344 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014
Tabel 7. : Analisis usahatani ubi jalar per hektar dengan teknologi budidaya tradisional dan teknologi
budidaya introduksi di Nagari Panampuang, Kabupaten Agam, tahun 2007-2008.
No. Uraian
Teknologi Petani Teknologi Introduksi
Fisik Nilai Rp.
Fisik Nilai Rp.
A. Biaya Produksi:
1. Bibitstek ubi jalar 2. Pupuk:
Urea SP-36
KCl Pupuk kandangkompos
3. Tenaga kerja: Pengolahan tanah
Penanaman Pemupukan
Penyiangan pembumbunan Pembalikan batang
Panen Pascapanen
Total Biaya Produksi
83.000 bh 50 kg
15 kg 0 kg
500 kg 40 HOK
10 HOK 2 HOK
20 HOK 0 HOK
20 HOK 10 HOK
t 415.000
75.000 30.000
- 100.000
1.200.000 300.000
60.000 600.000
600.000 300.000
3.680.000
57.000 bh 100 kg
100 kg 100 kg
5000 kg 40 HOK
10 HOK 4 HOK
20 HOK 6 HOK
20 HOK 10 HOK
855.000 150.000
200.000 500.000
1.000.000 1.200.000
300.000 120.000
600.000 180.000
600.000 300.000
6.005.000 B.
Penerimaan: Produksi:
• Ubi Bogor: - Umbi besar 20,2
- Umbi kecil 79,8 • Sawentar
- Umbi besar 30 - Umbi kecil 70
• Papua Patippi - Umbi besar 23,75
- Umbi kecil 76,25 • Papua Solossa
- Umbi besar 29,73 - Umbi kecil 70,27
14,40 tha 2,91 tha
11,49 tha 5.193.000
1.746.000 3.447.000
16,00 tha 4,80 tha
11,20 tha 17,60 tha
4,18 tha 13,42 tha
24,80 tha 7,37 tha
17,43 tha 6.240.000
2.880.000 3.360.000
6.534.000 2.508.000
4.026.000 9.651.000
4.422.000 5.229.000
C. Keuntungan Usahatani:
Ubi Bogor •
Sawentar •
Papua Patippi •
Papua Solossa •
Cangkuang •
Sukuh •
1.513.000 235.000
529.000 3.646.000
8.269.000 10.255.000
Data pada Tabel 7 juga memperlihatkan bahwa keuntungan usahatani per musim
tanam tertinggi Rp. 10.255.000ha diperoleh dengan menanam varietas Sukuh, diikuti
oleh varietas Cangkuang Rp. 8.269.000 ha dan Papua Solossa Rp. 3.646.000ha,
semuanya dengan mengaplikasikan paket teknologi budidaya introduksi. Sedangkan
penggunaan varietas lokal Kapelo Bogor dengan paket teknologi budidaya tradisional
hanya menghasilkan keuntungan usahatani sebanyak Rp. 1.513.000ha musim tanam.
Peningkatan keuntungan usahatani diperoleh dari peningkatan kuantitas dan kualitas
produksi ubi jalar berupa persentase umbi besar yang lebih tinggi.
345 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014
Pengembangan Inovasi Teknologi
Melalui implementasi program Prima Tani, usahatani ubi jalar dikembangkan
secara bertahap di Nagari Panampuang. Menurut Afdi et al. 2008, dari 10 varietas
unggul ubi jalar yang diintroduksikan pada tahun 2007, ternyata hanya empat
varietas yang disukai oleh petani setempat, yaitu: Cangkuang, Sukuh, Ubi Ungu, dan
Sawentar. Dasar pemilihan varietas oleh petani terutama penerimaan dan harga pasar.
Keempat varietas tersebut pada tahun 2008 dikembangkan oleh dua kelompok tani
dengan luas pertanaman masing-masing 2 hektar, dengan menerapkan paket teknologi
budidaya introduksi secara utuh. Di samping dua poktan diatas yang mengembangkan
inovasi teknologi ubi jalar secara utuh, ada juga beberapa petani yang mengembangkan
beberapa komponen teknologi budidaya yang dianjurkan. Komponen teknologi yang
umumnya diadopsi adalah teknologi tanam tegak, pembalikan batang, dan pemakaian
pupuk organik. Pada tahun 2009, realisasi luas
areal pengembangan usahatani ubi jalar yang difokuskan pada penggunaan varietas
unggul dan penerapan teknologi budidaya anjuran spesiik lokasi ternyata melampaui
target yang disepakati pada awal tahun.
Target pengembangan usahatani ubi jalar pada tahun 2009 hanya seluas 9,25 hektar,
sedangkan realisasinya
sampai akhir
Desember 2009 mencapai 17,25 hektar Tabel 8. Artinya, realisasi penerapan
teknologi anjuran dalam pengembangan usahatani ubi jalar di Nagari Panampuang
melalui program Prima Tani pada tahun 2009 mencapai 186,5. Di samping areal
realisasi lebih luas dibanding target, jumlah kelompok tani yang mengadopsi teknologi
budidaya anjuran spesiik lokasi juga lebih banyak dibanding target semula lima belas
berbanding tiga belas. Ada empat kelompok tani yang memang tidak mencapai target
areal, tetapi ada empat kelompok tani pula yang melebihi target.
Tabel 8. : Target dan realisasi pengembangan usahatani ubi jalar melalui penanaman varietas unggul
dan penerapan teknologi budidaya anjuran spesiik lokasi tahun 2009.
Kesepakatan pada workshop di Bukittinggi, 29 Mei 2009.
No. Kelompok Tani
Target ha Realisasi
Hektar Persen
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
9.
10. 11.
12. 13.
14. 15.
