Biaya Produksi: Keuntungan Usahatani:

344 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014 Tabel 7. : Analisis usahatani ubi jalar per hektar dengan teknologi budidaya tradisional dan teknologi budidaya introduksi di Nagari Panampuang, Kabupaten Agam, tahun 2007-2008. No. Uraian Teknologi Petani Teknologi Introduksi Fisik Nilai Rp. Fisik Nilai Rp.

A. Biaya Produksi:

1. Bibitstek ubi jalar 2. Pupuk: Urea SP-36 KCl Pupuk kandangkompos 3. Tenaga kerja: Pengolahan tanah Penanaman Pemupukan Penyiangan pembumbunan Pembalikan batang Panen Pascapanen Total Biaya Produksi 83.000 bh 50 kg 15 kg 0 kg 500 kg 40 HOK 10 HOK 2 HOK 20 HOK 0 HOK 20 HOK 10 HOK t 415.000 75.000 30.000 - 100.000 1.200.000 300.000 60.000 600.000 600.000 300.000 3.680.000 57.000 bh 100 kg 100 kg 100 kg 5000 kg 40 HOK 10 HOK 4 HOK 20 HOK 6 HOK 20 HOK 10 HOK 855.000 150.000 200.000 500.000 1.000.000 1.200.000 300.000 120.000 600.000 180.000 600.000 300.000 6.005.000 B. Penerimaan: Produksi: • Ubi Bogor: - Umbi besar 20,2 - Umbi kecil 79,8 • Sawentar - Umbi besar 30 - Umbi kecil 70 • Papua Patippi - Umbi besar 23,75 - Umbi kecil 76,25 • Papua Solossa - Umbi besar 29,73 - Umbi kecil 70,27 14,40 tha 2,91 tha 11,49 tha 5.193.000 1.746.000 3.447.000 16,00 tha 4,80 tha 11,20 tha 17,60 tha 4,18 tha 13,42 tha 24,80 tha 7,37 tha 17,43 tha 6.240.000 2.880.000 3.360.000 6.534.000 2.508.000 4.026.000 9.651.000 4.422.000 5.229.000

C. Keuntungan Usahatani:

Ubi Bogor • Sawentar • Papua Patippi • Papua Solossa • Cangkuang • Sukuh • 1.513.000 235.000 529.000 3.646.000 8.269.000 10.255.000 Data pada Tabel 7 juga memperlihatkan bahwa keuntungan usahatani per musim tanam tertinggi Rp. 10.255.000ha diperoleh dengan menanam varietas Sukuh, diikuti oleh varietas Cangkuang Rp. 8.269.000 ha dan Papua Solossa Rp. 3.646.000ha, semuanya dengan mengaplikasikan paket teknologi budidaya introduksi. Sedangkan penggunaan varietas lokal Kapelo Bogor dengan paket teknologi budidaya tradisional hanya menghasilkan keuntungan usahatani sebanyak Rp. 1.513.000ha musim tanam. Peningkatan keuntungan usahatani diperoleh dari peningkatan kuantitas dan kualitas produksi ubi jalar berupa persentase umbi besar yang lebih tinggi. 345 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014 Pengembangan Inovasi Teknologi Melalui implementasi program Prima Tani, usahatani ubi jalar dikembangkan secara bertahap di Nagari Panampuang. Menurut Afdi et al. 2008, dari 10 varietas unggul ubi jalar yang diintroduksikan pada tahun 2007, ternyata hanya empat varietas yang disukai oleh petani setempat, yaitu: Cangkuang, Sukuh, Ubi Ungu, dan Sawentar. Dasar pemilihan varietas oleh petani terutama penerimaan dan harga pasar. Keempat varietas tersebut pada tahun 2008 dikembangkan oleh dua kelompok tani dengan luas pertanaman masing-masing 2 hektar, dengan menerapkan paket teknologi budidaya introduksi secara utuh. Di samping dua poktan diatas yang mengembangkan inovasi teknologi ubi jalar secara utuh, ada juga beberapa petani yang mengembangkan beberapa komponen teknologi budidaya yang dianjurkan. Komponen teknologi yang umumnya diadopsi adalah teknologi tanam tegak, pembalikan batang, dan pemakaian pupuk organik. Pada tahun 2009, realisasi luas areal pengembangan usahatani ubi jalar yang difokuskan pada penggunaan varietas unggul dan penerapan teknologi budidaya anjuran spesiik lokasi ternyata melampaui target yang disepakati pada awal tahun. Target pengembangan usahatani ubi jalar pada tahun 2009 hanya seluas 9,25 hektar, sedangkan realisasinya sampai akhir Desember 2009 mencapai 17,25 hektar Tabel 8. Artinya, realisasi penerapan teknologi anjuran dalam pengembangan usahatani ubi jalar di Nagari Panampuang melalui program Prima Tani pada tahun 2009 mencapai 186,5. Di samping areal realisasi lebih luas dibanding target, jumlah kelompok tani yang mengadopsi teknologi budidaya anjuran spesiik lokasi juga lebih banyak dibanding target semula lima belas berbanding tiga belas. Ada empat kelompok tani yang memang tidak mencapai target areal, tetapi ada empat kelompok tani pula yang melebihi target. Tabel 8. : Target dan realisasi pengembangan usahatani ubi jalar melalui penanaman varietas unggul dan penerapan teknologi budidaya anjuran spesiik lokasi tahun 2009. Kesepakatan pada workshop di Bukittinggi, 29 Mei 2009. No. Kelompok Tani Target ha Realisasi Hektar Persen 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Gupanker Kompeter Surla Sakato Beringin Jaya Tunas Baru Nailussa’adah Darussalam Bancah Boong Maju Bersama Lakota Bonjo Larangan Maju Terus Tangkerang Kerjasama Prima Mandiri 1,0 0,5 1,0 0,5 0,5 1,0 1,0 0,75 0,5 0,5 1,0 0,5 0,5 - - 0,5 1,25 1,25 0,5 0,5 0,5 0,5 1,5 0,5 0,5 1,0 1,5 0,25 1,0 6,0 50 250 125 100 100 50 50 200 100 100 100 300 50 - - Jumlah 9,25 17,25 186,5 346 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014 Ditinjau dari aspek komponen teknologi yang diterapkan atau diadopsi oleh petani, ada tiga komponen teknologi yang tinggi tingkat adopsinya yaitu: penggunaan stek pucuk, sistem tanam tegak, dan pemakaian guludan. Semua 100 kelompok tani yang melakukan perbaikan teknologi budidaya ubi jalar telah menggunakan stek pucuk sesuai anjuran dan penanaman stek secara tegak, sedangkan komponen teknologi pemakaian guludan diadospsi oleh 80 kelompok tani. Lebih 50 kelompok tani telah melakukan pembalikan batang sesuai anjuran dalam pemeliharaan tanaman ubi jalar, dan masing- masing 40 telah menggunakan varietas unggul dan pemakaian pupuk untuk ubi jalar sesuai anjuran, termasuk penggunaan pupuk organik Tabel 9. Tabel 9. : Tingkat adopsi komponen teknologi budidaya ubi jalar anjuran spesiik lokasi di Nagari Panampuang, tahun 2009. No. Komponen Teknologi Kelompok Tani Adopter Keterangan 1. 