menyatakan bahwa gaharu dapat terbentuk pada cabang, akar, dan batang tetapi gubal gaharu terbentuk dengan baik pada batang bagian tengah sampai ke bagian bawah
Perbedaan panjang pada setiap perlakuan menunjukkan adanya pengaruh kontak Fusarium sp. dengan inangnya.Menurut Abadi 2003 bahwa tumbuhan dapat
terinfeksi jika terinokulasi suatu parasit dimana inokulasi merupakan terjadinya kontak antara patogen dengan inangnya.
2. Lebar infeksi Hasil analisis sidik ragam menunjukkan tidak terjadi pengaruh nyata terhadap
kombinasi perlakuan kedalaman lubang injeksi dengan bagian batang injeksi.Pengamatan menunjukkan terjadi perbedaan lebar infeksi pada setiap
perlakuan.Namun perbedaan lebar infeksi tidak begitu besar.Hal tersebut diakibatkan perkembangan injeksi pada batang adalah arah vertikal mengikuti jaringan pembuluh.
Lebar infeksi terbesar terdapat pada kedalaman lubang 3 cm di bagian batang tengah sebesar 0.49 cm. Sedangkan lebar infeksi terkecil terdapat pada kedalaman lubang
7 cm di bagian batang bawah sebesar 0.27 cm. Tabel 4.Lebar infeksi Fusarium sp.
Pembagian Batang
Lebar infeksi cm Rata – rata lebar
infeksi cm Kedalaman 3 cm
Kedalaman 5 cm Kedalaman 7 cm
Bawah 0.39
0.32 0.27
0.32 Tengah
0.49 0.30
0.29 0.36
Atas 0.34
0.30 0.30
0.31 Rata - rata
0.40 0.30
0.28
D. Kualitas gubal
Kualitas gubal merupakan parameter untuk mengetahui kelas mutu gubal yang terbentuk.Kualitas gubal yang terbentuk dipengaruhi warna dan aroma gubal.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1. Warna gubal Perubahan warna merupakan salah salah indikasi terjadi infeksi pada gubal
gaharu.Pada penelitian ini, menunjukkan bahwa Fusarium sp. mampu menginfeksi sehingga terbentuk gubal gaharu.Kedalaman injeksi dan bagian batang
mempengaruhi warna gubal yang terbentuk.Rahayu dan Situmorang 2006 bahwa perubahan warna dari putih menjadi coklat kehitaman merupakan gejala awal
terbentuknya gubal gaharu.Putri et al. 2008 bahwa terbukti bahwa terjadi perubahan warna pada pohon yang diinjeksi, seperti warna coklat dan kuning. Gejala umum
yang ditimbulkan akibat infeksi cendawan diantaranya terjadi perubahan warna pada daerah yang diinfeksi dan klorosis daun.
a b
c Gambar 3. Warna gubal gaharu yang terinfeksi pada kedalaman 3 cm pada batang
a bagian bawah, b bagian tengah, dan c bagian atas Kualitas warna dari gubal gaharu yang terbentuk belum dapat diketahui secara
pasti, karena pengujiannya tidak bisa dilakukan hanya secara responden.Namun, dugaan sementara bahwa kualitas gubal gaharu yang terbentuk menurut parameter
warna masih dibawah kualitas baik.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
a b
c Gambar 4. Warna gubal gaharu yang terinfeksi pada kedalaman 5 cm pada batang
a bagian bawah, b bagian tengah, dan c bagian atas
a b
c Gambar 5. Warna gubal gaharu yang terinfeksi pada kedalaman 7 cm pada batang
a bagian bawah, b bagian tengah, dan c bagian atas Perubahan warna gubal terjadi pada semua perlakuan dari putih menjadi
coklat dan kehitaman.Perubahan warna tersebut terjadi akibat infeksi patogen dan reaksi yang dilakukan pohon yaitu dengan mengubah senyawa - senyawa metabolit
sekunder.Hal ini sesuai dengan pernyataan Sumadiwangsa dan Zulnely 1999 bahwa perubahan warna putih menjadi coklat kehitaman merupakan gejala awal
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
terbentuknya gubal gaharu.Rahayu dan Situmorang 2006 menyatakan gubal gaharu terdeposit pada jaringan kayu.
