan secara fisik, yaitu mengenai korelasi yang terjadi antara Pendapatan Asli Daerah dengan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan infrastruktur daerah.


(21)

Menurut Ahmad Sofwani 2002 tentang penelitiannya mengenai Mobilisasi Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah Dalam Rangka

Pembangunan Daerah dengan studi pada Kabupaten Muara Enim. Dari hasil

penelitian tersebut dikatakan bahwa dari sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah, penghasilan dari pajak daerah memiliki kenaikan secara signifikan antara target yang ingin dicapai dengan realisasinya pada tahun 1998 sampai 2001 untuk pembangunan daerah di kabupaten Muara Enim.

Perbedaan penelitian ini dengan yang dilakukan Ahmad Sofwani adalah bahwa Ahmad Sofwani meneliti dari sudut kebijakan yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Muara Enim tentang mobilisasi Pendapatan Asli Daerah untuk pembangunan daerahnya, sedangkan penulis melakukan hasil rill berupa angka-angka untuk mengetahui hubungan yang terjadi antara Pendapatan Asli Daerah dengan Infrastruktur Pembangunan Daerah Kabupaten Pemalang.

Menurut Priyo Hari Adi 2004 tentang penelitiannya mengenai Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Daerah, Belanja Pembangunan

dan Pendapatan Asli Daerah dengan studi pada Kabupaten seJawa-Bali. Dari

hasil penelitiannya memiliki kesimpulan bahwa antara pertumbuhan ekonomi daerah, belanja pembangunan dan pendapatan asli daerah memiliki hubungan yang saling terkait, dimana pertumbuhan ekonomi daerah mempengaruhi pendapatan asli daerah dan belanja pembangunan memberikan dampak positif terhadap pendapatan asli daerah juga pada pertumbuhan ekonomi daereah.


(22)

Perbedaan penelitan oleh Priyo Hari Adi dengan penelitian yang dilakukan penulis yaitu luasnya cakupan pembahasan yang dilakukan Priyo Hari Adi, sedangkan penulis hanya mengambil masalah mengenai Pendapatan Asli Daerah dan belanja untuk pembangunan dimana dalam penelitian ini penulis meneliti tentang Infrastruktur Pembangunan Daerah pada Kabupaten Pemalang.

Melihat dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai sumber-sumber pendapatan asli daerah dan dampaknya bagi perkembangan suatu daerah, penulis ingin mengetahui, bagaimana hubungan yang terjadi antara pendapatan daerah dengan pengeluaran daerah, sehingga suatu daerah dapat dikatakan maju apabila Pendapatan Asli Daerahnya baik atau menaik. Dari hal tersebut penulis melakukan penelitian dengan judul:

“Analisis Korelasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Dengan Infrastruktur Pembangunan Daerah” (Studi pada Kabupaten Pemalang) B. Perumusan dan Pembatasan Masalah

1. Apakah penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) memiliki korelasi terhadap infrastruktur pembangunan daerah?

2. Berapa besar korelasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap infrastruktur pembangunan daerah?


(23)

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis korelasi antara Pendapatan Asli Daerahnya (PAD) dan infrastruktur daerah Kabupaten Pemalang

2. Untuk menganalisis penghasilan yang diterima Kabupaten Pemalang dari Pendapatan Asli Daerah (PAD)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Pemalang

Memberikan informasi mengenai seberapa besar hubungan yang terjadi antara Pendapatan Asli Daerah dengan Infrastruktur Pembangunan Daerah dan seberapa kuat hubungan yang terjadi diantara keduanya sehingga dapat dilakukan perbaikan oleh Pemrintah Daerah Kabupaten Pemalang. 2. Bagi Penulis/Peneliti

Untuk mengetahui bagaimana suatu daerah dapat membangun infrastruktur daerahnya untuk perkembangan daerahnya dari sumber-sumber pendapatan daerah serta sebagai penambahan ilmu diluar pelajaran yang ada di perkuliahan.

3. Bagi Masyarakat

Diharapkan dengan penelitian ini masyarakat tahu bagaimana dan darimana sebuah daerah mendapatkan pemasukan guna mengembangkan infrastruktur daerahnya, sehingga dengan begitu masyarakat dapat lebih membantu Pemerintah Daerah untuk memaksimalkan pendapatannya.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemerintahan Daerah

Dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah, menyatakan bahwa pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945. Pemerintahan dalam suatu daerah terbagi menjadi:

1. Pemerintahan Daerah Provinsi terdiri atas Pemerintah Daerah Provinsi dan DPRD Provinsi.

2. Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota terdiri atas Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan DPRD Kabupaten/Kota

Pembentukan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota ditetapkan dengan undang-undang. Pembentukan daerah dapat pula berupa penggabungan dari beberapa daerah atau bagian daerah yang mengalami pemekaran menjadi dua daerah atau lebih. Daerah dapat dihapus dan digabung dengan daerah lain apabila daerah yang bersangkutan tidak mampu


(25)

menyelenggarakan otonomi daerah. Penghapusan dan penggabungan daerah beserta akibatnya ditetapkan dengan undang-undang.

Untuk menyelenggarakan fungsi pemerintahan tertentu yang bersifat khusus bagi kepentingan nasional, Pemerintah dapat menetapkan kawasan khusus dalam wilayah provinsi dan/atau kabupaten/kota.

1. Urusan Pemerintahan Daerah

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah, pemerintahan daerah provinsi, dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, penyelenggaraan urusan pemerintahan dibagi berdasarkan kriteria eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dengan memperhatikan keserasian hubungan antar susunan pemerintahan. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, yang diselenggarakan berdasarkan urusan wajib dan urusan pilihan.

Urusan wajib adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. Sedangkan urusan pilihan adalah urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan.


(26)

Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, pemerintahan daerah diberi kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya berdasarkan asas otonomi. Pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki hubungan dengan pemerintah pusat dan dengan pemerintahan daerah lainnya, hubungan tersebut dapat meliputi hubungan kewewenangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, hubungan keuangan yang mencakup pendapatan daerah yang termasuk pula dalam pendapatan dari pemerintah pusat, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya, dan hubungan tersebut harus dilaksanakan secara adil dan selaras.

2. Penyelenggaraan Pemerintahan

Penyelenggara pemerintahan dalam Peratuan Pemerintah No 38 Tahun 2007 adalah Presiden dibantu oleh wakil presiden, dan oleh menteri negara. Penyelenggara pemerintahan daerah adalah pemerintah daerah dan DPRD. Untuk pemerintahan daerah provinsi yang terdiri atas pemerintah daerah provinsi dan DPRD provinsi, untuk pemerintahan daerah kabupaten atau daerah kota yang terdiri atas pemerintah daerah kabupaten/kota dan DPRD kabupaten/kota. Dalam menyelenggarakan pemerintahan, pemerintah pusat menggunakan asas desentralisasi, tugas pembantuan, dan dekonsentrasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan, sedangkan dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah, pemerintahan daerah menggunakan asas otonomi dan tugas pembantuan.


(27)

Dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai hak dan kewajiban dimana otoritas tersebut digunakan untuk mengembangkan daerahnya menuju daerah yang berkembang. Hak dan kewajiban tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk rencana kerja pemerintahan daerah dan dijabarkan dalam bentuk pendapatan, belanja, dan pembiayaan daerah yang dikelola dalam sistem pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah dimaksud harus dilakukan secara efisien, efektif, transparan, akuntabel, tertib, adil, patut, dan taat pada peraturan perundang-undangan.

3. Perangkat Daerah

Dalam Peraturan Pemerintah No 38 Tahun 2007 dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya urusan pemerintahan yang perlu ditangani, namun tidak berarti bahwa setiap penanganan urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam. Perangkat daerah provinsi dan kabupaten/kota terdiri atas sekretariat daerah, sekretariat


(28)

DPRD, dinas daerah, dan lembaga teknis daerah, khusus untuk kabupaten/kota ditambah kecamatan, dan kelurahan. Susunan organisasi perangkat daerah ditetapkan dalam Peraturan daerah dengan memperhatikan faktor-faktor tertentu dan berpedoman pada Peraturan Pemerintah.