Gupanker Kompeter
Surla Sakato Beringin Jaya
Tunas Baru Nailussa’adah
Darussalam Bancah Boong
Maju Bersama Lakota
Bonjo Larangan Maju Terus
Tangkerang Kerjasama
Prima Mandiri 1,0
0,5 1,0
0,5 0,5
1,0 1,0
0,75 0,5
0,5 1,0
0,5 0,5
- -
0,5 1,25
1,25 0,5
0,5 0,5
0,5 1,5
0,5 0,5
1,0 1,5
0,25 1,0
6,0 50
250 125
100 100
50 50
200 100
100 100
300
50 -
-
Jumlah 9,25
17,25 186,5
346 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014
Ditinjau dari
aspek komponen
teknologi yang diterapkan atau diadopsi oleh petani, ada tiga komponen teknologi
yang tinggi tingkat adopsinya yaitu: penggunaan stek pucuk, sistem tanam
tegak, dan pemakaian guludan. Semua 100 kelompok tani yang melakukan
perbaikan teknologi budidaya ubi jalar telah menggunakan stek pucuk sesuai
anjuran dan penanaman stek secara tegak, sedangkan komponen teknologi pemakaian
guludan diadospsi oleh 80 kelompok tani. Lebih 50 kelompok tani telah melakukan
pembalikan batang sesuai anjuran dalam pemeliharaan tanaman ubi jalar, dan masing-
masing 40 telah menggunakan varietas unggul dan pemakaian pupuk untuk ubi
jalar sesuai anjuran, termasuk penggunaan pupuk organik Tabel 9.
Tabel 9. :
Tingkat adopsi komponen teknologi budidaya ubi jalar anjuran spesiik lokasi di Nagari Panampuang, tahun 2009.
No. Komponen Teknologi
Kelompok Tani Adopter
Keterangan
1. 2.
3. 4.
5. 6.
Varietas unggul Cangkuang dan klon Ubi Ungu Pemakaian guludan
Penggunaan stek pucuk Penanaman tegak
Pemupukan sesuai anjuran Pembalikan batang
40 80
100 100
40 53
Sangat tergantung pada preferensi pasar
Kombinasi pupuk buatan dan pupuk organik
Varietas unggul yang diadopsi oleh petani semakin berkurang, pada tahun 2009
hanya Cangkuang dan Ubi Ungu. Hal ini disebabkan karena pemilihan varietas yang
akan ditanam oleh petani sangat tergantung pada preferensi pasar. Sebagian besar petani
masih menjual hasil ubi jalarnya dalam bentuk mentah di pasar-pasar terdekat.
Para pedagang ternyata masih cenderung membeli ubi jalar varietas lokal, dan untuk
varietas unggul hanya Ubi Ungu dan Cangkuang. Posisi tawar petani dalam hal
pemasaran hasil pertanian, termasuk ubi jalar, masih lemah, sehingga ketergantungan
petani terhadap pedagang hasil pertanian sangat tinggi.
PENUTUP Kesimpulan
Dari rangkaian pengkajian yang dilakukan selama tiga tahun sebagaimana
diuraikan sebelumnya, maka dapat dike-
mukakan kesimpulan sebagai berikut: Pada awal tahun 2007, usaha tani ubi
1. jalar petani di Nagari Panampuang ma-
sih dilakukan secara sederhana den- gan teknologi budidaya konvensional.
Dengan teknologi budidaya yang se- derhana tersebut, tingkat produksi ber-
kisar 8 - 13 ton per hektar. Pendapatan usahatani ubi jalar yang diterima petani
lebih kurang Rp. 1.500.000 per musim tanam 5 bulan.
347 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014
Ada dua masalah utama yang dihadapi 2.
oleh petani di Nagari Panampuang da- lam berusahatani ubi jalar, yaitu: 1
produktivitas belum optimal, dan 2 pemasaran hasil kurang lancar. Produk-
tivitas yang belum optimal disebabkan oleh: petani belum menggunakan varie-
tas unggul karena tidak tersedia di loka- si, bibit kurang bermutu, teknologi bu-
didaya masih tradisional, dan hama dan penyakit tidak dikendalikan. Pemasaran
hasil ubi jalar yang kurang lancar teru- tama disebabkan karena: kualitas hasil
ubi jalar kurang baik akibat penggunaan varietas dan budidaya tradisional, jum-
lah produksi tidak stabil, dan kapasitas pasar tidak terjamin.
Sembilan varietas unggul ubi jalar mam- 3.
pu tumbuh lebih baik dan berproduksi lebih tinggi dibanding varietas lokal di
Panampuang, dengan tingkat produksi berkisar 20 - 34 tonha. Dengan perbai-
kan teknologi budidaya, produktivitas varietas unggul ubi jalar di Panampuang
dapat ditingkatkan menjadi berkisar 25 - 40 tonha dan pendapatan usahatani ubi
jalar mampu mencapai Rp. 10.255.000 per hektar per musim tanam.
Pada tahun 2009, realisasi luas areal 4.
pengembangan usahatani ubi jalar yang difokuskan pada penggunaan varietas
unggul dan penerapan teknologi budi- daya anjuran spesiik lokasi mencapai
17,25 hektar 186,5 dari target. Ada
tiga komponen teknologi yang tinggi tingkat adopsinya yaitu: penggunaan
stek pucuk 100, sistem tanam tegak 100, dan pemakaian guludan 80.
Lebih 50 kelompok tani telah melaku- kan pembalikan batang sesuai anjuran,
dan masing-masing 40 telah meng- gunakan varietas unggul dan pemakaian
pupuk sesuai anjuran, termasuk peng- gunaan pupuk organik.
Rekomendasi
Di samping dipengaruhi oleh tingkat 1.
produksi, pendapatan usahatani ubi jalar juga sangat ditentukan oleh harga
pasar dan lancarnya pemasaran. Oleh karena itu, upaya peningkatan produksi
ubi jalar di Nagari Panampuang perlu diikuti dengan perbaikan mekanisme
pasar dan perluasan pemasaran. Beberapa varietas unggul baru ubi jalar
2. tidak cocok untuk dimakan segar tetapi
cocok untuk diolah menjadi berbagai produk olahan. Berkaitan dengan itu,
maka pengembangan usahatani ubi jalar di Panampuang sebaiknya diikuti
dengan upaya pengembangan produk olahannya.