Tabel 5. Kualitas warna gubal gaharu
Kedalaman Injeksi Pembagian Batang
Warna 3
Bawah Kecoklatan bergaris putih lebar
Tengah Kecoklatan bergaris putih lebar
Atas Kecoklatan bergaris putih lebar
5 Bawah
Kecokelatan bergaris hitam tipis Tengah
Kecokelatan bergaris putih lebar Atas
Kecokelatan bergaris hitam tipis 7
Bawah Kecokelatan bergaris hitam tipis
Tengah Putih kecokelatan
Atas Kecokelatan bergaris hitam tipis
Inokulasi fungi menyebabkan terjadinya perubahan warna lebih gelap dibanding pelukaan.Selain itu, inokulasi fungi juga menyebabkan panjang dan dalam zona
perubahan warna yang sangat berbeda nyata bila dibandingkan akibat pelukaan.Ng et al. 1997 dan Barden et al. 2000 menyatakan bahwainfeksi cendawan diduga
menyebabkan peningkatan akumulasi senyawa terpenoid, sehingga warna menjadi lebih gelap dan lebih panjang. Perubahan warna masih digunakan sebagai indikator kayu
gaharu akan menghasilkan senyawa gaharu. Semakin gelap warna yang dihasilkan, semakin tinggi tingkat gubal gaharu yang dihasilkan.
2. Aroma gubal yang terinfeksi Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kedalaman lubang mempengaruhi
aroma dari gubal gaharu yang terbentuk.Pada Tabel 6 disajikan data aroma gubal gaharu yang terbentuk.Gubal gaharu yang terinfeksi masih belum menunjukkan
kualitas yang baik dari faktor aroma.Bahkan pada kedalaman injeksi 5 cm dan 7 cm tidak menunjukkan adanya aroma. Proses produksi gaharu sangat ditentukan
kuantitasnya oleh jumlah lubang yang di injeksi dan kualitanya tergantung lama
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
waktu sejak proses injeksi hingga panen. Semakin lama waktu panen, maka semakin banyak resin wangi sehingga meningkatkan kualitas gaharu.
Tabel 6. Aroma gubal gaharu
Kedalaman Injeksi
Pembagian Batang Rata – rata dari
Pernyataan responden Aroma
3 cm Bawah
2 Kurang kuat
Tengah 2
Kurang kuat Atas
1 Tidak ada
5 cm Bawah
1 Tidak ada
Tengah 1
Tidak ada Atas
1 Tidak ada
7 cm Bawah
1 Tidak ada
Tengah 1
Tidak ada Atas
1 Tidak ada
1= tidak kuat, 2 = kurang kuat, 3 = agak kuat, 4 = kuat, 5 = sangat kuat
Dari 10 responden yang menguji aroma gubal gaharu menyatakan bahwa aroma yang terbentuk hamper sama. Aroma gubal gaharu hanya terdapat pada
kedalaman lubang injeksi 3 cm pada batang bagian bawah dan tengah yaitu aroma yang kurang kuat.Tidak adanya aroma diduga akibat sedikitnya akumulasi gaharu
terhadap pohon gaharu rendahnya senyawa terpenoid.Hal ini sesuai dengan pernyataan Rahayu dan Situmorang 2006 bahwa senyawa gaharu merupakan
metabolit sekunder yang dibentuk dari metabolit primer. Terjadinya
perubahan peningkatan dan penurunan gejala pembentukan gaharu diduga karena metabolit sekunder yang berperan dalam pembentukan senyawa gaharu
terus berubah-ubah di dalam pohon gaharu.Perubahan tersebut diduga berhubungan dengan aktivitas infeksi cendawan. Senyawa gaharu yang dihasilkan akan meningkat
bersamaan dengan mulai terjadinya proses infeksi dan aroma wangi menurun dan hilang bersamaan dengan berhentinya proses infeksi cendawan dan juga disebabkan karena
penguapan senyawa terpenoid seskuiterpenoid. Hal ini sesuai dengan pernyataan wangi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Okudera dan Ito 2009 bahwa senyawa seskuiterpenoid merupakan senyawa yang mudah menguap dan diduga berpengaruh terhadap perubahan warna dan terbentuknya
aroma. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Okudera dan Ito 2009 bahwa terjadi penurunan jumlah senyawa seskuiterpenoid yang dihasilkan Aquilaria sp. setelah
beberapa minggu diberi perlakuan metil jasmonat, asam salisilat, atau ß-glucan, diduga hal tersebut terjadi karena senyawa seskuiterpenoid yang dihasilkan menguap ke udara.
E. Reisolasi gubal gaharu