B. Otonomi Daerah

Pengertian otonom secara bahasa adalah berdiri sendiri atau dengan pemerintahan sendiri. Sedangkan daerah adalah suatu wilayah atau lingkungan pemerintah. Dengan demikian pengertian secara istilah otonomi daerah adalah wewenang/kekuasaan pada suatu wilayah/daerah yang mengatur dan mengelola untuk kepentingan wilayah/daerah masyarakat itu sendiri. Pengertian yang lebih luas lagi adalah wewenang/kekuasaan pada suatu wilayah/daerah yang mengatur dan mengelola untuk kepentingan wilayah/daerah masyarakat itu sendiri mulai dari ekonomi, politik, dan pengaturan perimbangan keuangan termasuk pengaturan sosial, budaya, dan ideologi yang sesuai dengan tradisi adat istiadat daerah lingkungannya (Otonomi Daerah di Indonesia: 2010).

Pelaksanaan otonomi daerah dipengaruhi oleh faktor-faktor yang meliputi kemampuan si pelaksana, kemampuan dalam keuangan, ketersediaan alat dan bahan, dan kemampuan dalam berorganisasi. Otonomi daerah tidak mencakup bidang-bidang tertentu, seperti politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter, fiskal, dan agama. Bidang-bidang tersebut


(29)

tetap menjadi urusan pemerintah pusat. Pelaksanaan otonomi daerah berdasar pada prinsip demokrasi, keadilan, pemerataan, dan keanekaragaman.

1. Daerah Otonom

Dalam Undang-Undang No 32 Tahun 2004 daerah otonom adalah ketentuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu, berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Daerah otonom dapat terwujud dengan dijalankannya asas desentralisasi, karena pemerintah menghendaki agar urusan-urusan pemerintah dapat diserahkan kepada daerah yang selanjutnya merupakan tanggung jawab daerah sepenuhnya. Dan hal ini memungkinkan suatu kabupaten untuk menganut dan mengatur rumah tangganya sendiri, dimana pemerintah daerah diberi kebebasan untuk merealisasikan prakarsa pembangunan daerah dan tetap harus bertanggung jawab.

Adapun teknik yang digunakan untuk menentukan bidang mana yang menjadi urusan pemerintah pusat dan bidang mana yang menjadi wewenang pemerintah daerah, disebutkan Kaho (1991:15) dalam Susanto: 2005 yaitu:

a. Sistem Residu

Dalam sistem ini, secara umum telah dibentuk terlebih dahulu tugas-tugas yang menjadi wewenang pemerintah pusat, sedangkan sisanya menjadi urusan rumah tangga daerah.


(30)

b. Sistem Materil

Dalam sistem ini, tugas pemerintah daerah ditetapkan satu persatu secara limitatif atau terinci, sedangkan diluar tugas merupakan urusan pemerintah pusat

c. Sistem Formal

Dalam sistem ini, daerah boleh mengatur dan mengurus segala sesuatu yang dianggap penting bagi daerahnya, asal saja tidak mencakup urusan yang diatur dan diurus oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah yang lebih tinggi tingkatannya. Dengan kata lain, urusan rumah tangga daerah dibatasi oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya.

d. Sistem Otonomi Riil

Dalam sistem ini, penyerahan urusan-urusan atau tugas dan kewewenangan didasarkan pada faktor yang nyata atau riil sesuai dengan kebutuhan atau kemampuan yang nayta dari daerah atau pemerintah pusat serta pertumbuhan kehidupan masyarakat yang terjadi.

e. Prinsip Otonomi yang Nyata, Dinamis dan Bertanggung Jawab

Prinsip ini merupakan salah satu variasi dari sistem otonomi riil. Esensi dari otonomi yang nyata dan bertanggung jawab dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Otonomi daerah itu harus riil dan nyata dalam arti pemberian otonomi kepada daerah harus didasarkan pada faktor-faktor,


(31)

perhitungan-perhitungan, dan tindakan-tindakan atau kebijaksanaan-kebijaksanaan yang benar-benar dapat menjamin daerah yang bersangkutan secara nyata mampu mengurus rumah tangganya sendiri.

2) Otonomi daerah itu harus merupakan otonomi yang bertanggung jawab, dalam arti pemberian otonomi itu harus benar-benar sejalan dengan tujuannya, yaitu melancarkan pembangunan yang tersebar diseluruh pelosok negara dan serasi atau tidak bertentangan dengan pengarahan-pengarahan yang diberikan dalam GBHN, serasi anatara pemerintah pusat dan pemerintah daerah atas keutuhan Negara Kesatuan.

2. Otonomi Kabupaten

Dalam Peraturan Pemerinah Republik Indonesia No 45 tahun 1992 tentang penyelenggaraan otonomi daerah dengan titik berat pada kabupaten/kota, semua urusan yang dapat diserahkan menjadi urusan rumah tangga kabupaten/kota, yaitu:

a. Urusan-urusan yang sifatnya telah menetap didaerah

b. Urusan-urusan yang menyangkut kepentingan langsung dari masyarakat dan sangat dipengaruhi kondisi linkgungan suatu daerah. c. Urusan-urusan yang dapat menumbuhkan partisipasi masyarakat atau

menurut sifatnya merupakan tanggung jawab masyarakat

d. Urusan-urusan yang dalam pelaksanaannya banyak mempergunakan sumber daya manusia


(32)

e. Urusan-urusan yang memberikan penghasilan bagi daerah dan potensial untuk dikembangkan dalam rangka penggalian sumber-sumber penghasilan asli yang baru bagi daerah yang bersangkutan

f. Urusan-urusan yang dalam penyelenggaraannya memerlukan penanganan dan pengambilan keputusan segera

Sedangkan urusan-urusan pemerintah yang tidak dapat diserahkan kepada kabupaten/kota yaitu:

a. Bidang pertahanan keamanan b. Bidang peradilan

c. Bidang luar negeri d. Bidang moneter

e. Sebagai urusan pemerintah umum yang menjadi wewenang, tugas dan kewajiban kepala wilayah

f. Urusan pemerintah lainnya yang secara nasional lebih berdaya guna dan berhasi; guna jika tetap diurus oleh pemerintah

Dengan adanya pembatasan untuk mengatur kewewenangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, diharapkan dari hal tersebut pemerintah daerah dapat mengembangkan sumber daya yang ada dan mendanai kebutuhan daerahnya walau dalam kebanyakan kondisi masih banyak daerah yang masih menggantungkan pendapatan dari pemerintah pusat yang digunakan untuk pembangunan daerah sehingga dengan begitu daerah tersebut pun tidak dapat melakukan secara maksimal untuk pembangunan daerahnya.


(33)

C. Sumber Peneriman Pendapatan Daerah

Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pemberian sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada daerah, dengan mengacu kepada Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 yang mengatur perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, dimana besarnya disesuaikan dan diselaraskan dengan pembagian kewenangan antara Pemerintah dan Daerah. Semua sumber keuangan yang melekat pada setiap urusan pemerintah yang diserahkan kepada daerah menjadi sumber keuangan daerah.

Daerah diberikan hak untuk mendapatkan sumber keuangan yang antara lain berupa kepastian tersedianya pendanaan dari Pemerintah sesuai dengan urusan pemerintah yang diserahkan, kewenangan memungut dan mendayagunakan pajak dan retribusi daerah dan hak untuk mendapatkan bagi hasil dari sumber-sumber daya nasional yang berada di daerah dan dana perimbangan lainnya, hak untuk mengelola kekayaan Daerah dan mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah serta sumber-sumber pembiayaan. Dengan hak-hak tersebut pemerintah daerah dapat mendanai keperluan-keperluan yang menjadi kepentingan utama dari daerah tersebut yaitu dengan penggunaan sumber pendapatan daerah. Sumber pendapatan daerah terdiri atas:


(34)

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Menurut Elita Dewi (2002:2) Pendapatan asli daerah merupakan pendapatan yang diterima oleh setiap daerah yang terdiri dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Yang termasuk dalam pendapatan asli daerah yaitu:

a. Pajak daerah

Undang-Undang No 28 Tahun 2009 menyebutkan pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam undang-undang tersebut yang termasuk dalam pajak daerah yaitu:

1) Pajak Hotel

2) Pajak Restoran dan Rumah Makan 3) Pajak Hiburan

4) Pajak Reklame

5) Pajak Penerangan Jalan

6) Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C


(35)

b. Retribusi daerah

Menurut Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah menyatakan retribusi daerah adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan. Menurut Undang-Uundang No 28 tersebut retribusi daerah terdiri dari:

1) Retribusi jasa umum adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

2) Retribusi jasa usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial.