2. 3. 4. 5. 6. Varietas unggul Cangkuang dan klon Ubi Ungu Pemakaian guludan Penggunaan stek pucuk Penanaman tegak Pemupukan sesuai anjuran Pembalikan batang 40 80 100 100 40 53 Sangat tergantung pada preferensi pasar Kombinasi pupuk buatan dan pupuk organik Varietas unggul yang diadopsi oleh petani semakin berkurang, pada tahun 2009 hanya Cangkuang dan Ubi Ungu. Hal ini disebabkan karena pemilihan varietas yang akan ditanam oleh petani sangat tergantung pada preferensi pasar. Sebagian besar petani masih menjual hasil ubi jalarnya dalam bentuk mentah di pasar-pasar terdekat. Para pedagang ternyata masih cenderung membeli ubi jalar varietas lokal, dan untuk varietas unggul hanya Ubi Ungu dan Cangkuang. Posisi tawar petani dalam hal pemasaran hasil pertanian, termasuk ubi jalar, masih lemah, sehingga ketergantungan petani terhadap pedagang hasil pertanian sangat tinggi. PENUTUP Kesimpulan Dari rangkaian pengkajian yang dilakukan selama tiga tahun sebagaimana diuraikan sebelumnya, maka dapat dike- mukakan kesimpulan sebagai berikut: Pada awal tahun 2007, usaha tani ubi 1. jalar petani di Nagari Panampuang ma- sih dilakukan secara sederhana den- gan teknologi budidaya konvensional. Dengan teknologi budidaya yang se- derhana tersebut, tingkat produksi ber- kisar 8 - 13 ton per hektar. Pendapatan usahatani ubi jalar yang diterima petani lebih kurang Rp. 1.500.000 per musim tanam 5 bulan. 347 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014 Ada dua masalah utama yang dihadapi 2. oleh petani di Nagari Panampuang da- lam berusahatani ubi jalar, yaitu: 1 produktivitas belum optimal, dan 2 pemasaran hasil kurang lancar. Produk- tivitas yang belum optimal disebabkan oleh: petani belum menggunakan varie- tas unggul karena tidak tersedia di loka- si, bibit kurang bermutu, teknologi bu- didaya masih tradisional, dan hama dan penyakit tidak dikendalikan. Pemasaran hasil ubi jalar yang kurang lancar teru- tama disebabkan karena: kualitas hasil ubi jalar kurang baik akibat penggunaan varietas dan budidaya tradisional, jum- lah produksi tidak stabil, dan kapasitas pasar tidak terjamin. Sembilan varietas unggul ubi jalar mam- 3. pu tumbuh lebih baik dan berproduksi lebih tinggi dibanding varietas lokal di Panampuang, dengan tingkat produksi berkisar 20 - 34 tonha. Dengan perbai- kan teknologi budidaya, produktivitas varietas unggul ubi jalar di Panampuang dapat ditingkatkan menjadi berkisar 25 - 40 tonha dan pendapatan usahatani ubi jalar mampu mencapai Rp. 10.255.000 per hektar per musim tanam. Pada tahun 2009, realisasi luas areal 4. pengembangan usahatani ubi jalar yang difokuskan pada penggunaan varietas unggul dan penerapan teknologi budi- daya anjuran spesiik lokasi mencapai 17,25 hektar 186,5 dari target. Ada tiga komponen teknologi yang tinggi tingkat adopsinya yaitu: penggunaan stek pucuk 100, sistem tanam tegak 100, dan pemakaian guludan 80. Lebih 50 kelompok tani telah melaku- kan pembalikan batang sesuai anjuran, dan masing-masing 40 telah meng- gunakan varietas unggul dan pemakaian pupuk sesuai anjuran, termasuk peng- gunaan pupuk organik. Rekomendasi Di samping dipengaruhi oleh tingkat 1. produksi, pendapatan usahatani ubi jalar juga sangat ditentukan oleh harga pasar dan lancarnya pemasaran. Oleh karena itu, upaya peningkatan produksi ubi jalar di Nagari Panampuang perlu diikuti dengan perbaikan mekanisme pasar dan perluasan pemasaran. Beberapa varietas unggul baru ubi jalar 2. tidak cocok untuk dimakan segar tetapi cocok untuk diolah menjadi berbagai produk olahan. Berkaitan dengan itu, maka pengembangan usahatani ubi jalar di Panampuang sebaiknya diikuti dengan upaya pengembangan produk olahannya. Peluang pengembangan usahatani ubi 3. jalar di Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat masih terbuka luas. Oleh karena itu, program pengembangannya secara terintegrasi perlu dilakukan secara berkelanjutan. DAFTAR PUSTAKA Afdi, E., Y. Hendri, A. Sahar, Azman, dan Yunasri. 2008. Laporan Pelaksanaan Prima Tani di Kabupaten Agam Sumat- era Barat Tahun 2008. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat. Anonim. 2005. Ekspose Wali Nagari Panam- puang Dalam Rangka Lomba Nagari Tingkat Kabupaten Agam Tahun 2005. Anonim. 2006. Pedoman Umum Prima Tani 348 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014 Terintegrasi. Departemen Pertanian Re- publik Indonesia, Jakarta. 36 hlm. Balitkabi Malang. 