Peluang pengembangan usahatani ubi 3.
jalar di Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat masih terbuka luas. Oleh
karena itu, program pengembangannya secara terintegrasi perlu dilakukan
secara berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Afdi, E., Y. Hendri, A. Sahar, Azman, dan Yunasri. 2008. Laporan Pelaksanaan
Prima Tani di Kabupaten Agam Sumat- era Barat Tahun 2008. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Sumatera Barat.
Anonim. 2005. Ekspose Wali Nagari Panam-
puang Dalam Rangka Lomba Nagari Tingkat Kabupaten Agam Tahun 2005.
Anonim. 2006. Pedoman Umum Prima Tani
348 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014
Terintegrasi. Departemen Pertanian Re- publik Indonesia, Jakarta. 36 hlm.
Balitkabi Malang. 2008. Deskripsi Varietas
Unggul Kacang-kacangan dan Umbi- umbian. Cetakan Revisi. Balai Pene-
litian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang.
Bappeda Agam. 2005. Agam Dalam Ang-
ka Tahun 2005. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Pusat
Statistik Kabupaten Agam.
Bappeda Agam. 2006. Rencana Pembangunan
Jangka Menengah RPJM Kabupaten Agam Tahun 2006-2010.
Bappeda dan BPS Kabupaten Agam. 2008.
Agam Dalam Angka 2007. Kerjasama Badan
Perencanaan Pembangunan
Daerah dan Badan Pusat Statistik Ka- bupaten Agam.
Departemen Pertanian. 2006. Pedoman
Umum Prima Tani. Departemen Perta- nian Republik Indonesia, Jakarta.
Irfan, Z., Rali Munir dan Artuti AM. 2005.
Pedoman umum Prima tani Sumatera Barat. Balai Pengkajian Teknologi Per-
tanian Sumatera Barat. 21 hlm.
Irfan, Z., Y. Hendri, A. Sahar, Winardi, Yunasri, Harnel, dan Zainir. 2006.
Laporan Hasil PRA Prima Tani di Pa- nampuang, Kabupaten Agam, Propinsi
Sumatera Barat. Balai Pengkajian Tek- nologi Pertanian Sumatera Barat. 90
hlm.
Irfan, Z., Y. Hendri, A. Sahar, Yunasri, dan Zainir. 2007a. Laporan Pelaksanaan
Base Line Survey di Panampuang, Kec. IV Angkek, Kabupaten Agam Sumat-
era Barat tahun 2007. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat.
Irfan, Z., Y. Hendri, A. Sahar, Yunasri, Azman, Djanifah J., Zainir, dan
Nasril. 2007b. Laporan Pelaksanaan Prima Tani di Kabupaten Agam Sumat-
era Barat tahun 2007. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat.
Irfan, Z., Y. Hendri, A. Sahar, Yunasri, dan Syafrial J. 2009. Laporan Akhir Ta-
hun Implementasi Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi
Teknologi Pertanian PRIMA TANI di Kenagarian Panampuang, Kecamatan
IV Angkek, Kabupaten Agam, Provin- si Sumatera Barat Tahun 2009. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Suma- tera Barat.
Jusuf, M. 2007. Status Pembentukan Varietas
Unggul Ubi Jalar dan Prospek Pengem- bangannya. Materi disampaikan pada
Seminar Khusus Ubi Jalar di BPTP Su- matera Barat, 24 Juli 2007.
Musaddad, A. 2008. Teknologi Produksi Kede-
lai, Kacang Tanah, Kacang Hijau, Ubi Kayu, dan Ubi Jalar. Balai Penelitian
Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi- umbian, Malang.
Sumartini, St.A. Rahayuningsih, dan M. Jusuf. 2008. Ketahanan Klon-klon
Harapan Ubi Jalar Umbi Kuning dan Ungu terhadap Penyakit Kudis. Hlm.
443-449; Prosiding Seminar Inovasi Teknologi Kacang-kacangan dan Um-
bi-umbian Mendukung Kemandirian Pangan dan Kecukupan Energi; Arief
Harsono et al. Penyunting. Pusat Pe- nelitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan, Bogor.
Wahyuni, T.S., M. Jusuf, dan St.A. Rahayun- ingsih. 2008. Aksesi Plasma Nutfah
Ubi Jalar Berkandungan Beta-karoten Tinggi. Hlm. 238-245; Prosiding Semi-
nar Inovasi Teknologi Kacang-kacan- gan dan Umbi-umbian Mendukung
Kemandirian Pangan dan Kecukupan Energi; Arief Harsono et al. Penyunt-
ing. Pusat Penelitian dan Pengemban- gan Tanaman Pangan, Bogor.
349 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014
SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT DENGAN GEJALA DEMAM MENGGUNAKAN METODE CASE BASED REASONING CBR BERBASIS WEB
Studi Kasus : Puskesmas Nanggalo Siteba Padang THE EXPERT SYSTEM FOR DIAGNOSIS OF FEVER USING CASE BASE
REASONING CBR WEB BASED Minarni dan Sri Hardianti
Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Padang Jl. Gajah Mada Kandis Padang, Telp. 0751 7055202
Email: minarni1706gmail.com
Naskah Masuk : 27 Oktober 2014 Naskah Diterima : 25 November 2014
Abstrak
Health center Nanggalo Siteba Padang is a functional organization that is central to the development of public center also fostering society participant while providing the health care and intregated to the
society. During this time the patients have to wait for the result of a doctor’s diagnosis to determine wether the suffered from a speciic disease. And the doctors also have to wait for the result of laboratory
tests to diagnose what a patient’s desease. Fever is a sign of illness. When the body have psychological disorder or have physical, the symptoms complained of fever is identiied with the term hot body.
Fever is the beginning of body’s reaction to stimuli disease microorganisms that enter in the body, so the body temperature will increase above 37.5 degrees celcius. This condition can be measured
with a thermometer in the oral mouth, the axilla armpit, or rectal rectal. Case based reasoning CBR is the process of remembering a past case, then use it again and adapt in the new case. CBR has
several stages. The irst stage is the retrieve recover the case or the most similar cases. Case based reasoning is expected to help tje general society about the disease associated with symptoms of fever.