3) Retribusi perizinan tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksud untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.


(36)

c. Hasil perusahaan milik Daerah dan hasil pengelolaan kekayaan Daerah lainnya yang dipisahkan

Perusahaan daerah adalah suatu badan usaha yang dibentuk oleh daerah untuk mengembangkan perekonomian daerahnya untuk menambah penerimaan daerah (Ermaya:1998:86) dalam Susanto 2005

Yang dimaksud hasil perusahaan daerah adalah bagian keuntungan atau laba bersih perusahaan daerah yang berupa pembangunan daerah dan bagian untuk anggaran belanja daerah yang disetor ke kas daerah, baik bagi perusahaan daerah yang modalnya untuk seluruhnya terdiri dari kekayaan daerah yang dipisahkan maupun bagi perusahaan daerah yang modalnya sebagian terdiri dari kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis penerimaan yang termasuk hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan, antara lain bagian laba, deviden, dan penjualan saham milik daerah (Strategi Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah:2010).

Barang daerah atau semua aset-aset yang dimiliki oleh suatu daerah, merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan selain fungsinya untuk pendapatan daerah, aset daerah juga perlu dikelola dengan baik dan penuh tanggung jawab karena dapat digunakan sebagai sumber pembiayaan dan pendapatan bagi pembangunan daerah. Maka dari itu adanya peraturan atau kebijakan dari Pemerintah Daerah tersebut untuk dapat melakukan penilaian serta pengelolaan aset daerah dengan baik, yang sudah tentu hasilnya dapat digunakan untuk mengoptimalkan suatu daerah.


(37)

d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah

Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah adalah hasil daerah yang diperoleh dari usaha di luar kegiatan dan pelaksanaanya tugas daerah. Undang-undang No 25 Tahun 1999 menyebutkan lain-lain pendapatan yang sah yaitu:

1) Hibah

2) Hasil Penjualan Aset Daerah yang Tidak Dipisahkan 3) Penerimaan Ganti Rugi atas Kekayaan Daerah 4) Penerimaan Jasa Giro

5) Rupa-rupa Pendapatan (pengalihan dari pos ukuran kas dan perhitungan).

2. Dana Perimbangan

Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi dan bertujuan untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta antar-Pemerintah Daerah (Saiful:2009:4). Terdiri dari:

a. Dana Bagi Hasil

Dana bagi hasil ada yang bersumber dari pajak yaitu: 1) Pajak Bumi dan Bangunan

90%: 16,2% provinsi; 64,8% kabupaten/kota; 9% biaya pembangunan


(38)

100%: 65% dibagi merata keseluruh kabupaten/kota; 35% dibagikan sebagai insentif kepada daerah kabupaten dan kota 2) BPHTB

80%: 16% provinsi; 64% kabupaten/kota

20%: dibagikan merata keseluruh kabupaten/kota

3) PPh pasal 25, 29, dan 21 wajib pajak orang pribadi dalam negeri

40%: provinsi

60%: kabupaten/kota b. Dana Alokasi Umum (DAU)

DAU bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Prinsip-prinsip DAU:

1) Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari Pendapatan Dalam Negeri Neto yang ditetapkan dalam APBN 2) DAU untuk suatu daerah dialokasikan atas dasar celah fiskal

(kebutuhan fiskal dikurangi dengan kapasitas fiskal daerah) dan alokasi dasar (dihitung berdasarkan jumlah gaji pegawai negeri sipil daerah)

c. Dana Alokasi Khusus (DAK)

DAK bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertntu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional


(39)

3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah.

Menurut Saiful Rahman (2009:3) Pemerintah Daerah dapat melakukan pinjaman yang berasal dari penerusan pinjaman hutang luar negeri dari Menteri Keuangan atas nama Pemerintah pusat setelah memperoleh pertimbangan Menteri Dalam Negeri. Pemerintah daerah dapat melakukan penyertaan modal pada suatu Badan Usaha Milik Pemerintah dan/atau milik swasta. Pemerintah daerah dapat memiliki BUMD yang pembentukan, penggabungan, pelepasan kepemilikan, dan/atau pembubarannya ditetapkan dengan peraturan daerah yang berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

Semua penerimaan dan pengeluaran pemerintahan daerah dianggarkan dalam APBD dan dilakukan melalui rekening kas daerah yang dikelola oleh Bendahara Umum Daerah. Penyusunan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pengawasan dan pertanggungjawaban keuangan daerah diatur lebih lanjut dengan peraturan daerah yang berpedoman pada Peraturan Pemerintah.

D. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Elita:2002:2). Peranan pendapatan asli daerah menjadi lebih penting lagi karena Pemerintah Daerah diharapkan dapat mengelola rumah tangganya sendiri dengan bertumpu kepada penerimaan yang berasal dari daerahnya


(40)

sendiri. Jadi dapat disimpulkan pendapatan asli daerah merupakan suatu penerimaan daerah yang berasal dari sumber-sumber di wilayahnya sendiri berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sebagai salah satu pendapatan daerah dalam kaitan pelaksanaan otonomi daerah, pendapatan asli daerah harus betul-betul dominan dan mampu memikul beban kerja yang diperlukan hingga pelaksanaan otonomi daerah tidak dibiayai dari subsidi atau dari sumbangan pihak ketiga atau pinjaman daerah. Jenis Pendapatan asli daerah terdiri dari 4, yaitu :

1. Pajak Daerah

Dengan adanya perubahannya Undang-Undang pajak yang baru sehingga pengertian pajak menurut KUP adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pajak merupakan kontribusi dari masyarakat yang harus dipaksakan sehingga nantinya kontribusi dari masyarakat tersebut dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran umum atau dapat digunakan untuk pembangunan baik di Negara maupun pembangunan di daerah. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan.


(41)

Ditinjau dari segi Lembaga Pemungut Pajak dapat di bagi menjadi dua jenis yaitu pajak negara yang terdiri dari Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), Pajak Bea Masuk dan Cukai

Sedangkan pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dalam pasal 1 menerangkan pajak daerah terdiri dari:

a. Pajak Hotel

Pajak hotel adalah pajak yang dikenakan atas pelayanan hotel. Hotel merupakan bangunan yang khusus disediakan bagi seseorang untuk dapat menginap atau beristirahat dengan memperoleh pelayanan dan fasilitas lainnya dengan pungutan biaya, termasuk bangunan yang dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama kecuali untuk pertokoan dan perkantoran.

b. Pajak Restoran dan Rumah Makan

Pajak restoran dan rumah makan adalah pajak yang dikenakan atas pelayanan di restoran dan/atau rumah makan. Restoran atau


(42)

rumah makan merupakan tempat dimana seseorang dapat menyantap hidangan berupa makanan dan minuman dengan pungutan biaya. c. Pajak Hiburan

Pajak hiburan adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan merupakan semua jenis permainan, permainan ketangkasan, dan/atau keramaian dengan nama dan bentuk apapun, yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran, tidak termasuk penggunaan fasilitas untuk berolahraga.

d. Pajak Reklame

Pajak rekalme adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan rekame. Reklame merupakan benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk dan corak ragamnya utuk komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan sesuatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca, dan/atau didengar dari suatu tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan pemerintah.

e. Pajak Penerangan Jalan

Pajak penerangan jalan adalah pajak yang dikenakan atas penggunaan tenaga lstrik dengan ketentuan bahwa di wilyah daerah tersebut tersedia penerangan jalan yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah. Penerangan jalan merupakan penggunaan tenaga listrik untuk menerangi jalan umum yang rekeningnya dibayarkan oleh pemerintah daerah dalam hal tenaga listrik disediakan oleh PLN,