2008. Deskripsi Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi- umbian. Cetakan Revisi. Balai Pene- litian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang. Bappeda Agam. 2005. Agam Dalam Ang- ka Tahun 2005. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Agam. Bappeda Agam. 2006. Rencana Pembangunan Jangka Menengah RPJM Kabupaten Agam Tahun 2006-2010. Bappeda dan BPS Kabupaten Agam. 2008. Agam Dalam Angka 2007. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Pusat Statistik Ka- bupaten Agam. Departemen Pertanian. 2006. Pedoman Umum Prima Tani. Departemen Perta- nian Republik Indonesia, Jakarta. Irfan, Z., Rali Munir dan Artuti AM. 2005. Pedoman umum Prima tani Sumatera Barat. Balai Pengkajian Teknologi Per- tanian Sumatera Barat. 21 hlm. Irfan, Z., Y. Hendri, A. Sahar, Winardi, Yunasri, Harnel, dan Zainir. 2006. Laporan Hasil PRA Prima Tani di Pa- nampuang, Kabupaten Agam, Propinsi Sumatera Barat. Balai Pengkajian Tek- nologi Pertanian Sumatera Barat. 90 hlm. Irfan, Z., Y. Hendri, A. Sahar, Yunasri, dan Zainir. 2007a. Laporan Pelaksanaan Base Line Survey di Panampuang, Kec. IV Angkek, Kabupaten Agam Sumat- era Barat tahun 2007. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat. Irfan, Z., Y. Hendri, A. Sahar, Yunasri, Azman, Djanifah J., Zainir, dan Nasril. 2007b. Laporan Pelaksanaan Prima Tani di Kabupaten Agam Sumat- era Barat tahun 2007. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat. Irfan, Z., Y. Hendri, A. Sahar, Yunasri, dan Syafrial J. 2009. Laporan Akhir Ta- hun Implementasi Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian PRIMA TANI di Kenagarian Panampuang, Kecamatan IV Angkek, Kabupaten Agam, Provin- si Sumatera Barat Tahun 2009. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Suma- tera Barat. Jusuf, M. 2007. Status Pembentukan Varietas Unggul Ubi Jalar dan Prospek Pengem- bangannya. Materi disampaikan pada Seminar Khusus Ubi Jalar di BPTP Su- matera Barat, 24 Juli 2007. Musaddad, A. 2008. Teknologi Produksi Kede- lai, Kacang Tanah, Kacang Hijau, Ubi Kayu, dan Ubi Jalar. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi- umbian, Malang. Sumartini, St.A. Rahayuningsih, dan M. Jusuf. 2008. Ketahanan Klon-klon Harapan Ubi Jalar Umbi Kuning dan Ungu terhadap Penyakit Kudis. Hlm. 443-449; Prosiding Seminar Inovasi Teknologi Kacang-kacangan dan Um- bi-umbian Mendukung Kemandirian Pangan dan Kecukupan Energi; Arief Harsono et al. Penyunting. Pusat Pe- nelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor. Wahyuni, T.S., M. Jusuf, dan St.A. Rahayun- ingsih. 2008. Aksesi Plasma Nutfah Ubi Jalar Berkandungan Beta-karoten Tinggi. Hlm. 238-245; Prosiding Semi- nar Inovasi Teknologi Kacang-kacan- gan dan Umbi-umbian Mendukung Kemandirian Pangan dan Kecukupan Energi; Arief Harsono et al. Penyunt- ing. Pusat Penelitian dan Pengemban- gan Tanaman Pangan, Bogor. 349 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014 SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT DENGAN GEJALA DEMAM MENGGUNAKAN METODE CASE BASED REASONING CBR BERBASIS WEB Studi Kasus : Puskesmas Nanggalo Siteba Padang THE EXPERT SYSTEM FOR DIAGNOSIS OF FEVER USING CASE BASE REASONING CBR WEB BASED Minarni dan Sri Hardianti Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Padang Jl. Gajah Mada Kandis Padang, Telp. 0751 7055202 Email: minarni1706gmail.com Naskah Masuk : 27 Oktober 2014 Naskah Diterima : 25 November 2014 Abstrak Health center Nanggalo Siteba Padang is a functional organization that is central to the development of public center also fostering society participant while providing the health care and intregated to the society. During this time the patients have to wait for the result of a doctor’s diagnosis to determine wether the suffered from a speciic disease. And the doctors also have to wait for the result of laboratory tests to diagnose what a patient’s desease. Fever is a sign of illness. When the body have psychological disorder or have physical, the symptoms complained of fever is identiied with the term hot body. Fever is the beginning of body’s reaction to stimuli disease microorganisms that enter in the body, so the body temperature will increase above 37.5 degrees celcius. This condition can be measured with a thermometer in the oral mouth, the axilla armpit, or rectal rectal. Case based reasoning CBR is the process of remembering a past case, then use it again and adapt in the new case. CBR has several stages. The irst stage is the retrieve recover the case or the most similar cases. Case based reasoning is expected to help tje general society about the disease associated with symptoms of fever. This application build by using the PHP database programming language that used is My SQL.Thus, this application can help the doctor to diagnose the disease with the symptoms and knowing what the disease suffered of the patient, So that the service for the patient or user easier, optimal and effesient. Keyword: Expert System, disease with symptoms of fever, case based reasoning. Abstrak Puskesmas Nanggalo Siteba Padang adalah suatu organisasi fungsional