This application build by using the PHP database programming language that used is My SQL.Thus, this application can help the doctor to diagnose the disease with the symptoms and knowing what the
disease suffered of the patient, So that the service for the patient or user easier, optimal and effesient.
Keyword: Expert System, disease with symptoms of fever, case based reasoning. Abstrak
Puskesmas Nanggalo Siteba Padang adalah suatu organisasi fungsional yang memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat. Selama ini pasien harus menunggu
hasil diagnosis dokter untuk mengetahui apakah pasien menderita suatu penyakit tertentu. Salah satu penyakit yang umum dialami oleh masyarakat adalah demam. Demam merupakan pertanda penyakit.
Bila tubuh mengalami gangguan isik atau psikis dikeluhkan gejala demam yang identik dengan istilah panas badan. Demam merupakan reaksi awal tubuh terhadap rangsangan mikroorganisme
penyakit yang masuk ke dalam tubuh, sehingga suhu badan akan meningkat di atas 37,5 derajat Celcius. Kondisi ini bias diukur dengan thermometer di oral mulut, axilla ketiak atau rectal
dubur. Metode Case Base Reasoning CBR adalah metodeproses dalam mengingat kasus masa lampau, menggunakannya kembali dan mengadaptasikannya dalam kasus baru. Tujuan penelitian
ini adalah membangun sebuah sistem pakar diagnosis penyakit dengan gejala demam menggunakan metode Case Base Reasoning CBR berbasis web, yang diharapkan dapat membantu masyarakat
untuk mengetahui dan mendapatkan alternative solusi yang lebih praktis, cepat dan eisien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pakar yang dibuat dapat memudahkan pasienmasyarakat
untuk mengetahui penyakit dengan gejala demam dan solusinya karena berbasis web.
Kata Kunci: Sistem Pakar, Penyakit dengan gejala demam, Case Base Reasoning
350 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014
PENDAHULUAN
Perkembangan dunia medis saat ini banyak yang menggunakan komputer untuk
membantu diagnosis maupun pencegahan dan penanganan suatu penyakit. Selain itu
sebagian besar dari masyarakat tidak terla- tih secara medis, sehingga apabila menga-
lami gejala penyakit yang diderita belum tentu dapat memahami cara-cara penanggu-
langannya. Padahal gejala-gejala yang sebe- narnya dapat ditangani lebih awal menjadi
penyakit yang lebih serius akibat kurangnya pengetahuan.
Puskesmas Nanggalo Siteba Padang adalah suatu organisasi fungsional yang
merupakan pusat pengembangan keseha- tan masyarakat yang juga membina peran
serta masyarakat disamping memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh
dan terpadu kepada masyarakat. Selama ini pasien harus menunggu hasil diagnosis
dokter untuk mengetahui apakah ia mende- rita suatu penyakit tertentu. Dan dokter juga
harus menunggu hasil tes laboratorium un- tuk mendiagnosa penyakit apa yang diderita
pasien. Dalam masyarakat, demam dikenal
sebagai sebuah penyakit yang cukup umum terjadi. Hanya sedikit orang yang tahu
bahwa demam sebenarnya sebuah gejala dari berbagai kemungkinan penyakit.
Demam merupakan pertanda penyakit. Bila tubuh mengalami gangguan isik atau psikis,
dikeluhkan gejala demam yang diidentikkan
dengan istilah panas badan. Dalam dunia medis demam disebut juga fever atau
febris. Demam merupakan reaksi awal tubuh terhadap rangsangan mikroorganisme
penyakit yang masuk kedalam tubuh, sehingga suhu badan akan meningkat diatas
37,5 derajat celcius. Kondisi ini bisa diukur dengan termometer di oral mulut, axilla
ketiak atau dubur rectal. Setiap penyakit yang disebabkan oleh invasi bakteri atau
virus pada umumnya menimbulkan gejala demam pada tubuh kita. Dalam kondisi
iklim pancaroba dan perubahan kualitas lingkungan pemukiman. Bagi semua orang
tidak banyak yang mengetahui jika adanya gejala penyakit menyerupai demam.
Sistem pakar adalah sistem yang berusaha mengadopsi pengetahuan manu-
sia ke komputer yang dirancang untuk memodelkan kemampuan menyelesaikan
masalah seperti layaknya seorang pakar. Dengan sistem pakar ini, orang awam
pun dapat menyelesaikan masalahnya atau hanya sekedar mencari suatu informasi
berkualitas yang sebenarnya hanya dapat diperoleh dengan bantuan para ahli di
bidangnya. Sistem pakar juga akan dapat membantu aktivitas para pakar sebagai asis-
ten yang berpengalaman dan mempunyai asisten yang berpengalaman dan mempu-
nyai pengetahuan yang dibutuhkan. Da- lam penyusunannya, sistem pakar meng-
kombinasikan kaidah-kaidah penarikan kesimpulan inference rules dengan basis
pengetahuan tertentu yang diberikan oleh satu atau lebih pakar dalam bidang tertentu.
Kombinasi dari kedua hal tersebut disimpan dalam komputer, yang selanjutnya diguna-
kan dalam proses pengambilan keputusan untuk penyelesaian masalah tertentu.
Sistem pakar akan bertindak layaknya seperti seorang pakar. Sistem akan mem-
berikan daftar gejala-gejala sampai bisa mengidentiikasi suatu objek berdasarkan
351 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014
jawaban yang diterimanya. Jadi kerja sistem pakar adalah menganalisis suatu masalah.