(43)

maka pungutan pajak penerangan jalan dilakukan oleh PLN. Ketentuan lebih lanjut mengenai pemungutan pajak penerangan jalan tersebut diatur dengan keputusan Menteri Dalam Negeri mempertimbangkan Menteri Keuangan.

f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C

Pajak pengambilan bahan golongan C adalah pajak yang dipungut atas kegiatan pengambilan bahan galian golongan C sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bahan galian golongan C terdiri dari asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu apung, batu permata, bentonil, dolomit, feldspar, garam batu (halite), grafi, granit/andesif, hips, klasit, kaolin, leusit, magnesit, mika, marmer, nitrat, opsidien, oker, pasir dan kerikil, pasir kuarsa, perlit, pospat ph, palk, tanah serap (fiuler earth), tanah biatomek, tanah liat, tawas (akum), teras, yarosif, zeolit, basal, dan trakkit.

g. Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan

Pajak pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan adalah pajak yang dikenakan terhadap pengambilan dan pemanfaatan sir, baik air bawah tanah maupun air permukaan untuk dipergunakan bagi orang pribadi atau badan, kecuali untuk keperluan dasar rumah tangga dan pertanian masyarakat. Air bawah tanah merupakan air yang berada diperut bumi, termasuk mata air yang muncul secara alamiah diatas permukaan tanah. Air permukaan merupakan air yang berada diatas permukaan bumi, tidak termasuk air laut.


(44)

Pemerintah mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pelaksanaan pemungutan jenis-jenis pajak tertentu oleh masing-masing daerah, yang dengan peraturan perundang-undangan tersebut pemerintah daerah mempunyai kewewenangan dan keleluasaan untuk mengelola sumber-sumber penerimaan pajak di daerah, upaya peningkatan pajak dilakukan di dalam kerangka perbaikan sistem perpajakan secara keseluruhan. Beberapa upaya yang bisa dilakukan menurut Sitompul (1996:278) dalam Susanto 2005 antara lain:

a. Menghapus pajak daerah yang tidak memuaskan b. Memperbaiki kinerja pajak daerah yang ada c. Meningkatkan wewenang pemerintah daerah d. Meningkatkan administrasi pajak daerah

e. Meningkatkan pajak daerah yang baru konvensional f. Meningkatkan pajak daerah yang baru non konvensional

Sementara itu menurut Bachrul Elmi (2002:46) upaya yang dapat dilakukan guna meningkatkan penerimaan dari pos pajak daerah antara lain:

a. Upaya meningkatkan penerimaan pajak melalui intensifikasi dan ekstensifikasi terhadap jenis-jenis pajak tertentu, antara lain dengan memberi emudahan lapangan usaha baru

b. Peranan aprasial Avluation terhadap aset-aset daerah

c. Fungsi cara mengalokasikan penerimaan pajak untuk membiayai kegiatan yang produktif.


(45)

2. Retribusi Daerah

Menurut Undang-undang N0 28 Tahun 2009 mengenai pajak daerah dan retribusi menjelaskan bahwa retribusi daerah adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Retribusi daerah juga berfungsi sebagai pembayaran atas pemakaian jasa baik secara langsung maupun tidak langsung. Disebutkan dalam undang-undang tersebut retribusi dapat dikelompokan lagi kedalam beberapa bagian, yaitu:

a. Retribusi Jasa Umum

Retribusi jasa umum adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Jenis-jenis retribusi umum seperti yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No 66 Tahun 2001 antara lain :

1) Retribusi pelayanan kesehatan

2) Retribusi pelayanan persampahan atau kesehatan

3) Retribusi penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akte catatan sipil

4) Retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat 5) Retribusi parkir di tepi jalan umum

6) Retribusi pelayanan pasar


(46)

8) Retribusi penggantian biaya cetak peta 9) Retribusi pengujian kapal perikanan. b. Retribusi Jasa Usaha

Retribusi jasa usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial. Subyek Retribusi Jasa Usaha adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan atau menikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan. Jenis-jenis retribusi jasa usaha yang diatur dalam Peratran Pemerintah No 66/2001 antara lain :

1) Retribusi pemakaian kekayaan daerah 2) Retribusi pasar grosir dan atau pertokoan 3) Retribusi tempat pelelangan

4) Retribusi terminal

5) Retribusi tempat khusus parkir

6) Retribusi tempat penginapan atau pesanggarahan atau vila 7) Retribusi penyedotan kakus

8) Retribusi pelayanan pelabuhan kapal 9) Retribusi tempat rekreasi dan olah raga 10) Retribusi penyebrangan di atas air 11) Retribusi pengolahan limbah cair


(47)

c. Retribusi Perizinan Tertentu

Retribusi perizinan tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasanatas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, dan fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Jenis-jenis retribusi perizinan tertentu yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 antara lain :

1) Retribusi izin mendirikan bangunan

2) Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol 3) Retribusi izin gangguan

4) Retribusi izin trayek.

3. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Ermaya (1998:86) dalam Susanto 2005, menerangkan adapun ciri pokok perusahaan daerah adalah adanya kesatuan produksi (regional) di masyarakat luas termasuk memberi jasa, menyelenggarakan pemanfaatan umum dan memupuk pendapatan. Jenis usaha yang dikelola pemerintah daerah sangat beraneka ragam, hal ini tergantung pada kebutuhan dan kemampuan masing-masing daerah.

Hasil Pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan adalah rangkaian kegiatan dan tindakan yang meliputi perencanaan penentuan


(48)

kebutuhan, penganggaran, pengadaaan, penyimpanan, penyaluran inventarisasi, pengendalian, pemeliharaan, pengamanan, pemanfaatan dan perubahan status hukum serta penata usahaannya. Barang daerah yang dipisahkan adalah barang milik daerah baik barang bergerak maupun tidak bergerak yang dikelola oleh Perusahaan atau Badan Usaha Milik Daerah. Jenis dari hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan yaitu:

a. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD

b. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/BUMN

4. Pos Lain-Lain Pendapatan

Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah adalah hasil daerah yang diperoleh dari usaha di luar kegiatan dan pelaksanaanya tugas daerah. Undang-undang No 25 Tahun 1999 menyebutkan lain-lain pendapatan yang sah yaitu:

a. Hibah

b. Hasil Penjualan Aset Daerah yang Tidak Dipisahkan c. Penerimaan Ganti Rugi atas Kekayaan Daerah d. Penerimaan Jasa Giro

e. Rupa-rupa Pendapatan (pengalihan dari pos ukuran kas dan perhitungan).


(49)

E. Infrastruktur Daerah

BAPPENAS menyebutkan Infrastruktur pembangunan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional dan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Infrastruktur juga mempunyai peran yang penting dalam memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa serta diyakini sebagai pemicu pembangunan suatu kawasan. Jaringan transportasi dan telekomunikasi dari Sabang sampai Merauke merupakan salah satu perekat utama Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tulang punggung distribusi barang, maupun jasa, serta merupakan aspek penting dalam peningkatan produktivitas sektor produksi.

Ketersediaan sarana perumahan dan permukiman, seperti layanan air minum dan sanitasi secara luas dan merata serta pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan, turut menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk menyediakan fasilitas dan layanan infrastruktur yang berkualitas, baik dalam bentuk pengaturan dengan kerangka regulasi maupun rehabilitasi dan peningkatan kapasitas dan fasilitas infrastruktur yang rusak, serta pembangunan baru melalui kerangka investasi dan pelayanan umum. Namun, ketersediaan infrastruktur masih tetap belum memadai yang ditunjukkan dengan banyaknya kecelakaan di sektor transportasi, terjadinya krisis listrik, serta lamanya pemulihan infrastruktur akibat bencana gempa, tanah longsor, banjir, dan semburan lumpur yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini. Ketimpangan akibat terbatasnya kemampuan pembiayaan pemerintah, tingginya kebutuhan


(50)

masyarakat akan infrastruktur, dan adanya potensi pengikutsertaan investasi swasta dalam pembangunan infrastruktur mendorong pemerintah untuk melakukan reformasi dalam mempercepat pembangunan infrastruktur.