yang memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat. Selama ini pasien harus menunggu hasil diagnosis dokter untuk mengetahui apakah pasien menderita suatu penyakit tertentu. Salah satu penyakit yang umum dialami oleh masyarakat adalah demam. Demam merupakan pertanda penyakit. Bila tubuh mengalami gangguan isik atau psikis dikeluhkan gejala demam yang identik dengan istilah panas badan. Demam merupakan reaksi awal tubuh terhadap rangsangan mikroorganisme penyakit yang masuk ke dalam tubuh, sehingga suhu badan akan meningkat di atas 37,5 derajat Celcius. Kondisi ini bias diukur dengan thermometer di oral mulut, axilla ketiak atau rectal dubur. Metode Case Base Reasoning CBR adalah metodeproses dalam mengingat kasus masa lampau, menggunakannya kembali dan mengadaptasikannya dalam kasus baru. Tujuan penelitian ini adalah membangun sebuah sistem pakar diagnosis penyakit dengan gejala demam menggunakan metode Case Base Reasoning CBR berbasis web, yang diharapkan dapat membantu masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan alternative solusi yang lebih praktis, cepat dan eisien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pakar yang dibuat dapat memudahkan pasienmasyarakat untuk mengetahui penyakit dengan gejala demam dan solusinya karena berbasis web. Kata Kunci: Sistem Pakar, Penyakit dengan gejala demam, Case Base Reasoning 350 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014 PENDAHULUAN Perkembangan dunia medis saat ini banyak yang menggunakan komputer untuk membantu diagnosis maupun pencegahan dan penanganan suatu penyakit. Selain itu sebagian besar dari masyarakat tidak terla- tih secara medis, sehingga apabila menga- lami gejala penyakit yang diderita belum tentu dapat memahami cara-cara penanggu- langannya. Padahal gejala-gejala yang sebe- narnya dapat ditangani lebih awal menjadi penyakit yang lebih serius akibat kurangnya pengetahuan. Puskesmas Nanggalo Siteba Padang adalah suatu organisasi fungsional yang merupakan pusat pengembangan keseha- tan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat. Selama ini pasien harus menunggu hasil diagnosis dokter untuk mengetahui apakah ia mende- rita suatu penyakit tertentu. Dan dokter juga harus menunggu hasil tes laboratorium un- tuk mendiagnosa penyakit apa yang diderita pasien. Dalam masyarakat, demam dikenal sebagai sebuah penyakit yang cukup umum terjadi. Hanya sedikit orang yang tahu bahwa demam sebenarnya sebuah gejala dari berbagai kemungkinan penyakit. Demam merupakan pertanda penyakit. Bila tubuh mengalami gangguan isik atau psikis, dikeluhkan gejala demam yang diidentikkan dengan istilah panas badan. Dalam dunia medis demam disebut juga fever atau febris. Demam merupakan reaksi awal tubuh terhadap rangsangan mikroorganisme penyakit yang masuk kedalam tubuh, sehingga suhu badan akan meningkat diatas 37,5 derajat celcius. Kondisi ini bisa diukur dengan termometer di oral mulut, axilla ketiak atau dubur rectal. Setiap penyakit yang disebabkan oleh invasi bakteri atau virus pada umumnya menimbulkan gejala demam pada tubuh kita. Dalam kondisi iklim pancaroba dan perubahan kualitas lingkungan pemukiman. Bagi semua orang tidak banyak yang mengetahui jika adanya gejala penyakit menyerupai demam. Sistem pakar adalah sistem yang berusaha mengadopsi pengetahuan manu- sia ke komputer yang dirancang untuk memodelkan kemampuan menyelesaikan masalah seperti layaknya seorang pakar. Dengan sistem pakar ini, orang awam pun dapat menyelesaikan masalahnya atau hanya sekedar mencari suatu informasi berkualitas yang sebenarnya hanya dapat diperoleh dengan bantuan para ahli di bidangnya. Sistem pakar juga akan dapat membantu aktivitas para pakar sebagai asis- ten yang berpengalaman dan mempunyai asisten yang berpengalaman dan mempu- nyai pengetahuan yang dibutuhkan. Da- lam penyusunannya, sistem pakar meng- kombinasikan kaidah-kaidah penarikan kesimpulan inference rules dengan basis pengetahuan tertentu yang diberikan oleh satu atau lebih pakar dalam bidang tertentu. Kombinasi dari kedua hal tersebut disimpan dalam komputer, yang selanjutnya diguna- kan dalam proses pengambilan keputusan untuk penyelesaian masalah tertentu. Sistem pakar akan bertindak layaknya seperti seorang pakar. Sistem akan mem- berikan daftar gejala-gejala sampai bisa mengidentiikasi suatu objek berdasarkan 351 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014 jawaban yang diterimanya. Jadi kerja sistem pakar adalah menganalisis suatu masalah. Dengan adanya sistem pakar ini diharapkan nantinya bisa membantu masyarakat untuk mendiagnosa penyakit dengan gejala de- mam pada manusia dengan melihat ciri-ciri dan gejala-gejala yang dialami pasien dan nantinya sistem pakar ini dapat menjelas- kan dan mengdiagnosa apakah pasien terse- but terkena penyakit dengan gejala demam yang seperti apa, bisa jadi gejala demam yang di alami pasien berakibat atau terdiag- nosa penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut, Diare, Demam Thypoid tipes, De- mam Berdarah, Infeksi Saluran Kemih, dan Chikungunya Case Base Reasoning CBR adalah proses dalam mengingat suatu kasus pada masa lampau, lalu menggunakannya kem- bali dan mengadaptasikan dalam kasus baru. Tahapan-tahapan dalam CBR adalah sebagai berikut: 1. Retrieve Mendapatkanmemperoleh kembali ka- sus yang paling menyerupairelevan similar dengan kasus yang baru. Bagian ini mengacu pada segi identi- ikasi, kemiripan awal, pencarian dan pemulihan serta eksekusi. 