Dengan adanya sistem pakar ini diharapkan nantinya bisa membantu masyarakat untuk
mendiagnosa penyakit dengan gejala de- mam pada manusia dengan melihat ciri-ciri
dan gejala-gejala yang dialami pasien dan nantinya sistem pakar ini dapat menjelas-
kan dan mengdiagnosa apakah pasien terse- but terkena penyakit dengan gejala demam
yang seperti apa, bisa jadi gejala demam yang di alami pasien berakibat atau terdiag-
nosa penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut, Diare, Demam Thypoid tipes, De-
mam Berdarah, Infeksi Saluran Kemih, dan Chikungunya
Case Base Reasoning CBR adalah proses dalam mengingat suatu kasus pada
masa lampau, lalu menggunakannya kem- bali dan mengadaptasikan dalam kasus
baru. Tahapan-tahapan dalam CBR adalah sebagai berikut:
1. Retrieve Mendapatkanmemperoleh kembali ka-
sus yang paling menyerupairelevan similar dengan kasus yang baru.
Bagian ini mengacu pada segi identi- ikasi, kemiripan awal, pencarian dan
pemulihan serta eksekusi.
2. Reuse Reuse menggunakan informasi dan
pengetahuan dari kasus tersebut untuk memecahkan permasalahan. Proses re-
use dai solusi kasus yang telah diper- oleh dalam konteks baru difokuskan
pada dua aspek yaitu perbedaan antara kasus yang sebelumnya dan yang seka-
rang, bagian apa dari kasus yang telah diperoleh yang dapat ditransfer menja-
di kasus baru. 3. Revise
Revise meninjaumemperbaiki kem- bali usulan solusi.
4. Retain Retain menyimpan bagian-bagian dari
pengalaman tersebut yang mungkin berguna untuk memecahkan masalah
di masa yang akan datang Fungsi CBR sebagai diagnosis,
dimana pengguna memanfaatkan dalam sistem yang digunakan sebagai alat bantu
untuk menentukan hasil diagnosis suatu masalah. Sankar Pal, 2004
Untuk sistem inferensi digunakan Algoritma nearest neighbor retrieval
untuk menghitung bobot kemiripan similarity
dengan nearest
neighbor retrieval adalah:
Keterangan: S = similarity nilai kemiripan
W = weight bobot yang diberikan Sejalan dengan meningkatnya pera-
nan informasi dalam bisnis maupun teknologi, akses terhadap sumber dan ja-
ringan informasi menjadi semakin pen- ting bagi para profesional. Internet adalah
jaringan informasi komputer mancanega- ra yang berkembang sangat pesat dan pada
saat ini dapat dikatakan sebagai jaringan in- formasi terbesar di dunia, sehingga sudah
seharusnya para profesional mengenal manfaat apa yang dapat diperoleh melalui
jaringan ini. Manfaat Internet ada banyak manfaat yang dapat diperoleh apabila
352 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014
seseorang mempunyai akses ke Internet. Berikut ini hanyalah sebagian dari apa
yang tersedia di Internet :
1. Informasi untuk kehidupan pribadi 2. Seperti : Kesehatan, Rekreasi, Hobby,
Pengembangan Pribadi,
Rohani, Sosial.
3. Informasi untuk kehidupan profesional Pekerja
Tujuan penelitian ini adalah mem- bangun sebuah sistem pakar diagnosis pe-
nyakit dengan gejala demam menggunakan metode Case Base Reasoning CBR berba-
sis web, yang diharapkan dapat membantu masyarakat untuk mengetahui dan menda-
patkan alternatif solusi yang lebih praktis, cepat dan eisien karena melalui jaringan
internet.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini berupa penelitian terapan un- tuk merancang sistem pakar mendiagnosis
penyakit dengan gejala demam mengguna- kan metode Case Based Reasoning CBR
yang dapat membantu user menentukan jenis penyakit, gejala, dan solusi dari pe-
nyakit yang dideritanya. Penelitian ini di- laksanakan selama 4 bulan yaitu dari April
sampai Agustus 2014 di Puskesmas Nang- galo Siteba Padang.
Dalam penelitian ini hardware dan software
yang digunakan adalah: PerangkatKeras Hardware terdiri dari Laptop, Prosesor
Intel Pentium 2 Dual core 2 GHz, Hardisk 250 GB, Monitor 14 inchi, RAM 2 GB.
PerangkatLunak Software terdiri dari
Sistem Operasi Windows 7, Microsoft Vi- sio 2010, DreamWeaver CS6, XAMPP, Mi-
crosoft Ofice Access 2007 sebagai desain database, Microsoft Word di gunakan untuk
membuat laporan, Database MySQL, Apps- erv win32, PHP.
Agar dalam perancangan sistem rekayasa perangkat lunak menggunakan data dan
informasi yang berhubungan dengan pokok pembahasan maka digunakan beberapa me-
tode untuk mendapatkan data-data tersebut antara lain:
a. Wawancara Mewawancarai beberapa perawat dan
dokter untuk memperoleh informasi ten- tang penyakit dari gejala-gejala demam.
b. Studi Pustaka Melalui buku referensi yang dapat
membantu dalam menambahkan dan memberikan informasi mengenai pe-
nyakit dari gejala demam dan men- gatasinya.
c. Observasi Teknik ini digunakan bila penelitian
ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia tentang penyakit dari gejala-
gejala demam.
RANCANGAN Data Penyakit
Setelah dianalisa maka diperoleh data penyakit dengan gejala demam sebanyak 6
enam penyakit seperti pada tabel
353 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014
Data Gejala
Dari data-data penyakit dengan gejala demam di atas diperoleh gejala-gejala yang
dikelompokkan seperti pada Tabel 2.