“ Dukungan layanan infrastruktur yang baik akan mendorong

pertumbuhan investasi dan kemudahan mobiltas barang dan jasa”, demikian

yang dikatakan Menteri Pekerjaan Umum (PU), Djoko Kirmanto dalam sambutannya pada orientasi wartawan tahun 2008. Beliau menambahkan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan infrastruktur tersebut maka perlu ditetapkan prioritas-prioritas pembangunan, antara lain adalah penanggulangan kemiskinan, peningkatan kesempatan kerja, revitalisasi pertanian dan pedesaan, mitigasi dan penanggulangan bencana, serta pengurangan kesenjangan.

Berbagai program pembangunan pada berbagai bidang telah dilakukan, tetapi masih banyak daerah yang tertinggal dalam berbagai aspek. Salah satu yang menyebabkan ketertinggalan tersebut adalah minimnya akses warga desa terhadap berbagai sarana penunjang kehidupan. Infrastruktur yang mendukung aktivitas ekonomi serta infrastruktur lainnya sangat terbatas bahkan dalam banyak kasus tidak tersedia. Kondisi ini yang menyebabkan umumnya pertumbuhan ekonomi di daearah tertinggal sangat rendah bahkan mengalami stagnasi. Daerah tertinggal dimaknai sebagai daerah kabupaten yang masyarakat serta wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala nasional yang penentuannya menggunakan enam kriteria dasar yang diolah dengan menggunakan data Potensi Desa (PODES)


(51)

2003 dan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2002 dan data Keuangan Kabupaten 2004 dari Departemen Keuangan:

1. Perekonomian masyarakat 2. Sumber daya manusia 3. Prasarana (infrastruktur) 4. Kemampuan keuangan daerah 5. Aksesibilitas

6. Karakteristik khusus daerah (bencana alam, konflik, dan perbatasan negara).

Dalam website bataviase.co.id dengan judul Benahi Infrastruktur Daerah Tertinggal tahun 2009 mengatakan bahwa ada beberapa indikator

daerah tertinggal. Pertama, pertumbuhan ekonomi dengan acuan penghasilannya belum layak. Kedua, infrastruktur dasar meliputi, jalan, irigasi, dan listrik. Ketiga, kualitas SDM terdiri dari tingkat pendidikan dan kesehatan masyarakat yang masih di bawah standar rata-rata. Selain ttu, daya beli masyarakat terhadap pasar masih rendah. Kalau masih banyak pengangguran, sekolah sedikit, dan prasarana pendukung lainnya masih kurang, maka daerah atau desa tersebut masih digolongkan daerah tertinggal.

Pada Kabupaten Pemalang, peningkatan daerah dilakukan semata-mata untuk membuat kabupaten itu sendiri dapat bersaing dengan daerah lain sehingga dengan begitu Pemalang menjadi daerah yang memiliki perkembangan yang sangat baik, hal ini dapat dijangkau salah satunya dengan cara yaitu perbaikan dalam sektor infrastruktur daerah agar jauh dari prinsip


(52)

daerah tertinggal. Kabupaten Pemalang selama beberapa tahun ini telah merubah banyak daerahnya, berusaha agar daerahnya dapat bersaing dengan daerah lainnya yang telah maju. Salah satu usaha yang dapat terlihat yaitu Kabupaten Pemalang banyak mengubah infrastruktur daerahnya terutama jalan raya dan penerangan jalan, selain itu untuk dapat meningkatkan pendapatan daerahnya, Kabupaten Pemalang meningkatkan kualitas di obyek wisata sebagai daya tarik baik turis lokal maupun turis mancanegara. Dalam rancangan APBD dapat dirinci dengan sistematis seberapa besar Kabupaten Pemalang melakukan perbaikan dalam segi infrastruktur pada dinas berikut: 1. Dinas Pendidikan

a. Pembangunan sekolah untuk usia dini

b. Pembangunan laboratorium dan ruang pratikum SMP c. Pembangunan perpustakaan sekolah dasar

d. Penambahan ruang kelas baru SMP/MTs e. Pembangunan gedung sekolah menengah f. Penambahan ruang kelas menengah

g. Pembangunan Lab. dan ruang pratikum untuk sekolah menengah h. Pembangunan perpustakaan sekolah menengah

2. Dinas Kesehatan

a. Pembangunan puskesmas

b. Pengadaan sarana dan prasarana posyandu


(53)

3. Dinas Pekerjaan Umum

a. Pembangunan jalan dan jembatan b. Pembangunan saluran drainase

c. Pembangunan/peningkatan infrastruktur d. Pembangunan infrastruktur desa

e. Pembangunan jaringan air bersih/air minum f. Pembangunan sumur-sumur air tanah g. Perbaikan perumahan karena bencana alam

h. Pembangunan sarana dan prasarana rumah sederhana sehat i. Pembangunan embung dan penampungan air lainnya 4. Dinas Perhubungan

a. Pembangunan gedung terminal

b. Pengembangan jaringan komunikasi dan informasi c. Pembangunan parkir dan rest area

d. Pembangunan tempat pembuangan benda padat/cair yang menimbulkan polusi

F. Pembangunan Daerah

Pembangunan daerah adalah suatu kegiatan yang sangat luas bidangnya karena mencakup berbagai aspek dan juga termasuk berbagai proses dalam usaha mengelola manusia menjadi suatu kelompok yang kuat dan makmur yang hidup dalam kawasan suatu daerah (Simarmata:2008:2). Tujuan dari sebuah pembangunan yaitu untuk menciptakan suatu daerah yang dapat memaksimalkan potensi daerahnya itu sendiri seperti sumber daya alam


(54)

yang terkandung dalam suatu daerah dapat dilindungi atau dengan sebuah pembangunan dapat meningkatkan pendapatan daerah tersebut sehingga masyarakat dapat diberdayakan dengan menambahkan lapangan kerja sehingga terjadilah kesejahteraan masyarakat, dengan memisahkan pembangunan antar daerah dan antar sub daerah serta warga masyarakat dapat terjadi kemerataan dan keadilan tanpa mencampuri urusan yang tidak terkait di dalamnya dan dengan demikian dapat tercapai Good Governance.

Menurut Dadang Solihin (2005:12) dalam diskusinya mengenai perencanaan pembangunan daerah, menerangkan bahwa strategi tidak dapat dipisahkan dari sebuah kebijakan dan kebijakan dari pelaksanaannya. Dengan demikian mencapai tujuan, pemerintah daerah perlu melakukan perncanaan atau strategi pembangunan daerah guna mencapai tujuan. Untuk mencapai sebuah pembangunan daerah yang baik, dapat dilakukan dengan tiga tahap perencanaan yaitu:

1. Perumusan dan penentuan tujuan, sebuah daerah dapat menentukan pada bagian potensi manakah dari daerah tersebut yang ingin dikembangkan, dengan perencanaan tersebut tujuan dari pembangunan daerah pun dapat dimaksimalkan

2. Pengujian atau pilihan yang tersedia, dari rancangan yang telah dicanangkan dapat dipilih kembali untuk lebih memfokuskan pembangunan daerah agar semakin lebih optimal.

3. Pemilihan rangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dan disepakati bersama, setelah semuanya telah ternencana


(55)

dengan baik pemerintah daerah dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang tentunya telah disepakati bersama dan mampu mengoptimalkan potensi daerahnya dengan pembangunan tersebut.

Pembangunan daerah pada Kabupaten Pemalang dilakukan dengan kebijakan pemerintah dengan memilah mana yang terbaik untuk daerahnya, seperti pada sektor obyek wisata, Kabupaten pemalang memaksimalkan daerahnya yang berada dekat pantai sebagai daya tariknya atau daerah pegunungannya sebagai obyek wisata agar menarik para wisatawan untuk berkunjung, atau pada sektor transportasi, pendidikan dan yang lainnya agar dapat memajukan perkembangan daerahnya.