2. Reuse Reuse menggunakan informasi dan pengetahuan dari kasus tersebut untuk memecahkan permasalahan. Proses re- use dai solusi kasus yang telah diper- oleh dalam konteks baru difokuskan pada dua aspek yaitu perbedaan antara kasus yang sebelumnya dan yang seka- rang, bagian apa dari kasus yang telah diperoleh yang dapat ditransfer menja- di kasus baru. 3. Revise Revise meninjaumemperbaiki kem- bali usulan solusi. 4. Retain Retain menyimpan bagian-bagian dari pengalaman tersebut yang mungkin berguna untuk memecahkan masalah di masa yang akan datang Fungsi CBR sebagai diagnosis, dimana pengguna memanfaatkan dalam sistem yang digunakan sebagai alat bantu untuk menentukan hasil diagnosis suatu masalah. Sankar Pal, 2004 Untuk sistem inferensi digunakan Algoritma nearest neighbor retrieval untuk menghitung bobot kemiripan similarity dengan nearest neighbor retrieval adalah: Keterangan: S = similarity nilai kemiripan W = weight bobot yang diberikan Sejalan dengan meningkatnya pera- nan informasi dalam bisnis maupun teknologi, akses terhadap sumber dan ja- ringan informasi menjadi semakin pen- ting bagi para profesional. Internet adalah jaringan informasi komputer mancanega- ra yang berkembang sangat pesat dan pada saat ini dapat dikatakan sebagai jaringan in- formasi terbesar di dunia, sehingga sudah seharusnya para profesional mengenal manfaat apa yang dapat diperoleh melalui jaringan ini. Manfaat Internet ada banyak manfaat yang dapat diperoleh apabila 352 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014 seseorang mempunyai akses ke Internet. Berikut ini hanyalah sebagian dari apa yang tersedia di Internet : 1. Informasi untuk kehidupan pribadi 2. Seperti : Kesehatan, Rekreasi, Hobby, Pengembangan Pribadi, Rohani, Sosial. 3. Informasi untuk kehidupan profesional Pekerja Tujuan penelitian ini adalah mem- bangun sebuah sistem pakar diagnosis pe- nyakit dengan gejala demam menggunakan metode Case Base Reasoning CBR berba- sis web, yang diharapkan dapat membantu masyarakat untuk mengetahui dan menda- patkan alternatif solusi yang lebih praktis, cepat dan eisien karena melalui jaringan internet. METODE PENELITIAN Penelitian ini berupa penelitian terapan un- tuk merancang sistem pakar mendiagnosis penyakit dengan gejala demam mengguna- kan metode Case Based Reasoning CBR yang dapat membantu user menentukan jenis penyakit, gejala, dan solusi dari pe- nyakit yang dideritanya. Penelitian ini di- laksanakan selama 4 bulan yaitu dari April sampai Agustus 2014 di Puskesmas Nang- galo Siteba Padang. Dalam penelitian ini hardware dan software yang digunakan adalah: PerangkatKeras Hardware terdiri dari Laptop, Prosesor Intel Pentium 2 Dual core 2 GHz, Hardisk 250 GB, Monitor 14 inchi, RAM 2 GB. PerangkatLunak Software terdiri dari Sistem Operasi Windows 7, Microsoft Vi- sio 2010, DreamWeaver CS6, XAMPP, Mi- crosoft Ofice Access 2007 sebagai desain database, Microsoft Word di gunakan untuk membuat laporan, Database MySQL, Apps- erv win32, PHP. Agar dalam perancangan sistem rekayasa perangkat lunak menggunakan data dan informasi yang berhubungan dengan pokok pembahasan maka digunakan beberapa me- tode untuk mendapatkan data-data tersebut antara lain: a. Wawancara Mewawancarai beberapa perawat dan dokter untuk memperoleh informasi ten- tang penyakit dari gejala-gejala demam. b. Studi Pustaka Melalui buku referensi yang dapat membantu dalam menambahkan dan memberikan informasi mengenai pe- nyakit dari gejala demam dan men- gatasinya. c. Observasi Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia tentang penyakit dari gejala- gejala demam. RANCANGAN Data Penyakit Setelah dianalisa maka diperoleh data penyakit dengan gejala demam sebanyak 6 enam penyakit seperti pada tabel 353 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014 Data Gejala Dari data-data penyakit dengan gejala demam di atas diperoleh gejala-gejala yang dikelompokkan seperti pada Tabel 2. Kode Penyakit Nama Penyakit P1 Infeksi Saluran Pernafasan Akut ISPA P2 Diare P3 Demand Thypoid tipes P4 Demam Berdarah DBD P5 Infeksi Saluran Kemih ISK P6 Chikungunya Tabel 1. : Daftar Penyakit Kode Gejala Nama-nama Gejala Bobot G10 Demam Tinggi 5 G11 Sakit perut 1 G12 Susah buang ang besar 1 G13 Bintik Merah 1 G14 Menggigil 3 G15 Buang air besar berbusa 5 G16 Sakit pada saat atau setelah buang air kecil 5 G17 Anyangan-anyangan merasa ingin buang air kecil tetapi tidak ada atau sedikit air seni yang keluar 3 G18 Warna air seni keruh atau pekat seperti air teh 3 G19 Terasa ngilu tulang 1 G20 Nyeri pada persendian terutama sendi lutut dan sendi pergelangan jari kaki 5 G21 Nyeri sendi 3 G22 Nyeri sendi tangan serta tulang belakang 3 G23 Fotofobia takut terhadap