Kode Penyakit Nama Penyakit
P1 Infeksi Saluran Pernafasan Akut ISPA
P2 Diare
P3 Demand Thypoid tipes
P4 Demam Berdarah DBD
P5 Infeksi Saluran Kemih ISK
P6 Chikungunya
Tabel 1. : Daftar Penyakit
Kode Gejala
Nama-nama Gejala Bobot
G10 Demam Tinggi
5 G11
Sakit perut 1
G12 Susah buang ang besar
1 G13
Bintik Merah 1
G14 Menggigil
3 G15
Buang air besar berbusa 5
G16 Sakit pada saat atau setelah buang air kecil
5 G17
Anyangan-anyangan merasa ingin buang air kecil tetapi tidak ada atau sedikit air seni yang keluar 3
G18 Warna air seni keruh atau pekat seperti air teh
3 G19
Terasa ngilu tulang 1
G20 Nyeri pada persendian terutama sendi lutut dan sendi pergelangan jari kaki
5 G21
Nyeri sendi 3
G22 Nyeri sendi tangan serta tulang belakang
3 G23
Fotofobia takut terhadap cahaya 3
G24 Pilek
3 G25
Perut sering berbunyi 3
G26 Demam
1 G27
Buang air besar encer 5
G28 Demam naik turun
5 G29
Mual atau muntah 1
G30 Nyeri pada mata
5 G31
Sakit pada tenggorokan 5
Tabel 2. :
Daftar Gejala
354 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014
Representasi Pengetahuan
Hubungan antara penyakit dengan gejala dapat dilihat pada Tabel 3.
Kode Penya-
kit
G10 G11 G12 G13 G14 G15 G16 G17 G18 G19 G20 G21 G22 G23 G24 G25 G26 G27 G28 G29 G30 G31 G32 G33 G34 G35 G36 G37 G38 G39
P1 3
3 3
3 3
3 P2
3 3
3 3
3 3
P3 3
3 3
3 3
3 P4
3 3
3 3
3 3
P5 3
3 3
3 3
3 P6
3 3
3 3
3 3
Tabel 3. : Representasi Pengetahuan
Context Diagram
Pada gambar context diagram dimana user atau pengguna menyampaikan masalah
yang dirasakannya, setelah itu aplikasi konsultasi penyakit dengan gejala demam
memproses atau mendiagnosa dari gejala- gejala tersebut. Aplikasi akan menentukan
penyakit apa yang yang diderita dan solusi dari penyakit yang diderita. Sedangkan
admin mengupdate knowledge base pada Aplikasi jika hal tersebut dirasa perlukan.
Hal ini merupakan hak akses dari pakar untuk menambah dan mengurangi isi dasar
dalam pemakaian.
Gambar 1 : Context Diagram
Kode Gejala
Nama-nama Gejala Bobot
G32 Demam mendadak
1 G33
Batuk 5
G34 Nyeri bagian perut bawah
5 G35
Suara serakhilang tanpa spontan 3
G36 Sakit kepala
1 G37
Lelah dan lemas 3
G38 Tidak nafsu makan
3 G39
Dehidrasi 3
355 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014
Adapun penjelasan dari diagram context dari sistem ini adalah sebagai berikut :
1. Administrator terlebih dahulu meng-in- putkan pengetahuan kedalam sistem pa-
kar untuk penyakit dengan gejala demam berupa tanya jawab sederhana yang mu-
dah di pahami pengguna. Kemudian ad- min menginputkan solusi dari permasala-
han komputer itu sendiri. 2. User atau pengguna akan menginputkan
permasalahan yang dihadapi dari gejala yang di tampilkan sesuai apa yang dira-
sakan. 3. Sistem pakar akan mengelola data yang
telah disimpan melalui tanya jawab dan kemudian sistem pakar memberi
penjelasan penyakit apa yang di derita dan memberikan solusi. Sehingga
pengguna mendapatkan informasi dari sistem pakar penyakit apa yang di
alaminya.
Gambar 2 : Context Diagram Entity Relationship Diagram ERD
356 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014
HASIL DAN PEMBAHASAN HalamanUtama
Halaman utama merupakan halaman dimana halaman yang muncul ketika hala-
man web diketikan, didalam halaman utama akan menjelaskan tentang bagaimana de-
mam dan nama - nama Penyakit yang di- awali dengan demam. Bentuk tampilan dari
halaman utama adalah sebagai berikut :
Gambar 3 Tampilan Halaman Utama
357 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014
Gambar 4 Halaman Konsultasi Halaman Hasil Konsultasi
Setelah selesai memilih gejala yang dirasakan user atau pengguna, maka di
proses dan akan diketahui penyakit apa yang diderita oleh user sendiri dan mengetahui
solusi dan informasinya.
Gambar 5 Halaman Hasil Konsultasi Halaman Konsultasi
Pada halaman konsultasi dipilih sebanyak delapan pilihan setelah itu di
proses untuk mengetahui penyakit apa yang diderita user.
358 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014
Halaman laporan user
Pada halaman laporan user terdiri dari nama, penyakit, Jenis kelamin, alamat, dan
tanggal konsultasi. Setiap konsultasi dan pendaftaran akan tersimpan pada database
Gambar 6 : Halaman laporan user
untuk mengetahui penyakit apa yang dialami user setiap bulannya, dan data-
data user yang pernah mendaftar, user yang sering berkonsultasi.
Halaman Graik
Pada halaman graik terdapat bebera- pa penyakit yang diberi warna untuk dapat
membedakan setiap penyakit dan ada cata- tan perbulan berapa banyak penyakit yang
diderita perbulannya.
Gambar 7
: Halaman graik
359 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014
Dari tabel di atas adapat dijelaskan bahwa sistem pakar dapat digunakan setiap hari
yang menyerupai sebuah mesin, sedangkan seorang pakar tidak mungkin bekerja terus
menerus setiap hari tanpa beristirahat. Sistem pakar dapat digunakan dimana
saja sedangkan sistem konvensional dapat melakukan dihari-hari tertentu. Sistem
pakar dapat diberi pengamanan untuk menentukan siapa saja yang mempunyai hak
akse es untuk menggunakan dan jawaban yang diberikan sistem terbebas dari proses
ancaman. Sedangan sistem konvensional bisa mendapatkan ancaman atau tekanan
pada saat menyelesaikan masalah. Untuk kecepatan dalam memecahkan masalah
pada suatu sistem pakar relatif lebih cepat dibandingan oleh sistem konvensional.