(56)

G. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Penelitian Variabel Metode

Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

1 Ahmad Sofwani

Mobilisasi sumber-sumber PAD dalam rangka pembangunan daerah (studi Muara Enim) • Meneliti tentang PAD • Pembangunan daerahnya secara keseluruhan, sedangkan penelitian ini hanya pembangunan secara fisik • Analisis data kualitatif

• Dari target penerimaan pajak daerah untuk tahun 1998 sebesar Rp.2.406.998.500, terealisasi sebesar Rp.2.359.974.209, pada tahun 1999 realisasi penerimaan pajak daerah mencapai

Rp.2.845.799.528 dan target yang ditentukan untuk tahun yang sama yaitu sebesar Rp.2.690198.500. Namun untuk tahun 2000 dari target Rp.3.050.198.500, realisasinya justru menurun menjadi Rp.2.780.438.342. Sedangkan pada tahun 2001 realisasi penerimaannya sebesar Rp.10.642.288.410 dari target sebesar Rp.7.230.000.000. 2 Priyo Hari Adi Hubungan antara pertumbuhan ekonomi daerah, belanja pembangunan, dan • Meneliti tentang hubungan antar variabel • Meneliti

•Tidak meneliti pertumbuhan ekonomi daerah •Tidak meneliti

belanja •Analisis deskriptif •Analisis jalur (path analysis)

• Hasil uji hipotesis menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi daerah mempunyai dampak yang signifikan terhadap peningkatan PAD,sayangnya pertumbuhan


(57)

PAD (studi kota se Jawa-Bali)

mengenai PAD

pembangunan ekonomi Pemda kabupaten dan kota masih kecil, akibatnya penerimaan PADnya pun kecil • Terkait dengan PAD penerimaan

yang menjadi andalan adalah retribusi dan pajak daerah. Tingginya retribusi bisa jadi merupakan indikasi semakin tingginya itikad pemerintah untuk memberikan layanan publik yang lebih berkualitas

•Belanja pembangunan memberikan dampak yang positif dan signifikan terhadap PADmaupun

pertumbuhan ekonomi 3 Susanto Kontribusi PAD

terhadap besarnya belanja

pembangunan daerah (studi kasus Kabupaten

Pemalang)

• Meneliti di Kab. Pemalang • Menilti

tentang PAD

•Tidak meneliti tentang

kontribusi •Tidak meneliti

belanja pembangunan

•Analisis deskriptif

•Menunjukan bahwa pelaksanaan pengelolaan PAD pada pemerintah kabupaten Pemalang memberikan kontribusi terhadap belanja pembangunan daerah

•Kontribusi PAD terhadap belanja pembangunan daerah masih rendah dengan persentase rata-rata 29,93%


(58)

H. Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini penulis mengkaji hubungan variabel bebas (independen variabel) Pendapatan Asli Daerah, terhadap variabel terikat (dependen variabel) infarstruktur pembangunan daerah yang mengambil studi pada Kabupaten Pemalang. Dimana dalam penelitian ini model yang digunakan adalah korelasi pearson.

Penelitian ini menerangkan bagaimana salah satu dari sumber penerimaan pendapatan daerah yaitu Pendapatan Asli Daerah memiliki hubungan dengan infrastruktur pembangunan suatu daerah. Kerangka berfikir ini dapat dituangkan dalam sebuah model penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangaka Pemikiikiran

Pendapatan Asli Daerah

(X)

 

Infrastruktur Pembangunan Daerah (Kabupaten Pemalang)

(Y)

I. Hipotesis

Ha: Pendapatan Asli Daerah (PAD) memiliki hubungan atau korelasi dengan infastruktur pembangunan daerah di Kabupaten Pemalang.


(59)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menganalisis mengenai

hubungan atau korelasi antara Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan

infrastruktur pembangunan sebuah daerah, dimana dalam penelitian ini penulis

mengambil studi pada Kabupaten Pemalang. Data diambil pada Dinas

Penglolaan Pendapatan Keuangan Aset Daerah (DPPKAD) yang berada di Jl.

Surohadi Kusumo No1, Kabupaten Pemalang. Penulis mengambil data-data

yang berkaitan selama tiga tahun yaitu dari tahun 2007 sampai dengan tahun

2009.

B. Metode Penentuan Sampel

Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel pada Kabupaten

Pemalang dimana sampel yang diambil secara time series. Time series

merupakan sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang didapat dalam

suatu interval waktu tertentu misalnya dalam waktu mingguan, bulanan atau

tahunan dan tidak boleh ada data yang hilang dari tahun-tahun tersebut

(Husein:2008:42).


(60)

C. Metode Pengumpulan Data

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode

penelitian dengan menggunakan riset korelasi. Menurut (Fox:1969) riset

korelasi (Corellational Study) yaitu penelitian untuk menentukan tingkat

hubungan antara variabel-variabel yang berrbeda dalam suatu populasi, sifat

perbedaan yang utama adalah untuk menaksir hubungan dan bukan sekedar

deskripsi (Husein:2008:42). Dalam penelitian ini penulis menggunakan:

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama

baik individu atau perseorangan (Husein:2008:42), dalam hal ini penulis

melakukan observasi secara langsung ke Kabupaten Pemalang,

mendatangi dan melihat langsung keadaan Kabupaten Pemalang yang

semakin berkembang.

Selain itu penulis juga melakukan sedikit wawancara dengan

bagian yang berkepentingan dan dengan melalui penelitian terhadap

Kabupaten Pemalang. Dari wawancara yang dilakukan diharapkan peneliti

dapat menggali tidak saja apa yang diketahui dan dialami subyek yang

diteliti, tetapi juga apa yang tersembunyi jauh di dalam subyek penelitan.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih

lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh

pihak lain bisa dalam bentuk tabel atau diagram-diagram


(61)

kepustakaan yang akan berguna untuk mengetahui biaya-biaya

pembangunan, pendapatan daerah, dan apa saja yang telah dilakukan

Kabupaten Pemalang dalam hal meningkatkan pembangunannya.

D. Metode Analisis Data

Dalam menganalisis sebuah data diperlukannya sebuah

metode-metode yang dapat membuktikan hasil penelitian secara akurat. Dalam

penelitain ini penulis menggunakan metode analisis sebagai berikut:

1. Analisis Kuantitatif

Penulis menyederhanakan dalam menjelaskan masalah dan

pemecahannya dengan memakai angka-angka supaya penulisan dapat

dibaca dan dimengerti dengan mudah sehingga pembaca dapat menyerap

inti dan menginterpretasikan permasalahan dengan akurat. Dalam hal ini

penulis menggunakan analisis statistik parametrik, dimana data yang

penulis observasi pada Kabupaten Pemalang dapat diinterpretasikan

permasalahannya dengan akurat, dimana data yang penulis observasi pada

objek penelitian diolah dengan pengujian statistik kasus dua sampel yang

saling berhubungan.

2. Korelasi Pearson

Menurut Dwi Priyatno (2008:53) korelasi adalah metode untuk

mengetahui tingkat keeratan hubungan dua peubah atau lebih yang

digambarkan oleh besarnya koefisien korelasi. Korelasi Pearson adalah

suatu bentuk rumus yang digunakan untuk mencari hubungan antara dua


(62)

variabel bebas ini merupakan pemberian dari hasil suatu observasi

sehingga variabel bebas tersebut tidak lagi Random atau acak, untuk

penelitian lebih lanjut perlu dilakukan uji kerandoman data sampel.

( )( )

(

)

2 2

( )

2

2

Σ

Σ

Σ

=

Y

Y

n

X

X

n

Y

X

XY

n

r

 

Keterangan:

r = Koefisien korelasi yang dicari

Σxy = Jumlah perkalian variabel x dan y

Σx = Jumlah nilai variabel x

Σy = Jumlah nilai variabel y

Σx² = Jumlah pangkat dua nilai variabel x

Σy² = Jumlah pangkat dua nilai variabel y n = Banyaknya sampel

Untuk mengukur seberapa besar hubungan yang terjadi menurut

Duwi (2008:54) dapat diukur dengan standar yang dimana apabila hasil

korelasi mendekati nilai 1,000 maka dapat dikatakan bahwa korelasi yang

terjadi antar variabel sangat kuat. Berikut standar korelasi:

0,00-0,199 = Sangat Rendah

0.20-0,399 = Rendah

0,40-0,599 = Sedang

0,60-0,799 = Kuat


(63)

E. Operasional Variabel

Operasional variabel merupakan pendefinisian dari serangkaian

variabel yang digunakan dalam penulisan. Hal ini diperlukan agar ada

kesamaan makna atas suatu variabel yang mungkin mempunyai makna ganda

(Abdul Hamid:2007:33).