cahaya 3 G24 Pilek 3 G25 Perut sering berbunyi 3 G26 Demam 1 G27 Buang air besar encer 5 G28 Demam naik turun 5 G29 Mual atau muntah 1 G30 Nyeri pada mata 5 G31 Sakit pada tenggorokan 5 Tabel 2. : Daftar Gejala 354 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014 Representasi Pengetahuan Hubungan antara penyakit dengan gejala dapat dilihat pada Tabel 3. Kode Penya- kit G10 G11 G12 G13 G14 G15 G16 G17 G18 G19 G20 G21 G22 G23 G24 G25 G26 G27 G28 G29 G30 G31 G32 G33 G34 G35 G36 G37 G38 G39 P1 3 3 3 3 3 3 P2 3 3 3 3 3 3 P3 3 3 3 3 3 3 P4 3 3 3 3 3 3 P5 3 3 3 3 3 3 P6 3 3 3 3 3 3 Tabel 3. : Representasi Pengetahuan Context Diagram Pada gambar context diagram dimana user atau pengguna menyampaikan masalah yang dirasakannya, setelah itu aplikasi konsultasi penyakit dengan gejala demam memproses atau mendiagnosa dari gejala- gejala tersebut. Aplikasi akan menentukan penyakit apa yang yang diderita dan solusi dari penyakit yang diderita. Sedangkan admin mengupdate knowledge base pada Aplikasi jika hal tersebut dirasa perlukan. Hal ini merupakan hak akses dari pakar untuk menambah dan mengurangi isi dasar dalam pemakaian. Gambar 1 : Context Diagram Kode Gejala Nama-nama Gejala Bobot G32 Demam mendadak 1 G33 Batuk 5 G34 Nyeri bagian perut bawah 5 G35 Suara serakhilang tanpa spontan 3 G36 Sakit kepala 1 G37 Lelah dan lemas 3 G38 Tidak nafsu makan 3 G39 Dehidrasi 3 355 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014 Adapun penjelasan dari diagram context dari sistem ini adalah sebagai berikut : 1. Administrator terlebih dahulu meng-in- putkan pengetahuan kedalam sistem pa- kar untuk penyakit dengan gejala demam berupa tanya jawab sederhana yang mu- dah di pahami pengguna. Kemudian ad- min menginputkan solusi dari permasala- han komputer itu sendiri. 2. User atau pengguna akan menginputkan permasalahan yang dihadapi dari gejala yang di tampilkan sesuai apa yang dira- sakan. 3. Sistem pakar akan mengelola data yang telah disimpan melalui tanya jawab dan kemudian sistem pakar memberi penjelasan penyakit apa yang di derita dan memberikan solusi. Sehingga pengguna mendapatkan informasi dari sistem pakar penyakit apa yang di alaminya. Gambar 2 : Context Diagram Entity Relationship Diagram ERD 356 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014 HASIL DAN PEMBAHASAN HalamanUtama Halaman utama merupakan halaman dimana halaman yang muncul ketika hala- man web diketikan, didalam halaman utama akan menjelaskan tentang bagaimana de- mam dan nama - nama Penyakit yang di- awali dengan demam. Bentuk tampilan dari halaman utama adalah sebagai berikut : Gambar 3 Tampilan Halaman Utama 357 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014 Gambar 4 Halaman Konsultasi Halaman Hasil Konsultasi Setelah selesai memilih gejala yang dirasakan user atau pengguna, maka di proses dan akan diketahui penyakit apa yang diderita oleh user sendiri dan mengetahui solusi dan informasinya. Gambar 5 Halaman Hasil Konsultasi Halaman Konsultasi Pada halaman konsultasi dipilih sebanyak delapan pilihan setelah itu di proses untuk mengetahui penyakit apa yang diderita user. 358 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014 Halaman laporan user Pada halaman laporan user terdiri dari nama, penyakit, Jenis kelamin, alamat, dan tanggal konsultasi. Setiap konsultasi dan pendaftaran akan tersimpan pada database Gambar 6 : Halaman laporan user untuk mengetahui penyakit apa yang dialami user setiap bulannya, dan data- data user yang pernah mendaftar, user yang sering berkonsultasi. Halaman Graik Pada halaman graik terdapat bebera- pa penyakit yang diberi warna untuk dapat membedakan setiap penyakit dan ada cata- tan perbulan berapa banyak penyakit yang diderita perbulannya. Gambar 7 : Halaman graik 359 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014 Dari tabel di atas adapat dijelaskan bahwa sistem pakar dapat digunakan setiap hari yang menyerupai sebuah mesin, sedangkan seorang pakar tidak mungkin bekerja terus menerus setiap hari tanpa beristirahat. Sistem pakar dapat digunakan dimana saja sedangkan sistem konvensional dapat melakukan dihari-hari tertentu. Sistem pakar dapat diberi pengamanan untuk menentukan siapa saja yang mempunyai hak akse es untuk menggunakan dan jawaban yang diberikan sistem terbebas dari proses ancaman. Sedangan sistem konvensional bisa mendapatkan ancaman atau tekanan pada saat menyelesaikan masalah. Untuk kecepatan dalam memecahkan masalah pada suatu sistem pakar relatif lebih cepat dibandingan oleh sistem konvensional. Sistem pakar pada biaya lebih terjangkau karna pogram sistem pakar sudah ada dan dapat ditarik kesimpulan berdasarkan pengembangan sistem. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang dilakukan dalam penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa sistem pakar ini dapat membantu user memberikan informasi tentang penyakit dengan gejala demam dan mengetahui hasilnya dengan akurat sehingga dapat digunakan dan diakses pada saat diperlukan sekarang atau masa yang akan datang. Sehingga proses pendaftaran user lebih mudah dan cepat dengan mengacu kepada perkembangan teknologi informasi. Rekomendasi Dalam aplikasi sistem pakar metode CBR case base reasoning ini jenis penyakit yang diteliti masih tergolong umum, diharapkan untuk penelitian berikutnya agar dapat melakukan penelitian diagnosa dengan jenis penyakit yang khusus. Analisa Perbandingan Sistem Untuk melihat kinerja sistem pakar yang dibuat dengan membandingkan terhadap sistem konvensional atau manual. Tabel 4 : Perbandingan Sistem Factor Sistem Pakar Sistem Konvensional Time avaibility Dapat digunakan setiap hari Tidak bisa digunakan terus menerus karena membutuhkan istirahat Geografis Dapat digunakan ditempat berbeda- beda Hanya bekerja pada satu tempat dan pada saat bersamaan Keamanan Pengubahan pengamanan dapat diubah dengan mudah Pengubahan pengaman sulit Kecepatan Relatif lebih cepat Butuh proses Biaya Terjangkau, karena program sudah ada Tinggi, karena membutuhkan seorang pakarnya. 360 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014 DAFTAR PUSTAKA Departemen Ilmu Penyakit Dalam.2009. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :Fakul- tas Ilmu Kedokteran Universitas In- donesia. Desiani, Anita. 2006. Kecerdasan Buatan. Yogyakarta : Andi Kusrini. 2006. Sistem Pakar Teori dan Ap- likasi. Yogyakarta : Andi Offset. Kusumadewi, Sri. 2003. Artiicial Intelli- gence Teknik dan Aplikasi.Yogya- karta : Ghara Ilmu. Nugroho, B. 2008. Aplikasi Sistem Pakar dengan PHP dan Editor Dreamweav- er . Yogyakarta : Gava Media. Pal, Sankar and Shiu, Simon CK. 2004. Foundations of soft case Based Rea- soning.United State of Amerika : John Wiley Sons Inc Publication. Putra, Firmansyah.2011. Perancangan Sistem Pakar Identiikasi Penyakit Paru- Paru Menggunakan Metode Forward Chaining. Skripsi, Jakarta : Universitas Islam NegeriSyarifHi- dayatullah. Sasmito Ari Wibowo, Agus. 2010. Pengem- bangan sistem cerdas menggunakan Penalaran Berbasis Kasus Case Base Reasoning Untuk Diagnosa Penyakit Akibat Virus Eksantema, Yogyakarta : Universitas Pembangunan Nasional. Sadewo Broto ,Adhi. 2010. Perancangan dan Implementasi Sistem Pakar Un- tuk Analisa Penyakit Dalam. Skripsi, Semarang : Universitas Diponegoro. 361 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014 362 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014 Abstract The increasing of air plane passenger and goods in BIM need attention from many parties to improve the quality of supported transportation fasilities to carry on economics and social activities. Taken from the data of transportation departement of West Sumatra, the moving of air plane passenger in the year 2012 is 2.586.171 while for the year 2011, the total of air plane passenger is 2.262.745. The number shows increasing 14 in the moving of air plane passenger from 2011 to 2012 while in the year 2010 the moving of air plane passenger increase for 33. So the government should be able to fullill the need of efective and eisien public transportation. This research use 2 survey instruments: 1 Revealed Preference Survey RP Survey, dan 2 Stated Preference Survey SP Survey. The data collection of the reasearch use questioners that are distributed in BIM. The analisis of development public transportation network and the need of airport buses are conducted after determine the characteristics and the respon from target survey about the mode that they will choose base on the existing mode condition and virtual mode. The research result shows that the development of new transportation network of airport buses is the route of BIM-Bukittinggi-Payakumbuh with the need of 7 unit middlebuses while for the route of BIM – Padang need for 6 unit middlebuses. Key words : The growth passenger, transportation network, the need of armada Abstrak Meningkatnya pergerakan orang maupun barang di BIM, memerlukan perhatian dari berbagai pihak dalam rangka peningkatan kualitas sarana dan prasarana pendukung transportasi dalam memperlancar aktivitas ekonomi dan sosial. Data Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Barat menunjukkan pergerakan penumpang udara tahun 2012 sudah mencapai 2.586.171. Tahun 2011, total pergerakan penumpang udara sebesar 2.262.745 naik sebesar 14, jika dibandingkan tahun 2010, demand penumpang udara naik sebesar 33. Untuk itu diharapkan pemerintah mampu memenuhi keinginan dan kebutuhan masyarakat akan layanan angkutan umum yang handal, efektif dan eisien. Penelitian ini menggunakan 2 dua instrument yakni 1 Revealed Preference Survey RP Survey dan 2 Stated Preference Survey SP Survey. Pengumpulan data dari penelitian ini menggunakan kuisioner yang didistribusikan di BIM. Sedangkan analisis pengembangan jaringan trayek dan kebutuhan armada bus bandara ditentukan berdasarkan karakteristik dan respon dari responden menjawab pertanyaan moda eksisting dan moda virtual yang diinginkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rute baru yang perlu dikembangkan adalah rute BIM - Bukittinggi - Payakumbuh dengan jumlah bus sebanyak 7 armada bus sedang, sedangkan rute BIM - Padang sebanyak 6 armada bus sedang. Kata kunci : Pertumbuhan