Sistem pakar pada biaya lebih terjangkau karna pogram sistem pakar sudah ada
dan dapat ditarik kesimpulan berdasarkan pengembangan sistem.
PENUTUP Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang dilakukan dalam penelitian, maka dapat disimpulkan
bahwa sistem pakar ini dapat membantu user memberikan informasi tentang penyakit
dengan gejala demam dan mengetahui hasilnya dengan akurat sehingga dapat
digunakan dan diakses pada saat diperlukan sekarang atau masa yang akan datang.
Sehingga proses pendaftaran user lebih mudah dan cepat dengan mengacu kepada
perkembangan teknologi informasi.
Rekomendasi
Dalam aplikasi sistem pakar metode CBR case base reasoning ini jenis penyakit yang
diteliti masih tergolong umum, diharapkan untuk penelitian berikutnya agar dapat
melakukan penelitian diagnosa dengan jenis penyakit yang khusus.
Analisa Perbandingan Sistem
Untuk melihat kinerja sistem pakar yang dibuat dengan membandingkan
terhadap sistem konvensional atau manual.
Tabel 4 : Perbandingan Sistem
Factor Sistem Pakar
Sistem Konvensional
Time avaibility Dapat digunakan setiap hari
Tidak bisa digunakan terus menerus karena membutuhkan istirahat
Geografis Dapat digunakan ditempat berbeda-
beda Hanya bekerja pada satu tempat dan pada saat
bersamaan Keamanan
Pengubahan pengamanan dapat diubah dengan mudah
Pengubahan pengaman sulit Kecepatan
Relatif lebih cepat Butuh proses
Biaya Terjangkau, karena program sudah ada
Tinggi, karena membutuhkan seorang pakarnya.
360 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Ilmu Penyakit Dalam.2009. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :Fakul-
tas Ilmu Kedokteran Universitas In- donesia.
Desiani, Anita. 2006. Kecerdasan Buatan. Yogyakarta : Andi
Kusrini. 2006. Sistem Pakar Teori dan Ap- likasi. Yogyakarta : Andi Offset.
Kusumadewi, Sri. 2003. Artiicial Intelli-
gence Teknik dan Aplikasi.Yogya- karta : Ghara Ilmu.
Nugroho, B. 2008. Aplikasi Sistem Pakar dengan PHP dan Editor Dreamweav-
er . Yogyakarta : Gava Media.
Pal, Sankar and Shiu, Simon CK. 2004. Foundations of soft case Based Rea-
soning.United State of Amerika : John Wiley Sons Inc Publication.
Putra, Firmansyah.2011.
Perancangan Sistem Pakar Identiikasi Penyakit
Paru- Paru Menggunakan Metode Forward Chaining. Skripsi, Jakarta
: Universitas Islam NegeriSyarifHi- dayatullah.
Sasmito Ari Wibowo, Agus. 2010. Pengem- bangan sistem cerdas menggunakan
Penalaran Berbasis Kasus Case Base Reasoning Untuk Diagnosa Penyakit
Akibat Virus Eksantema, Yogyakarta : Universitas Pembangunan Nasional.
Sadewo Broto ,Adhi. 2010. Perancangan dan Implementasi Sistem Pakar Un-
tuk Analisa Penyakit Dalam. Skripsi, Semarang : Universitas Diponegoro.
361 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014
362 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014
Abstract
The increasing of air plane passenger and goods in BIM need attention from many parties to improve the quality of supported transportation fasilities to carry on economics and social activities. Taken
from the data of transportation departement of West Sumatra, the moving of air plane passenger in the year 2012 is 2.586.171 while for the year 2011, the total of air plane passenger is 2.262.745. The
number shows increasing 14 in the moving of air plane passenger from 2011 to 2012 while in the year 2010 the moving of air plane passenger increase for 33. So the government should be able to
fullill the need of efective and eisien public transportation. This research use 2 survey instruments: 1 Revealed Preference Survey RP Survey, dan 2 Stated Preference Survey SP Survey. The data
collection of the reasearch use questioners that are distributed in BIM. The analisis of development public transportation network and the need of airport buses are conducted after determine the
characteristics and the respon from target survey about the mode that they will choose base on the existing mode condition and virtual mode. The research result shows that the development of new
transportation network of airport buses is the route of BIM-Bukittinggi-Payakumbuh with the need of 7 unit middlebuses while for the route of BIM – Padang need for 6 unit middlebuses.
Key words : The growth passenger, transportation network, the need of armada Abstrak
Meningkatnya pergerakan orang maupun barang di BIM, memerlukan perhatian dari berbagai pihak dalam rangka peningkatan kualitas sarana dan prasarana pendukung transportasi dalam memperlancar
aktivitas ekonomi dan sosial. Data Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Barat menunjukkan pergerakan penumpang udara tahun 2012 sudah mencapai 2.586.171. Tahun 2011, total pergerakan
penumpang udara sebesar 2.262.745 naik sebesar 14, jika dibandingkan tahun 2010, demand penumpang udara naik sebesar 33. Untuk itu diharapkan pemerintah mampu memenuhi keinginan
dan kebutuhan masyarakat akan layanan angkutan umum yang handal, efektif dan eisien. Penelitian ini menggunakan 2 dua instrument yakni 1 Revealed Preference Survey RP Survey dan 2 Stated
Preference Survey SP Survey. Pengumpulan data dari penelitian ini menggunakan kuisioner yang didistribusikan di BIM. Sedangkan analisis pengembangan jaringan trayek dan kebutuhan armada
bus bandara ditentukan berdasarkan karakteristik dan respon dari responden menjawab pertanyaan moda eksisting dan moda virtual yang diinginkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rute baru
yang perlu dikembangkan adalah rute BIM - Bukittinggi - Payakumbuh dengan jumlah bus sebanyak 7 armada bus sedang, sedangkan rute BIM - Padang sebanyak 6 armada bus sedang.