1. Pendapatan Asli daerah

Pendapatan asli daerah atau disingkat dengan PAD merupakan

hasil pendapatan yang didapat oleh suatu daerah untuk membiayai seluruh

kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah setempat. Sedangkan

menurut Elita Dewi, 2002 Pendapatan asli daerah merupakan pendapatan

yang diterima oleh setiap daerah yang terdiri dari sumber-sumber dalam

wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah yang

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pendapatan

asli daerah sendiri terdiri dari beberapa sumber pendapatan diantaranya

yaitu:

a. Pajak daerah

UU No 28 Tahun 2009 menyebutkan pajak daerah adalah iuran

wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Daerah

tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang

digunakan untuk membiayai menyelenggarakan pemerintahan daerah


(64)

1) Pajak hotel

2) Pajak restoran

3) Pajak hiburan

4) Pajak reklame

5) Pajak penerangan jalan

6) Pajak pengambilan bahan galian golongan C

7) Pajak pemanfaatan air bawah tanah

b. Retribusi daerah

Menurut UU No 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan

retribusi daerah menyatakan retribusi daerah adalah pungutan daerah

sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus

disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk

kepentingan orang pribadi atau badan. Menurut UU No 28 tersebut

retribusi daerah terdiri dari:

1) Retribusi jasa umum yang bertujuan memberikan pelayanan untuk

kepentingan dan kemanfaatan umum

2) Retribusi jasa usaha yaitu pelayanan yang disediakan pemerintah

dengan prinsip komersial, dan

3) Retribusi perizinan tertentu yaitu pemerintah daerah memberikan

perizinan tertentu kepada orang pribadi atau badan untuk

memanfaatkan atau menggunakan salah satu fasilitas daerah guna

melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian


(65)

c. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah

lainnya yang dipisahkan

Yang dimaksud hasil perusahaan daerah adalah bagian

keuntungan atau laba bersih perusahaan daerah yang berupa

pembangunan daerah dan bagian untuk anggaran belanja daerah yang

disetor ke kas daerah, baik bagi perusahaan daerah yang modalnya

untuk seluruhnya terdiri dari kekayaan daerah yang dipisahkan

maupun bagi perusahaan daerah yang modalnya sebagian terdiri dari

kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis penerimaan yang termasuk

hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan, antara lain

bagian laba, deviden, dan penjualan saham milik daerah (Strategi

Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah:2010).

d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah

Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah adalah hasil daerah

yang diperoleh dari usaha di luar kegiatan dan pelaksanaanya tugas

daerah. Undang-undang No 25 Tahun 1999 menyebutkan lain-lain

pendapatan yang sah yaitu:

1) Hibah

2) Hasil Penjualan Aset Daerah yang Tidak Dipisahkan

3) Penerimaan Ganti Rugi atas Kekayaan Daerah


(66)

2. Infastruktur Pembangunan Daerah

Dalam sebuah artikel berjudul Percepatan Pembangunan

infrastruktur, Infrastruktur mempunyai peran yang penting dalam

memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa serta diyakini sebagai

pemicu pembangunan suatu kawasan. Dalam kepemerintahan Kabupaten

Pemalang, infrastruktur pembangunan daerahnya meliputi diantaranya:

a. Dinas pendidikan, yaitu dana yang digunakan dalam rangka

memperbaiki fasilitas dalam menunjang pendidikan, seperti:

pembangunan sekolah, pembangunan ruang kelas, perpustakaan,

laboratorium dan perpustakaan.

b. Dinas kesehatan, yaitu dana yang digunakan untuk memperbaiki

sistem serta fasilitas rumah sakit untuk kenyamanan dalam

pelayanannya, seperti: pembangunan puskesmas, pengadaan sarana

dan prasarana posyandu, dan pambangunan untuk peningkatan sarana

dan prasarana RSUD

c. Dinas pekerjaan umum, yaitu dana yang digunakan untuk

memperbaiki fasilitas daerah sampai kepelosok desa guna menunjang

kepentingan umum, seperti: pembangunan jalan dan jembatan, saluran


(67)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Kabupaten Pemalang

Kabupaten Pemalang merupakan salah satu wilayah di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di utara Jawa Tengah bagian barat sekitar 140 Km dari Ibukota Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis Kabupaten Pemalang terletak diantara 109º 17´ 30" Bujur Timur dan 8º 52´ 30" – 7º 20´ 11´ Lintang Selatan dengan batas-batas administrasi Kabupaten Pemalang adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Laut Jawa

Sebelah Timur : Kabupaten Pekalongan Sebelah Selatan : Kabupaten Purbalingga Sebelah Barat : Kabupaten Tegal

Luas wilayah Kabupaten Pemalang 111.530,570 Ha atau 1.115,31 Km², Kabupaten Pemalang terdiri dari 14 Kecamatan dan 11 Kelurahan serta 211 Desa dengan perincian sebagai berikut: Kecamatan Pemalang, 13 desa dan 7 kelurahan; Kecamatan Taman, 19 Desa dan 2 Kelurahan; Kecamatan Petraukan, 19 Desa dan 1 Kelurahan; Kecamatan Comal, 17 Desa dan 1 Kelurahan; Kecamatan Ampelgading, 16 Desa; Kecamatan Bodeh, 19 Desa; Kecamatan Randudongkal, 18 Desa; Kecamatan


(68)

Bantarbolang, 17 Desa; Kecamatan Moga, 10 Desa; Kecamatan Belik, 12 Desa; Kecamatan Watukumpul, 15 Desa; Kecamatan Pulosari, 12 Desa; Kecamatan Warungpring, 6 Desa.

Wilayah Kabupaten Pemalang yang seluas 111.530,570 Ha. Seluas 38.694,216 Ha dari seluruh luas daerah merupakan tanah Sawah; Bangunan dan sekitarnya 14.875,200 Ha; Tegalan/kebun 17.951,975 Ha; Ladang/huma 233,091 Ha; Tambak/kolam 1.451,54 Ha; Hutan 29.972,88 Ha; Perkebunan 774,21 Ha; Lain-lain 10.006,54 Ha.

Secara umum wilayah Kabupaten Pemalang beriklim tropis suhu rata-rata dengan suhu minimum 26,05º C dan maksimum 27,53º C. Penyebaran curah hujan di Kabupaten pemalang adalah sebagai berikut: a. 2000 – 3000 mm/tahun, meliputi wilayah pantai, Kecamatan Pemalang,

Taman, Ampelgading, Petarukan, Comal dan Ulujami b. 3000 – 4000 mm/tahun, meliputi wilayah:

Kecamatan Randudongkal, Bantarbolang, Bodeh, Watukumpul. c. 4000 – 5000 mm/tahun meliputi wilayah:

Kecamatan Pulosari dan Watukumpul

d. Lebih dari 6000 mm/tahun, meliputi wilayah: Kecamatan Moga dan Watukumpul


(69)

2. Perekonomian Daerah

Struktur perekonomian Kabupaten Pemalang masih didominasi oleh sektor pertanian dalam arti luas, yang meliputi sektor pertanian tanaman pangan/perkebunan, peternakan dan perikanan. Sektor yang memberikan kontribusi terbesar kedua setelah pertanian adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Selanjutnya kontribusi terbesar ketiga adalah sektor industri pengolahan.