penumpang udara, Jaringan trayek-trayek, Kebutuhan armada PENGEMBANGAN JARINGAN TRAYEK DAN KEBUTUHAN ARMADA BUS BANDARA INTERNASIONAL MINANGKABAU DI WILAYAH SUMATERA BARAT DEVELOPMENT ROUTE NETWORK AND TOTAL SUPPLY AIRPORT BUS MINANGKABAU INTERNATIONAL IN THE WEST SUMATERA Momon 1 , Gusriyaldi 2 , Yudi Indra Syani 3 , Fidel Miro 4 1 Bappeda Provinsi Sumatera Barat 2 Politeknik Padang 3 Dishubkominfo Kota Padang 4 Universitas Bunghatta Padang Naskah Masuk : 18 Agustus 2014 Naskah Diterima : 29 September 2014 363 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014 LATAR BELAKANG Bandara Internasional Minangkabau BIM mempunyai peranan penting da- lam peningkatan ekonomi Sumatera Ba- rat, dimana BIM merupakan pintu gerbang ekonomi wilayah sumatera bagian barat. Meningkatnya pergerakan orang maupun barang di BIM, memerlukan perhatian dari berbagai pihak dalam rangka peningkatan kualitas sarana dan prasarana pendukung transportasi dalam memperlancar aktivitas ekonomi dan sosial. Data Dinas Perhubun- gan Provinsi Sumatera Barat menujukkan pergerakan penumpang udara tahun 2012 sudah mencapai 2.586.171. Tahun 2011, total pergerakan penumpang udara sebesar 2.262.745 naik sebesar 14, jika diband- ingkan tahun 2010, demand penumpang udara naik sebesar 33. Tingginya ting- kat mobilitas penumpang udara di BIM diharapkan pemerintah mampu memenuhi keinginan dan kebutuhan masyarakat akan layanan angkutan umum yang handal, efek- tif dan eisien. Salah satu angkutan umum dapat melayani penumpang darike bandara adalah Angkutan Pemadu Moda APM bus bandara, dimana bus bandara merupa- kan bagian dari angkutan umum yang me- layani rute darike bandara menjadi salah satu alternatif moda untuk mengantisipasi kebutuhan penumpang angkutan udara. Saat ini, pemerintah daerah baru mengelu- arkan 2 dua izin trayek APM dengan rute BIM– Padang, sedangkan untuk rute keber- bagai daerah kabupatenkota lainnya belum dapat dilayani karena harus dilakukan ka- jian terlebih dahulu untuk melihat kelaya- kan pengembangan rute baru. Atas dasar ini maka perlu dilakukan kajian Pengemban- gan Jaringan Trayek dan Kebutuhan Arma- da Bus Bandara Internaional Minangkabau di Wilayah Sumatera Barat. Tujuan dan Sasaran Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengembangan jaringan trayek Angkutan Pemadu di wilayah Sumatera Ba- rat dengan melihat potensi permintaan dan preferensi penumpang angkutan udara da- lam memilih moda transportasi sesuai den- gan karakteristik asal dan tujuan perjalanan darike BIM. Untuk menjawab tujuan pene- litian tersebut maka rincian analisis yang di- lakukan adalah sebagai berikut : • Mengetahui distribusi perjalanan orang darike BIM; • Menentukan Demand dan Supply Bus Bandara; • Mengetahui jaringan trayek baru dan kebutuhan jumlah armada yang akan dioperasikan. METODOLOGI PENELITIAN a. Jaringan Trayek Defenisi Jaringan trayek menurut Keputusan Menteri No. KM.35 tahun 2003 tentangPenyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum, Jaringan Trayek adalah kumpulan taryek yang menjadi satu kesatuan pelayanan angkutan orang. Berdasarkan Pedoman Teknis Direk- torat Jenderal Perhubungan Darat , 2002, tentang Penyelengaraan Angkutan Umum di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan Teratur, Faktor yang digunakan sebagai 364 Jurnal Penelitian dan Kebijakan Publik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014 bahan pertimbangan dalam menetapkan jar- ingan trayek adalah sebagai berikut. 1 Pola tata guna tanah. Pelayanan angkutan umum diusahakan mampu menyediakan aksesbilitas yang baik. Untuk memenuhi hal itu, lintasan trayek angkutan umum diusahakan melewati tata guna lahan dengan potensi permintaan yang tinggi. Demikian juga lokasi- lokasi yang potensial menjadi tujuan bepergian diusahakan menjadi prioritas pelayanan. 2 Pola pergerakan penumpang angkutan umum. Rute angkutan umum yang baik ada- lah arah yang mengikuti pola pergera- kan penumpang angkutan sehingga tercipta pergerakan yang lebih effe- sien. Trayek angkutan umum harus dirancang sesuai dengan pola perge- rakan penduduk yang terjadi, seh- ingga transfer moda yang terjadi pada saat penumpang mengadakan per- jalanan dengan angkutan umum dapat diminimumkan. 3 Kepadatan penduduk. Salah satu faktor menjadi prioritas angkutan umum adalah wilayah ke- padatan penduduk yang tinggi, yang pada umumnya merupakan wilayah yang mempunyai potensi permintaan yang tinggi. Trayek angkutan umum yang ada diusahakan sedekat mung- kin menjangkau wilayah itu. 4 Daerah pelayanan. Pelayanan angkutan umum, selain memperhatikan wilayah-wilayah po- tensial pelayanan, juga menjangkau semua wilayah perkotaan yang ada. Hal ini sesuai dengan konsep pemer- ataan pelayanan terhadap penyediaan fasilitas angkutan umum. 5 Karakteristik jaringan. Kondisi jaringan jalan akan menentukan pola pelayanan trayek angkutan umum, Karakteristik jaringan jalan meliputi konigurasi, klasiikasi, fungsi, lebar jalan, dan tipe operasi jalur. Operasi angkutan umum sangat dipengaruhi oleh karakteristik jaringan jalan yang ada.

b. Penentuan Kebutuhan Angkutan