Kata kunci : Pertumbuhan penumpang udara, Jaringan trayek-trayek, Kebutuhan armada
PENGEMBANGAN JARINGAN TRAYEK DAN KEBUTUHAN ARMADA BUS BANDARA INTERNASIONAL MINANGKABAU
DI WILAYAH SUMATERA BARAT DEVELOPMENT ROUTE NETWORK AND TOTAL SUPPLY AIRPORT BUS
MINANGKABAU INTERNATIONAL IN THE WEST SUMATERA
Momon
1
, Gusriyaldi
2
, Yudi Indra Syani
3
, Fidel Miro
4
1
Bappeda Provinsi Sumatera Barat
2
Politeknik Padang
3
Dishubkominfo Kota Padang
4
Universitas Bunghatta Padang
Naskah Masuk : 18 Agustus 2014 Naskah Diterima : 29 September 2014
363 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014
LATAR BELAKANG
Bandara Internasional Minangkabau BIM mempunyai peranan penting da-
lam peningkatan ekonomi Sumatera Ba- rat, dimana BIM merupakan pintu gerbang
ekonomi wilayah sumatera bagian barat. Meningkatnya pergerakan orang maupun
barang di BIM, memerlukan perhatian dari berbagai pihak dalam rangka peningkatan
kualitas sarana dan prasarana pendukung transportasi dalam memperlancar aktivitas
ekonomi dan sosial. Data Dinas Perhubun- gan Provinsi Sumatera Barat menujukkan
pergerakan penumpang udara tahun 2012 sudah mencapai 2.586.171. Tahun 2011,
total pergerakan penumpang udara sebesar 2.262.745 naik sebesar 14, jika diband-
ingkan tahun 2010, demand penumpang udara naik sebesar 33. Tingginya ting-
kat mobilitas penumpang udara di BIM diharapkan pemerintah mampu memenuhi
keinginan dan kebutuhan masyarakat akan layanan angkutan umum yang handal, efek-
tif dan eisien. Salah satu angkutan umum dapat melayani penumpang darike bandara
adalah Angkutan Pemadu Moda APM bus bandara, dimana bus bandara merupa-
kan bagian dari angkutan umum yang me- layani rute darike bandara menjadi salah
satu alternatif moda untuk mengantisipasi kebutuhan penumpang angkutan udara.
Saat ini, pemerintah daerah baru mengelu- arkan 2 dua izin trayek APM dengan rute
BIM– Padang, sedangkan untuk rute keber- bagai daerah kabupatenkota lainnya belum
dapat dilayani karena harus dilakukan ka- jian terlebih dahulu untuk melihat kelaya-
kan pengembangan rute baru. Atas dasar ini maka perlu dilakukan kajian Pengemban-
gan Jaringan Trayek dan Kebutuhan Arma- da Bus Bandara Internaional Minangkabau
di Wilayah Sumatera Barat.
Tujuan dan Sasaran
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengembangan jaringan trayek
Angkutan Pemadu di wilayah Sumatera Ba- rat dengan melihat potensi permintaan dan
preferensi penumpang angkutan udara da- lam memilih moda transportasi sesuai den-
gan karakteristik asal dan tujuan perjalanan darike BIM. Untuk menjawab tujuan pene-
litian tersebut maka rincian analisis yang di- lakukan adalah sebagai berikut :
•
Mengetahui distribusi perjalanan orang darike BIM;
•
Menentukan Demand dan Supply Bus Bandara;
•
Mengetahui jaringan trayek baru dan kebutuhan jumlah armada yang akan
dioperasikan.
METODOLOGI PENELITIAN a.
Jaringan Trayek
Defenisi Jaringan trayek menurut Keputusan Menteri No. KM.35 tahun 2003
tentangPenyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum, Jaringan
Trayek adalah kumpulan taryek yang menjadi satu kesatuan pelayanan angkutan
orang. Berdasarkan Pedoman Teknis Direk-
torat Jenderal Perhubungan Darat , 2002, tentang Penyelengaraan Angkutan Umum
di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan Teratur, Faktor yang digunakan sebagai
364 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014
bahan pertimbangan dalam menetapkan jar- ingan trayek adalah sebagai berikut.
1 Pola tata guna tanah.
Pelayanan angkutan umum diusahakan mampu menyediakan aksesbilitas
yang baik. Untuk memenuhi hal itu, lintasan trayek angkutan umum
diusahakan melewati
tata guna
lahan dengan potensi permintaan yang tinggi. Demikian juga lokasi-
lokasi yang potensial menjadi tujuan bepergian
diusahakan menjadi
prioritas pelayanan.
2 Pola
pergerakan penumpang
angkutan umum.
Rute angkutan umum yang baik ada- lah arah yang mengikuti pola pergera-
kan penumpang angkutan sehingga tercipta pergerakan yang lebih effe-
sien. Trayek angkutan umum harus dirancang sesuai dengan pola perge-
rakan penduduk yang terjadi, seh- ingga transfer moda yang terjadi pada
saat penumpang mengadakan per- jalanan dengan angkutan umum dapat
diminimumkan.
3 Kepadatan penduduk.
Salah satu faktor menjadi prioritas angkutan umum adalah wilayah ke-
padatan penduduk yang tinggi, yang pada umumnya merupakan wilayah
yang mempunyai potensi permintaan yang tinggi. Trayek angkutan umum
yang ada diusahakan sedekat mung- kin menjangkau wilayah itu.
4 Daerah pelayanan.
Pelayanan angkutan umum, selain memperhatikan wilayah-wilayah po-
tensial pelayanan, juga menjangkau semua wilayah perkotaan yang ada.
Hal ini sesuai dengan konsep pemer- ataan pelayanan terhadap penyediaan
fasilitas angkutan umum.
5 Karakteristik jaringan.
Kondisi jaringan
jalan akan
menentukan pola pelayanan trayek angkutan
umum, Karakteristik
jaringan jalan meliputi konigurasi, klasiikasi, fungsi, lebar jalan, dan tipe
operasi jalur. Operasi angkutan umum
sangat dipengaruhi oleh karakteristik jaringan jalan yang ada.
b. Penentuan Kebutuhan Angkutan