Struktur perekonomian Kabupaten Pemalang terus mengalami pergeseran meskipun tingkat perubahannya relatif kecil dan lambat. Dominasi sektor primer (pertanian) dalam perekonomian akibat kurang berkembangnya sektor industri, perdagangan dan jasa pada pasca krisis. Pergeseran struktur ekonomi dapat teridentifikasi dari perubahan peranan dan kontribusi antara primer, sekunder dan tersier. Kedepan Kabupaten Pemalang mengharapkan pendapatan perkapita terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan pendapatan perkapita Jawa Tengah yang diikuti dengan pemerataan pendapatan yang makin baik, dengan meniadakan ketimpangan baik antar wilayah, antar kecamatan maupun antar desa-kota. 3. Prasarana dan Sarana Daerah

Sampai dengan saat ini, Kabupaten Pemalang telah berhasil membangun infrastruktur yang sangat memadai untuk mendukung berbagai kegiatan pembangunan dan investasi. Sarana dan prasarana (infrastruktur) tersebut antara lain berupa jalan beraspal sampai pelosok


(1)

Tabel 4.8

Infrastruktur Pembangunan Daerah

Uraian 2009

(Rp) A. Dinas Pendidikan

1. Pembangunan sekolah untuk usia dini

2. Pembangunan laboratorium dan ruang pratikum SMP 3. Pembangunan perpustakaan sekolah dasar

4. Penambahan ruang kelas baru SMP/MTs 5. Pembangunan gedung sekolah menengah 6. Penambahan ruang kelas menengah

7. Pembangunan labroratorium dan ruang pratikum untuk sekolah menengah

8. Pembangunan perpustakaan sekolah menengah B. Dinas Kesehatan

1. Pembangunan puskesmas

2. Pengadaan sarana dan prasarana posyandu 3. Program untuk peningkatan sarana & prasarana

RSUD

C. Dinas Pekerjaan Umum

1. Pembangunan jalan dan jembatan 2. Pembangunan saluran drainase

3. Pembangunan/peningkatan infrastruktur 4. Pembangunan infrastruktur desa

5. Pembangunan jaringan air bersih/air minum 6. Pembangunan sumur-sumur air tanah 7. Perbaikan perumahan karena bencana alam

8. Pembangunan sarana dan prasarana rumah sederhana sehat

9. Pembangunan embung dan penampungan air lainnya D. Dinas Perhubungan

1. Pembangunan gedung terminal

2. Pengembangan jaringan komunikasi dan informasi 3. Pembangunan parkir dan rest area

4. Pembangunan tempat pembuangan benda padat/cair yang menimbulkan polusi

TOTAL 869.268.000 441.000.000 1.057.500.000 - 1.323.000.000 525.000.000 425.000.000 -4.868.300.000 - 4.876.614.000 9.450.000 310.000.000 1.516.053.000 1.033.000.000 3.961.700.000 -- 112.930.000 752.400.000 835.000.000 - -22.916.215.000 Sumber: BAPPEDA Pemalang


(2)

Rekapitulasi Laporan Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2007

(Dalam Satuan Rupiah)

Uraian

Target Anggaran Setelah Perubahan

Tahun 2007

Realisasi Anggaran Sampai Bulan Desembet Tahun

2007

Selisih Kurang

(Lebih) %

PENDAPATAN 659.965.625.000 686.287.450.612 26.321.825.612 3,99

PENDAPATAN ASLI DAERAH 52.026.512.000 55.867.339.008 3.840.827.008 7,38

Hasil Pajak Daerah 8.295.000.000 9.292.780.836 997.780.836 12,03

Hasil Retribusi Daerah 30.403.460.000 32.179.733.471 1.776.273.471 5,84

Retribusi Jasa Umum 26.110.950.000 27.520.044.915 1.409.094.915 5,40

Retribusi Jasa Usaha 3.754.810.000 3.970.221.903 215.411.903 5,74

Retribusi Perijinan Tertentu 537.700.000 689.466.653 151.766.653 28,23

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 2.668.592.000 2.827.945.257 159.353.257 5,97 Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 10.659.460.000 11.566.879.444 907.419.444 8,51

DANA PERIMBANGAN 567.495.500.000 579.358.400.088 11.862.900.088 2,09


(3)

Rekapitulasi Laporan Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2008

(Dalam Satuan Rupiah)

Uraian

Target Anggaran Setelah Perubahan

Tahun 2008

Realisasi Anggaran Sampai

Bulan Desembet Tahun 2008

Selisih Kurang

(Lebih) %

PENDAPATAN 728.278.846.000 757.055.740.510 28.776.894.510 3,95

PENDAPATAN ASLI DAERAH 53.748.798.000 66.882.900.620 13.134.102.620 24,44 Hasil Pajak Daerah 8.669.000.000 10.324.670.535 1.655.670.535 19,10 Hasil Retribusi Daerah 30.041.211.000 35.497.456.899 5.456.245.899 18,16

Retribusi Jasa Umum 27.159.500.000 31.923.007.365 4.763.507.365 17,54

Retribusi Jasa Usaha 2.305.211.000 2.640.961.842 335.750.842 14,56

Retribusi Perijinan Tertentu 576.500.000 933.487.692 356.987.692 61,92

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 3.238.858.000 3.668.628.919 429.770.919 13,27 Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 11.799.729.000 17.392.144.267 5.592.415.267 47,93

DANA PERIMBANGAN 621.476.077.000 631.081.770.628 9.605.693.628 1,55


(4)

Rekapitulasi Laporan Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2009

(Dalam Satuan Rupiah)

Uraian

Target Anggaran Setelah Perubahan

Tahun 2009

Realisasi Anggaran Sampai Bulan Desembet Tahun

2009

Selisih Kurang

(Lebih) %

PENDAPATAN 790.930.142.000 829.065.372.640 38.135.230.640

4,82 PENDAPATAN ASLI DAERAH 69.871.265.000 81.767.174.628 11.895.909.628 17,03 Hasil Pajak Daerah 10.596.000.000 11.782.513.235 1.186.513.235 11,20 Hasil Retribusi Daerah 32.030.001.000 39.554.382.955 7.524.381.955 23,49

Retribusi Jasa Umum 27.921.256.000 33.816.778.629 5.895.522.629 21,11

Retribusi Jasa Usaha 3.407.745.000 4.685.383.176 1.277.638.176 37,49

Retribusi Perijinan Tertentu 701.000.000 1.052.221.150 351.221.150 50,10

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 5.494.290.000 5.769.654.510 275.364.510 5,01 Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 21.750.974.000 24.660.623.928 2.909.649.928 13,38

DANA PERIMBANGAN 680.608.113.000 700.946.926.606 20.338.813.606 2,99

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 40.450.764.000 46.351.271.406 5.900.507.406 14,59  


(5)

¾ Hasil Korelasi Tahun 2007

Tabel 4.3

Correlations

Pendapatan Asli Daerah

Infrastruktur Pembangunan

Daerah

pendapatan asli daerah Pearson Correlation 1 -.148

Sig. (2-tailed) .852

N 4 4

infrastruktur pembangunan daerah

Pearson Correlation -.148 1

Sig. (2-tailed) .852

N 4 4

Sumber: Olah Data SPSS

¾ Hasil Korelasi Tahun 2008

Tabel 4.6

Correlations

Pendapatan Asli Daerah

Infrastruktur Pembangunan

Daerah

pendapatan asli daerah Pearson Correlation 1 .825

Sig. (2-tailed) .382

N 4 3

infrastruktur pembangunan daerah

Pearson Correlation .825 1

Sig. (2-tailed) .382

N 3 3


(6)

¾ Hasil Korelasi Tahun 2009

Tabel 4.9 Correlations

Pendapatan Asli Daerah

Infrastruktur Pembangunan

Daerah

Pendapatan Asli Daerah Pearson Correlation 1 .694

Sig. (2-tailed) .512

N 4 3

Infrastruktur Pembangunan Daerah

Pearson Correlation .694 1

Sig. (2-tailed) .512

N 3 3

Sumber: Olah Data SPSS

¾ Hasil Korelasi dari TAhun 2007-2009 Tabel 4.10

Correlations

Pendapatan Asli Daerah

Infrastruktur Pembangunan

Daerah

Pendapatan Asli Daerah Pearson Correlation 1 .048

Sig. (2-tailed) .883

N 12 12

Infrastruktur Pembangunan Daerah

Pearson Correlation .048 1

Sig. (2-tailed) .883

N 12 12

Sumber: Olah Data SPSS